Anda di halaman 1dari 69

Senyawa Kompleks (Koordinasi)

Senyawa Koordinasi adalah senyawa yang terbentuk dari ion sederhana (kation maupun anion)
serta ion kompleks. Unsur transisi periode keempat dapat membentuk berbagai jenis ion
kompleks. Ion kompleks terdiri dari kation logam transisi dan ligan. Ligan adalah molekul atau
ion yang terikat pada kation logam transisi. Interaksi antara kation logam
transisi dengan ligan merupakan reaksi asam-basa Lewis.
Menurut Lewis, ligan merupakan basa Lewis yang berperan sebagai spesi pendonor (donator)
elektron. Sementara itu,kation logam transisi merupakan asam Lewis yang berperan sebagai
spesi penerima (akseptor) elektron. Dengan demikian, terjadi ikatankovalen koordinasi (datif)
antara ligan dengan kation logam transisipada proses pembentukan ion kompleks. Kation logam
transisikekurangan elektron, sedangkan ligan memiliki sekurangnya sepasang elektron bebas
(PEB). Beberapa contoh molekul yang dapat berperan sebagai ligan adalah H2O, NH3, CO, dan
ion Cl-.
Bilangan koordinasi adalah jumlah ligan yang terikat pada kation logam transisi. Sebagai
contoh, bilangan koordinasi Ag+ pada ion [Ag(NH3)2]+ adalah dua, bilangan
koordinasi Cu2+ pada ion [Cu(NH3)4]2+ adalah empat, dan bilangan koordinasi Fe3+ pada ion
[Fe(CN)6]3- adalah enam. Bilangan koordinasi yang sering dijumpai adalah 4 dan 6.
Berdasarkan jumlah atom donor yang memiliki pasangan elektron bebas (PEB)
pada ligan, ligan dapat dibedakan menjadi monodentat,bidentat, dan polidentat. H2O dan
NH3 merupakan ligan monodentat (mendonorkan satu pasang elektron). Sedangkan Etilendiamin
(H2N-CH2-CH2-NH2, sering disebut dengan istilah en) merupakan contohligan bidentat

(mendonorkan dua pasang elektron). Ligan bidentat dan polidentat sering disebut sebagai agen
chelat (mampu mencengkram kation logam transisi dengan kuat).
Muatan ion kompleks adalah penjumlahan dari muatan kation logam transisi dengan ligan yang
mengelilinginya. Sebagai contoh, pada ion [PtCl6]2-, bilangan oksidasi masing-masing ligan
(ion Cl-) adalah -1. Dengan demikian, bilangan oksidasi Pt (kation logam transisi) adalah +4.
Contoh lain, pada ion [Cu(NH3)4]2+, bilangan oksidasi masing-masing ligan (molekul
NH3) adalah 0 (nol). Dengan demikian, bilangan oksidasi Cu (kation logam transisi) adalah +2.
Berikut ini adalah beberapa aturan yang berlaku dalam penamaan suatu ion
kompleks maupun senyawa kompleks :
1. Penamaan kation mendahului anion; sama seperti penamaan senyawa ionik pada umumnya.
2. Dalam ion kompleks, nama ligan disusun menurut urutan abjad, kemudian dilanjutkan dengan
nama kation logam transisi.
3. Nama ligan yang sering terlibat dalam pembentukan ion kompleksdapat dilihat pada Tabel
Nama Ligan.
4. Ketika beberapa ligan sejenis terdapat dalam ion kompleks, digunakan awalan di-, tri-, tetra-,
penta-, heksa-, dan sebagainya.
5. Bilangan oksidasi kation logam transisi dinyatakan dalam bilangan Romawi.
6. Ketika ion kompleks bermuatan negatif, nama kation logam transisi diberi akhiran at.
Nama kation logam transisi pada ion kompleks bermuatan negatif dapat dilihat pada Tabel Nama
Kation pada Anion Kompleks.
Tabel Nama Ligan

Ligan
Bromida, Br-

Nama Ligan
Bromo

Klorida, ClSianida, CNHidroksida, OHOksida, O2Karbonat, CO32Nitrit, NO2Oksalat, C2O42Amonia, NH3


Karbon Monoksida, CO
Air, H2O
Etilendiamin
Tabel Nama Kation pada Anion Kompleks

Kloro
Siano
Hidrokso
Okso
Karbonato
Nitro
Oksalato
Amina
Karbonil
Akuo
Etilendiamin (en)

Kation
Nama Kation pada Anion Kompleks
Aluminium, Al
Aluminat
Kromium, Cr
Kromat
Kobalt, Co
Kobaltat
Cuprum, Cu
Cuprat
Aurum, Au
Aurat
Ferrum, Fe
Ferrat
Plumbum, Pb
Plumbat
Mangan, Mn
Manganat
Molibdenum, Mo
Molibdat
Nikel, Ni
Nikelat
Argentum, Ag
Argentat
Stannum, Sn
Stannat
Tungsten, W
Tungstat
Zink, Zn
Zinkat
Berikut ini adalah beberapa contoh penulisan nama maupun rumus kimia dari berbagai senyawa
kompleks :
1. Ni(CO)4
Bilangan koordinasi = 4
Muatan ion kompleks = 0

Muatan ligan = 0
Muatan kation logam transisi = 0
Nama senyawa = tetrakarbonil nikel (0) atau nikel tetrakarbonil
2. NaAuF4
Terdiri dari kation sederhana (Na+) dan anion kompleks (AuF4-)
Bilangan koordinasi = 4
Muatan anion kompleks = -1
Muatan ligan = -1 x 4 = -4
Muatan kation logam transisi = +3
Nama senyawa = natrium tetrafluoro aurat (III)
3. K3[Fe(CN)6]
Terdiri dari kation sederhana (3 ion K+) dan anion kompleks ([Fe(CN)6]-3)
Bilangan koordinasi = 6
Muatan anion kompleks = -3
Muatan ligan = -1 x 6 = -6
Muatan kation logam transisi = +3
Nama senyawa = kalium heksasiano ferrat (III) atau kalium ferrisianida
4. [Cr(en)3]Cl3
Terdiri dari kation kompleks ([Cr(en)3]3+) dan anion sederhana (3 ion Cl-)
Bilangan koordinasi = 3 x 2 (bidentat) = 6
Muatan kation kompleks = +3
Muatan ligan = 3 x 0 = 0
Muatan kation logam transisi = +3

Nama senyawa = tris-(etilendiamin) kromium (III) klorida


5. Pentaamin kloro kobalt (III) klorida
Terdapat 5 NH3, satu Cl-, satu Co3+, dan ion ClMuatan kation kompleks = (5 x 0) + (1 x -1) + (1 x +3) = +2
Untuk membentuk senyawa kompleks, dibutuhkan dua ion ClRumus senyawa kompleks = [Co(NH3)5Cl]Cl2
6. Dikloro bis-(etilendiamin) platinum (IV) nitrat
Terdapat 2 Cl-, 2 en, satu Pt4+, dan ion NO3Muatan kation kompleks = (2 x -1) + (2 x 0) + (1 x +4) = +2
Untuk membentuk senyawa kompleks, dibutuhkan dua ion NO3Rumus senyawa kompleks = [Pt(en)2Cl2](NO3)2
7. Natrium heksanitro kobaltat (III)
Terdapat 6 NO2-, satu Co3+, dan ion Na+
Muatan anion kompleks = (6 x -1) + (1 x +3) = -3
Untuk membentuk senyawa kompleks, dibutuhkan tiga ion Na+
Rumus senyawa kompleks = Na3[Co(NO2)6]
8. Tris-(etilendiamin) kobalt (III) sulfat
Terdapat 3 en, satu Co3+, dan ion SO42Muatan kation kompleks = (3 x 0) + (1 x +3) = +3
Untuk membentuk senyawa kompleks, dua kation kompleks membutuhkan tiga ion SO42Rumus senyawa kompleks = ([Co(en)3])2(SO4)3

Bentuk ion kompleks dipengaruhi oleh jumlah ligan, jenis ligan, dan jenis kation logam transisi.
Secara umum, bentuk ion kompleks dapat ditentukan melalui bilangan koordinasi. Hubungan
antara bilangan koordinasi terhadap bentuk ion kompleks dapat dilihat pada tabel berikut :
Bilangan Koordinasi
2
4
6

Bentuk Ion Kompleks


Linear
Tetrahedral atau Square Planar
Oktahedral

SENYAWA KOORDINASI
Posted by Riska Rahmadhani Wednesday, May 21, 2014 0 comments

A.

SENYAWA KOORDINASI

Secara umum senyawa kompleks atau senyawa koordinasi terbentuk dari ion logam (ion pusat)
yang dikelilingi oleh sejumlah ligan. Pada umumnya ion pusat berasal dari ion-ion logam transisi
karena ion logam transisi mempunyai orbital-orbital kosong yang dapat berperan sebagai
penerima elektron. Ion pusat dalam
senyawa kompleks berfungsi sebagai penerima (akseptor) pasangan elektron. Sedangkan ligan
dapat berasal dari anion atau molekul netral yang mempunyai pasangan elektron bebas untuk
didonorkan pada ion pusat. Ikatan antara ion pusat dan ligan terjadi karena adanya donor
elektron dari ligan kepada ion pusat sebagai akseptor pasangan elektron. Ikatan tersebut disebut
ikatan kovalen koordinasi.
B.

LIGAN

Molekul atau ion yang mengelilingi logam dalam ion kompleks dinamakan ligan. Interaksi
antara atom logam dengan ligan-ligan dapat dibayangkan bagaikan reaksi asam-basa Lewis. Basa
Lewis adalah ialah zat yang mampu memberikan satu atau lebih pasangan elektron. Setiap ligan
memiliki setidaknya satu pasang elektron valensi bebas, seperti contoh berikut ini:

Jadi, ligan berperan sebagai basa Lewis. Sebaliknya, atom logam transisi (baik dalam keadaan
netral maupun bermuatan positif) bertindak sebagai asam Lewis, yaitu menerima (dan berbagi)
pasangan elektron dari basa Lewis. Dengan demikian, ikatan logam-ligan biasanya adalah ikatan
kovalen koordinat.
Atom dalam suatu ligan yang terikat langsung dengan atom logam dikenal sebagai atom
donor. Contohnya, nitrogen adalah atom donor dalam ion kompleks [Cu(NH3)4]2+.Bilangan
koordinasi dalam senyawa koordinasi didefinisikan sebagai banyaknya atom donor di
seputar atom logam pusat dalam ion kompleks. Contohnya, bilangan
koordinasiAg+ dalam [Ag(NH3)4]2+ ialah 2, untuk Cu+ dalam [Cu(NH3)4]2+ ialah 4, dan
untuk Fe3+ dalam [Fe(CN)6]3+ ialah 6.
Ligan mungkin berupa molekul netral (seperti NH3 dan H2O atau ion negatif ( Cl- dan CN-) .
Ligan, seperti NH3 dan Cl- mempunyai satu atom yang dapat terikat pada ion logam yang
disebut monodentat (satu gigi). Di samping itu, ada ligan yang mempunyai dua atau lebih atom
yang dapat terikat pada ion logam, yang disebut bidentat dan polidentat.
Ligan bidentat yang paling terkenal di antara ligan polidentat. Ligan bidentat yang termasuk di
antaranya anion diamin, difosfin, dieter, dan Beta-ketoenolat, dan yang paling terkenal adalah
etilendiamin, en, difos, glim, dan asetilasetonat acac.
Salah satu ligan bidentat ialah etilenadiamina (bisa disingkat en):

Logam bidentat dan polidentat juga disebut agen pengelat (chelating agent) karena
kemampuannya mengikat atom logam seperti sepit (dari kata Yunani chele, berarti sepit ata
cakar.
Tabel 1 - Jenis ligan beserta contohnya
Monodentat

C.

Air

Klorida

Tiosianat

Amonia

Bromida

Sianida

Iodida

Bidentat

Hidroksida
Oksalat

Flourida
Etilendiamin

Polidentat

Etilendiamintetraasetat (EDTA)

Tiosulfat
Nitrida
Dietiltriamin

ATOM PUSAT

Atom Pusat adalah suatu kation yang menerima elektron-elektron dari ligan untuk membentuk
suatu ion kompleks. Atom yang menyediakan tempat bagi elektron yang didonorkan. Biasanya
berupa ion logam, terutama logam golongan transisi yang memiliki orbital d yang kosong.
Contoh: Fe2+, Fe3+, Cu2+, Co3+, dll.
Sebagai contoh, dalam pembentukan kompleks, seperti perak klorida padat akan melarut dalam
larutan amonia. Persamaan itu dapat ditulis secara molekul sebagai:
AgCl(s) + 2NH3(aq) Ag(NH3)2Cl

Senyawa Ag(NH3)2Cl disebut suatu kompleks. Sebenarnya, senyawa ini bersifat senyawa ion.
Yang berdisosiasi menjadi ion Ag(NH3)2 + dan Cl-, dan spesies Ag(NH3)2 +disebut ion
kompleks. Ion kompleks perak-amonia dibentuk dalam tahap-tahap dengan penambahan
molekul amonia, yang disebut ligan, ke ion perak yang disebut ion logam pusat.
Bentuk molekul dengan atom pusat lebih dari satu, merupakan kombinasi dari beberapa bentuk
molekul dengan satu atom pusat. Sebagai contoh adalah ethane dan ethanol. Bentuk molekul
ethane dapat dibentuk dengan dua buah CH3 dengan empat pasangan berikatan dan tanpa
pasangan electron bebas. Maka bentuknya adalah tetrahedral yang saling tumpang-tindih.
Sedangkan ethanol, untuk CH3 berbentuk tetrahedral; CH3 juga berbentuk tetrahedral; dan atom
O yang memiliki 4 grup electron dan dua pasangan electron bebas maka bentuknya adalah
V (AX2E2).

