Anda di halaman 1dari 40

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Apotek
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002 Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan
pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 35 tahun 2014 Apotek adalah
sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
Apoteker. Pelayanan kefarmasian menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 35 tahun 2014 adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Ketentuan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang
perapotekan yang berlaku hingga sekarang adalah Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014, yaitu :
1. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker.
2. Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai
pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian.
3. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

4. Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter atau Dokter Gigi, kepada
Apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan
dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
5. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
6. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan

patologi

dalam

rangka

penetapan

diagnosis,

pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk


manusia.
7. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan

dan

meringankan

penyakit,

merawat

orang

sakit,

memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan


memperbaiki fungsi tubuh.
8. Bahan medis habis pakai adalah alat kesehatan yang ditujukan untuk
penggunaan sekali pakai (single use) yang daftar produknya diatur dalam
peraturan perundang-undangan.
9. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
10. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker dalam
menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli
Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten
Apoteker.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

B. Peraturan Perundang-undangan Perapotekan


Peraturan dan perundang-undangan yang mendasari pendirian dan
pengelolaan Apotek :
1. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
3. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
4. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 437/Menkes/SK/VII/1990 tentang
Daftar Obat Wajib Apotek.
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek Nomor 2.
9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek Nomor 3.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 189/Menkes/SK/III/2006 tentang
Kebijakan Obat Nasional.
11. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
12. Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja


Tenaga Kefarmasian.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014


tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.

C. Tugas dan Fungsi Apotek


Apotek merupakan sarana tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027 tahun 2004, tugas
dan fungsi Apotek adalah:
1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker.
2. Sarana farmasi yang melaksanakan

peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat


3. Sarana penyalur perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada
masyarakat secara meluas dan merata.

D.

Pekerjaan Kefarmasian di Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011


pekerjaan kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep Dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian, Apoteker harus menetapkan standar prosedur
operasional secara tertulis dan diperbarui secara terus-menerus sesuai dengan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

10

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang farmasi dan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 pasal 24, dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, Apoteker
dapat melakukan :
1. Mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki SIPA.
2. Mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang lainnya atas persetujuan Dokter dan/atau
pasien.
3. Menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada masyarakat atas
resep dari Dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan kefarmasian yang dapat dilakukan oleh Apoteker di Apotek
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 tahun 2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek, antara lain :
1. Pelayanan Resep
Pelayanan resep dimulai dari skrining resep yang berupa persyaratan
administrasi, kesesuaian farmasetis, dan pertimbangan klinik. Dilanjutkan
dengan penyiapan obat yaitu peracikan, pembuatan etiket, memperhatikan
kemasan obat yang diserahkan, penyerahan obat yang disertai dengan
informasi obat dan konseling, serta melakukan monitoring penggunaan obat
terutama pada pasien dengan penyakit kronis, geriatri, dan yang mendapatkan
resep polifarmasi.
2. Promosi dan Edukasi

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

11

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

Apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati


diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan dengan memilihkan obat
yang sesuai dan Apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan
edukasi. Apoteker ikut membantu memberi informasi kepada pasien dan
masyarakat umum, antara lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster,
penyuluhan dan lain-lain.
3. Pelayanan Residensial (Home Care)
Apoteker sebagai care giver diharapkan juga dapat melakukan
pelayanankefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya untuk
kelompoklansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis lainnya.
Untuk aktivitas ini Apoteker harus membuat catatan berupa catatan
pengobatan (medication record).
Pelayanan Farmasi Klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup
pasienn. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 tahun 2014
pelayanan farmasi klinik di Apotek meliputi:
a. Pengkajian Resep
Kegiatan

pengkajian

resep

meliputi

administrasi,

kesesuaian

farmasetik dan pertimbangan klinis.


b. Dispensing

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

12

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberi informasi


obat, hal ini dilakukan setelah pengkajian resep.
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberi informasi mengenai obat yang tidak
memihak, dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien
atau masyarakat. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi
khusus, rute dan metode pemberian, farmakokinetik, farmakologi,
terapeutik dan alternatif, efikasi dan lain-lain.
d. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan
pasien/keluarga

untuk meningkatkan

pengetahuan,

pemahaman,

kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam


penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien.
e. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (Home Pharmacy Care)
Apoteker sebagai pemberi layanan diharapkan juga dapat melakukan
pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khususnya
untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis
lainnya.
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan proses yang memastikan
bahwa seorang pasien mendapatkan terapi obat yang efektif dan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

13

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

terjangkau dengan memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek


samping.
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat
yang merugikan atau tidak diharapkan terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
atau memodifikasi fungsi fisiologis.

E. Persyaratan Pendirian Apotek


Permohonan ijin mendirikan Apotek tidak hanya memenuhi persyaratan
Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) saja tetapi juga harus memenuhi
persyaratan Apotek yang ketentuan dan tata cara persyaratan Apotek dinyatakan
dalam

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

922/Menkes/Per/X/1993 BAB IV pasal 6 yang meliputi :


1.

Untuk mendapatkan izin Apotek, Apoteker atau Apoteker yang bekerja


sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap
dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan
lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

2.

Perbekalan farmasi yang dimaksud sekurang-kurangnya terdiri dari obat


generik sesuai dengan DOEN atau Rumah Sakit tipe C.

3.

Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

14

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

4.

Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar


sediaan farmasi.
Izin Apotek berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbarui kembali serta

Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) dapat melaksanakan pekerjaan


kefarmasian dengan baik.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002, dalam permohonan ijin apotek harus dilampirkan :
1. Salinan/foto copy Surat Izin Kerja Apoteker.
2. Salinan/ foto copy Kartu Tanda Penduduk.
3. Salinan/ foto copy denah bangunan.
4. Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak milik/sewa/
kontrak.
5. Daftar Tenaga Teknik Kefarmasian (TTK) dengan mencantumkan nama
alamat, tanggal lulus dan nomor Surat Ijin Kerja
6. Asli dan salinan/foto copy daftar terperinci alat perlengkapan Apotek.
7. Surat pernyataan Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) tidak bekerja
pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi Apoteker Penanggungjawab
Apotek (APA) di Apotek lain.
8. Asli dan salinan/ foto copy surat izin atasan bagi pemohon Pegawai Negeri,
anggota ABRI dan Pegawai Instansi Pemerintah lainnya.
9. Akte perjanjian kerja sama Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA) dan
Pemilik Modal Apotek (PMA).

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

15

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

10. Surat pernyataan Pemilik Modal Apotek (PMA) tidak terlibat pelanggaran
perundang-undangan di bidang obat.
Selain itu juga disebutkan:
1) Lokasi
Jarak minimum antara Apotek satu dengan Apotek yang lain tidak
dipersyaratkan, namun sebaiknya dipertimbangkan studi kelayakannya yang
ditinjau dari segi pemerataan dan pelayanan kesehatan, jumlah dan kondisi
ekonomi penduduk, jumlah Dokter, sarana pelayanan kesehatan, hygiene
lingkungan, keamanan dan kemudahan dijangkau. Sarana praktek dapat didirikan
pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar
sediaan farmasi. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk
penempatan brosur/materi informasi dan ruangan tertutup untuk konseling bagi
pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan
catatan medikasi pasien. Selain itu tempat parkir juga berperan penting karena
dengan adanya tempat parkir yang luas maka konsumen akan lebih nyaman
datang ke Apotek.
2) Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)
Syarat memiliki NPWP sekarang mudah, yaitu hanya dengan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dari wajib pajak.
3) Bangunan
Bangunan Apotek harus dalam bentuk akte hak milik/sewa/kontrak dan
memenuhi persyaratan teknis, sehingga menjamin kelancaran pelaksanaan tugas
dan fungsi Apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

16

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

farmasi. Bangunan Apotek sekurang-kurangnya terdiri dari ruang peracikan dan


penyerahan resep, ruang administrasi dan ruang kerja Apoteker, ruang tunggu,
ruang penyimpanan obat, ruang pencucian alat dan WC. Secara teknis ventilasi
serta sistem sanitasi harus mematuhi persyaratan higiene serta penerangan cukup,
alat pemadam kebakaran harus berfungsi dengan baik sekurang-kurangnya dua
buah, papan nama berukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan
hitam diatas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm tebal 5 cm.
4) Perlengkapan Apotek
Perlengkapan yang harus dimiliki oleh suatu Apotek antara lain :
a.

Alat pembuatan, pengolahan dan peracikan


Termasuk di dalamnya adalah timbangan milligram dengan anak timbang
yang sudah ditara, timbangan gram dengan anak timbang yang sudah ditara,
gelas ukur, labu erlenmeyer, gelas piala, panci pengukur, corong,
termometer, spatel logam/tanduk, cawan penguap porselen, batang
pengaduk, pemanas air, kompas, panci dan rak pengeringan alat.

b.

Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi.


Terdiri dari lemari dan rak penyimpanan obat, lemari pendingin, lemari
untuk menyimpan narkotika dan psikotropika.

c.

Wadah pengemas dan pembungkus (etiket, wadah pengemas dan


pembungkus untuk penyerahan obat).

d.

Perlengkapan administrasi.
Termasuk di dalamnya adalah blanko pesanan obat, blanko kartu stock obat,
blanko salinan resep, blanko faktur dan nota penjualan, kwitansi, buku

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

17

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

pembelian, penerimaan dan pengiriman, buku pembukuan keuangan, buku


pencatatan narkotika, buku pesanan narkotika, form laporan narkotika, dan
buku pencatatan penyerahan racun.
e.

Buku standar yang diwajibkan dan kumpulan peraturan perundangundangan yang berhubungan dengan Apotek.

5) Perbekalan Apotek
Perbekalan apotek meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, alat kesehatan
dan kosmetika. Obat sekurang-kurangnya terdiri dari obat generik sesuai dengan
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN).

F. Tata Cara Pemberian Izin Apotek


1. Tata Cara Pemberian Izin Apotek
Ketentuan dan tata cara pemberian izin Apotek berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/MenKes/SK/X/2002 bab I
Pasal 7, 8 dan 9 sebagai berikut:
1) Pasal 7
a. Permohonan izin Apotek ditujukan kepada kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh formulir model APT-1.
b. Dengan menggunakan formulir model APT-2, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah menerima
permohonon, dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai
Pemeriksaan Obat dan Makanan untuk melakukan pemeriksaan setempat
terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

18

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

c. Selambat-lambatnya 6 hari setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala


Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
atau Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan melaporkan hasil
pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 2 dan 3 tidak
dilaksanakan, Apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi menggunakan
contoh formulir APT-4.
e. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 3, atau pernyataan
dimaksud dalam ayat 4, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
mengeluarkan Surat Izin Apotek menggunakan contoh formulir model APT5
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota atau
Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan seperti yang dimaksud dalam
ayat 3 masih belum memenuhi syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota setempat dalam waktu 12 hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan
dengan menggunakan contoh formulir model APT-6
g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat ke-6,
Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum
dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal
penundaan.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

19

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

2) Pasal 8
Dalam hal Apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan
sarana yang dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara Apoteker
dengan pemilik sarana. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi
persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang obat sebagaimana dalam surat pernyataan yang bersangkutan.
3) Pasal 9
Terhadap permohonan izin Apotek yang ternyata tidak memenuhi
persyaratan dimaksud pasal 5 dan atau pasal 6, atau lokasi Apotek tidak sesuai
dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari wajib mengeluarkan Surat
Penolakan disertai dengan alasan-alasannya dengan menggunakan contoh
formulir model APT-7.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

20

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

Apoteker ber SP/SIK


Permohonan ijin
Dengan form APT-1

Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota

Maksimal 6 hari menugaskan


Dengan form APT-2

Tim Dinkes
Kabupaten/Kota dan Kepala

Jika
pemeriksaan
tidak
dilakukan, Apoteker membuat
surat
pernyataan
siap
melakukan
kegiatan
ke
Kadinkes
Kabupaten/Kota,
dengan
tembusan
kepada
kepala Kadinkes Propinsi
dengan form APT-4.

