PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangka memaksimalkan diterimanya suatu pengetahuan kepada
anak didik (siswa), maka diperlukan suatu cara, langkah, atau juga seni dalam
menyampaikan pelajaran.
Seni menyampaikan pelajaran atau pengetahuan dalam pendidikan ini
biasa disebut dengan seni mengajar. Karena dalam mengajar membutuhkan seni,
maka keterampilan dan keahlian seperti berbicara, dan atau menggunakan segala
media untuk menyampaikan pengetahuan mutlak diperlukan.
Dalam ilmu pendidikan, apa yang disebut dengan seni dan cara mengajar
atau mendidik ini biasa disebut dengan metode atau juga model belajar-mengajar
yang didalamnya memuat tentang teknik mengajar, tujuan, dan manfaat strategi
yang didapatkan. Apa yang diinginkan dari teknik pembelajaran ini sebenarnya
tidak jauh dari upaya pengembangan potensi siswa.
Dalam konsep kompetensi yang kemudian melahirkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) beberapa tahun lalu, kita menemukan rumusan
konseptual kompetensi, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge),
pengertian (understanding), keterampilan (skills), nilai (value), dan minat
(interest). Lima muatan pengajaran dengan konsep kompetensi ini dimaksudkan
untuk mengembangkan tiga potensi pendidikan di dalam diri manusia yaitu:
kognitif, afektif, dan psikomotorik.1
Dari titik pandang diataslah metode pembelajaran penting adanya,
termasuk metode Talking Stick.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat ditulis
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah Talking Stick?
2. Apa pengertian metode Talking Stick?
3. Apa tujuan metode Talking Stick?
4. Bagaimana langkah-langkah metode Talking Stick?
5. Apa saja keuntungan dan kelemahan metode Talking Stick?
1 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung:
RemajaRosdakarya, 2005), Cet. Ke-2, h.51-52
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan sebagai beikut:
1. Untuk mengetahui sejarah Talking Stick.
2. Untuk mengetahui pengertian metode Talking Stick.
3. Untuk mengetahui tujuan metode Talking Stick.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah metode Talking Stick.
5. Untuk mengetahui keuntungan dan kelemahan metode Talking Stick.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sejarah Talking Stick
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang
berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar
suku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust dalam (Deden, 2010) berikut
ini:
The talking stick has been used for centuries by many Indian tribes as a
means of just and impartial hearing. The talking stick was commonly used in
council circles to decide who had the right to speak. When matters of great
concern would come before the council, the leading elder would hold the
talking stick, and begin the discussion. When he would finish what he had
to say , he would hold out the talking stick, and whoever would speak after
him would take it. In this manner, the stick would be passed from one individual
to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then
passed back to the elder for safe keeping.
Artinya:
Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh sukusuku
Indian sebagai alat menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat
berbicara sering digunakan kalangan dewan untuk memutuskan siapa yang
mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi dan
membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan
pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya.
Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu orang ke
orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila
semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke
ketua atau pimpinan rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai
tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara
bergiliran atau bergantian.
B. Pengertian Metode Talking Stick
3
Agar lebih rinci, maka disini perlu pula diketahui pengertian dua kata kunci,
yaitu metode dan talking stick.
1. Metode
Dalam pengertiannya, apa yang disebut metode adalah cara yang di
dalam fungsinya merupakan alat atau media untuk mencapai suatu tujuan.2
Hal ini berlaku bagi guru (metode mengajar) maupun kepada murid (metode
belajar).
Karena metode merupakan cara yang dalam pendidikan bertujuan untuk
tercapainya tujuan pembelajaran, maka semakin baik metode mengajar yang
dipakai guru dan metode belajar yang diterapkan kepada siswa, maka
semakin efektif suatu usaha mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
2. Talking stick
Model pembelajaran talking stick merupakan sala satu dari model
pembelajaran kooperatif, guru memberkan siswa kesempatan bekerja sendiri
serta bekerja sama dengan orang lain dengan cara mengoptimalisasikan
partisipasi siswa (Lie, 2002:56).
Menurut Widodo (2009) mengemukakan bahwa talking stick merupakan
suatu model pembelajaran yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat
penunjuk giliran. Siswa yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan
harus menjawabnya. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah
ketangan siswa lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai
seluruh siswa mendapat tongat dan pertanyaan.
Menurut Kauchack dan Eggen dalam Azizah (1998), pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk
bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan.3
Kolaboratif sendiri diartikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab
pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik betanggung jawab atas
belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka dan guru hanya
bertindak sebagai fasilitator. Metode talking stick termasuk dalam
pembelajaran kooperatif karena memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan
pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajarnya.