Untuk ion dengan muatan sama (satu gol), interaksi elektrostatik antara atom pusat dgn ligan
akan semakin kuat dengan bertambahnya muatan inti efektif atom pusat karena efek shielding
orbital 5d > 4d> 3d. Muatan inti efektif meningkat ligan lebih tertarik ke atom pusat
interaksi elektrostatik antara atom pusat dgn ligan akan semakin kuat splitting orbital d
meningkat medan kristal semakin kuat.
D.

NOMENKLATUR (TATA NAMA)

Bilangan koordinasi suatu ion logam ditentukan oleh sifat, bilangan oksidasi, jenis ligand, dan
lingkaran senyawa tersebut. Umumnya senyawa koordinasi bernilai 2, 4, 6, dan 8 dengan
struktur berturut-turut linear, tetrahedral atau bujur sangkar, dan oktahedral.
Senyawa koordinasi diberi nama dengan aturan sebagai berikut:

1.

Dalam menuliskan rumus, kation ditulis didepan anion. Aturan ini beerlaku umum untuk

ion kompleks yang membawa muatan bersih positif atau negatif.


Contoh:
K3[Fe(CN)6] kita namai kation K+ terlebih dulu
2.

Dalam menuliskan nama, nama ligand disebut lebih dulu, sesuai aturan abjed, dan diakhiri

dengan nama ion logam.


Contoh:
Co(NH3)63- ion heksa amina kobalt (III)
3.

Nama ligand anion diberi akhiran O.

a.

Akhiran ida diganti dengan O


Anion
Klorida ClBromida BrSianida CNOksida O2-

b.

Ligand
Kloro
Bromo
Siano
Okso

Akhiran at diganti dengan ito atau ato


Anion
Karbonat CO32Tiosulfat S2O32Tiosianat SCNOksalat C2O42Nitrat NO2-

4.

Ligand
Karbonato
Tiosulfato
Tiosianato
Oksalato
Nitrato

Nama ligand yang berbentuk molekul netral diberi nama sesuai nama

molekulnya.Misalnya:
H2O

aqua

NH3

amina

Jumlah ligand diberi awalan.

2= di

3= tri

4= tetra

5= pennta

6=heksa

Anion (ion logam) diberi akhiran at


Unsur
Aluminium
Kromium
Mangan
Kobalt
Zink
Molibdenium
Tungstan
Nikel

Anion
aluminat
kromat
manganat
kobaltrat
zinkat
molibdenat
tungstat
nikelat

Unsur
Besi
Tembaga
Timbal
Perak
Emas
Timah
Platina

Anion
ferat
kuprat
plumbat
argentat
aurat
stannat
platinat

Bilangan oksidasi logam dalam senyawa koordinasi dinyatakan dengan angka Romawi didalam
tanda kurung. Contoh:
Co(H2O)63+

ion heksaaquakobalt (III)

CoCl63-

ion heksaklorokobaltat (III)

Ni(CN)42Na3{Cr(NO2)6}
Cr(NH3)3Cl3
1.

ion tetrasianonikelat (II)


natrium heksanitrokromat (III)
triaminatrikloromium (III)

Contoh Penamaan Senyawa Kompleks dari Rumusnya.

Apakah nama senyawa berikut.


a.

[Cr(H2O)4Cl2]Cl

b.

K2[Ni(CN)4]

Jawab:
a.

Ion kompleks adalah suatu kation bermuatan 1+. Ligan terdiri atas 4 molekul aqua

(aturan 4) dan 2 ion kloro (aturan 3). Penulisan ligan diurut secara alfabet: tetraaqua, diikuti
dikloro. Jadi, tetraaquadikloro. Nama ligan ditulis terlebih dahulu, kemudian nama atom pusat.
Dengan demikian, nama senyawa kompleks tersebut adalah tetraaquadiklorokrom(III) klorida.

b.

Ion kompleks berupa anion bermuatan 2. Dengan mengikuti aturan (1): kation ditulis

terlebih dahulu, kemudian anion kompleks. Menurut aturan (6): anion ditambah akhiran at
sehingga ditulis sebagai nikelat Penulisan ligan mengikuti aturan di atas menjadi tetrasiano.
Dengan demikian, nama senyawa kompleks ditulis sebagai: kalium tetrasianonikelat(II).
2.

Contoh Menentukan Rumus Senyawa Kompleks dari Namanya

Tuliskan rumus untuk senyawa kompleks difluorobis(etilendiamin)kobalt(III) perklorat.


Jawab:
Ion kompleks mengandung dua ion fluorida, dua etilendiamin, dan kobalt dengan biloks +3.
Dengan demikian, ion kompleks adalah suatu kation yang bermuatan:
(Co + 2en +2Cl) = +3 + 0 2 = 1+.
Oleh karena jumlah total muatan ion kompleks 1+, ion perklorat bermuatan 1. Dengan
demikian, rumus senyawa kompleks tersebut adalah [Co(en)2F2]ClO4.
E.

APLIKASI IKATAN VALENSI PADA ION KOMPLEKS

Teori ikatan valensi, sangat membantu dalam menjelaskan pembentukan ikatan dan struktur
dalam golongan utama. Ikatan valensi ini juga berguna untuk menjelaskan pembentukan ikatan
pada ion kompleks. Pada pembentukan ion kompleks, orbital dari ligan yang telah terisi,
elektronnya berhibridisasi (overlap) ke orbital ion logam yang masih kosong. Ligan
menyumbang pasangan electron bebasnya(basa lewis) untuk diterima oleh ion logam (asam
lewis) untuk membentuk satu ikatan kovalen dari ion kompleks. Pada umumnya, untuk senyawa
kompleks, jenis hibridisasi pada ion logam(atom pusat) akan menentukan bentuk (geometri) dari
ion kompleks tersebut.
Ligan pada ion kompleks menyumbangkan sepasang elektron untuk membentuk suatu ikatan
kovalen dengan atom pusat. Jika suatu atom menyumbangkan sepasang elektron untuk

digunakan bersama disebut sebagai ikatan kovalen koordinasi. Jenis dan jumlah orbital
hibridisasi ion logam bergantung pada pasangan elektron bebas yang menentukan bentuk
geometri ion kompleks.
Pembentukan ikatan melibatkan beberapa tahapan, meliputi promosi elektron; pembentukan
orbital hibrida; dan pembentukan ikatan antara logam dengan ligan melalui overlap antara orbital
hibrida logam yang kosong dengan orbital ligan yang berisi pasangan elektron bebas.
Pada hibridisasi yang melibatkan orbital d, ada dua macam kemungkinanhibridisasi. Jika dalam
hibridisasi orbital d yang dilibatkan adalah orbital d yang berada di luar kulit dari orbital s
dan yang berhibridisasi, maka kompleks yang terbentuk disebut sebagai kompleks orbital luar,
atau outer orbital compleks. Sebaliknya, jika dalam hibridisasi yang dilibatkan adalah orbital d di
dalam kulit orbitals dan p yang berhibridisasi, maka kompleks tersebut dinamakan kompleks
orbital dalam atau inner orbital compleks. Umumnya kompleks orbital dalam lebih stabil
dibandingkan kompleks orbital luar, karena energi yang dilibatkan dalam pembentukan
kompleks orbital dalam lebih kecil dibandingkan energi yang terlibat dalam pembentukan
kompleks orbital luar. Untuk menghibridisasi orbital d yang berada di dalam orbital s dan
p diperlukan energi yang lebih kecil, karena tingkat energinya tidak terlalu jauh.

Tabel 2 - Jenis Hibridisasi beserta geometri yang terbentuk

Berikut akan dijelaskan mengenai hibridisasi d2sp3 dan sp3d2 dimana terjadi pada kompleks
yang mempunyai bentuk geometri oktahedral.
1.

Hibridisasi

Ion heksaaminkrom(III), [Cr(NH3)6]3+, menggambarkan penerapan dari teori ikatan valensi


untuk kompleks berbentuk octahedral. Enam orbital yang belum terisi (2 orbital 3d, 1 orbital 4s,
3 orbital 4p) akan bergabung membentuk orbital dengan tingat energy yang sama, kemudian 6
molekul NH3 memberikan masing-masing satu elektronnya untuk mengisi orbital yang masih
kosong. Electron dari orbital 3d yang tidak berpasangan akan membuat ion kompleks menjadi
paramagnetik.
Jika semua elektron berpasangan maka akan mengalami penolakan dalam medah magnet, disebut
sifat diamagnetik. Jika ada elektron yang tidak berpasangan, maka akan mengalami penarikan
oleh medan magnet, disebut sifat paramagnetik. Makin banyak elektron yang tidak berpasangan
makin kuat sifat paramagnetiknya.

Pada [Cr(NH3)6]3+ hibridisasi yang terjadi yaitu disebut d2sp3 dengan inner orbital kompleks,
karena orbital dipakai lebih rendah dari S dan P disebut juga low spinatau spin paired.
2.

Hibridisasi

Pada ion heksaflouroferat(III), [Fe(F)6]3- terjadi hibridisasi sp3d2 disebut denganouter


orbital, karena orbital d yang dipakai lebih tinggi dari orbital s dan p, high spinatau spin free.

Struktur inner orbital kompleks ion = [Co(NH3)6]3+, [Mn(CN)6], [Cr(NH3)6]3+, [Cr(CN)6]3Struktur outer orbital komplek ion = [Fe(NH3)6]2+, [Ni(NH3)6]2+, [Cu(NH3)6]+,
[Cr(H2O)6]2+.

F.

ENERGI STABILISASI MEDAN KRISTAL

Energi stabilisasi medan kristal (Bahasa Inggris: crystal field stabilization energy), disingkat
CFSE, adalah stabilitas yang dihasilkan dari penempatan ion logam pada medan kristak yang
dibentuk oleh sekelompok ligan-ligan. Ia muncul karena ketika orbital-dterpisah pada medan
ligan, beberapa dari orbital itu akan memiliki energi yang lebih rendah. Sebagai contoh, pada
kasus oktahedron, kelompok orbital t2g memiliki energi yang lebih rendah dari energi orbital
pada sentroid. Sehingga, jika terdapat sembarang elektron yang menempati orbital-orbital ini, ion
logam akan menjadi lebih stabil pada medan ligan relatif terhadap sentroid dengan nilai yang
dikenal sebagai CFSE. Sebaliknya, orbital-orbital eg (pada kasus oktahedral) memiliki energi
yang lebih tinggi dari pada sentroid, sehingga menempatkan elektron pada orbital tersebut
menurunkan CFSE.

Jika pemisahan orbital-d pada medan oktahedron adalan oct, tiga orbital t2g distabilkan relatif
terhadap sentroid sebesar 2/5 oct, dan orbital-orbital eg didestabilkan sebesar 3/5oct.
Stabilisasi medan kristal dapat digunakan dalam menjelaskan geometri kompleks logam transisi.
Alasan mengapa banyak kompleks d8 memiliki geometri datar persegi adalah karena banyaknya
stabilisasi medan kristal yang dihasilkan struktur geometri ini dengan jumlah elektron 8.

1.

Perhitungan CFSE

Crystal field st Hans Bethe abilizationenergy berubah ubah sesuai dengan struktur dan jenis ion
kompleks. Perbedaan energi orbital t2g dan eg Hans Bethe untuk kompleks tetrahedral -4/9 kali
untuk kompleks octahedral orbital t2g mempunyai energi 0,27 lebih rendah dari pada
kompleks hipotesis, bila adalah , untuk kompleks tetrahedral : CFSE = (0,27y 0,18x) . y
merupakan jumlah elektron di orbital e dan x merupakan jumlah elektron di orbital t2g.
Pada gambar splitting oktahedral terlihat bahwa orbital t2g mempunyai energi 0,4 Io dan energi
pada orbital eg adalah 0,6 Io sehingga untuk menghitung CFSE = (0,4 x 0,6 y) Io. Dimana x =
jumlah elektron di orbital t2g dan y = jumlah elektron di orbital eg. Contoh jumlah elektron d =
7, t2g = 5 dan eg = 2.
CFSE = (0,4 x 0,6 y) Io
= (0,4 . 5 0,6 . 2 ) Io
= (2 1,2 ) Io
= 0,8 Io
Jadi dengan kata lain CFSE dapat dihitung dengan rumus umum, yaitu :
CFSE = energi pada t2g.x (energi dari eg .y)

DAFTAR PUSTAKA

Andika Himawan, Ahmad. Dasar Teori untuk Pembentukan Ikatan dan Sifat dari
Kompleks.http://tekim.undip.ac.id/staf/istadi/files/2012/10/AhmadAndikaHimawan_2103011212
0021_Rabu1030.pdf(akses tanggal 22 Februari 2013).