Maksimal 6 hari melaporkan hasil pemeriksaan


Dengan form APT-3

Belum memenuhipersyaratan
(12 hari kerja)
12 hari kerja

Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota

Memenuhi persyaratan
(12 hari kerja)

Tidak memenuhi
persyaratan (12 hari kerja)

12 hari kerja

Surat Penundaan
Form model APT-6

Surat Izin Apotek


Form model APT-5

Diberi kesempatan
melengkapi (1 bulan)

Melaksanakan
pembukaan

12 hari kerja

Surat Penolakan
Form model APT-7

Surat Izin Apotek


Form model APT-5
Gambar 1. Skema Proses Perizinan Pendirian Apotek

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

21

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

2. Perubahan Surat Izin Apotek


Perubahan surat izin Apotek diperlukan apabila terjadi pergantian nama
Apotek, terjadi perubahan nama jalan dan nomor bangunan untuk alamat Apotek
tanpa pemindahan lokasi Apotek, Surat Izin Apotek hilang atau rusak, terjadi
pergantian Apoteker Penanggungjawab Apotek, pergantian Pemilik Modal
Apotek, SIPA Apoteker Penanggungjawab Apotek dicabut dalam hal Apoteker
Penanggungjawab Apotek bukan sebagai Pemilik Modal Apotek, terjadi
pemindahan lokasi Apotek, bila Apoteker Penanggungjawab Apotek meninggal
dunia.
Apabila Apoteker Penanggungjawab Apotek meninggal dunia, maka dalam
jangka

waktu dua kali dua puluh

empat

jam ahli

waris Apoteker

Penanggungjawab Apotek wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis


kepada Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota. Apabila pada Apotek tersebut
tidak terdapat Apoteker pendamping, maka pada pelaporan mengenai Apoteker
Penanggungjawab Apotek telah meninggal dunia kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota disertai dengan laporan mengenai penyerahan resep, obatobat narkotika dan psikotropika, obat-obat keras dan kunci tempat penyimpanan
narkotika dan psikotropika.
3. Pencabutan Surat Izin Apotek
Suatu Apotek yang sudah berjalan dapat dicabut izinnya oleh Kepala Dinas
Kabupaten/ Kota apabila:
1) Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 922 tahun 1993 pasal 5 dan atau,

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

22

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

2) Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam pasal 12 dan pasal 15


ayat (2) dan atau,
3) Apoteker Penanggungjawab Apotek terkena ketentuan yang dimaksud
dalam pasal 19 ayat (5) dan atau,
4) Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 dan atau,
5) Surat izin kerja Apoteker Penanggungjawab Apotek dicabut dan atau,
6) Pemilik Modal Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan dibidang obat dan atau,
7) Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan yang dimakud pasal 6.
Keputusan

pencabutan

dibuat

oleh

Kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kotamadya dan disampaikan langsung kepada yang bersangkutan


dengan tembusan Menteri Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan
Kepala Balai Besar POM. Pencabutan dilakukan setelah diberi peringatan tiga kali
berturut-turut dengan selang waktu 2 bulan atau telah dibekukan minimal 6 bulan.
Bila

izin

Apotek

dicabut,

Apoteker

Penanggungjawab

Apotek

wajib

mengamankan sediaan farmasi yang ada dengan cara :


1.

Inventarisasi narkotika, psikotropika dan obat lainnya serta


resep.

2. Narkotika dan psikotropika dimasukkan dalam lemari terkunci.


3. Apotek Penanggungjawab Apotek (APA) wajib melaporkan tentang
penghentian kegiatan.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

23

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

Pembekuan dapat dicairkan sepanjang telah memenuhi persyaratan lagi dan


dibuktikan dengan laporan pemeriksaan oleh Tim Dinas Kabupaten/Kota atau
petugas Balai Besar POM.
G.
Berdasaran

Pengelolaan Sumber Daya

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Nomor

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,


pengelolaan sumber daya meliputi:
1. Sumber Daya Manusia
Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh
seorang Apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan Apotek, Apoteker
senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan
yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar
profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner,
kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier, dan
membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan
pengetahuan.
Sumber daya manusia yang mendukung kegiatan di apotek adalah :
1) Apoteker Penanggungjawab Apotek (APA), yaitu Apoteker yang telah
memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) atau Surat Tanda Registrasi
Apoteker (STRA) oleh Menteri Kesehatan dan bertugas mengelola Apotek
sebagai penanggung jawab atas semua kegiatan kefarmasian yang
berlangsung di apotek.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