2 Winarno Surakhmad, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung: Tarsito,1984), h.96.
3 Isjoni, cooperative Learning,(Bandung: Alfabeta,2010),h.18.
4
4 Http.//anwarholil/ Blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html
5 http://tarmizi.wordpress.com/2010/02/15/talking-stick
5
Dan sebaliknya, pendidik yang belum siap mengajar tidak akan berhasil di
dalam pelaksanaan pengajaran dan pendidikan.6
Dengan demikian, seorang guru pada saat melakukan proses mengajar
harus memperhatikan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai oleh
murid. Sebab pencapaian pembelajaran khusus erat sekali kaitannya dengan
tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler, dan tujuan pendidikan nasional.
Belakangan perkembangan metode pembelajaran menitik beratkan pada
kemampuan murid dalam mengekspresikan seluruh potensi dan
pemahamannya pada materi pelajaran. Diproyeksikan pada metode ini,
dominasi guru di dalam kelas tidak ada lagi.
Karenanya, metode ceramah sebagaimana dilaksanakan sejak dulu
ditinggalkan. Pada metode ini, partisipasi murid di nomor satukan.
Tujuannya adalah untuk memandirikan murid dalam berpikir dan
memperoleh pengetahuan, serta mengolahnya hingga murid benar-benar
paham terhadap materi pelajaran yang diajarkan.
Perkembangan tujuan pendidikan ini berupa peningkatan pada teknik dan
metode yang lebih variatif dan inovatif, serta partisipatif, yang berguna bagi
perkembangan hasil belajar siswa. Dan tujuan dari inovasi pendidikan
menurut Fuad Ihsan adalah untuk meningkatkan efesiensi, relevansi, kualitas
dan efektifitas. Ini sesuai dengan arah inovasi pendidikan Indonesia yaitu:
mengejar ketinggalan-ketinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi dan mengusahakan terselenggaranya
pendidikan sekolah maupun luar sekolah yang maju bagi warga negara.7
Maka kemudian dikenallah yang namanya pembelajaran kooperatif
(Cooperative Learning). Konsep inti dari Cooperative Learning adalah
menempatkan pengetahuan yang dipunyai siswa merupakan hasil dari
aktivitas yang dilakukannya, bukan pengajaran yang diterima secara pasif.
Menurut Isjoni, Cooperative Learning dapat meningkatkan cara belajar
siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa
perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar
Cooperative Learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara
berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai
6 Mansyur, Strategi Belajar Mengajar Modul, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
KelembagaanAgama Islam, 1998),h.48.
7 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rinekacipta, 2001), cet. Ke-2, h.192-193.
6
10 http:tarmizi.wordpress.com/2010/02/15/talking-stick
8
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya
digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang
berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan
antar suku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust dalam (Deden,
2010).
2. Metode Talking Stick adalah sebuah metode pendidikan yang dilaksanakan
dengan cara memberi kebebasan kepada peserta didik untuk dapat bergerak
dan bertindak dengan leluasa sejauh mungkin menghindari unsur-unsur
perintah dan keharus paksaan sepanjang tidak merugikan bagi peserta didik
dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri.
3. Tujuan dari dirumuskannya metode Talking Stick bila dilihat dari rumusan
konsep metode tersebut, yang didalamnya memperhatikan partisipasi siswa
dalam memperoleh dan memahami pengetahuan serta mengembangkannya,
karena metode Talking Stick merupakan salah satu metode dalam
Cooperative Learnig, maka tujuan pada metode talking stick adalah untuk
mewujudkan tujuan pembelajaran kooperatif(Cooperative Learning).
4. Salah satu kelebihan metode Talking Stick adalah Meningkatkan kepekaan
dan kesetiakawanan social.
5. Dan saah satu kelemahan metode Talking Stick adalah Sangat tidak rasional
kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan
memahami filsafat Cooperative Learning.
B. Saran
Kami menyadari dalam penyusunan dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh sebab itu kami mengharap kritik juga saran bagi pembaca guna
pernaikan makalah kami selanjutnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ichwan Ridanu. 2013. Model Pembelajaran Talking Stick. Online
(Http://ichwanaridanu.blogspot.com/2013/12/model-pembelajaran-talking-stick.html).
Diakses tanggal 9 April 2016.
Http://yasmakalah,blogspot.com/2014/03v-behaviorurdefaultvmlo_25.html
Abdul Majid dan Dian Andayani. 2005. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.
Bandung. Remaja Rosdakarya.
Winarno Surakhmad. 1984. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Anwarholi. 2007. Pendidikan Inovatif. Online
(Http://anwarholil/Blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html).
Tarmizi. 2010. Talking Stick. Online (http://tarmizi.wordpress.com/2010/02/15/talkingstick)
Mansyur. Strategi Belajar Mengajar Modul. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam.
Fuad Ihsan. 2001. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rinekacipta.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Wina Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Sukino, Wilson simangunsong. 2016. Matematika untuk smp kelas VIII. Penerbit:
Erlangga. Jakarta.
11