Anonim. Teori Ikatan Dalam Kompleks. http://www.scribd.com/doc/53182596/bab-iii-teoriikatan-dalam-kompleks ( akses tanggal 24 Februari 2013).
Anonim. Teori Medan Magnet. http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_medan_kristal (akses tanggal
22 Februari 2013).
Budiman, Arif. Senyawa Koordinasi.http://melixchemist.blogspot.com/2012/05/senyawakompleks-atau-senyawa.html (akses tanggal 20 Februari 2013).
Budisma. Pengertian dan Contoh Ion Senyawa
Kompleks.http://budisma.web.id/materi/sma/kimia-kelas-xii/senyawa-kompleks/ (akses tanggal
23 Februari 2013).
Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar Jilid 2, Jakarta: Erlangga
Cotton, wilkinson. 2007. Kimia Anorgani Dasar. Jakarta: UI Press
Day, Jr, R. A., Underwood, A. L. (1989). Analisis Kimia. Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Fitriana, Ayu. Senyawa Koordinasi (Senyawa
Kompleks).http://tekim.undip.ac.id/staf/istadi/files/2012/10/AyuFitriana_21030112130095_rabu.
pdf(akses tanggal 22 Februari 2013).
Incrediblenglish. Pembentukan Kompleks
(Hibridisasi).http://bankimia.blogspot.com/2012/02/pembentukan-kompleks-hibridisasi.html
(akses tanggal 22 21 Februari 2013).
Maria Kuswati, Tine. (2007). Sains Kimia 3 untuk SMA. Jakarta: Bumi Aksara
Syukri. (1999). Kimia Dasar 3. Bandung: Penerbit ITB
Pengertian Senyawa Kompleks, Ion, Contoh, Logam, Unsur Transisi, Kimia
Best Electronics Products At Competitive Prices for the Consumer.(Alibaba.com)
7:30 PM

Pengertian Senyawa Kompleks, Ion, Contoh, Logam, Unsur Transisi, Kimia - Warna yang
tampak dalam senyawa kimia tidak hanya menarik, tetapi juga memberikan pengetahuan tentang
struktur dan ikatan di dalam senyawa. Logam-logam unsur transisi pada umumnya berwarna
sehingga banyak digunakan, misalnya untuk pigmen cat atau kaca. Mengapa senyawa-senyawa
logam transisi berwarna dan berubah warnanya jika ion atau molekul yang terikat pada logam
berubah?

Pertanyaan tersebut dapat dijawab melalui pembahasan senyawa kompleks dari logam-logam
unsur transisi.

1. Senyawa kompleks

Senyawa kompleks adalah senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu atau
lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi
pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi
sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi [1]. Jadi semua senyawa kompleks
atau senyawa koordinasi adalah senyawa yang terjadi karena adanya ikatan kovalen koordinasi
antara logam transisi dengan satu atau lebih ligan [2]. Senyawa kompleks sangat berhubungan
dengan asam dan basa lewis dimana asam lewis adalah senyawa yang dapat bertindak sebagai
penerima pasangan bebas sedangkan basa lewis adalah senyawa yang bertindak sebagai
penyumbang pasangan elektron [3]. Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks.

2. Ion Kompleks

Ion kompleks adalah senyawa ionik, di mana kation dari logam transisi berikatan dengan dua
atau lebih anion atau molekul netral. Dalam ion kompleks, kation logam unsur transisi
dinamakan atom pusat, dan anion atau molekul netral terikat pada atom pusat dinamakan ligan
(Latin: ligare, artinya mengikat).

Menurut teori asam-basa Lewis, ion logam transisi menyediakan orbital d yang kosong sehingga
berperan sebagai asam Lewis (akseptor pasangan elektron bebas) dan ion atau molekul netral
yang memiliki pasangan elektron bebas untuk didonorkan berperan sebagai basa Lewis.

Contoh ion kompleks adalah [Fe(H2O)6]3+.

Atom Fe bermuatan 3+ dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d5 4s0. Oleh karena atom Fe dapat
mengikat enam molekul H2O (netral), atom Fe harus menyediakan enam buah orbital kosong.
Hal ini dicapai melalui hibridisasi d2sp3. Proses hibridisasinya adalah sebagai berikut.

Konfigurasi atom Fe :

Konfigurasi dari ion Fe3+ :

Oleh karena memerlukan enam orbital kosong, hibridisasi yang terjadi adalah d2sp3, yakni 2
orbital dari 3d, 1 orbital dari 4s, dan 3 orbital dari 4p. Keenam orbital d2sp3 selanjutnya dihuni
oleh pasangan elektron bebas dari atom O dalam molekul H2O.

Molekul atau ion yang bertindak sebagai ligan, yang terikat pada atom pusat, sekurangkurangnya harus memiliki satu pasang elektron valensi yang tidak digunakan, misalnya Cl,
CN, H2O, dan NH3, seperti ditunjukkan pada struktur Lewis Gambar 1.

Gambar 1. (a) Ligan H2O dan (b) NH3.


Pada pembentukan ion kompleks, ligan dikatakan mengkoordinasi logam sebagai atom pusat.
Ikatan yang terbentuk antara atom pusat dan ligan adalah ikatan kovalen koordinasi. Penulisan
rumus kimia untuk ikatan koordinasi dalam senyawa kompleks digunakan tanda kurung siku.
Jadi, dalam rumus [Cu(NH3)4]SO4 terdiri atas kation [Cu(NH3)4]2+ dan anion SO42, dengan
kation merupakan ion kompleks. Senyawa yang terbentuk dari ion kompleks dinamakan senya a
kompleks atau koordinasi.

Ion kompleks memiliki sifat berbeda dengan atom pusat atau ligan pembentuknya. Misalnya,
pada ion kompleks Fe(SCN)2+, ion SCN tidak berwarna dan ion Fe3+ berwarna cokelat. Ketika
kedua spesi itu bereaksi membentuk ion kompleks, [Fe(SCN)6]3 warnanya menjadi merah
darah.

Pembentukan kompleks juga dapat mengubah sifat-sifat ion logam, seperti sifat reduksi atau sifat
oksidasi. Contohnya, Ag+ dapat direduksi oleh air dengan potensial reduksi standar:

Ag+(aq) + e Ag(s)

Eo = +0,799 V

Namun ion [Ag(CN)2] tidak dapat direduksi oleh air sebab ion Ag+ sudah dikoordinasi oleh
ion CN menjadi stabil dalam bilangan oksidasi +1.

[Ag(CN)2](aq) + e Ag(s)

Eo = 0,31 V

3. Muatan dan Bilangan Koordinasi Senyawa Kompleks

4. Ligan

5. Tata Nama Senyawa Kompleks

Anda sekarang sudah mengetahui Senyawa Kompleks dan Ion Kompleks. Terima kasih anda
sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Tata Nama Senyawa Kompleks, Aturan Penamaan, Rumus, Contoh Soal, Kimia - Tata
nama senyawa kompleks disusun berdasarkan aturan Alfred Werner, pakar Kimia Swiss yang
sudah bekerja meneliti senyawa kompleks lebih dari 60 tahun. Aturan penamaannya adalah
sebagai berikut.

1. Tata nama untuk ligan bermuatan negatif ditambah akhiran o, contoh :

Ligan
F
Cl
Br
I
CN
NO2
ONO

Nama
Fluoro
Kloro
Bromo
Iodo
Siano
Nitro
Nitrito

Ligan
NO3
OH
O2
NH2
C2O4
CO3 2

Nama
Nitrato
Hidrokso
Okso
Amido
Oksalato
Karbonato

2. Tata nama untuk ligan netral digunakan nama molekulnya, kecuali empat ligan yang sudah
dikenal umum, seperti aqua (H2O), amina (NH3), karbonil (CO), dan nitrosil (NO).
3. Nama ligan diurut menurut alfabetis (urutan ligan adalah pertama nama ligan negatif, nama
ligan netral, dan nama ligan positif).
4. Jika lebih dari satu ligan yang sama digunakan kata depan di (dua), tri (tiga), tetra (empat),
dan seterusnya.
5. Jika nama ligan dimulai dengan huruf vokal untuk ligan polidentat, penomoran menggunakan
awalan bis (dua), tris (tiga), dan tetrakis (empat).
6. Nama ligan dituliskan terlebih dahulu diikuti nama atom pusat.

7. Jika kompleks suatu kation atau molekul netral, nama atom pusat dituliskan sama seperti nama
unsur dan diikuti oleh angka romawi dalam kurung yang menunjukkan bilangan oksidasinya.
8. Jika kompleks suatu anion, penulisan nama dimulai dari kation diikuti nama anion.
9. Jika kompleks suatu anion, akhiran at ditambahkan kepada nama induk logam, diikuti angka
romawi yang menyatakan bilangan oksidasi logam.

Contoh ion kompleks berupa kation :

[Co(NH3)6]Cl3
[Pt(NH3)4Cl2]2+
[Co(NH3)6]Cl3

heksaaminkobalt (III) klorida


ion tetraamindikloroplatina (IV)
heksaaminkobalt (III) klorida

Contoh ion kompleks yang netral :

[Pt(NH3)2Cl4]
[Co(NH3)3(NO2)3]
[Ni(H2NCH2CH2NH2)2Cl2]

Diamintetrakloroplatina (IV)
Triamintrinitrokobalt (III)
diklorobis(etilendiamin)nikel (II)

Contoh ion kompleks berupa anion :

K3[Co(NO2)6]
[PtCl6]2
Na2[SnCl6]

kalium heksanitrokobaltat(III)
ion heksakloroplatinat(IV)
natrium heksaklorostanat(IV)

Contoh Soal Penamaan Senyawa Kompleks dari Rumusnya (1) :

Apakah nama senyawa berikut.

(a) [Cr(H2O)4Cl2]Cl;
(b) K2[Ni(CN)4]

Jawaban :

(a) Ion kompleks adalah suatu kation bermuatan 1+.

Ligan terdiri atas 4 molekul a ua (aturan 2) dan 2 ion kloro (aturan 1).

Penulisan ligan diurut secara alfabet: tetraa ua, diikuti dikloro. Jadi, tetraa uadikloro.
Nama ligan ditulis terlebih dahulu, kemudian nama atom pusat.

Dengan demikian, nama senyawa kompleks tersebut adalah tetraa uadiklorokrom (III) klorida.

(b) Ion kompleks berupa anion bermuatan 2.

Dengan mengikuti aturan (8): kation ditulis terlebih dahulu, kemudian anion kompleks.

Menurut aturan (9): anion ditambah akhiran at sehingga ditulis sebagai nikelat

Penulisan ligan mengikuti aturan di atas menjadi tetrasiano.

Dengan demikian, nama senyawa kompleks ditulis sebagai: kalium tetrasianonikelat (II).

Mawar Remodia
Jumat, 20 Desember 2013
SENYAWA KOMPLEKS
NAMA : GUNAWAN
NIM

: F1C111035

PRODI: KIMIA
UNIVERSITAS JAMBI

MAKALAH SENYAWA KOMPLEKS

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Dalam ilmu kimia, kompleks atau senyawa koordinasi merujuk pada molekul atau entitas yang
terbentuk dari penggabungan ligan dan ion logam. Dulunya, sebuah kompleks artinya asosiasi
reversibel dari molekul, atom, atau ion melalui ikatan kimia yang lemah. Pengertian ini sekarang
telah berubah. Beberapa kompleks logam terbentuk secara irreversibel, dan banyak diantara
mereka yang memiliki ikatan yang cukup kuat.

Pengertian Senyawa Kompleks, Ion, Contoh, Logam, Unsur Transisi, Kimia - Warna yang
tampak dalam senyawa kimia tidak hanya menarik, tetapi juga memberikan pengetahuan tentang
struktur dan ikatan di dalam senyawa. Logam-logam unsur transisi pada umumnya berwarna

sehingga banyak digunakan, misalnya untuk pigmen cat atau kaca.

Senyawa kompleks adalah senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu atau
lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Donasi
pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi
sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi [1]. Jadi semua senyawa kompleks
atau senyawa koordinasi adalah senyawa yang terjadi karena adanya ikatan kovalen koordinasi
antara logam transisi dengan satu atau lebih ligan [2]. Senyawa kompleks sangat berhubungan
dengan asam dan basa lewis dimana asam lewis adalah senyawa yang dapat bertindak sebagai
penerima pasangan bebas sedangkan basa lewis adalah senyawa yang bertindak sebagai
penyumbang pasangan elektron [3]. Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks.

Senyawa kompleks telah banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu tahapan-tahapan reaksi
(mekanisme reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam serta ligan yang berbeda-beda. Ligan
memiliki kemampuan sebagai donor pasangan elektron sehingga dapat dibedakan atas ligan
monodentat, bidentat, tridentat dan polidentat.

Banyak sintesis senyawa kompleks yang telah dilakukan menghasilkan senyawa antara sebagai
katalis yang dapat membantu dalam reaksi-reaksi kimia. Salah satu senyawa yang dapat
digunakan dalam sintesis kompleks adalah ligan yang berasal dari basa Schiff, dimana senyawa
kompleks yang terbebtuk merupakan salah satu senyawa antara yang dapat digunakan untuk
bermacam penerapan ilmu, seperti dalam ilmu biologi, klinik dan analitik. Kerja dan aktivitas

obat menunjukkan kenaikan setelah dijadikan logam-logam transisi terkhelat yang ternyata lebih
baik daripada hanya menggunakan senyawa organik.