24

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

2) Apoteker Pendamping, yaitu Apoteker yang bekerja di samping Apoteker


Penanggungjawab Apotek (APA) dan atau menggantikannya pada jam- jam
tertentu pada hari buka Apotek yang telah memiliki Surat Izin Praktek
Apoteker (SIPA).
3) Apoteker Pengganti, yaitu Apoteker yang menggantikan Apoteker
Penanggungjawab Apotek selama Apoteker Penanggungjawab Apotek
tersebut tidak ada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus,
telah memiliki Surat Izin Praktek (SIPA) dan tidak bertindak sebagai
Apoteker Penanggungjawab Apotek di Apotek lain.
4) Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK), yaitu mereka yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian yang memiliki SIKTTK
dari Dinas kesehatan. Tenaga Teknis Kefarmasian melakukan pekerjaan
kefarmasian di bawah pengawasan Apoteker.
5) Juru resep, yaitu personil yang membantu pekerjaan Tenaga Teknis
Kefarmasian untuk meracik obat sehingga menjadi sediaan atau preparat.
6) Kasir, yaitu personil yang bertanggung jawab mencatat penerimaan dan
pengeluaran uang yang dilengkapi dengan kuitansi, nota tanda setoran dan
lain-lain.
7) Pegawai Tata Usaha, yaitu personil yang melaksanakan administrasi Apotek
dan kemudian membuat laporan pembelian, penyimpanan, penjualan dan
keuangan Apotek.
8) Tenaga lain-lain, seperti satpam, tukang parkir.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

25

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

Sedikit banyak tenaga kerja di Apotek tergantung besar kecilnya Apotek.


2. Sarana dan Prasarana
Apotek harus mudah diakses oleh masyarakat, sarana dan prasarana Apotek
dapat menjamin mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai serta kelancaran praktek pelayanan kefarmasian.
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menunjang pelayanan
kefarmasian di Apotek meliputi sarana yang memiliki fungsi:
a. Ruang Penerimaan Resep
Ruang penerimaan resep sekurang-kurangnya terdiri dari tempat penerimaan
resep, satu set meja dan kursi, serta satu set computer. Ruang penerimaan
resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.
b. Ruang Pelayanan Resep dan Peracikan
Ruang pelayanna resep dan peracikan meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan
meja peracikan. Di ruang peracikan sekurang-kurangnya disediakan peralatan
peracikan, timbangan obat, air minum (air mineral) untuk pengencer, sendok
obat, bahan pengemas obat, lemari pendingin, termometer ruangan, blanko
salinan resep, etiket dan label obat. Ruang ini diatur agar mendapatkan
cahaya dan sirkulasi udara yang cukup, dapat dilengkapi dengan pendingin
ruangan (air conditioner).
c. Ruang Penyerahan Obat
Ruang penyerahan obat berupa konter penyerahan obat yang dapat
digabungkan dengan penerimaan resep.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

26

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

d. Ruang Konseling
Ruang konseling sekurang-kurangnya memiliki satu set meja dan kursi
konseling, lemari buku, bubuk-buku referensi, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan konseling dna formulir catatan pengobatan pasien.
e. Ruang Penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
Ruang penyiapan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperature,
kelembapan, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan
keamanan petugas. Ruang penyimpanan harus dilengkapi dengan rak/lemari
penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan obat
khusus, pengukur suhu dan kartu suhu.
f. Ruang Arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
serta pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu.
3. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya.
Pengelolaan persediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya dilakukan
sesuai ketentuan perundangan yang berlaku meliputi: perencanaan, pengadaan,
penyimpanan dan pelayanan. Pengeluaran obat memakai sistem FIFO (First In
First Out) dan FEFO (First Expire First Out). Meliputi perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, dan administrasi.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

27

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

1) Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
obat. Perencanaan bertujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat. Dalam perencanaan
pengadaan sediaan farmasi perlu dilakukan pengumpulan data obat-obatan yang
akan dipesan. Data obat-obatan tersebut ditulis dalam buku defecta yaitu buku
yang berisi data barang habis atau persediaan menipis.
Dalam

membuat

perencanaan

pengadaan

sediaan

farmasi

perlu

memperhatikan :
a. Pola penyakit
Perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang sering terjadi di
sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
tentang obat-obat untuk penyakit tersebut.
b. Tingkat perekonomian masyarakat
Tingkat ekonomi di sekitar apotek juga akan mempengaruhi daya beli
terhadap

obat-obatan.

Jika

masyarakat

sekitar

memiliki

tingkat

perekonomian menengah kebawah, maka apotek perlu menyediakan obatobat yang harganya terjangkau seperti obat generik berlogo. Demikian pula
sebaliknya jika masyarakat sekitar memiliki tingkat perekonomian
menengah keatas yang cenderung memilih membeli obat paten, maka
apotek juga harus menyediakan obat-obat paten yang sering diresepkan.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

28

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

c. Budaya masyarakat
Pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat, bahkan iklan obat dapat
mempengaruhi dalam hal pemilihan obat-obatan khususnya obat-obat tanpa
resep.
Dalam perencanaan pengadaan ini, ada empat metode yang sering dipakai
yaitu :
a) Metode epidemiologi.
Perencanaan

dengan

metode

ini

dibuat

berdasarkan

pada

penyebaranpenyakitdan pola pengobatan penyakit yang terjadi dalam


masyarakat sekitar.
b) Metode konsumsi.
Perencanaan dengan metode ini dibuat berdasarkan data pengeluaran barang
periode lalu.
c) Metode kombinasi
Metode ini merupakan gabungan dari metode epidemiologi dan metode
konsumsi
d) Metode just in time.
Perencanaan dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat yang ada di Apotek
dalam jumlah terbatas.
2) Pengadaan.
Berhasil tidaknya tujuan usaha banyak bergantung pada kebijaksanaan
pembelian/pengadaan barang. Cara melakukan pengadaan dapat dilakukan
sebagai berikut :