Dalam beberapa hal kompleks tidak memberikan reaksi dalam larutan karakteristik ion logam
atau ligan tidak kompleks tetapi stabilitas termodinamik dan kinetik bervariasi sehingga hal ini
bukan merupakan kriteria pembentukan senyawa koordinasi.

REAKSI SENYAWA KOMPLEKS


I.

Reaksi Substitusi

Reaksi substitusi adalah reaksi di mana 1 arau lebih ligan dalam suatu kompleks digantikan oleh
ligan lain. Karena ligan memiliki pasangan elektron bebas sehingga bersifat nukleofilik
(menyukai inti atom), maka reaksi tersebut juga dikenal sebagai reaksi substitusi nukeofilik
(SN).

Berdasarkan mekanismenya reaksi substitusi dapat dibedakan menjadi :


1.

SN1 (lim)

2.

SN1

3.

SN2

4.

SN2 (lim)

5.

SN1 (lim) : substitusi nukleofilik orde-1 ekstrim

Mekanisme reaksi diawali dengan pemutusan salah satu ligan, ini berlangsung lambat sehingga
merupakan tahap penentu reaksi (rate determining step). Dengan demikian konstanta laju reaksi

(k) hanya dipengaruhi oleh jenis kompleks dan sama sekali tidak dipengaruhi oleh jenis ligan
pengganti.

Contoh :
[Co(CN-)5(H2O)]2- + Y-

[Co(CN-)5(Y-)]2- + H2O

Diperoleh data harga k untuk berbagai ligan pengganti (Y-) sebagai berikut :
ligan pengganti (Y-)

k (detik-1)

Br-

1,6 . 10-3

I-

1,6 . 10-3

SCN-

1,6 . 10-3

N3-

1,6 . 10-3

H2OMekanisme reaksi :

1,6 . 10-3

[Co(CN-)5(H2O)]2-

[Co(CN-)5]2- +

[Co(CN-)5]2- + Y-

[Co(CN-)5(Y-)]2-

H2O

(lambat)
(cepat)

Persamaan laju reaksi : r = k ([Co(CN-)5(H2O)]2

1.

SN1 : substitusi nukleofilik orde-1

Pada tahap penentu laju reaksi terjadi pemutusan maupun pembentukan ikatan. Pada saat ikatan
antara ion pusat dengan ligan terganti sudah hampir putus sudah terjadi pembentukan ikatan

(walaupun sangat lemah) antara ion pusat dengan ligan pengganti. Dengan demikian tahap
penentu utama laju reaksi adalah pemutusan ikatan antara ion pusat dengan ligan terganti dan
hanya sedikit dipengaruhi oleh pembentukan ikatan antara ion pusat dengan ligan pengganti.
Harga k terutama ditentukan oleh jenis ion kompleks, namun jika jenis ligan pengganti divariasi
ternyata memberikan sedikit pengaruh seperti tersaji pada tabel berikut :

ligan pengganti (Y-)

1.

k
[Ni(H2O)6]2+

[Co(H2O)6]2+

SO42-

1,5

Glisin

0,9

2,6

Diglisin

1,2

2,6

imidazol

1,6

4,4

SN2 : substitusi nukleofilik orde-2

Pada tahap penentu laju reaksi terjadi pemutusan maupun pembentukan ikatan. Pada saat ikatan
antara ion pusat dengan ligan terganti baru mulai melemah sudah terjadi pembentukan ikatan
yang sudah hampir sempurna antara ion pusat dengan ligan pengganti. Dengan demikian tahap
penentu utama laju reaksi adalah pembentukan ikatan antara ion pusat dengan ligan pengganti
dan hanya sedikit dipengaruhi oleh pemutusan ikatan antara ion pusat dengan ligan terganti.

1.

SN2-lim : substitusi nukleofilik orde-2 ekstrim

Mekanisme reaksi diawali dengan pembentukan ikatan yang sempurna antara ion pusat dengan
ligan pengganti, dilanjutkan dengan pemutusan ligan terganti. Dengan demikian zantara
(intermediate) merupakan kompleks koordinasi 5. Konstanta laju reaksi (k) dipengaruhi baik
oleh jenis kompleks maupun oleh jenis ligan pengganti.

Contoh :
[PtCl4]2- +

X-

[PtCl3X-]2- + Cl-

X-

[PtCl4X-]2- (lambat)

Mekanisme :
[PtCl4]2- +
[PtCl4X-]2-

[PtCl3X-]2- +

Cl- (cepat)

Persamaan laju reaksi : r = k ([PtCl4]2-)2(X-)


Untuk reaksi SN2 (lim) tersebut dapat disusun urutan laju reaksi untuk bebagai ligan pengganti
(Y-), dimana perbandingan laju reaksi bilamana digunakan ligan PR3 : OR- = 107 :1.

Reaksi substitusi pada kompleks oktahedral pada umunya berlangsung melalui mekanisme SN1
dan SN1-lim (mekanisme disosiatif), sedang substitusi pada kompleks bujursangkar pada
umunya berlangsung melalui mekanisme SN2 dan SN2-lim (asosiatif). Hal ini dapat dipahami
mengingat kompleks koordinat 6 sudah cukup crowded dan tidak ada tempat lagi bagi ligan
pengganti untuk bergabung sehingga dihasilkan kompleks koordinat 7. Adapun untuk kompleks
bujursangkar masih tersedia ruangan yang cukup longgar bagi ligan pengganti untuk bergabung
membentuk intermediate berupa kompleks koordinat 5.

II.

Reaksi Redoks

Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) adalah reaksi dimana terjadi perubahan btlangan oksidasi pada
ion-ion pusatya. Berdasarkan mekanismenya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu mekanisme bola
dalam (inner sphere mechanism) dan mekanisme bola luar (outer sphere mechanism).

a. Mekanisme bola dalam (inner sphere mechanism)


Mekanisme bola dalam juga disebut mekanisme perpindahan ligan karena perpindahan elektron
dalam reaksi ini juga disertai dengan perpindahan ligan. Selain itu juga dikenal
sebagai mekanisme jembatan ligan karena kompleks teraktivasinya merupakan kompleks dimana
ligan yang akan berpindah menjembatani dua ion pusat reaktan. Mekanisme ini terjadi antara dua
kompleks di mana kompleks yang 1 innert dan yang lain labil.

Contoh :
[Co(NH3)5Cl]2+ + [Cr(H2O)6]2+ + 5H3O+ [Co(H2O)6]2+ + [CrCl(H2O)5]2+ + 5NH4+

Dalam reaksi tersebut tejadi perpindahan elektron dari Cr(II) ke Co(III) disertai dengan
perpindahan ligan Cl- dari Co(III) ke Cr(II). Jika dalam reaksi digunakan
[Co(NH3)5*Cl]2+ dan juga ditambahkan Cl- ke dalam larutan tenyata yang dihasilkan adalah
[Cr*Cl(H2O)5]2+ dan bukan [CrCl(H2O)5]2+ , artinya Cl- yang terikat pada Cr adalah Cl- yang
semula terikat oleh Co. Untuk menjelaskan hal itu, H.Taube mengusulkan bahwa kompleks
teraktivasi merupakan kompleks dimana ligan yang akan berpindah menjembatani dua ion pusat

reaktan, yaitu [(NH3)5Co-Cl-Cr(H2O)5]4+. Jadi Cl berfungsi sebagai kabel untuk


perpindahan elektron dari Cr(II) ke Co(III) sehingga masing-masing berubah menjadi Cr(III) ke
Co(II). Setelah terjadi perpindahan elektron jari-jari Cr mengecil (karena muatan positif
bertambah), sebaliknya Co membesar (karena muatan positif berkurang). Akibatnya daya tarik
Cr(III) terhadap ligan Cl- lebih besar dibanding daya tarik Co(II) terhadap ligan Cl- dan setelah
ikatan putus Cl- terikat oleh Cr(III).

Mekanisme :
[Co(NH3)5Cl]2+ + [Cr(H2O)6]2+
[(NH3)5Co-Cl- Cr(H2O)5]4+
[(NH3)5Co]2+ +

[(NH3)5Co-Cl-Cr(H2O)5]4+ +

[(NH3)5Co]2+ +

5H3O+ + H2O

H2O

[Cl-Cr(H2O)5]2+

[Co(H2O)6]2+ + 5NH4+

Fakta lain yang mendukung usulan Taube tersebut adalah bahwa jika digunakan ligan yang lebih
konduktif (lebih polar atau memiliki ikatan rangkap, ternyata reaksi berlangsung lebih cepat :
VI- > VBr- > VClV-CH=CH-CH-COO- > V-CH2-CH2-CH2-COO-

b. Mekanisme bola luar (outer sphere mechanism)


Dalam mekanisme ini hanya terjadi perpindahan electron dan tidak disertai dengan perpindahan
ligan, sehingga juga dikenal sebagai mekanisme perpindahan electron. Mekanisme ini terjadi
dalam reaksi antara 2 kompleks yang inert.

Contoh :
[*Fe(CN)6]4- + [Fe(CN)6]3-

[*Fe(CN)6]3- +

[Fe(CN)6]4-

Karena kedua kompleks bersifat innert, maka pelepasan berlangsung lambat. Adapun elektron,
dapat berpindah dengan sangat cepat (jauh lebih cepat dari perpindahan ligan) ; oleh karena itu
tidak mugkin terjadi kompleks teraktivasi jembatan ligan. Dalam hal ini akan ditinjau 2
kemungkinan mekanisme :

Kedua kompleks saling mendekat kemudian diikuti oleh perpindahan elektron dari Fe(III)
ke *Fe(II). Jika hal ini terjadi maka akan tejadi kompleks *Fe(II) dengan ikatan logam-ligan
yang perlalu pendek, dan kompleks Fe(III) dengan ikatan logam-ligan yang perlalu panjang.
Kedua produk tersebut memiliki tingkat energi yang tinggi (tak stabil), sehinga diduga tidak
tejadi.
Kedua kompleks terlebih dahulu membentuk ompleks yangh simetris. Ikatan logam-ligan
pada *Fe(II) agak mengkerut sedang pada Fe(III) agak mulur. Hal ini juga memerlukan energi
tetapi relatif sedikit. Setelah kedua kompleks bergeometri sama (keadaan teaktivasi elektron
berrpindah dari Fe(III) ke *Fe(II) melalui ligan-ligan kedua kompleks yang saling berdekatan.
Dugaan ini didukung oleh fakta bahwa jika perbedaan panjang ikatan logam-ligan dalam
kedua kompleks semakin besar tenyata ternyata reaksi berlangsung semakin lambat

Pereaksi
[*Mn(CN)6]4- +

K (pada suhu 25 oC)


[Fe(CN)6]4-

[*Fe(CN)6]3- + [Fe(CN)6]4-

> 106 mol detik-1


105 mol detik-1

[*Co(NH3)6]2+ +

III.

[Co(NH3)6]3+

104 mol detik-1

Pengaruh Trans

Dalam reaksi substitusi pada kompleks platinum teramati bahwa laju reaksi sangat dipengaruhi
oleh sifat gugusyang berada pada posisi trans dari ligan terganti. Ligan-ligan dapat diurutkan
berdasarkan pengaruh trans, yaitu kemampuan melabilkan ligan lain yang berada pada posisi
trans untuk siap digantikan. Dalam daftar berikut ligan diurutkan mulai dari yang memiliki
pengaruh trans paling kuat, : CO, CN-, C2H4 > PR3, H-, RO > CH3-, SC(NH2)2> C6H5,
NO2-, I-, SCN- > Br- > Cl- > NH3, Py, RNH2, F- > OH- > H2O.

WARNA

WARNA KOMPLEMEN

Hijau kekuningan

Ungu kebiruan

Hijau

Ungu kemerahan

Biru kehijauan

Merah

Hijau kebiruan

Oranye

Biru

Kuning keoranyean

Biru keunguan

Kuning

Ion Kompleks

Ion kompleks adalah senyawa ionik, di mana kation dari logam transisi berikatan dengan dua
atau lebih anion atau molekul netral. Dalam ion kompleks, kation logam unsur transisi
dinamakan atom pusat, dan anion atau molekul netral terikat pada atom pusat dinamakan ligan
(Latin: ligare, artinya mengikat).
Menurut teori asam-basa Lewis, ion logam transisi menyediakan orbital d yang kosong sehingga
berperan sebagai asam Lewis (akseptor pasangan elektron bebas) dan ion atau molekul netral
yang memiliki pasangan elektron bebas untuk didonorkan berperan sebagai basa Lewis.
Contoh ion kompleks adalah [Fe(H2O)6]3+.

Atom Fe bermuatan 3+ dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d5 4s0. Oleh karena atom Fe dapat
mengikat enam molekul H2O (netral), atom Fe harus menyediakan enam buah orbital kosong.
Hal ini dicapai melalui hibridisasi d2sp3. Proses hibridisasinya adalah sebagai berikut.

Konfigurasi atom Fe :

Konfigurasi dari ion Fe3+ :

Oleh karena memerlukan enam orbital kosong, hibridisasi yang terjadi adalah d2sp3, yakni 2
orbital dari 3d, 1 orbital dari 4s, dan 3 orbital dari 4p. Keenam orbital d2sp3 selanjutnya dihuni
oleh pasangan elektron bebas dari atom O dalam molekul H2O.