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

29

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

a. Pengadaan dalam jumlah terbatas, pengadaan dilakukan sesuai dengan


kebutuhan dalam jangka waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian
ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh
dari Apotek, misalnya satu kota yang selalu siap segera melayani kebutuhan
obat dalam pengiriman yang cepat.
b. Pengadaan secara spekulasi, pengadaan ini dilakukan dalam jumlah yang
lebih besar dari kebutuhan dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam
waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus. Meskipun apabila
spekulasinya benar dapat menambah pemasukan Apotek, tetapi cara ini
mengandung resiko mengenai kerusakan dan waktu kadaluwarsa obat.
c. Pengadaan berencana, cara pengadaan ini erat hubungannya dengan
pengendalian persediaan barang pengawasan stock obat/barang dagangan
penting sekali, dengan demikian dapat diketahui mana yang laku keras dan
mana yang kurang laku. Hal ini dapat dilihat pada kartu stock. Selanjutnya
dapat dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan per item.
3) Penyimpanan
Tujuan penyimpanan barang adalah agar barang aman, mudah diawasi,
menjaga stabilitas obat dan untuk menjamin kelancaran pelayanan. Berdasarkan
Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

1027/Menkes/SK/IX/2004 :
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat di mana isi dipindahkan pada wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

30

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

pada wadah baru, wadah sekurang-kurangnya memuat nomor batch dan


tanggal kadaluwarsa.
b. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan
menjamin kestabilan bahan. Penataan obat dapat dilakukan berdasarkan
urutan alfabetis. Pengeluaran barang di Apotek menggunakan sistem First
In First Out (FIFO) untuk obat-obat yang baru datang disimpan paling
belakang dan juga sistem First Expire First Out (FEFO) untuk obat-obat
yang mempunyai waktu kadaluwarsa lebih singkat disimpan paling depan
yang memungkinkan diambil terlebih dahulu.
Ruang untuk menyimpan hendaknya dapat dipertanggung jawabkan dari
segi keamanannya, tidak terkena cahaya matahari langsung, kering dan tidak
bocor, tersedia rak yang cukup baik, dilengkapi dengan alat pemadam kebakaran.
4) Administrasi.
Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di Apotek, perlu dilaksanakan
kegiatan administrasi yang meliputi :
a. Administrasi Umum.
Pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Administrasi Pelayanan.
Pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan
hasil monitoring penggunaan obat.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

31

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

Administrasi di Apotek meliputi perencanaan barang, pengadaan barang,


pengelolaan dan laporan barang masuk dan keluar. Pengelolaan administrasi
dilakukan oleh Tenaga Teknik Kefarmasian dibantu karyawan umum.
a. Administrasi untuk pengadaan barang
a) Buku defecta
Buku defecta digunakan untuk mencatat persediaan obat/ barang yang habis
atau menipis, dengan buku defecta ini jumlah persediaan barang yang
menipis atau kosong dapat terkontrol. Buku defecta ini menjadi dasar untuk
membuat surat pesanan ke PBF.
b) Surat pesanan
Surat pesanan biasa tersusun rangkap dua, surat pesanan ditandatangani oleh
APA. Rincian perlembarnya yaitu lembar pertama asli diberikan ke PBF,
lembar kedua untuk arsip pembelian.
c) Buku pembelian
Buku pembelian ini berfungsi sebagai buku penerimaan barang. Pencatatan
dalam buku ini dilakukan setiap hari berdasarkan faktur. Dalam buku ini
tercantum tanggal, nomor urut, nama PBF, nomor faktur, nomor batch,
tanggal kadaluwarsa, nama barang, jumlah, harga satuan, diskon yang
diperoleh, total harga atau total pembayaran.
d) Kartu hutang
Kartu hutang digunakan untuk mencatat hutang dagang. Kartu hutang
dagang dibuat per PBF. Dalam kartu hutang tercantum tanggal faktur,
nomor faktur dan angka nominal faktur (jumlah tagihan). Apabila sudah

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

32

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

terjadi pembayaran hutang, pada kartu diberi tanda L (Lunas) dan diberi
tanggal pelunasan.
b. Administrasi untuk penyimpanan barang
a) Buku pembelian
Buku pembelian ini berfungsi sebagai buku penerimaan barang. Pencatatan
dalam buku ini dilakukan setiap hari berdasarkan faktur. Dalam buku ini
tercantum tanggal, nomor urut, nama PBF, nomor faktur, nomor batch,
tanggal kadaluwarsa, nama barang, jumlah, harga satuan, diskon yang
diperoleh, total harga dan pembayaran. Pengeluaran setiap hari dijumlah,
pada akhir bulan ditotal untuk perhitungan pengeluaran Apotek.
b) Buku catatan harian narkotika dan psikotropika
Buku ini mencatat pemasukan dan pengeluaran obat-obat narkotika dan
psikotropika dicatat dalam buku stock khusus. Satu buku digunakan untuk
mencatat satu macam obat.
c. Administrasi untuk penjualan barang
a) Daftar harga
Daftar harga obat tercantum dalam program komputer baik berupa hargaharga obat dengan merk dagang, generik maupun bahan baku. Penyusunan
nama berdasarkan urutan abjad dan bentuk sediaan. Harga yang
dicantumkan yaitu HNA (Harga Netto Apotek) + PPN dan HJA (Harga Jual
Apotek).

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

33

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

b) Laporan harian.
c) Laporan harian merupakan laporan hasil semua pemasukan dari penjualan
obat bebas, penjualan resep setiap hari.
d) Laporan penggunaan narkotika dan psikotropika
Laporan pengguanaan narkotika dibuat setiap bulan, sedangkan laporan
penggunaan psikotropika dibuat setiap bulan. Dalam laporan ini tercantum
nama obat, persediaan awal, penambahan/pemasukan yang meliputi tanggal
pembelian, jumlah, nama PBF, pengurangan atau penggunaan, persediaan
akhir dan keterangan.
4. Pengelolaan Obat
1) Pengelolaan Obat Narkotik
Tujuan

diadakan

pengelolaan

narkotik

adalah

untuk

mencegah

penyalahgunaan obat narkotik sehingga obat-obat narkotik harus ditangani secara


khusus. Narkotik sangat diperlukan untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan
serta pengembangan ilmu pengetahuan, namun narkotik juga dapat menimbulkan
efek ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa
pengendalian dan pengawasan yang ketat dan saksama. Oleh karena itu untuk
meningkatkan pengendalian dan pengawasan serta meningkatkan upaya
mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotik, maka
ditetapkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotik.
Ketentuan umum Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 menjelaskan
definisi narkotik yakni zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

34

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

atau perubahan kesadaran, kehilangan rasa, mengurangi sampai menghilangkan


rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika hanya digunakan
untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu
pengetahuan. Pengaturan narkotik menurut pasal 3 bertujuan untuk menjamin
ketersediaan narkotik untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau
pengembangan

ilmu

pengetahuan,

mencegah

terjadinya

penyalahgunaan

narkotika, memberantas peredaran gelap narkotik.


Untuk mempermudah pengawasan terhadap pengadaan dan distribusi
narkotik, maka pemerintah hanya mengizinkan PT. Kimia Farma (PERSERO)
sebagai satu-satunya perusahaan farmasi yang diizinkan untuk memproduksi,
mengimpor dan mendistribusikan narkotik di Indonesia. Hal ini dimaksud untuk
menghindari penyalahgunaan narkotik yang dapat menimbulkan adiksi, maka
diadakan pengawasan oleh pemerintah meliputi penanganan khusus dalam hal
pembelian, penyimpanan, penjualan, administrasi serta pelaporannya.
Pemesanan Narkotika
Pemesanan narkotik dilakukan melalui PBF Kimia Farma sebagai
distributor. Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan Narkotika
rangkap 4 ditanda tangani oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek dan
dilengkapi dengan Nomor SIPA serta stempel Apotek. Pemesanan narkotik dalam
satu lembar surat pesanan adalah satu item (satu jenis obat) dan dibuat rangkap
empat, tiga lembar surat pesanan, tersebut dikirim ke PBF dan satu lembar lagi
digunakan untuk arsip Apotek.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

35

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

Penyimpanan Narkotika
Narkotik di Apotek wajib disimpan secara khusus sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam Peraturan PerundangUndangan Nomor 28/Menkes/Per/I/1978 Pasal 5 tentang tata cara penyimpanan
narkotik, Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk penyimpanan narkotika
yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b) Harus mempunyai kunci yang kuat.
c) Lemari dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan, bagian
pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garamgaramnya, serta persediaan narkotika. Bagian kedua dipergunakan untuk
menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.
d) Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari ukuran kurang dari 40 x 80 x
100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.
Pada Pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28/
Menkes/Per/X/1978 dinyatakan bahwa :
a) Apotek dan Rumah Sakit harus menyimpan narkotik pada tempat khusus
sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5.
b) Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain
narkotik, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
c) Anak kunci lemari khusus harus dikuasai Penanggungjawab/Tenaga Teknik
Kefarmasian atau pegawai lain yang dikuasakan.
d) Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum.
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

36

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

Pelaporan Narkotika
Menurut

Undang-Undang

Nomor

35

tahun

2009, Apotek

wajib

menyampaikan dan menyimpan laporan berskala mengenai pemasukan dan atau


pengeluaran narkotika yang ada didalam penguasaannya kepada Menteri
Kesehatan. Laporan narkotika dikirim kepada Kepala Dinas Kesehatan Daerah
Tingkat 1 setempat dengan tembusan :
a) Kepala Dinas Kesehatan Tingkat II setempat.
b) Kepala Badan POM Provinsi setempat.
c) Arsip.
Pelaporan penggunaan

narkotika dilakukan setiap bulan.

Laporan

penggunaan obat narkotika saat ini dilakukan melalui online SIPNAP (Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Tenaga Teknik Kefarmasian setiap
bulannya menginput data penggunaan narkotika dan psikotropika melalui
SIPNAP lalu setelah data telah terinput data tersebut di import (paling lama
sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya). Laporan meliputi laporan pemakaian
narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama bahan/sediaan,
satuan, persediaan awal bulan), password dan username didapatkan setelah
melakukan registrasi pada dinkes setempat.
Pelayanan Narkotika
Pelayanan narkotika adalah sebagai berikut :
a) Narkotika digunakan untuk terapi penyakit hanya berdasarkan resep Dokter,
resep yang berisi narkotika harus digaris bawahi dengan tinta merah
dibawah nama obat narkotik.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

37

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

b) Resep yang mengandung narkotika harus ditulis tersendiri yaitu tidak boleh
ada iterasi (ulangan), ditulis nama pasien tidak boleh m.i (mihi ipsi = untuk
dipakai sendiri), alamat pasien dan aturan pakai yang jelas, tidak boleh
ditulis sudah tahu pakainya (usus cognitus).
Pemusnahan Narkotika
Pasal 9 Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor
28/Menkes/Per/1978 menyebutkan bahwa pemegang izin khusus yaitu Apoteker
pimpinan Apotek dan Dokter dapat memusnahkan narkotika yang rusak atau tidak
memenuhi syarat lagi. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009
tentang narkotika disebutkan bahwa pemusnahan narkotika dilakukan jika
narkotika di produksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku atau
dapat digunakan dalam proses produksi, kadaluwarsa, tidak memenuhi
persyaratan untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan berkaitan dengan tindak pidana.
Pelaksanaan pemusnahan narkotika menurut surat edaran Direktur Jendral
Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 010/EF/SE/1981 tanggal 8 mei 1981 yaitu
Apotek yang berada ditingkat provinsi disaksikan oleh Balai Pengawasan Obat
dan Makanan dan Apotek yang berada di tingkat Kotamadya atau Kabupaten
disaksikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Tingkat II.
Pelaksanaan pemusnahan narkotik di Apotek harus dibuat berita acara
yang memuat hari, tanggal, bulan, tahun pemusnahan, nama Apoteker pengelola
apotek, nama saksi dari Pemerintah dan seorang saksi lain dari Apotek tersebut,
nama dan jumlah narkotik yang dimusnahkan, cara pemusnahan dan tanda tangan
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