Molekul atau ion yang bertindak sebagai ligan, yang terikat pada atom pusat, sekurangkurangnya harus memiliki satu pasang elektron valensi yang tidak digunakan, misalnya Cl,
CN, H2O, dan NH3, seperti ditunjukkan pada struktur Lewis Gambar 1.

Gambar 1. (a) Ligan H2O dan (b) NH3.


Pada pembentukan ion kompleks, ligan dikatakan mengkoordinasi logam sebagai atom pusat.
Ikatan yang terbentuk antara atom pusat dan ligan adalah ikatan kovalen koordinasi. Penulisan
rumus kimia untuk ikatan koordinasi dalam senyawa kompleks digunakan tanda kurung siku.
Jadi, dalam rumus [Cu(NH3)4]SO4 terdiri atas kation [Cu(NH3)4]2+ dan anion SO42, dengan

kation merupakan ion kompleks. Senyawa yang terbentuk dari ion kompleks dinamakan senya a
kompleks atau koordinasi.

Ion kompleks memiliki sifat berbeda dengan atom pusat atau ligan pembentuknya. Misalnya,
pada ion kompleks Fe(SCN)2+, ion SCN tidak berwarna dan ion Fe3+ berwarna cokelat. Ketika
kedua spesi itu bereaksi membentuk ion kompleks, [Fe(SCN)6]3 warnanya menjadi merah
darah.

Pembentukan kompleks juga dapat mengubah sifat-sifat ion logam, seperti sifat reduksi atau sifat
oksidasi. Contohnya, Ag+ dapat direduksi oleh air dengan potensial reduksi standar:

Ag+(aq) + e Ag(s)

Eo = +0,799 V

Namun ion [Ag(CN)2] tidak dapat direduksi oleh air sebab ion Ag+ sudah dikoordinasi oleh
ion CN menjadi stabil dalam bilangan oksidasi +1.

[Ag(CN)2](aq) + e Ag(s)

Eo = 0,31 V

Pertanyaan:
Perbedaan ion kompleks dengan senyawa ionik?
Shop the Latest Fashion Collections! (Alibaba.com)
JAWAB :

Senyawa kompleks
1. Senyawa kompleks adalah senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu
atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam
pusat. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen
koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi . Jadi semua
senyawa kompleks atau senyawa koordinasi adalah senyawa yang terjadi karena adanya
ikatan kovalen koordinasi antara logam transisi dengan satu atau lebih ligan .
Senyawa kompleks sangat berhubungan dengan asam dan basa lewis dimana asam lewis
adalah senyawa yang dapat bertindak sebagai penerima pasangan bebas sedangkan basa
lewis adalah senyawa yang bertindak sebagai penyumbang pasangan elektron .
Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion kompleks.

2. Ion Kompleks
Ion kompleks adalah senyawa ionik, di mana kation dari logam transisi berikatan dengan
dua atau lebih anion atau molekul netral. Dalam ion kompleks, kation logam unsur
transisi dinamakan atom pusat, dan anion atau molekul netral terikat pada atom pusat
dinamakan ligan (Latin: ligare, artinya mengikat).
SENYAWA KOORDINASI

Pengertian Senyawa Koordinasi

Senyawa koordinasi adalah senyawa yang mengandung satu atau lebih ion kompleks dengan

sejumlah kecil molekul atau ion di seputar atom atau ion logam pusat, biasanya dari logam
golongna transisi.

(Chang, 2005)
Susunan Senyawa Kompleks
Atom Pusat

Atom yang menyediakan tempat bagi elektron yang didonorkan. Biasanya berupa ion

logam, terutama logam golongan transisi yang memiliki orbital d yang kosong.

Contoh: Fe2+, Fe3+, Cu2+, Co3+, dll.

Ligan
Molekul atau ion yang mengelilingi logam dalam ion kompleks. Interaksi antara atom logam
dengan ligan dapat dibayangkan bagaikan reaksi asam basa Lewis. Sebagaimana kita tahu bahwa
basa Lewis adalah zat yang mampu memberikan satu atau lebih pasangan elektron. Setiap ligan
memiliki setidaknya satu pasang elektron valensi bebas.
....lanjutan

atom logam transisi (baik dalam keadaan netral maupun bermuatan positif) bertindak

sebagai asam Lewis. Dengan demikian, ikatan logam-ligan biasanya adalah ikatan kovalen
koordinat.

(Chang, 2005)

...lanjutan

Jenis ligan:

1. Monodentat: menyumbang satu atom donor. Cth: H2O, NH3.

2. Bidentat: menyumbang dua atom donor. Cth: etilenadiamina(disingkat en)

3. Polidentat: menyumbang lebih dari dua atom donor. Cth: EDTA (heksadentat)

Bilangan Koordinasi

Adalah banyaknya atom atom donor di seputar atom logam pusat dalam ion kompleks.

Contoh: a.) [Ag(NH3)2]2+ : bilangan koordinasi Ag2+ adalah 2.

b.) [Cu(NH3)4]2+ : bilangan koordinasi Cu2+ adalah 4.

c.) [Fe(CN)6]3- : bilangan koordinasi Fe3+ adalah 6.

...lanjutan

Bilangan koordinasi lazimnya adalah 4 dan 6, namun bilangan koordinasi 2 dan 5 juga telah

diketahui.

Bilangan koordinasi juga menentukan struktur bangun senyawa koordinasi.

Bilangan koordinasi 2: linear

Bilangan koordinasi 4: tetrahedral atau segiempat planar

Bilangan koordinasi 6: oktahedral

(Chang, 2005)

TATANAMA SENYAWA KOORDINASI


Berdasarkan Inorganic Nomenclature Committee of International Union of Pure and Applied
Chemistry

1. Urutan ion-ion : Pada pemberian nama garam-garam, kation disebutkan lebih dahulu baru

kemudian anion. Contoh:

K2 [Pt Cl6] , disebutkan kation K+ dahulu lalu anion [Pt Cl6]2-

(Sukardjo, 1992)
Kompleks Non-ionik

Kompleks-kompleks non-ionik atau molekul diberi nama dengan satu kata.

Contoh: [Co(NH3)3(NO2)3 : trinitrotriaminkobalt(III)

CH3COCH2COCH3 : asetilaseton

(Sukardjo, 1992)

Nama Ligan

Ligan-ligan diberi nama sesuai molekulnya kecuali air dan amoniak, ligan negatif

berakhiran o, ligan positif (walaupun jarang ada) berakhiran ium. Contoh:

NH2CH2CH2NH2: etilendiamin (en)

CO- : karbonil

CH3COO- : asetato

Cl- : kloro

NH2NH3+ : hidrazinium

H2O : akuo

NH3 : ammina

(Sukardjo,1992)

Urutan Ligan

Dalam kompleks, ligan dinamai terlebih dulu, sesuai urutan abjad, dan diakhiri dengan nama

ion logam.

(Chang, 2005)

Ligan dalam kompleks ditulis tidak terpisah.

(Sukardjo, 1992)
Bila ada ligan dari jenis tertentu yang berjumlah lebih dari satu, kita beri awalan Yunani di-, tri-,
tetra, penta,dst.
...lanjutan

Awalan diabaikan ketika memberi urutan abjad pada ligan. Contoh:

[Co(NH3)4Cl2]+ namanya adalah tetraamminnadikloro.

Ligan Cl- dalam abjad penamaan, dianggap berawalan c(chloro) namun penulisan tetap

kloro.

Jika ligan telah mengandung awalan Yunani, maka digunakan awalan bis(2), tris(3),

tetrakis(4) untuk menyatakan banyaknya ligan yang ada. Contoh: etilendiamina telah
mengandung di-, sehingga apabila terdapat dua ligan seperti ini, dinamakan bis(etilenadiamina).

(Chang, 2005)

Bagian Akhir Nama dan Bilangan Oksidasi

Kompleks anion diberi nama berakhiran at. Untuk kompleks kation dan netral, nama

logamnya tetap.

Bilangan oksidasi dari atom pusat dinyatakan dengan bilangan romawi di dalam kurung.

Contoh: K4[Fe(CN)6] : kalium heksasianoferrat(II)

[Fe(H2O)6SO4 : heksaakuobesi(II) sulfat.

[Co(en)2Cl2]2SO4 : diklorobis(etilendiammina)kobal(II) sulfat.

(Sukardjo, 1992)

Tempat ikatan

Ada beberapa ligan yang dapat terikat pada dua tempat, ligan ini disebutligan ambidentat.

Tempat ligan ini terikat dinyatakan dengan huruf besar. Contoh:

SCN : tiosianato atau tiosianato S

NCS : isotiosianato atau tiosianato N

NO2- : nitro

O N O : nitrito

(NH4)3[Cr(NCS)6] : amonium heksatiosianato-N-kromat(III) atau amonim

heksaisotiosianatokromat(III)

(Sukardjo,1992)

Teori rantai blomstrand Jorgensen

Dalam tahun 1850 1870 timbul persoalan tentang struktur dari senyawa senyawa
kompleks.pada saat itu ahli ahli kimia organik mendapatkan bahwa atom karbon selalu
mempunyai valensi empat dan senyawa-senyawa organic yang mempunyai struktur rantai.
CH3(CH2)3Cl strukturnya CH3 CH2 CH2 CH2 Cl
Atas dasar hal ini blomstrand (swedia,1865) mengajukan teori rantai untuk struktur kompleks
logam. Karena tiap tiap unsur mempunyai valensi yang tetap, maka blomstrand dan Jorgensen
mengatakan bahwa dalam kompleks kobalt(lll) hanya ada 3 ikatan.
Senyawa kompleks
POSTED BY THOIFAHMUTHOHHAROH APRIL 30, 2011 MENINGGALKAN
KOMENTAR
Salah satu sifat unsur transisi adalah mempunyai kecenderungan untuk membentuk ion kompleks
atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki orbital-orbital kosong yang
dapat menerima pasangan elektron pada pembentukan ikatan dengan molekul atau anion tertentu
membentuk ion kompleks
Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau molekul-molekul
membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat atau atom pusat. Anion atau
molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan. Banyaknya ikatan koordinasi antara ion pusat
dan ligan disebut bilangan koordinasi. Ion pusat merupakan ion unsur transisi, dapat menerima
pasangan elektron bebas dari ligan. Pasangan elektron bebas dari ligan menempati orbital-orbital
kosong dalam subkulit 3d, 4s, 4p dan 4d pada ion pusat.

Ligan adalah molekul atau ion yang dapat menyumbangkan pasangan elektron bebas kepada ion
pusat. Ligan ada yang netral dan bermuatan negatif atau positif. Pemberian nama pada ligan
disesuaikan dengan jenis ligannya. Bila ada dua macam ligan atau lebih maka diurutkan menurut
abjad.
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu
atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat.
Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi
sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Senyawa-senyawa kompleks
memiliki bilangan koordinasi dan struktur bermacam-macam. Mulai dari bilangan koordinasi
dua sampai delapan dengan struktur linear, tetrahedral, segiempat planar, trigonal bipiramidal
dan oktahedral. Namun kenyataan menunjukkan bilangan koordinasi yang banyak dijumpai
adalah enam dengan struktur pada umumnya oktahedral.
Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan reaksi-reaksi yang
menghasilkan pembentukan senyawa kompleks. Suatu ion (atau molekul) kompleks terdiri dari
satu atom (ion) pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu. Atom
pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi yaitu angka bulat yang menunjukan jumlah ligan
(monodentat) yang dapat membentuk kompleks yang stabil dengn satu atom pusat. Pada
kebanyakan kasus, bilangan koordinasi adalah 6, (seperti dalam kasus Fe2+, Fe3+, Zn2+, Cr3+,
Co3+, Ni2+,Cd2+) kadang-kadang 4(Cu2+, Cu+, Pt2+), tetapi bilangan 2 (Ag+)dan 8 (beberapa
iondari golongan platinum) juga terdapat.
Ion bebas tidak terdapat di dalam larutan yang encer, sehingga semua ion terlarut dan
kemungkinan semua molekul terlarut senantiasa dikelilingi oleh molekul air. Ion-ion juga saling
berinteraksi sepanjang jarak-jarak tertentu. Konsep aktivitas (activity) berkaitan dengan interaksi

elektrostatik jarak jauh (long-range electrostatic atau >5) antar ion-ion, sedangkan interaksi
ion-ion dalam jarak pendek (short-range electrostatic) disebut sebagai ion kompleks atau
pasangan ion (<5).
Ion dan molekul yang berinteraksi dalam jarak pendek akan membentuk ikatan dan kehilangan
masing-masing identitasnya dengan membentuk kompleks ion atau ion pasangan. Sebagai
contoh: ion Fe(H2O)63+ dan Al(H2O)63+ , molekul air terikat secara kuat pada ion pusatnya
dan karakteristik kimianya berubah, yaitu jauh lebih mudah melepas H+ daripada tanpa
Fe3+ dan Al3+ sebagai pusation.
Ion kompleks biasanya didefinisikan sebagai kombinasi antara kation pusat dengan satu atau
lebih ligan. Ligan adalah sebarang ion atau molekul dalam koordinasi dari ion sentral, misalnya
H2O pada contoh di atas. Tetapi seringkali air diabaikan di dalam ion kompleks sehingga
pengertian ion kompleks kadang-kadang terbatas untuk selain air. Ligan lainnya melakukan
penetrasi solvation sphere atau hydration sphere bagian dalam (inner) dari ion pusat dan
menggantikan satu atau lebih molekul air bagian dalam. Sebaliknya, pasangan ion merupakan
pengikatan ligan di luar dari solvation sphere bagian dalam, sehingga apabila terpisah, ion yang
terhidrasi akan bergabung secara elektrostatik dan berlaku seolah unit tunggal sepanjang interval
waktu yang lama. Ion kompleks dan pasangan ion adalah identik dengan inner
complexes dan outer complexes. Banyak dari alkali bumi dan cation logam transisi dalam
larutan tanah berada di dalam bentuk ion kompleks dan pasangan ion.
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia disekitar atom atau ion pusat
dalam apa yang disebut bulatan koordinasi, yang masing-masingnya dapat dihuni satu ligan
(monodentat). Susunan logam-logam sekitar ion pusat adalah simetris. Jadi, suatu kompleks
dengan atom pusat dengan bilangan koordinasi 6, terdiri dari ion pusat, dipusat suatu octahedron,