38

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

penanggungjawab apotek dan saksi-saksi. Berita acra pemusnahan narkotik


tersebut dikirmkan kepada Direktur Jendral dengan tembusan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi setempat, Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan
serta arsip Apotek.
2) Pengelolaan Psikotropik
Menurut Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 psikotropika adalah zat atau
obat bukan narkotika, baik alamiah maupun sintesis yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan
khas pada aktifitas mental dan perilaku pemakainya. Obat psikotropika dapat
menimbulkan ketergantungan dan dapat disalahgunakan. Tujuan pengaturan
psikotropika sesuai pasal 3 adalah :
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan
dan ilmu pengetahuan.
b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.
c. Memberantas peredaran gelap psikotropika.
Pengelolaan psikotropika meliputi :
a. Pemesanan Psikotropika
Pemesanan

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan

Surat

pesanan

psikotropika rangkap empat ditanda tangani oleh Apoteker Penanggungjawab


Apotek dan dilengkapi dengan nomor SIPA serta stempel Apotek. Surat pesanan
tersebut kemudian dikirim ke PBF khusus untuk penyaluran obat keras. Surat
pesanan dibuat rangkap empat, tiga lembar untuk PBF dan satu lembar untuk arsip
apotek. Berdasarkan pasal 14 Undang-Undang Nomor 5 tahun 1997 penyerahan

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

39

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

psikotropika hanya dapat dilakukan kepada Apotek, Rumah Sakit, Puskesmas,


Balai Pengobatan dan pelayanan resep dari Dokter.
b. Penyimpanan Psikotropika
Penyimpanan obat golongan psikotropika belum diatur dalam perundangundangan khusus. Obat-obat golongan psikotropika cenderung lebih banyak
disalahgunakan, maka diminta kepada semua sarana distribusi obat (PBF, Apotek,
Rumah Sakit) agar menyimpan obat-obat golongan psikotropika dalam suatu rak
atau lemari khusus dan kartu stok psikotropika.
c.

Pelaporan Psikotropika
Penggunaan psikotropika perlu dilakukan monitoring dengan mencatat

resep-resep yang berisi psikotropika dalam buku register psikotropika yang berisi
nomor, nama sediaan, satuan, persediaan awal, jumlah pemasukan, nama PBF,
nomor faktur PBF, jumlah pengeluaran, persediaan akhir, nama pasien dan nama
Dokter. Pengeluaran obat psikotropika wajib dilaporkan. Pelaporan dibedakan atas
penggunaan bahan baku psikotropika dan sediaan jadi psikotropika. Pelaporan
psikotropika dibuat satu bulan sekali tetapi dilaporkan 1 tahun sekali (awal
Januari sampai Desember) ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan
Makanan

dan

arsip

Apotek.

Laporan

ditandatangani

oleh

Apoteker

Penanggungjawab Apotek dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK/SP,


nomor SIA dan stempel Apotek.
Laporan penggunaan psikotropika dilakukan setiap bulannya saat ini
melalui SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika). Tenaga Teknik

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

40

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

Kefarmasian setiap bulannya menginput data penggunaan psikotropika melalui


SIPNAP lalu setelah data telah terinput data tersebut di kirim. Laporan meliputi
laporan pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan meliputi nomor urut,
nama bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan, password dan username
didapatkan setelah melakukan registrasi pada Dinas Kesehatan setempat.
d. Pemusnahan Psikotropika
Pemusnahan psikotropika dilakukan karena (a) kadaluwarsa, (b) tidak
memenuhi syarat

untuk digunakan pada pelayanan kesehatan, (c) dilakukan

dengan pembuatan berita acara yang memuat nama, jenis, sifat dan jumlah,
keterangan tempat, jam, hari tanggal, bulan dan tahun, tanda tangan dan identitas
pelaksana dan pejabat yang menyaksikan (ditunjuk Menteri Kesehatan).
Pemusnahan

dilakukan

setelah

mendapat

persetujuan

oleh

Apoteker

Penanggungjawab Apotek lalu dibuat surat permohonan tertulis kepada Kepala


Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan kemudian dibentuk panitia pemusnahan
yang terdiri dari APA, TTK, Petugas Balai POM dan Dinas Kesehatan setempat
kemudian ditentukan tanggal pemusnahan dan dibuat berita acara dan dikirim
kepada Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan dengan tembusan Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi serta arsip Apotek.

3) Pengelolaan Obat tanpa resep


Obat yang dapat diserahkan tanpa resep adalah obat bebas, bebas terbatas
dan obat wajib apotek. Dimana Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/83, obat bebas adalah obat yang dapat

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

41

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

diserahkan kepada pasien tanpa resep, yang pada etiket wadah dan bungkus luar
atau kemasan terkecil dicantumkan secara jelas tanda khusus yang mudah
dikenali. Tanda khusus tersebut berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna
hitam.

Gambar 2. Logo Obat Bebas


Sedangkan Obat bebas terbatas adalah obat yang dapat diserahkan kepada
pasien tanpa resep, yang pada etiket wadah dan bungkus luar atau kemasan
terkecil dicantumkan secara jelas tanda khusus yang mudah dikenali. Tanda
khusus tersebut berupa lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam dan
dicantumkan tanda peringatan.

Gambar 3. Logo Obat Bebas Terbatas


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
6355/Dirjen/SK/69, tanda peringatan tersebut berwarna hitam berukuran panjang
5 cm dan memuat pemberitahuan berwarna putih

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

42

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

Gambar 4. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas


Obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 919/Menkes/Per/X/1993, yaitu :
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud adalah tidak memberikan resiko
pada kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya

memiliki

rasio

khasiat

keamanan

yang

dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.