sedangkan keenam ligannya menempati ruang-ruang yang dinyatakan oleh sudut-sudut


octahedron. Bilangan koordinasi 4 biasanya menunjukkan susunan simetrisyang berbentuk
tetrahedron meskipun susunannya datar dimana ion pusat berada dipusat suatu bujur sangkar dan
keempat ionnya menempati keempat sudut bujursangkar itu. Ion-ion dan molekul-molekul
anorganika sederhana seperti NH3, CN-, Cl-, H2Omembentuk ligan modentat yaitu suatu ion
atau molekul menempati salahsatu ruang yang tersedia dalam ion pusat dalam bulatan
koordinasi, tetapi ligan bidentat, (seperti ion dipiridil), tridentat dan tetradentat juga banyak
dikenal. Senyawa kompleksyang terdiri dari ligan-ligan polidentat sering disebut sepit (chelate).
Rumus dan nama beberapa ion senyawa kompleks adalah sebagai berikut:
[Fe(CN)6]4-heksasianoferat(II)
[Fe(CN)6]3-heksasianoferat(III)
[Cu(NH3)4]2-tetraaminatembaga(II)
[Cu(CN)4]3-tetrasianokuprat(I)
Dari contoh-contoh diatas, kaidah-kaidah tatanama tampak jelas. Atom pusat diikuti dengan
rumus ligan dengan bilangan indeks stoikiometri. Rumus ini ditaruh antara tanda kurung sikusiku, dan muatan ionnya ditunjukkan diluar tanda kurung menurut cara biasa. Bila menyatakan
konsentrasi kompleks akan dipakai tanda kurung tipe{} untuk memnghindari kekacauan. Dalam
nama ionnya mula-mula jumlah ligan lalu nama ligan lalu diikuti namaatom pusat serta bilangan
oksidasinya.
G.N Lewis, ketika menguraikan teorinya tentang ikatan kimia yang didasarkan atas pembentukan
pasangan electron, menerangkan tentang pembentukan senyawa kompleks terjadi karena
penyumbangan pasangan electron seluruhnya oleh suatuatom ligan kepada atom pusat. Apa yang
disebut ikatan datif ini kadang-kadang dinyatakan dengan anak panah ynag menunjukan arah

penyumbanganelectron.
Teorimedan ligan yang menyatakan pembentukan senyawa kompleks atas dasarmedan
elektrostatik yang diciptakan oleh ligan-ligan koordinasi sekeliling bulatan sebelah dalamdari
atom pusat.Medan ligan menyebabkan penguraian tingkat energi orbital orbital d atom pusat,
uang lalu menghasilkan energi untuk menstabilkan kompleks itu(energi stabilisasimedan ligan).
Muatan suatu ion kompleks merupakan jumlah muatan ion-ion yang membentuk kompleks itu
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu
atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat.
Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi
sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Senyawa-senyawa kompleks
memiliki bilangan koordinasi dan struktur bermacam-macam. Mulai dari bilangan koordinasi
dua sampai delapan dengan struktur linear, tetrahedral, segiempat planar, trigonal bipiramidal
dan oktahedral. Namun kenyataan menunjukkan bilangan koordinasi yang banyak dijumpai
adalah enam dengan struktur pada umumnya oktahedral.
Ion kompleks dalam larutan terbentuk secara bertahap. Pembentukan kompleks oktahedral satu
ion logam dalam pelarut air dengan suatu ligan berlangsung melalui mekanisme reaksi
substitusi. Reaksi substitusi ion logam dengan masing-masing ligan monodentat, bidentat atau
tridentat berturut-turut terdiri dari enam, tiga dan dua tahap. Sebagai contoh, ion logam dalam
pelarut air membentuk kompleks [M(H2O)6]n+. Pada saat ke dalam larutan ditambahkan ligan
monodentat tidak bermuatan maka terjadi reaksi:
[M(H2O)6]n+

[M(H2O)5L]n+

H2O

Reaksi tersebut terus berlangsung hingga keenam H2O tersubstitusi dan dihasilkan kompleks
[ML6]n+. Apabila ligan yang ditambahkan merupakan ligan bidentat maka reaksi terdiri dari

tiga tahap. Pada setiap tahap dua molekul H2O disubstitusi oleh satu ligan bidentat hingga pada
akhir reaksi diperoleh kompleks [ML3]n+.
Kompleks dengan satu ion logam pusat dikenal sebagai kompleks inti tunggal (mononuklir).
Salah satu kompleks mononuklir yang banyak diteliti adalah kompleks Fe(II) dengan ligan
C14H10N2 (2,(2-pyridyl)quinoline = pq) misalnya [Fe(pq)2(ClO4)2], [Fe(pq)2(ClO4)2].H2O,
[Fe(pq)2(H2O)Br]Br.H2O, [Fe(pq)2(NCS)2], [Fe(pq)3](ClO4)2 1, [Fe(pq)3](ClO4)2.H2O 2,
[Fe(pq)Cl2] 3. Ligan pq merupakan ligan bidentat turunan bpy (2,2-bipyridine = C10H8N2)
yang dihasilkan dari substitusi benzo dalam posisi cis. Ligan pq sangat menarik karena pada
beberapa kasus menghasilkan kekuatan medan sedang yang dapat memberikan efek spin
crossover.
Penelitian kompleks terus berkembang dari kompleks inti tunggal mengarah pada kompleks
yang memiliki dua ion logam pusat yang dikenal sebagai kompleks berinti ganda (binuklir).
Pembentukan kompleks berinti ganda memerlukan ligan jembatan yang dapat menghubungkan
ion logam pusat yang satu dengan yang lainnya. Ion oksalat (C2O42-) merupakan salah satu
ligan jembatan yang banyak digunakan akhir-akhir ini karena keunikannya yang dapat
menghasilkan struktur kompleks multidimensi (1, 2 atau 3 dimensi). Selain itu ion oksalat
dapat berperan sebagai mediator pertukaran sifat magnet diantara ion-ion logam pusat. Beberapa
senyawa kompleks oksalat yang telah berhasil disintesis diantaranya; {[A][MIMIII(C2O4)3]}
dengan MI = Li, Na,

MIII = Cr, Fe, {[A][M2II(C2O4)3]}4dengan MII = Mn, Fe dan {[A]

[MIIMIII(C2O4)3]}5 dengan MII = Mn, MIII = CrIII. Pembentukan kompleks inti ganda
[MnIICrIII(C2O4)3]- dari kompleks [CrIII(C2O4)3]3- dengan MnII dalam larutan air
berlangsung melalui mekanisme
[CrIII(C2O4)3]3- (aq)

reaksi adisi:
MnII(aq)

[MnIICrIII(C2O4)3]-(aq)

2. 3. Ion logam dan ligand


Ion logam dalam senyawa kompleks disebut inti logam, sedangkan partikel donor elektronnya
disebut ligand. Jumlah lignand yang dapat diikat oleh suatu ion logam disebut bilangan
koordinasi. Besarnya bilangan koordinasi biasanya berkisar pada 2, 4, 6, dan 8. Umumnya 4 atau
6.
Bilangan koordinat 4 dijumpai pada ion:
Be2+, Zn2+, Cd2+, Hg2+, Pt2+, Pd2+, B3+, dan Al3+
Bilangan koordinat 6 dijumpai pada ion:
Fe2+, Co2+, Ni2+, Al3+, Co3+, Fe3+, Cr3+, Tr3+, Sn4+, Pb4+, Pt4+
2.3.1. Pengaruh ligan atom pusat pada warna senyawa kompleks
Banyak kompleks logam transisi memiliki warna yang khas. Hal ini berarti ada absorpsi di
daerah sinar tampak dari elektron yang dieksitasi oleh cahaya tampak dari tingkat energi orbital
molekul kompleks yang diisi elektron ke tingkat energi yang kosong. Bila perbedaan energi antar
orbital yang dapat mengalami transisi disebut , frekuensi absorpsi diberikan oleh persamaan
= h. Transisi elektronik yang dihasilkan oleh pemompaan optis (cahaya) diklasifikasikan
secara kasar menjadi dua golongan. Bila kedua orbital molekul yang memungkinkan transisi
memiliki karakter utama d, transisinya disebut transisi d-d atau transisi medanligan, dan panjang
gelombang absorpsinya bergantung sekali pada pembelahan medanligan. Bila satu dari dua
orbital memiliki karakter utama logam dan orbital yang lain memiliki karakter ligan, transisinya
disebut transfer muatan. Transisi transfer muatan diklasifikasikan atas transfer muatan logam ke
ligan (metal (M) to ligand (L) charge-transfers (MLCT)) dan transfer muatan ligan ke logam
(LMCT).
Karena analisis spektra kompleks oktahedral cukup mudah, spektra kompleks ini telah dipelajari

dengan detail beberapa tahun. Bila kompleks memiliki satu elektron d, analisisnya sangat
sederhana. Misalnya, Ti dalam [Ti(OH2)6] 3+ adalah ion d1, dan elektronnya menempati orbital
t2g yang dihasilkan oleh pembelahan medan ligan oktahedral. Kompleksnya bewarna ungu
akibat absorpsi pada 492 nm (20300 cm-1) berhubungan dengan pemompaan optis elektron d ke
orbital eg. Namun, dalam kompleks dengan lebih dari satu elektron d, ada interaksi tolakan antar
elektron, dan spektrum transisi d-d memiliki lebih dari satu puncak. Misalnya kompleks d3
[Cr(NH3)6]3+ menunjukkan dua puncak absorpsi d-d pada 400 nm (25000 cm-1), menyarankan
bahwa kompleksnya memiliki dua kelompok orbital molekul yang memungkinkan transisi
elektronik dengan probabilitas transisi uang besar. Hal ini berarti, bila tiga elektron di orbital t2g
dieksitasi ke orbital eg, ada perbedaan energi karena interaksi tolakan antar elektron.
Jadi warna itu muncul akibat interaksi optis (pemompaan optis/cahaya) ligan dengan atom pusat
setelah dalam bentuk senyawa kompleksnya
2. 3.2. Teori medan ligan
Teorimedan ligan adalah satu dari teori yang paling bermanfaat untuk menjelaskan struktur
elektronik kompleks. Awalnya teori ini adalah aplikasi teorimedan kristal pada sistem kompleks.
2. 3.2.1. Kompleks oktahedral berbilangan koordinasi enam
Limaorbital d dalam kation logam transisi terdegenerasi dan memiliki energi yang sama.
Medan listrik negatif yang sferik di sekitar kation logam akan menghasilkan tingkat energi total
yang lebih rendah dari tingkat energi kation bebas sebab ada interaksi elektrostatik. Interaksi
repulsif antara elektron dalam orbital logam danmedanlistrik mendestabilkan sistem dan sedikit
banyak mengkompensasi stabilisasinya.
Kini ion tidak berada dalam medan negatif yang uniform, tetapi dalam medan yang dihasilkan
oleh enam ligan yang terkoordinasi secara oktahedral pada atom logam. Medannegatif dari ligan

disebut dengan medanligan. Muatan negatif, dalam kasus ligannya anionik, atau ujung negatif
(pasangan elektron bebas) dalam kasus ligan netral, memberikan gayatolakan pada
orbital d logam yang anisotropik bergantung pada arah orbital. Positisi kation logam dianggap
pusat koordinat Cartesius. Maka, orbital dx2-y2 dan dz2 berada searah dengan sumbu dan
orbital dxy, dyz, dan dxz berada di antara sumbu. Bila ligan ditempatkan di sumbu, interaksi
repulsifnya lebih besar untuk orbital eg (dx2-y2, dz2) daripada untuk orbital t2g (dxy, dyz, dxz),
dan orbital eg didestabilkan dan orbital t2g distabilkan dengan penstabilan yang sama. Dalam
diskusi berikut ini, hanya perbedaan energi antara orbital t2g dan eg sangat penting dan energi
rata-rata orbital-orbital ini dianggap sebagai skala nol. Bila perbedaan energi dua orbital eg dan
tiga orbital t2g dianggap o, tingkat energi eg adalah +3/5o dan tingkat energi
orbital t2g adalah -2/5o (Gambar 6.6). (o biasanya juga diungkapkan dengan 10 Dq. Dalam
hal ini energi eg menjadi 6 Dq dan energi t2g-4 Dq).
Ion logam transisi memiliki 0 sampai 10 elektron d dan bila orbital d yang terbelah diisi dari
tingkat energi rendah, konfigurasi elektron t2gxegy yang berkaitan dengan masing-masing ion
didapatkan. Bila tingkat energi nol ditentukan sebagai tingkat energi rata-rata, energi konfigurasi
elektron relatif terhadap energi nol adalah
LFSE = (-0.4x+0.6y)0
Nilai ini disebut energi penstabilan medanligan (ligand field stabilization energy = LFSE).
Konfigurasi elektron dengan nilai LFSE lebih kecil (dengan memperhitungkan tanda minusnya)
lebih stabil. LFSE adalah parameter penting untuk menjelaskan kompleks logam transisi.
Syarat lain selain tingkat energi yang diperlukan untuk menjelaskan pengisian elektron dalam
orbital t2g dan eg adalah energi pemasangan. Bila elektron dapat menempati orbital dengan spin

antiparalel, namun akan ada tolakan elektrostatik antar elektron dalam orbital yang sama.
Tolakan ini disebut energi pemasangan (pairing energy = P).
Bila jumlah elektron d kurang dari tiga, energi pemasangan diminimasi dengan menempatkan
elektron dalam orbital t2g dengan spin paralel. Dengan demikian konfigurasi elektron yang
dihasilkan adalah t2g1, t2g2, atau t2g3.
Dua kemungkinan yang mungkin muncul bila ada elektron ke-empat. Orbital yang energinya
lebih rendah t2g lebih disukai tetapi pengisian orbital ini akan memerlukan energi pemasangan,
P.
Energi totalnya menjadi
-0.4o 4 + p = -1.6o + P
Bila elektron mengisi orbital yang energinya lebih tinggi eg, energi totalnya menjadi
-0.4o 3 + 0.6o = -0.6o
Konfigurasi elektron yang akan dipilih bergantung pada mana dari keduanya yang nilainya lebih
besar. Oleh karena itu bila o > P, t2g4lebih disukai dan konfigurasi ini disebut medan kuat atau
konfigurasi elektron spin rendah. Bila o < P, t2g3 eg1 lebih disukai dan konfigurasi ini disebut
medan lemah atau konfigurasi elektron spin tinggi. Pilihan yang sama akan terjadi untuk
kompleks oktahedral d5,d6, dan d7 dan dalam medan kuat akan
didapat t2g5, t2g6, t2g6 eg1 sementara dalam medan lemah akan lebih stabil bila
konfigurasinya t2g3eg2, t2g4 eg2, t2g5 eg2. Parameter pemisahan medan ligan o ditentukan
oleh ligan dan logam, sementara energi pemasangan, P, hampir konstan dan menunjukkan sedikit
ketergantungan pada identitas logam.
2.3.2.2. Ikatan

Orbital-orbital molekul yang dibentuk oleh koordinasi dapat dilihat sebagai akibat dari donasi
dua elektron oleh tiap-tiap donor ligan ke orbital-d logam. Pada kompleks oktahedral, ligan
mendekat ke logam sepanjang sumbu x, y, dan z, sehingga orbital simetri nya membentuk
kombinasi ikatan dan anti-ikatan pada orbital dz2 dan dx2y2. Orbital dxy, dxz dan dyz yang
tersisa menjadi orbital non-ikatan. Beberapa interaksi ikatan (dan anti-ikatan) yang lemah dengan
orbital s dan p logam juga terjadi, menghasilkan total 6 orbital molekul ikatan (dan 6 orbital antiikatan).
Ligand-Field scheme summarizing -bonding in the octahedral complex [Ti(H2O)6]3+. Dalam
istilah simetri molekul, enam orbital pasangan menyendiri ligan-ligan membentuk enam
kombinasi linear simetri tersuai (Bahasa Inggris: Symmetry adapated linear combination) orbital
atau juga disebut sebagai orbital kelompok ligan (ligand group orbitals). Representasi
taktereduksinya adalah a1g, t1u dan eg. Logam juga mempunyai enam orbital valensi yang
memiliki representasi taktereduksi yang sama, yaitu orbital s berlabel a1g, orbital p berlabel t1u,
dan orbital dz2 beserta dx2y2 berlabel eg. Enam orbital molekul ikatan dihasilkan oleh
kombinasi orbital SALC ligan dengan orbital logam yang bersimetri sama.
2.3.2.3. Ikatan
Ikatan pada kompleks oktahedral terbentuk dengan dua cara: via orbital p ligan yang tidak
digunakan pada ikatan , ataupun via orbital molekul atau * yang terdapat pada ligan. Orbitalorbital p logam digunakan untuk ikatan , sehingga interaksi terjadi via orbital d,
yakni dxy, dxz dan dyz. Orbital-orbital ini adalah orbital yang tidak berikatan apabila hanya
terjadi ikatan .
Satu ikatan pada kompleks koordinasi yang penting adalah ikatan logam ke ligan, juga
dikenal sebagai ikatan balik . Ia terjadi ketikaLUMO ligannya adalah orbital * anti-ikatan.

Orbital-orbital ini berenergi sangat dekat dengan orbital-orbital dxy, dxz dan dyz orbitals,
sehingga mereka dapat membentuk orbital ikatan. Orbital anti-ikatan ini berenergi lebih tinggi
daripada orbital anti-ikatan dari ikatan bonding, sehingga setelah orbital ikatan yang baru
terisi dengan elektron dari orbital-orbital d logam, O meningkat dan ikatan antara ligan dengan
logam menguat. Ligan-ligan pada akhirnya memiliki elektron pada orbital molekul *-nya,
sehingga ikatan pada ligan melemah.
Bentuk koordinasi ikatan yang lain adalah ikatan ligan ke logam. Hal ini terjadi apabila orbital
simetri- p atau orbital pada ligan terisi. Ia bergabung dengan orbital dxy, dxz dan dyz logam,
dan mendonasikan elektron-elektronnya, sehingga menghasilkan ikatan simetri- antara ligan
dengan logam. Ikatan logam-ligan menguat oleh interaksi ini, namun orbital molekul anti-ikatan
dari ikatan ligan ke logam tidak setinggi orbital molekul anti-ikatan dari ikatan . Ia terisi dengan
elektron yang berasal dari orbital d logam dan menjadi HOMOkompleks tersebut. Oleh karena
itu, O menurun ketika ikatan ligan ke logam terjadi.
Stabilisasi yang dihasilkan oleh ikatan logam ke ligan diakibatkan oleh donasi muatan negatif
dari ion logam ke ligan. Hal ini mengijinkan logam menerima ikatan lebih mudah. Kombinasi
ikatan ligan ke logam dan ikatan logam ke ligan merupakan efek sinergi dan memperkuat
satu sama lainnya.
Karena enam ligan mempunyai dua orbital simetri , terdapat total keseluruhan dua belas orbital
tersebut. Kombinasi linear simetri tersuainya mempunyai empat degenerat triplet representasi
taktereduksi, salah satunya bersimetri t2g. Orbital dxy, dxz dan dyz pada logam juga mempunyai
simetri ini, sehingga ikatan yang terbentuk antara logam pusat dengan enam ligan juga
mempunyai simetri tersebut.
2.4. Sintesis senyawa kompleks

Banyak sintesis senyawa kompleks yang telah dilakukan menghasilkan senyawa antara sebagai
katalis yang dapat membantu dalam reaksi-reaksi kimia. Salah satu senyawa yang dapat
digunakan dalam sintesis kompleks adalah ligan yang berasal dari basa Schiff, dimana senyawa
kompleks yang terbebtuk merupakan salah satu senyawa antara yang dapat digunakan untuk
bermacam penerapan ilmu, seperti dalam ilmu biologi, klinik dan analitik. Kerja dan aktivitas
obat menunjukkan kenaikan setelah dijadikan logam-logam transisi terkhelat yang ternyata lebih
baik daripada hanya menggunakan senyawa organik.
Logam-logam transisi seperti Mn(II), Cu(II) merupakan asam yang baik dalam pembentukan
senyawa kompleks dengan ligan basa Schiff. Prinsip yang digunakan adalah prinsip reaksi
kondensasi dimana dua atau lebih molekul bergabung menjadi satu molekul yang lebih besar,
dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul kecil seperti reaksi pada ligan basa Schiff turunanan
dari karbazona dan anilina. Sintesis ligan basa Schiff melalui reaksi kondensasi yang terjadi pada
1,5 dimethylkarbazona dan anilina, menunjukkan bahwa keduanya mempunyai nitrogen dan
oksigen yang merupakan donor karena memiliki pasangan elektron bebas yang dapat
disumbangkan dalam ikatan kovalen koordinasi yang terbentuk dalam senyawa kompleks. Ligan
inilah yang kemudian akan diikatkan atau digabungkan dengan logam-logam transisi seperti
Mn(II), Cu(II) membentuk senyawa kompleks. Ligan yang terbentuk tergolong dalam ligan
multidentat atau ligan khelat, tergantung dari banyaknya tempat yang dapat diikat oleh atom
pusat.
Senyawa kompleks yang terbentuk dari ligan basa Schiff dan ion logam transisi merupakan
katalisator, dan dalam prosesnya terjadi hibridisasi yang berbeda-beda untuk tiap logam. Struktur
senyawa kompleks dapat dijelaskan melalui teori ikatan valensi, teorimedankristal dan teori
orbital molekul.

2.5. Struktur Elektronik Kompleks


Diperlukan beberapa konsep untuk memahami struktur, spektrum, kemagnetan, dan kereaktifan
kompleks yang bergantung pada konfigurasi elektron d. Khususnya, teori struktur elektronik
sangat penting.
Beberapa ligan dapat dideretkan dalam suatu deret spektrokimia berdasarkan kekuatan
medannya, yang tersusun sebagai berikut : I- < Br- < S2- < SCN- < Cl- < NO3- < F- < OH-<
Ox2- < H2O < NCS- < NH3 < en < bipi < fen < NO2- < CN- < CO, dengan Ox = oksalat, en
=etilendiamin, bipi = 2,2-bipiridin dan fen = fenantrolin ( Huhey, 1993). Ligan NO2 dalam deret
spektrokimia lebih kuat dibandingkan ligan-ligan feroin (fenantrolin, bipiridin dan etilendiamin)
dan lebih lemah dari ligan CN.
2.6. Kegunaan senyawa kompleks
Sennyawa kompleks sebagai katalis
Studi mengenai senyawa kompleks logam transisi menjadi sangat menarik terkait sifat kimianya
yang dapat diaplikasikan sebagai katalis. Sifat-sifat logam pusat seperti muatan, tingkatan
oksidasi, konfigurasi elektron dan geometri akan memberikan pengaruh pada reaktifitas senyawa
kompleks tersebut.
Katalis senyawa kompleks logam transisi dengan rumus umum [M(L)n]x[A]y dimana M adalah
ion logam pusat, L adalah ligan lemah dan A adalah anion lawan berdaya koordinasi lemah atau
sama sekali non koordinasi, beberapa diantaranya telah diaplikasikan sebagai katalis dalam
reaksi kimia organik. Reaktifitas senyawa kompleks logam transisi ini sebagai katalis muncul
disebabkan oleh karena dua hal. Pertama, ligan lemah yang terikat pada ion logam pusat dapat
dengan mudah disubsitusi atau digantikan kedudukannya oleh substrat. Kedua, anion lawan yang
berdaya koordinasi lemah atau sama sekali non koordinasi yang merupakan suatu asam lewis

kuat, dapat meningkatkan keasaman lewis dari logam pusat. Keasaman diperlukan untuk
menarik substrat agar terikat ke pusat aktif logam. Beberapa senyawa kompleks tembaga(II)
seperti [Cu(NCCH3)6][B(C6F5)4]2 dan [Cu(NCCH3)6][BF4]2 dilaporkan telah berhasil
disintesis dan diaplikasikan pada reaksi kimia organik seperti aziridinasi dan siklopropanasi
berbagai senyawa olefin pada tempratur ruang baik pada fasa homogen maupun heterogen. Pada
fasa homogen, katalis-katalis ini menunjukkan hasil yang memuaskan dengan rendemen hasil
dan selektifitas yang tinggi. Sedangkan pada fasa heterogen katalis-katalis ini menunjukkan
penurunan aktifitas setelah digunakan untuk beberapa kali reaksi. Meski demikian, katalis
homogen masih memiliki beberapa kelemahan seperti sulitnya pemisahan dari produk, serta
akumulasi logam dan ligan yang bersifat toksik dari senyawa komplek logam transisi yang dapat
mecemari lingkungan
2.7. Warna kompleks logam transisi
Warna-warna cerah yang terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat dijelaskan dengan
teori medan kristal ini. Jika orbital-d dari sebuah kompleks berpisah menjadi dua kelompok
seperti yang dijelaskan di atas, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari cahaya
tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital tersebut akan meloncat dari orbitald yang berenergi lebih rendah ke orbital-d yang berenergi lebih tinggi, menghasilkan keadaam
atom yang tereksitasi. Perbedaan energi antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan
yang berada dalam keadaan tereksitasi sama dengan energi foton yang diserap dan berbanding
terbalik dengan gelombang cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya () tertentu saja
yang dapat diserap (gelombang yang memiliki energi sama dengan energi eksitasi), senyawasenyawa tersebut akan memperlihatkan warna komplementer (gelombang cahaya yang tidak
terserap).

Seperti yang dijelaskan di atas, ligan-ligan yang berbeda akan menghasilkan medan kristal yang
energinya berbeda-beda pula, sehingga kita bisa melihat warna-warna yang bervariasi. Untuk
sebuah ion logam, medan ligan yang lebih lemah akan membentuk kompleks yang -nya bernilai
rendah, sehingga akan menyerap cahaya dengan yang lebih panjang dan merendahkan
frekuensi . Sebaliknya medan ligan yang lebih kuat akan menghasilkan yang lebih besar,
menyerap yang lebih pendek, dan meningkatkan . Sangtalah jarang energi foton yang terserap
akan sama persis dengan perbedaan energi ; terdapat beberapa faktor-faktor lain seperti tolakan
elektron danefek Jahn-Teller yang akan mempengaruhi perbedaan energi antara keadaan dasar
dengan keadaan tereksitasi.
2.9. Tinjauan analisis teorimedankristal
Menurut CFT, interaksi antara logam transisi dan ligan diakibatkan oleh tarikan antara kation
logam yang bermuatan positif dan elektron bukan-ikatan ligan yang bermuatan negatif. Teori ini
dikembangkan menurut perubahan energi dari limadegenerat orbital-d ketika dikelilingi oleh
ligan-ligan. Ketika ligan mendekati ion logam, elektron dari ligan akan berdekatan dengan
beberapa orbital-d logam dan menjauhi yang lainnya, menyebabkan hilangnya kedegeneratan
(degeneracy). Elektron dari orbital-d dan dari ligan akan saling tolak menolak. Oleh karena itu,
elektron-d yang berdekatan dengan ligan akan memiliki energi yang lebih besar dari yang
berjauhan dengan ligan, menyebabkan pemisahan energi orbital-d. Pemisahan ini dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut:
sifat-sifat ion logam.
keadaaan oksidasi logam. Keadaan oksidasi yang lebih besar menyebabkan pemisahan yang
lebih besar.
susunan ligan disekitar ion logam.

sifat-sifat ligan yang mengelilingi ion logam. Efek ligan yang lebih kuat akan menyebabkan
perbedaan energi yang lebih besar antara orbital 3d yang berenergi tinggi dengan yang berenergi
rendah.
Struktur kompleks yang paling umum adalah oktahedon; dalam struktur ini, enam ligan
membentuk oktahedron di sekitar ion logam. Pada simetri oktahedron, orbital-d akan berpisah
menjadi dua kelompok energi dengan perbedaan energi oct. Orbital dxy, dxz dan dyz akan
memiliki energi yang lebih rendah daripada orbital dz2 and dx2-y2. Hal ini dikarenakan
orbital dxy, dxz dan dyz memiliki posisi yang lebih jauh dari ligan-ligan, sehingga mendapatkan
gaya tolak yang lebih kecil. Kompleks tetrahedron juga merupakan struktur yang umum; dalam
struktur ini, empat ligan membentuk tetrahedron disekitar ion logam. Dalam pemisahan medan
kristal tetrahedron, orbital-d kembail berpisah menjadi dua kelompok dengan perbedaan energi
tet. Orbital dz2 dan dx2-y2 akan memiliki energi orbital yang lebih rendah,
dandxy, dxz dan dyz akan memiliki energi orbital yang lebih tinggi. Hal bertolak belakang
dengan struktur oktahedron. Selain itu, dikarenakan elektron ligan pada simetri tetrahedal
tidaklah berorientasi pada orbital-orbital-d, pemisahan energi akan lebih kecil daripada
pemisahan energi oktaherdal. Struktur geometri datar persegi juga dapat dideskripsikan oleh
CFT.
Besarnya perbedaan energi antara dua kelompok orbital tergantung pada beberapa faktor,
seperti sifat-sifat ligan dan struktur geometri kompleks. Beberapa ligan selalu menghasilkan nilai
yang kecil, sedangkan beberapa lainnya akan selalu menghasilkan nilai yang lebih besar.
Alasan di balik perbedaan ini dapat dijelaskan dengan teori ligan medan. Deret
spektrokimia adalah daftar-daftar ligan yang disusun berdasarkan perbedaan energi yang
dihasilkan (disusun dari yang kecil ke yang besar):

I < Br < S2 < SCN < Cl < NO3 < N3 < F < OH < C2O42 < H2O < NCS < CH3C
N < py < NH3 < en < 2,2-bipiridina < phen < NO2 <PPh3 < CN < CO
Keadaan oksidasi logam juga mempengaruhi besarnya antara aras energi (energy level) yang
tinggi dan rendah. Semakin tinggi keadaan oksidasi logam, semakin tinggi pula . Kompleks
V3+ akan memiliki yang lebih besar dari kompleks V2+. Hal ini dikarenakan perbedaan
rapatan muatan yang mengijinkan ligan lebih dekat dengan ion V3+ daripada ion V2+. Jarak
antar ligan dan ion logam yang lebih kecil akan menyebabkan nilai yang lebih besar karena
elektron logam dan ligan lebih berdekatan, sehinggagaya tolak menolak menjadi lebih besa
2.9. Isomerisasi dalam senyawa kompleks
Isomer ionisasi, [PtCl2(NH3)4]Br2[PtBr2(NH3)4]Cl22.
Isomer akua, [Cr(H2O)6]Cl3ungu[CrCl(H2O)5]Cl2.H2O
biruhijau[CrCl2(H2O)4]Cl.2H2O hijau3.
Isomer koordinasi, [Co(NH3)6][Cr(CN)6] dan[Cr(NH3)6][Co(CN)6]4.
Isomer ikatan, ligannitro NO2nitritoONO,siano(CN-) isosiano(NC-),tiosianato(SCN-)
isotiosianato(NCS-)

SENYAWA KOORDINASI (KOMPLEKS)


MINGGU, 13 OKTOBER 2013
SENYAWA KOORDINASI (KOMPLEKS)
TATANAMA DAN PENULISAN
handout kls 12 IPA / SMA Xaverius 1 Jambi /Smt 1
oleh
Elizabeth T,S.Si, M.Pd

Senyawa koordinasi dapat berupa ion maupun molekul netral yang terdiri dari:
1.

Atom pusat yaitu ion logam transisi = sebagai asam Lewis

2.

Ligan yaitu molekul netral atau ion= sebagai basa Lewis

Syarat ligan: harus mempunyai PEB.

Penulisan senyawa atau ion kompeleks diberi tanda kurung siku besar [............]

Misal: [Cu(H2O)4]2+

ion kompleks

[Cu(H2O)4]SO4.H2O senyawa kompleks

Contoh ligan unidentat:

klik pada gambar untuk memperbesar

Contoh ligan multidentat:


etilenadiamina (en);
oksalato (ox);
o-fenantrolina

(o-fen)

dietilenatriamina (dien);
trietilenatetramina (trien);
etilenadiaminatetraasetat (EDTA)

Menentukan BK (bilanganKoordinasi)
Tentukan bilangan oksidasi atom logam pusat yang ter-koordinasi dalam senyawa berikut:
K[Co(CN)4(NH3)2]
[Os(CO)5]
Na[Co(OH)3(H2O)3]
Jwb:
Biloks K = +1 maka muatan ion kompleks = -1.
muatan ligan NH3 = 0 dan CN = -1, maka biloks atom
logam pusat: = (2 x 0) + (4 x -1) + (X) = -1;
maka:

X = +3

Muatan ligan CO = 0 maka muatan senyawa kompleks = 0 berarti biloks Os = 0


Biloks Na = +1 maka muatan ion kompleks = -1
muatan ligan H2O = 0 dan OH = -1, maka biloks atom
logam pusat:
= (3 x 0) + (3 x -1) + (X) = -1; X = +2

Penulisan senyawa koordinasi:


Penulisan: bermuatan positif terlebih dahulu baru yang bermuatan negatif.
Dalam tiap ion kompleks atau kompleks netral: atom pusat (logam) dituliskan dahulu, disusul
ligan bermuatan negatif lalu ligan netral dan terakhir ligan bermuatan positif.
Penulisan ligan yang bermuatan sejenis diurutkan
berdasarkan abjad dalam bahasa Inggris dari tiap simbol

pertama ligan
Baik ion kompleks maupun kompleks netral dituliskan dalam kurung siku

Tatanama senyawa koordinasi:


Penamaan: ion bermuatan positif lalu bermuatan negatif.
Nama ion kompleks: ligan dahulu lalu ion logam pusatnya.
Urutan penamaan ligan: abaikan muatan ligan & urutkan berdasarkan urutan abjad nama ligan
dalam bahasa inggrisnya tetapi nama ligan tetap dituliskan dalam bahasa Indonesia
Aturan umum nama ligan:
ligan bermuatan negatif: diberi akhiran -o dari nama dasarnya (Cl-: klorida menjadi kloro)
ligan bermuatan positif: diberi akhiran ium dari nama dasarnya ( NH4+: amonium)
ligan bermuatan netral, diberi nama sesuai
molekulnya, kecuali beberapa ligan
Jumlah tiap jenis ligan dalam awalan Yunani.
Muatan ion kompleks dituliskan setelah nama atom logam pusat tanpa jarak. Jumlah muatan ion
kompleks ditulis dalam nomor Arab dan diikuti dengan tanda jenis muatannya di dalam tanda
kurung
nama logam pada ion kompleks bermuatan negatif di beri akhiran at
LAT.
Tafsirkan rumus senyawa kompleks dari nama-nama senyawa di bawah ini:
natrium trikarbonatokobaltat(3-)
diaminadiakuodikloroplatinum(2+)bromida
natrium tetranitratoborat(1-)

JWB:
Muatan ion kompleks = -3 diperlukan 3 kation Na
rumus senyawanya = Na3[Co(CO3)3]
Muatan ion kompleks = +2 diperlukan 2 anion Br
rumus senyawanya = [PtCl2(NH3)2(H2O)2]Br2
Muatan ion kompleks = -1 diperlukan 1 kation Na
rumus senyawanya = Na[B(NO3)4]

CONTOH
[Ni(CO)4]

= tetrakarbonilnikel

[Co(NH3)3(NO2)3]

= triaminatrinitrokobalt(III)

K3[ Fe(CN)6 ]

= kalium heksasianoferat(III) atau Kalium heksasianoferat(3-)

K4[ Fe(CN)6 ]
[V(CO)5]3-

= kalium heksasianoferat(II) atau kalium heksasianoferat(4-)


= ion pentakarbonilvanadat(III)

atau ion pentakarbonilvanadat(3-)


[Fe(CO)4]2-

= ion tetrakarbonilferat(II) atau ion tetrakarbonilferat(2-)

[Cu(NH3)4]SO4

= tetraaminatembaga(2+) sulfat

atau tetraaminatembaga(II)sulfat
[Cu(NH3)4][PtCl4] = tetraaminatembaga(II)
tetrakloroplatina(II) atau

tetraaminatembaga(2+) tetrakloroplatina(2-)

ISOMER senyawa koordinasi


A.ISOMER STRUKTUR
1. Isomer ionisasi, [PtCl2(NH3)4]Br2
[PtBr2(NH3)4]Cl2
2. Isomer akua, [Cr(H2O)6]Cl3 ungu
[CrCl(H2O)5]Cl2.H2O biru hijau
[CrCl2(H2O)4]Cl.2H2O hijau
3. Isomer koordinasi,
[Co(NH3)6][Cr(CN)6] dan [Cr(NH3)6][Co(CN)6]
3. Isomer ikatan, ligan nitro NO2 nitrito ONO, siano (CN-) isosiano
(NC-), tiosianato (SCN-) isotiosianato (NCS-)

ISOMER RUANG
1. Isomer Geometri, cis- dan trans- :
2. Isomer Optik, bayangan cermin

sumber: www.google.com

Aplikasi senyawa koordinasi


1. Proses fotografi
AgBr (p) + S2O32- --> [Ag(S2O3)2]3- + Br2. Proses penyepuhan
Anoda : Cu + 3CN- --> [Cu(CN)3]2- + ekatoda : [Cu(CN)3]2- + e- --> Cu + 3CN3. Metalurgi emas
ekstraksi Au di alam dengan proses pengkompleksan
4Au(p) + 8CN- + O2 + 2H2O --> 4[Au(CN)2]- + 4OH2[Au(CN)2]-(aq) + Zn(p) -->2Au(p) + [Zn(CN)4]2-(aq)

4. Pengolahan air

oleh CN-

menghilangkan logam tertentu dalam air dengan cara pengkelatan


pengkelatan besi dengan EDTA
Fe2+ + EDTA [Fe(EDTA)]2[Fe2+] dalam air <<< tak menimbulkan endapan walaupun ditambahkan basa
5. Membersihkan darah; pengikatan ion Ca2+ dalam
darah dengan EDTA.
6. Menghilangkan logam berat dalam tubuh; logam berat
beracun seperti Hg dan Pb dapat dikompleks dengan
EDTA

LATIHAN
Berikan nama ion atau senyawa kompleks berikut ini:
a. Na2[Fe(CO3)2]
b. [Rh(NH3)5(NO2)]Cl
c. (NH4)3[Fe(CN)6]
d.

[Cu(NH3)4]3[Fe(CN)6]2

d.
[Co(CO)4]Tuliskan rumus dari molekul kompleks dibawah ini:
a.

Diaminaperak(I) heksasianoferat(II)

b.

Triaminatritiosianatorodium(III)

c.

Kalium diaminatetrabomokobaltat(III)

Anda mungkin juga menyukai