4) Pengelolaan Obat Wajib Apotek (OWA)
Berdasarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Nomor

347/MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotek memutuskan dan


menetapkan bahwa OWA yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh Apoteker
kepada pasien di Apotek tanpa resep Dokter. APA dalam melayani pasien yang
memerlukan obat tersebut diwajibkan :
a. Memenuhi kewajiban ketentuan dan batasan tiap jenis obat untuk setiap
pasien yang disebutkan dalam OWA yang bersangkutan.
b. Membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

43

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontra indikasi,


efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
Contoh Obat Wajib Apotek (OWA) : oral kontrasepsi (tunggal: linetrenoil;
kombinasi: etinodiol diasetat-mestranol, norgestrel-etinil estradiol), obat saluran
cerna (antasida + sedative / spasmodik, anti spasmodik, spasmodik-analgesik,
antimual, laksan, obat kulit topikal (tetrasiklin/oksitetrasiklin, neomisin SO4,
gentamisin SO4, hidrokortison), obat saluran nafas (obat asma: salbutamol,
terbutalin SO4)

H. Pengelolaan Obat Rusak Dan Kadaluwarsa


Obat-obat yang rusak dan kadaluwarsa merupakan kerugian bagi Apotek,
oleh karenanya diperlukan pengelolaan agar jumlahnya tidak terlalu besar. Obat
kadaluwarsa di apotek dapat dikembalikan 3 atau 4 bulan sebelum kadaluwarsa ke
PBF yang bersangkutan sesuai dengan perjanjian sebelumnya. Untuk obat rusak
atau obat yang telah kadaluwarsa dan tidak dapat dikembalikan ke PBF dapat
dilaksanakan pemusnahan bersamaan dengan pemusnahan resep. Berdasarkan
Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

922/Menkes/Per/X/1993 pasal 12 ayat (2), menyebutkan bahwa obat dan


perbekalan farmasi lainnya yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi
atau dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam
atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Direktur Jendral.
Pada pasal 13 menyebutkan bahwa pemusnahan yang dimaksud dilakukan
oleh Apoteker Penanggungjawab Apotek atau Apoteker Pengganti, dibantu oleh

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

44

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

sekurang-kurangnya seorang karyawan Apotek yang bersangkutan, disaksikan


oleh petugas yang ditunjuk Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan
setempat. Pada pemusnahan dengan bentuk yang telah ditentukan dalam rangkap
lima yang ditandatangani oleh Apoteker Penanggungjawab Apoteker atau
Apoteker Pengganti dan petugas Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan setempat.
Pemusnahan obat-obat narkotik dan psikotropik yang sudah kadaluwarsa
dilaksanakan oleh Apoteker dengan disaksikan oleh petugas Dinas Kesehatan dan
sekurang-sekurangnya seorang karyawan Apotek. Sedangkan untuk obat nonnarkotik-psikotropika dilaksanakan oleh Apoteker dibantu oleh sekurangkurangnya seorang karyawan Apotek.
I. Pajak Apotek
Pajak yaitu suatu kewajiban setiap warga negara untuk menyerahkan
sebagian dan kekayaan atau hasilnya (hasil pendapatan) kepada negara menurut
peraturan atau undang-undang yang ditetapkan oleh pemerintah dan dipergunakan
untuk kepentingan masyarakat atau iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan jasa timbal yang ditujukan, yang
digunakan untuk membayar kepentingan umum.

Macam-macam pajak yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:


1. PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
PPN adalah pajak yang harus dibayar apotek pada setiap pembelian obat
dari PBF. Besarnya PPN adalah 10 %.
2. Pajak reklame atau iklan (papan nama apotek)
Pajak ini dikenakan terhadap pemasangan papan nama Apotek yang
nilainya tergantung besar papan nama Apotek, lokasi, dan lingkungan Apotek.
Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

45

Laporan PKPA Apotek Kafa Farma 2015

3. PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)


Pajak ini dikenakan setiap tahun dan besarnya tergantung pada luas tanah,
bangunan, serta lokasi.
4. Pajak Penghasilan Pribadi (PPh 21)
Besarnya pajak ditentukan berdasarkan penghasilan netto per tahun
dikurangi PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak). Pembayaran pajak
penghasilan pribadi dengan ketentuan:
a. Penghasilan sampai dengan 50 juta rupiah dikenakan pajak 5 %.
b. Penghasilan di atas 50-250 juta dikenakan pajak 15 %.
c. Penghasilan di atas 250-500 juta dikenakan pajak 25 %.
d. Penghasilan di atas 500 juta dikenakan pajak 30 %.
5. Pajak penghasilan Pasal 23 (PPh 23)
Pajak ini dikenakan pada badan usaha. Pajak ini merupakan pemotongan
pajak oleh pihak lain atas penghasilan berupa deviden, bunga royalty, sewa,
hadiah, penghargaan, dan imbalan jasa tertentu. Besarnya PPh untuk deviden
adalah 15 % dari keuntungan yang dibagikan.
6. Pajak Penghasilan Badan (PPh 25)
Besarnya pajak ditentukan berdasarkan laba/penghasilan netto yang
diperoleh wajib pajak badan dalam negeri dalam bentuk usaha. Pembayaran
pajak penghasilan badan ditentukan dengan :
a. Penghasilan sampai dengan 50 juta rupiah dikenakan pajak 10 %.
b. Penghasilan di atas 50-100 juta rupiah dikenakan pajak 15 %.
c. Penghasilan di atas 100 juta rupiah dikenakan pajak 30 %.

Program Profesi Apoteker Angkatan XXIX Periode 01 - 31 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai