Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dana Kapitasi
Jaminan Kesehatan Nasional ditempatkan sebagai prioritas utama
dalam 7 (tujuh) prioritas reformasi kesehatan dalam upaya mencapai visi
masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Jaminan kesehatan
merupakan salah satu jenis program jaminan sosial. Jenisnya program
jaminan sosial itu sendiri meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan
kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.
Penyelenggaraan program jaminan sosial oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). BPJS dibentuk berdasarkan Undang-undang RI nomor 24
tahun 2011 dan merupakan badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada

presiden. BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian


jaminan, terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan
anggota keluarganya. Dalam undang-undang tersebut BPJS yang dimaksud
adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Penyelenggara JKN oleh
BPJS Kesehatan.

Penyelenggaraan JKN dibantu oleh FKTP dan FKTK sebagai


penyedia layanan kesehatan. FKTP memberikan pelayanan kesehatan
tingkat dasar sedangkan FKTK memberikan pelayanan kesehatan
sekunder. FKTP memberikan pelayanan kesehatan dari pengelolaan dana
yang diberikan oleh BPJS Kesehatan. Dana yang dikelola merupakan dana
kapitasi.

Sedangkan

bagi

FKTK

diberlakukan

sistem

pembelian

berdasarkan INA-CBGs.
Istilah kapitasi berasal dari kata kapital yang berarti kepala. Sistem
kapitasi berarti cara perhitungan berdasarkan jumlah kepala yang terikat

dalam kelompok tertentu. Dalam hal JKN ini, kepala berarti orang atau
peserta atau anggota program BPJS Kesehatan.
Pendistribusian dana BPJS secara kapitasi adalah suatu metode
pembayaran untuk jasa pelayanan kesehatan di mana pemberi pelayanan
kesehatan di FKTP menerima sejumlah tetap penghasilan per peserta, per
periode waktu untuk pelayanan yang telah ditentukan. Hal ini dipertegas
dengan Pasal 1 Angka (6) Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014 yang
menyatakan bahwa Dana Kapitasi adalah besaran pembayaran per bulan
yang dibayar di muka kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis
dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Perpres No. 32
Tahun 2014 Tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik
Pemerintah Daerah, Fasilitas

Kesehatan

Tingkat

Pertama

yang

selanjutnya disingkat FKTP adalah fasilitas kesehatan yang melakukan


pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistis untuk
keperluan

observasi,

diagnosis,

perawatan,

pengobatan,

dan/atau

pelayanan kesehetan lainnya. Fasilitas kesehatan yang dimaksud adalah


tempat untuk melakukan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

Dapat berupa

praktik dokter perorangan, rumah sakit, dan puskesmas.


2.1.1 Pelaksanaan Dana Kapitasi
Dana Kapitasi yang diterima oleh FKTP dari Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan dimanfaatkan seluruhnya untuk:
a. pembayaran jasa pelayanan kesehatan
10

b. dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan.


Tujuan sistem pembayaran kapitasi adalah pembayaran di muka

atau prospektif dengan konsekuensi pelayanan kesehatan dilakukan secara


pra upaya atau sebelum peserta BPJS jatuh sakit. Sistem ini mendorong
Faskes Tingkat Pertama untuk bertindak secara efektif dan efisien serta
mengutamakan kegiatan promotif dan preventif
Pemerintah

berupaya

supaya

pengimplementasian

JKN

berlangsung semakin lebih baik, sehingga sejumlah regulasi dibuat, antara


lain :Peraturan Presiden No 32 Tahun 2014 Tentang Pengalokasian dan
Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
Milik Pemerintah dan Dukungan Biaya Operasional FKTP Milik
Pemerintah Daerah diterbitkan sebagai pedoman

FKTP dalam

menggunakan dana yang diberikan oleh BPJS.


Untuk pedoman teknis pelaksanaan kegiatan FKTP yang berada
pada Pemerintah Daerah, dibuat Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
Nomor 900/2280/SJ Tanggal 5 Mei 2014 Tentang Petunjuk Teknis
Penganggaran,Pelaksanaan dan Penatausahaan, sertaPertanggungjawaban
Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah. Peraturan ini mengatur
bagaimana tata cara pengelolaan dana kapitasi yang digelontorkan oleh
pemerintah melalui BPJS tersebut ke FKTP dapat berjalan dan di gunakan
sesuai dengan kaidah pengelolaan keuangan Negara yang baik dan benar.
Regulasi yang digulirkan oleh Menteri Dalam Negeri melalui Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ Tanggal 5 Mei 2014

11

membuat banyak Kepala Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan dan Pejabat


Pengelolaan Keuangan Daerah/Bendahara Umum Daerah (BUD) menjadi
ragu dan takut akan konsekuensi hukum terhadap cara penatausahaan dan
pertanggungjawabannya. Hal tersebut terjadi karena sesuai dengan SE
Mendagri tersebut. Dana Kapitasi yang bersumber dari APBN/BPJS
ditransfer langsung ke rekening Bendahara Puskesmas/FKTP milik
Pemerintah Daerah. Namun dana kapitasi tersebut harus tetap dicatatkan
dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah setempat meskipun aliran
Dana Kapitasi tersebut tidak melalui rekening Bendahara Umum Daerah.
Selanjutnya karena masuk dalam Laporan Keuangan Pemda maka
pertanggung jawaban dana kapitasi tersebut menjadi obyek pemeriksaan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam rangka pemeriksaan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
2.1.2 Pertanggungjawaban Dana Kapitasi
Regulasi aturan yang telah dikeluarkan oleh regulator (Perpres
32/2014, Permenkes 19/2014 dan SE Mendagri No. 900/2280/SJmembuka
peluang tanggung jawab renteng. Tanggung jawab secara bersama ini
akan berdampak pada masalah hukum, terlihat pada proses pelaporan pada
pasal 8 (2) yang berbunyi: Bendahara Dana Kapitasi JKN mencatat dan
menyampaikan realisasi pendapatan serta belanja kepada Kepala FKTP,
lalu Kepala FKTP menyampaikan hal tersebut kepada Kepala Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas bersangkutan dengan melampirkan
Surat Pernyataan Tanggung Jawab. Sehingga timbul tanggung jawab
renteng

mulai dari Kepala FKTP, Kepala SKPD Kesehatan, Pejabat

12

Pengelola Keuangan Daerah/BUD serta Bendahara Kapitasi. Maka


menjadi pertanyaan siapa yang sesungguhnya harus bertanggungjawab
penuh apabila terjadi kesalahan dalam pengelolaan Dana Kapitasi di
tingkat FKTP/Puskesmas.
2.1.3 Mekanisme Transfer Dana Kapitasi Pemerintah
Ada beberapa sistem mekanisme klasifikasi uang/dana transfer
APBN ke Pemerintah Daerah yang berjalan saat ini, antara lain:
a Sistem dana perbantuan artinya dana Pemerintah Pusat harus
dipertanggungjawabkan/di SPJ kan oleh Pemerintah Daerah ke
Pemerintah Pusat. Untuk Dana Kapitasi cara ini cocok/sesuai tapi
tidak fleksibel. Ketidakfleksibelan cara ini, dapat menghambat
b

kecepatan pelayanan di FKTP.


Sistem masukan dana transfer pusat seperti Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus dan Dana Dekonsentrasi ke APBD. Cara ini
tidak cocok/sesuai untuk Dana Kapitasi karena akan jadi lebih
kacau lagi, karena penganggarannya harus mendapat persetujuan

DPRD.
Sistem uang muka, tidak cocok di terapkan dalam penyaluran Dana
Kapitasi, karena semua harus ada kegiatan terlebih dahulu baru
pencairan dana diajukandan setelah disetujui.
Pengambil kebijakan/regulator memformulasikan cara tertentu

untuk bagaimana dana bisa tersebar dan tanpa hambatan sekaligus dapat
dipertanggungjawabkan. Yaitu Dana Kapitasi ditransfer langsung dari dana
APBN/BPJS

ke rekening Bendahara Dana Kapitasi FKTP secara

keseluruhan. Uang

diberikan terlebih dahulu meskipun belum ada

kegiatannya.Namun, peruntukannya sudah jelas dan diatur yaitu maksimal

13

60% untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan dan minimal 40%


pembayaran untuk biaya operasional pelaksanaan kesehatan.
Sebelum diundangkannya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 32
Tahun 2014 dan Permenkes Nomor 19 Tahun 2014, pembayaran Dana
Kapitasi oleh BPJS ke FKTP Pemerintah Daerah,periode 1 Januari sampai
dengan 30 April 2014, dana Kapitasi terlebih dahulu harus ditransfer atau
masuk dulu ke kas daerah dan baru kemudian dapat digunakan setelah
diusulkan dalam dokumen anggaran melalui RKA (Rencana Kerja
Anggaran) dan DPA (Daftar Pelaksanaan anggaran). Proses seperti ini
tentu menjadi hambatan tersendiri bagi FKTP milik pemerintah daerah
untuk dapat segera memanfaatkan dana tersebut dalam

memberikan

pelayanan kesehatan.
Karena adanya hambatan di atas pemerintah membuat terobosan
baru melalui Perpres 32/2004 dan Permenkes 19/2014. Dana Kapitasi
langsung dibayarkan BPJS Kesehatan ke FKTP milik Pemerintah Daerah
melalui rekening bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP. Dana kapitasi
ini merupakan bagian dari rekening BUD yang diakui sebagai pendapatan
yang dapat digunakan langsung untuk pembayaran pelayanan kesehatan
peserta JKN pada FKTP meskipun aliran dananya tidak melalui rekening
BUD.
Tujuan Dana tersebut ditransfer langsung masuk ke rekening
bendahara Puskesmas/FKTP adalah supaya kegiatan kesehatan tidak
terhambat. Sesuai aturan tata kelola keuangan Pemerintah Daerah,dana
kapitasi yang diterima FKTP tersebut harus dicatat atau dibukukan. Kita

14

ketahui bahwa sumberuang/Dana Kapitasi sebagian berasal dari iuran


peserta yang disetor ke BPJS. Sebagaimana kaidah tata kelola dana
pemerintah, semua uang yang terkait dengan keuangan negara harus
dibukukan

dan

dibuatkan

pelaporannya

sebagai

bentuk

pertanggungjawaban FKTP. Pada prinsipnya semua layanan kesehatan


pada FKTP harus segera dapat dibayarkan oleh bendahara puskesmas,
sehingga FKTP tidak ada hambatan/kendala dalam hal pelayanan
menangani kasus-kasus kesehatan di lapangan.Skema aliran pertanggung
jawaban Dana Kapitasi BPJS ditingkat Pemerintah Daerah dapat dilihat di
bawah ini:
APBN

Rp/Dana

BPJS

SP3B
Puskesmas
FKTP
Ka. Puskesmas

SPJ

Pentingnya keberadaan

Pengajuan SPJ ke SKPD Kesehatan

bendahara

Pejabat Pengelola
Keuangan
Daerah/Bendahara
Umum Daerah

SP2B

Daftar kegiatan yang akan dibiayai dengan Dana


Kapitasi;
Kepala
Puskesmas
mengesahkan
untuk
pembebanan mata anggaran Dana Kapitasi
2.1.4administratif)
Bendahara
(tanggung jawab
Bendahara menyetujui dana/membayar lunas

(bertanggungjawab formal maupun material)

RKA

Bendahara Kapitasi

Transfer Dana Kapitasi


langsung ke rekening
Bendahara FKTP

SKPD Kesehatan
Ka. SKPD Kesehatan

dalam

Dinas Kesehatan memerika apakah PPKD/BUD memeriksa SP3B


tidak terjadi overlap pembayaran
yang diusulkan dari Ka. SKPD
antara kegiatan yang dibiayai dari
Kesehatan apakah tidak terjadi
APBD dengan Dana Kapitasi
Double pembiayaan dengan
(Periksa RKA dan DPA) tanggung
kegiatan yang dibuat oleh
jawab ke Dinas Kesehatan sebatas
APBD pada belanja di SKPD
Administratif

PPKD/BUD menyetujui untuk


Ka. Dinas Kesehatan mengajukan Surat
dimasukkan
Permintaan Pengesahan Pendapatan
pertanggungjawaban dalam
dan Belanja/SP3B
Laporan Keuangan Pemerintah
Mencatatkan dalam laporan keuangan
Daerah sebagai pendapatan
SKPD Kesehatan sebagai Pendapatan
dengan menerbitkan Surat
untuk Dana Kapitasi tahun yang
Pengesahan Pendapatan dan
bersangkutan
Belanja/SP2B

Dana Kapitasi
dan

peran

keterlibatannya

pada pengelolaan dana kapitasi.Berikut ini adalah hal-hal terkait dengan


pengangkatan bendahara kapitasi:
a

Bendahara Dana Kapitasi JKN diangkat oleh Kepala Daerah atas usul
PPKD untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka

pengelolaan dan pemanfaatan Dana Kapitasi JKN pada PPTK;


Bendahara Dana Kapitasi JKN adalah pejabat fungsional;

15

Jabatan Bendahara Dana Kapitasi JKN tidak boleh dirangkap oleh


kuasa pengguna anggaran atau kuasa Bendahara Umum Negara

/Daerah;
Bendahara Dana Kapitasi JKN dilarang melakukan, baik secara
langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pengerjaan
pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas

kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut;
Bendahara Dana Kapitasi JKN memiliki tugas dan fungsi
kebendaharaan, yaitu:
Menerima: Seorang bendahara Dana Kapitasi JKN menerima dan
menatausahakan dengan baik aliran kas berupa Dana Kapitasi JKN

dari BPJS.
Menyimpan: Bendahara Dana Kapitasi JKN dalam melaksanakan
tugasnya menggunakan rekening Dana Kapitasi JKN dalam
menyimpan uangnya atas nama jabatannya (tidak diperkenankan

atas nama pribadi) sebagai bagian dari rekening BUD.


Membayarkan: Tugas fungsional bendahara Dana Kapitasi JKN
melaksanakan pembayaran melalui persediaan uang tunai dan dapat
dilakukan atas perintah pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran. Jika persyaratan tersebut di atas tidak terpenuhi,
bendahara Dana Kapitasi JKN wajib menolak perintah pembayaran
dari PA/KPA, karena bendahara Dana Kapitasi JKN
bertanggungjawab secara pribadi atas pembayaran yang

dilaksanakan.
Menatausahakan: Bendahara Dana Kapitasi JKN wajib
menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan

16

pengeluaran meliputi seluruh transaksi dalam rangka pelaksanaan

anggaran belanda Dana Kapitasi.


Mempertanggungjawabkan: Bendahara Dana Kapitasi JKN wajib
menyampaikan pertanggungjawaban atas pengelolaan Dana
Kapitasi JKN yang terdapat dalam kewenangannya.

2.2 Pembelian (purchasing)


Menurut Sofjan Assauri (2008) Pembelian merupakan salah satu
fungsi yang penting dalam berhasilnya operasi suatu perusahaan. Fungsi
ini dibebani tanggung jawab untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas
bahan-bahan yang tersedia pada waktu dibutuhkan dengan harga yang
sesuai dengan harga yang berlaku. Pengawasan perlu dilakukan terhadap
pelaksanaan fungsi ini, karena pembelian menyangkut investasi dana
dalam persediaan dan kelancaran arus bahan ke dalam pabrik.
Purchasing adalah kegiatan pengadaan barang atau jasa untuk
mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Tujuan utama dari
purchasing department adalah untuk menjaga kualitas dan nilai dari
produk perusahaan, meminimalisasikan perputaran modal yang dipakai
untuk penyediaan stok barang, menjaga aliran barang masuk dan barang
keluar, dan memperkuat daya saing organisasi atau perusahaan.
Purchasing juga bisa dikatakan dalam penerimaan dan pemrosesan
permintaan resmi (proses pembelian barang), membuat penawaran dan
mencari barang, evaluasi penawaran, pemeriksaan atas barang yang
diterima dan mengawasi atas penyimpanan dan pemakaian yang tepat.

17

Purchasing adalah salah satu fungsi utama diantara fungsi-fungsi


penting lainnya yang ada didalam suatu perusahaan atau perhotelan,
seperti: administrasi, pembukuan, penjualan dan pemasaran. Pembelian
telah banyak didefinisikan oleh para ahli dengan meninjau sudut pandang
yang berbeda namun pada dasarnya memiliki pengertian yang sama.
Pembelian mengacu pada proses di mana dana dialokasikan untuk
penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan atas
nama penduduk atau untuk menghubungkan kebutuhan pelayanan
kesehatan dan prioritas untuk alokasi sumber daya keuangan untuk
berbagai intervensi pelayanan kesehatan. Pembelian layanan kesehatan
bisa strategis atau pasif: pembelian strategis terkait dengan usaha terus
menerus untuk mencari jalan yang terbaik untuk memaksimalkan kinerja
sistem kesehatan dengan memutuskan; intervensi apa yang harus dibeli,
bagaimana caranya intervensi itu dibeli dan siapa penyedia layanan
tersebut, sementara pembelian pasif terjadi dengan mengikuti anggaran
yang telah ditentukan atau hanya membayar tagihan ketika sudah ada
bentuknya. Pembelian strategis dapat meningkatkan kinerja sistem
kesehatan dengan mengedepankan kualitas, efisiensi, pemerataan dan
responsif terhadapa penyediaan pelayanan kesehatan dan, dengan
demikian hal ini dapat mendorong tercapainya Universal Health
Coverage.
Pembelian melibatkan tiga rangkaian keputusan yaitu (Preker dan
Langenbrunner 2005):

18

a. Mengidentifikasi tiga hal yang berhubungan dimana intervensi atau


jasa yang akan dibeli sesuai kebutuhan penduduk, dengan
mempertimbangkan prioritas kesehatan nasional dan efektivitas
biaya mereka (yaitu apa yang harus dibeli dan untuk siapa?);
b. Memilih penyedia jasa dari siapa yang akan dibeli,
mempertimbangkan kualitas, efisiensi dan pemerataan penyediaan
pelayanan kesehatan (yaitu dari siapa untuk membeli?); dan
c. Menentukan bagaimana layanan ini harus dibeli, termasuk
pengaturan kontrak dan mekanisme pembayaran ke penyedia
layanan (yaitu bagaimana membayar nya dan berapa harganya?)
Purchasing memiliki tiga komponen utama yaitu alokasi sumber
daya, paket manfaat dan mekanisme pembayaran provider. Alokasi sumber
daya mengacu pada aliran sumber daya keuangan dari tingkat pusat
(pooled fund) ke tingkat yang lebih rendah (misalnya: kabupaten, fasilitas
kesehatan). Mekanisme alokasi sumber daya menentukan kriteria yang
dikumpulkan aliran dana dalam sistem kesehatan yang pada akhirnya
sampai pada tingkatan penyedia layanan kesehatan (provider). Dimana hal
ini melibatkan proses-prioritisasi untuk menentukan jumlah sumber daya
yang dialokasikan untuk tingkatan yang berbeda, jenis layanan dan
intervensi yang digunakan. Paket manfaat mengacu pada jenis layanan
yang harusnya diterima penduduk dari dana yang dikumpulkan, sementara
mekanisme pembayaran penyedia layanan kesehatan merupakan proses
dimana penyedia menyediakan layanan kesehatan. Desain ini merupakan
komponen kunci yang sangat penting untuk pemerataan akses yang adil
dan perlindungan terhadap risiko keuangan.

19

2.2.1 Prinsip Dalam Pembelian


Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2009) prinsip adalah hal
pokok yang dijadikan pedoman dalam melakukan sesuatu, oleh karena itu,
yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pembelian adalah hal-hal pokok
dalam pelaksanaan fungsi pembelian yang perlu dijadikan pedoman atau
acuan. Fungsi pembelian atau bagian pembelian diadakan dalam suatu
organisasi perusahaan bukan untuk dirinya sendiri, tetapi terutama untuk
organisasi lain, yaitu organisasi produksi, atau fabrikasi, atau marketing
atau lainnya. Fungsi pembelian diadakan untuk melayani atau menunjang
organisasi lain tersebut. Oleh karena itu, prinsip-prinsip kerjanya harus
sedemikian rupa sehingga juga berorientasi pada aktivitas penunjang
seperti yang ditugaskan tersebut dan prinsip kerja dari fungsi pembelian
harus diatur supaya mampu memberikan kontribusi yang besar bagi
keberhasilan perusahaan. Prinsip dari purchasing yaitu:
1 The Right Price
The right price merupakan nilai suatu barang yang dinyatakan dalam mata
uang yang layak atau yang umum berlaku pada saat dan kondisi pembelian
dilakukan.
2 The Right Quantity
Jumlah yang tepat dapat dikatakan sebagai suatu jumlah yang benar-benar
diperlukan oleh suatu perusahaan atau perhotelan pada saat tertentu.
3 The Right Time

20

The right time menyangkut pengertian bahwa barang tersedia setiap kali
diperlukan. Dalam hal ini persediaan barang haruslah diperhitungkan
karena jika ada persediaan barang tentunya ada biaya perawatan barang
tersebut.
4 The Right Place
The right place mengandung pengertian bahwa barang yang dibeli
dikirimkan atau diserahkan pada tempat yang dikehendaki oleh pembeli.
5 The Right Quality
The right quality adalah mutu barang yang diperlukan oleh suatu
perusahaan sesuai dengan ketentuan yang sudah dirancang yang paling
menguntungkan perusahaan.
6

The Right Source


The right source mengandung pengertian bahwa barang berasal dari
sumber yang tepat. Sumber dikatakan tepat apabila memenuhi prinsipprinsip yang lain yaitu the right price, the right quantity, the right time, the
right place, and the right quanlity
2.2.2 Tugas dan Tanggung Jawab Pembelian
Menurut Assauri (2008) tanggung jawab bagian pembelian
berbeda-beda dari setiap perusahaan tergantung pada luasnya aktivitas
yang dilakukan oleh perusahaan tersebut. Tanggung jawab bagian
pembelian antara lain adalah:

21

Bertanggung jawab atas pelaksanaan pembelian bahan-bahan agar


rencana operasi dapat dipenuhi dan pembelian bahan-bahan tersebut
pada tingkat harga yang perusahaan akan mampu bersaing dalam

memasarkan produknya.
Bertanggung jawab atas

usaha-usaha

untuk

dapat

mengikuti

perkembangan bahan - bahan baru yang dapat mengguntungkan dalam


proses produksi, perkembangan dalam desain, harga dan faktor-faktor
3

lain yang dapat memengaruhi produk perusahaan, harga dan desainnya.


Bertanggung jawab untuk meminimalisasi investasi atau meningkatkan
perputaran (turn over) bahan, yaitu dengan penentuan skedul arus bahan
kedalam perusahaan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan produksi.
Bertanggung jawab atas kegiatan penelitian dengan menyelidiki data
dan perkembangan pasar, perbedaan sumber-sumber penawaran
(supply)

dan

memeriksa

produk

supplier

untuk

mengetahui

kapasitasnya dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan


5

perusahaan.
Sebagai tambahan, kadang bagian pembelian bertanggung jawab atas
pemeliharaan

bahan-bahan

yang

dibeli

setelah

diterima

dan

bertanggung jawab atas pengawasan persediaan.


Tugas-tugas yang dilakukan bagian pembelian dalam memenuhi
tanggung jawab antara lain adalah:
1

Membuat dan mencetak PO (Purchase Order) dan mengirimkannya ke


supplier, agar proses pembelian dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan jadwal dan spesifikasi yang diinginkan.

22

Melakukan input biaya-biaya yang timbul untuk pengiriman barang

yang dibebankan kepada penerima barang.


Membuat laporan bulanan untuk pembelian dan outstanding PO, untuk

menjadi bahan informasi bagi atasan dalam pengambilan keputusan.


Melakukan pembelian alat-alat , barang, seperti office supplies, agar

tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan oleh setiap departemen.


Setiap nama barang atau item yang ada di dalam PR (Purchase
Requisition) harus membuat perbandingan harga (quotation) paling
sedikit 3 supplier untuk pembelian alat-alat, barang, obat dan lain-lain,

yang nantinya akan dilampirkan kedalam PR tersebut.


Membuat perbandingan harga untuk sayuran, buah-buahan, daging,
poultry, seafood, dairy dan groceries yang selau dilakukan setiap

bulannya.
Mencari kualitas barang dan harga barang untuk keseluruhan PR dari

setiap department yang berbeda.


Bertanggung jawab atas kelancaran pesanan, pengiriman dan

pengembalian pembelian barang.


Menjaga komunikasi yang terbuka dan efektif antara departemen

lainnya.
10 Menjaga komunikasi dan hubungan yang baik dengan supplier.
2.2.3 Equity in the distribution of resources
Jaminan

Kesehatan

Nasional

berarti

bila

orang-orang

bisa

menggunakan layanan kesehatan yang mereka butuhkan. Perbedaan


menggunakan relatif terhadap kebutuhan di kelompok sosial ekonomi
yang paling umum karena manifestasi kesenjangan sosial ekonomi, dan
merupakan sasaran utama untuk reformasi berorientasi Jaminan Kesehatan
Nasional
Beberapa negara tidak memiliki sebuah data yang di analisis distribusi
kelompok sosial ekonomi layanan secara menyeluruh, dan mungkin

23

memiliki sebuah survei yang mengumpulkan informasi pada penggunaan


layanan. Dalam hal ini, bisa membantu untuk menggunakan data
penggunaan berbagai jenis layanan dari kementerian yaitu suatu sistem
informasi kesehatan. Sebagai sistem informasi yang tidak memiliki
informasi mengenai status sosial ekonomi pengguna layanan, cara terbaik
kedua adalah untuk menilai keadilan akses

layanan kesehatan yang

berbasis geografis.
Analisis kesetaraan di layanan harus dilengkapi dengan analisis
kondisi diantaranya tujuan keadilan distribusi di sumber daya keuangan
(infrastruktur fisik, sumber daya manusia, peralatan, obat-obatan) dan
bahan habis pakai. Distribusi sumber daya layanan kesehatan adalah kunci
penggunaan dan determinan pelayanan, karena, itu merupakan kunci untuk
mempromosikan keadilan dalam pelayanan. Kendati tidak mudah untuk
menganalisis distribusi sumber daya ekonomi di kelompok sosial, ada
indikator pada sumber daya layanan kesehatan pada area geografis daerah
(kabupaten) atau provinsi.
Distribusi sumber daya keuangan yang mempengaruhi distribusi
sumber daya manusia, peralatan, obat-obatan dan pasokan lainnya. Ini
adalah sesuatu hal yang penting untuk tindakan kebijakan. Minimal, tujuan
untuk menyamakan per kapita anggaran kesehatan masyarakat di seluruh
propinsi atau daerah dan kabupaten. Banyak negara mempromosikan
alokasi sumber daya sektor publik dengan adil menggunakan sebuah
needs-based formula untuk kegiatan distribusi alokasi anggaran sumber
daya kesehatan di seluruh wilayah. Selain itu, formula akan membebaskan

24

pertimbangan area ukuran populasi di setiap daerah geografis, tetapi juga


indikator lain dibutuhkan seperti komposisi demografi (WHO Book, 2010).
2.2.3.1Sumber Daya
Dalam pengertian umum, sumber daya didefinisikan sebagai
sesuatu yang dipandang memiliki nilai ekonomi. Dapat juga dikatakan
bahwa sumber daya adalah komponen dari ekosistem yang
menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan
manusia. Luthfi (2013) mendefinisikan sumber daya sebagai aset
untuk pemenuhan kepuasan dan utilitas manusia. Rees (2011) lebih
jauh mengatakan bahwa sesuatu untuk dapat dikatakan sebagai
sumber daya harus memiliki dua kriteria yang pertama yaitu harus ada
pengetahuan,

teknologi

atau

keterampilan

(skill)

untuk

memanfaatkannya yang kedua adalah harus ada permintaan (demand)


terhadap sumber daya tersebut (Fauzi, 2008). Dengan demikian dalam
pengertian ini definisi sumber daya terkait dengan kegunaan
(usefulness), baik untuk masa kini maupun mendatang bagi umat
manusia. Selain dua kriteria di atas, definisi sumber daya juga terkait
pada dua aspek, yakni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana
sumber daya dimanfaatkan, dan aspek kelembagaan yang menentukan
siapa yang mengendalikan sumber daya dan bagaimana teknologi
digunakan.
Dalam pandangan Pinto (2014), sumber daya diartikan sebagai
seluruh faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan output
Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang sangat penting untuk
setiap usaha, begitu pula untuk pemerintahan agar dapat menjalankan

25

fungsinya sebenar-benarnya. Banyak defenisi yang dapat digunakan


untuk mendefenisikan sumber daya manusia.
Menurut Susilo (2007) sumber daya manusia adalah pilar
penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha
mewujudkan visi dan misi dan tujuannya. Sumber daya manusia
harus didefinisikan bukan dengan apa yang sumber daya manusia
lakukan, tetapi apa yang sumber daya manusia hasilkan, sebagaimana
yang dikemukakan oleh David Ulrich (Mathis dan Jackson, 2014).
Maka dari itu, Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang penting
bagi setiap usaha. Sumber daya manusia yang berkualitas akan
menentukan kejayaan atau kegagalan dalam persaingan (Tambunan,
2009).
Begitu juga dengan pemerintahan, apabila di dalamnya terdapat
sumber daya manusia yang berkualitas tentu akan menjadikan daerah
tersebut

berjaya.

Bagi

perekonomian

negara,

kejayaan

suatu

pemerintahan akan menjadikan perekonomian suatu negara lebih baik.


Oleh karena itu meningkatkan kualitas sumber daya manusia sangat
penting dilakukan untuk meningkatkan kinerja dalam bisnis (Kuratko
2.2.4

dan Hodgets, 2009).


Transparency and accountability
Transparansi dalam kaitannya pada tujuan jaminan kesehatan
nasional berhubungan untuk menjamin hak dan kewajiban yang
dipahami

dengan

baik

oleh

semua

orang

(misalnya

para

kependudukan, penyedia layanan kesehatan dan jangkauan penuh dari


organisasi sistem kesehatan). Misalnya, harus jelas, harus membayar
berapa banyak, bagaimana caranya, pelayanan apa yang berhak

26

didapat, bagaimana faktor-faktor dapat diakses, dan lembaga apa yang


terlibat dalam pengumpulan pendapatan, pooling dan membeli, serta
apa yang akan digunakan dalam memenuhi proses fungsi ini.
Kesadaran hak dan kewajiban penting dalam mendukung akses
terhadap penggunaan dan diperlukannya layanan kesehatan, juga yang
sesuai dengan kualitas komponen dari layanan kesehatan.
Hal ini memerlukan pertimbangan bukti, tetapi secara umum,
tujuan data transparansi bukan bagian dari sistem informasi rutin. Itu
mungkin untuk menghasilkan informasi yang relevan. Misalnya,
reformis tersebut untuk mengatasi informal pasien pembayaran di RSU
(gejala kurangnya transparansi) di kyrgyzstan. Analitik bekerja untuk
mendukung awal reformasi tahapan termasuk periodik survei habis
pasien di rumah sakit terkait dengan pertanyaan mereka out-of-pocket
pembayaran. Berubah baik di besarnya dan frekuensi resmi
pembayaran adalah dilacak dari waktu ke waktu dengan perbandingan
antara rumah sakit di awalnya reformasi daerah dan seluruh negeri
sebagai cara untuk menilai dampak dari reformasi. Selain itu, pasien
diminta secara langsung apakah mereka tahu, sebelum hospitalization,
berapa banyak mereka harus membayar sebagai co-payment, dan
apakah mereka sebenarnya pembayaran pengalaman berhubungan
dengan ini (WHO Book, 2010)
2.2.4.1 Mekanisme Pembayaran
Kapitasi adalah besaran pembayaran perbulan yang dibayar
dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang

27

diberikan. mekanisme pembayaran dana kapitasi ke puskesmas adalah


kepala puskesmas mengajukan rencana pendapatan dan belanja dana
kapitasi JKN tahun berjalan kepada kepala dinas kesehatan setempat,
mengacu pada jumlah peserta terdaftar di puskesmas. Sesuai Perpres
No. 32/2014, jasa layanan kesehatan di puskesmas minimal 60 persen
dari dana kapitasi JKN, sisanya dukungan biaya operasional layanan
kesehatan. Mekanisme pembayaran DK itu mengacu Perpres 32/2014
Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Kemenkes Donald
Pardede menyampaikan, ada 3 prinsip dalam Perpres No. 32/2014.
Pertama, pembayaran langsung ke puskesmas. Kedua, dana kapitasi
masuk ke kas daerah meski hanya pencatatannya. Ketiga, puskesmas
mengatur sendiri penggunaan dana kapitasinya
Mekanisme Pembayaran Kepala FKTP menyampaikan rencana
pendapatan dan belanja dana kapitasi JKN tahun berjalan kepada
Kepala SKPD Dinas Kesehatan. Rencana pendapatan dan belanja dana
kapitasi JKN mengacu pada jumlah peserta yang terdaftar di FKTP dan
besaran kapitasi JKN, sesuai dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku. Rencana pendapatan dan belanja dana kapitasi JKN
dianggarkan dalam RKA-SKPD Dinas Kesehatan. Tata cara dan format
penyusunan RKA-SKPD dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengelolaan keuangan daerah. Kepala
SKPD Dinas Kesehatan menyusun DPA-SKPD berdasarkan peraturan
daerah tentang APBD tahun anggaran berkenaan dan peraturan kepala
daerah tentang penjabaran APBD tahun anggaran berkenaan. Tata cara

28

dan format penyusunan DPA-SKPD dilakukan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan keuangan
daerah. Kepala Daerah menetapkan Bendahara Dana Kapitasi JKN
pada FKTP atas usul Kepala SKPD Dinas Kesehatan melalui PPKD.
Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP membuka Rekening Dana
Kapitasi JKN.
Rekening Dana Kapitasi JKN pada setiap FKTP ditetapkan
oleh Kepala Daerah. Rekening Dana Kapitasi JKN pada FKTP
merupakan bagian dari Rekening BUD. Rekening dana kapitasi JKN
disampaikan oleh Kepala FKTP kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran
dana kapitasi dari BPJS Kesehatan dilakukan melalui Rekening Dana
Kapitasi JKN pada FKTP dan diakui sebagai pendapatan Dalam hal
pendapatan dana kapitasi tidak digunakan seluruhnya pada tahun
anggaran berkenaan, dana kapitasi tersebut digunakan untuk tahun
anggaran berikutnya.
2.2.5 Health System Efficiency
Tujuan bagian ini adalah analisis mengidentifikasi secara
terkemuka manifestasi dari inefisiensi sistem kesehatan di suatu
negara. Mengingat sumber dana (sumber daya lainnya seperti para
profesional di bidang kesehatan tersedia untuk pelayanan kesehatan
terbatas di negara manapun, efisien menggunakan sumber daya
terbatas ini sangat penting dalam bergerak terhadap layanan jaminan
kesehatan. Jika setiap pelayanan yang diberikan menggunakan jumlah
paling mungkin sumber daya, tanpa melanggar kualitas, yang lebih

29

luas berbagai layanan yang dapat diberikan untuk sejumlah besar


masyarakat dan dengan semakin besarnya biaya cakupan.
Tidak ada satu set indikator untuk analisis rinci dari efisiensi
sistem kesehatan, terutama karena efisiensi

bervariasi di semua

negara tertentu. Dan ada beberapa efisiensi penilaian berbagai teknik


seperti pengepungan analisis data, adanya analisis cukup untuk
keberadaan inefisiensi dalam sistem daripada mengidentifikasi
kawasan tertentu dari inefisiensi yang para manajer menjadikan
sebagai dasar tindakan. Oleh karena itu, bagian ini menyediakan
sejumlah usulan tentang cara untuk mengidentifikasi inefisiensi di
mana mungkin ada di sistem kesehatan.
Fokus di bagian ini terutama berada di pemerintah bidang
kesehatan yang tak ada informasi rinci untuk sektor swasta. Namun,
penting untuk menjelajahi apakah ada bukti inefisiensi di sektor ini.
Masalah yang terutama mempengaruhi sektor swasta, terutama di
mana penyedia layanan kesehatan dibayar pada dasar pembayaran
tunai, yang disebut permintaan supplier-induced (WHO Book, 2010).
2.2.5.1Paket Manfaat
Paket manfaat yang diterima dalam program JKN ini adalah
komprehensive sesuai kebutuhan medis. Dengan demikian pelayanan
yang diberikan bersifat paripurna (preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif) tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya premi bagi
peserta. Promotif dan preventif yang diberikan dalam konteks upaya
kesehatan perorangan (personal care). JKN memberikan pelayanan
kesehatan yang komprehensif secara berjenjang sesuai dengan

30

kompetensi layanan fasilitas kesehatan. Peserta perlu memperhatikan


dengan seksama jenis pelayanan kesehatan yang dijamin, tidak
dijamin, ataupun yang dibatasi sesuai ketentuan Perpres Perpres No.
12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (Perpres JK),Perpres No.
111 Tahun 2013 tentang Perubahan Perpres JK, dan SE Menkes No.
31 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Standar Tarif Pelayanan
Kesehatan Program JKN. Peraturan tersebut juga mengatur mengenai
hak kelas perawatan masing-masing peserta.
Manfaat jaminan kesehatan yang bisa diperoleh dalam
program JKN bersifat pelayanan perseorangan yang mencakup
pelayanan promotif, preventif, kuratif

dan

rehabilitatif termasuk

pelayanan kebidanan dan neonatal. Cakupan pelayan an kebidanan


dan neonatal yang termasuk di dalam program
pelayanan

pemeriksaan

kehamilan (antenatal

JKN

meliputi:

care), pertolongan

persalinan (intranatal care), pemeriksaan bayi baru lahir (neonatus),


pemeriksaan pasca salin (postnatal care) dan pelayanan Keluarga
Berencana setelah melahirkan (BPJS Kesehatan).
Pelayanan

Komprehensif

JKN

memberikan

pelayanan

kesehatan perorangan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan


medis peserta. Artinya, upaya pelayanan yang diberikan kepada
peserta meliputi:
1
2
3
4

Promotif (peningkatan status kesehatan);


Preventif (Pencegahan penyakit);
Kuratif (Pengobatan); dan
Rehabilitatif (pengembalian bekas penderita ke masyarakat).

31

2.3 Puskesmas
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu
organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di
samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi,
2009)
2.3.1 Fungsi Puskesmas
Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu
kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk,
luas daerah, keadaan geografi dan keadaan infrastruktur lainnya
merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja
puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka
puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang
lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas
keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta
jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu
kelurahan. Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk
150.000 jiwa atau lebih, merupakan puskesmas Pembina yang
berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga
mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009).

32

Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu:


pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti
puskesmas

selalu

penyelenggaraan

berupaya

menggerakkan

pembangunan

lintas

dan

sektor

memantau

termasuk

oleh

masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga


berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu
puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari
penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan
puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
Pusat pemberdayaan masyarakat berarti puskesmas selalu
berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan
kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan
termasuk

sumber

pembiayaannya,

serta

ikut

menetapkan,

menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.


Pemberdayaan

perorangan,

diselenggarakan

dengan

keluarga

memperhatikan

dan

masyarakat

kondisi

dan

ini

situasi,

khususnya sosial budaya masyarakat setempat.


Pusat pelayanan kesehatan strata pertama berarti puskesmas
bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat
pertama

secara

menyeluruh,

33

terpadu

dan

berkesinambungan.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggungjawab


puskesmas meliputi:
a. Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat
pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit
dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut
adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan
rawat inap.
b. Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat
publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan

penyakit

dan

pemulihan

kesehatan.

Pelayanan

kesehatan masyarakat disebut antara lain adalah promosi kesehatan,


pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Beberapa proses dalam melaksanakan fungsi tersebut yaitu
merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan
petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien,
memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan
memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat,

34

bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam


melaksanakan program puskesmas.
2.3.2 Upaya Penyelenggaraan
Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui
puskesmas yakni terwujudnya kecamatan sehat menuju Indonesia
sehat, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya
kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang
keduanya jika ditinjau dari kesehatan nasional merupakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan
menjadi dua yakni upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembang (Trihono, 2005).
Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta
yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat
kesehatan

masyarakat.

Upaya

kesehatan

wajib

ini

harus

diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.


Upaya kesehatan wajib tersebut adalah upaya promosi kesehatan,
upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta
keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta upaya
pengobatan.
Sedangkan upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah
upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang

35

ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan


puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya
kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yaitu upaya kesehatan
sekolah, upaya kesehatran oleh raga, upaya perawatan kesehatan
masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut,
upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, upaya kesehatan usia
lanjut dan upaya pembinaan pengobatan tradisional.
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat
upaya inovasi yakni upaya diluar upaya puskesmas tersebut di atas
yang sesuai dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya
inovasi ini adalah dalam rangka mempercepat tercapainya visi
puskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangn ini dilakukan oleh
puskesmas

bersama

mempertimbangkan

dinas

kesehatan

masukan

dari

kabupaten/kota

konkes/BPKM/BPP.

dengan
Upaya

kesehatan pengembangan dilakukan apabila upaya kesehatan wajib


puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target cakupan
serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya
kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan
pengembangan puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota.
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan

pengembangan

padahal

36

telah

menjadi

kebutuhan

masyarakat, maka dinas kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab


dan wajib menyelenggarakannya. Untuk itu, dinas kesehatan
kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit fungsional
lainnya.
2.3.3 Program Puskesmas
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara bermutu.
Program Puskesmas merupakan program kesehatan dasar, meliputi:
a. Promosi kesehatan
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1193/Menkes/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1114/Menkes/SK/II/2005 tentang Pedoman Promosi Kesehatan di
Daerah, strategi dasar promosi kesehatan adalah (1) Pemberdayaan,
(2) Bina Suasana dan (3) Advokasi serta dijiwai semangat (4)
Kemitraan.
b. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi
atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh
positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula
(Soekidjo, 2007). Adapun tujuan dilakukannya upaya kesehatan
lingkungan adalah untuk menanggulangi dan menghilangkan
unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor lingkungan yang
kurang sehat tidak menjadi faktor resiko timbulnya penyakit menular
dimasyarakat (Muninjaya, 2004).

37

c. KIA & KB
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang
kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu
hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak
prasekolah. Poli KIA adalah tempat mendapatkan pelayanan
kesehatan terkait dengan ibu dan anak. Poli KIA adalah bentuk
pelayanan Puskesmas dalam gedung yang pelayananannya sebatas
pelayanan dasar
Poli KIA sering diintegrasikan dengan Poli KB, sehingga
pelayanan yang ada dalam poli KIA nantinya akan ada dua jenis,
yaitu pelayanan antenatal neonatus (antenatal neonatus care) dan
pelayanan KB.
d. Perbaikan gizi
Upaya

Perbaikan

Gizi

masyarakat

bertujuan

untuk

meningkatkan mutu gizi serta konsumsi pangan, sehingga


berdampak pada perbaikan keadaan atau status gizi, terutama status
gizi kurang dan status gizi buruk, serta mempertahankan keadaan
status gizi baik. Selain itu, tujuan khusus dari program perbaikan
gizi masyarakat adalah: Meningkatkan kemandirian keluarga
dalam upaya perbaikan status gizi. Meningkatkan pelayanan gizi
untuk mencapai keadaan gizi yang baik dengan menurunkan
prevalensi

kurang

gizi

38

dan

gizi

lebih.

Meningkatkan

penganekaragaman konsumsi pangan bermutu untuk mendapatkan


ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
e. Pemberantasan penyakit menular
Program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegah dan
mengendalikan penular penyakit menular/infeksi (misalnya TB,
DBD, Kusta dll). Tujuannya menurunkan angka kesakitan,
kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit
tidak menular
f. Pengobatan yang terdiri dari rawat jalan, dan rawat inap
Rawat Jalan merupakan salah satu unit kerja di puskesmas yang
melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam
pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostik dan terapeutik.
Pada waktu yang akan datang, rawat jalan merupakan bagian
terbesar dari pelayanan kesehatan di Puskesmas.
Puskesmas rawat inap adalah puskesmas yang diberi tambahan
ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik
berupa tindakan operatif terbatas maupun asuhan keperawatan
sementara dengan kapasitas kurang lebih 10 tempat tidur. Rawat
inap itu sendiri berfungsi sebagai rujukan antara yang melayani
pasien sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang lebih mampu, atau
dipulangkan kembali ke rumah. Kemudian mendapat asuhan
perawatan tindak lanjut oleh petugas perawat kesehatan masyarakat
dari puskesmas yang bersangkutan di rumah pasien.

2.4 Program Puskesmas yang didanai oleh JKN

39

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 19 Tahun 2014 yang diperbaharui oleh Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 21 Tahun 2016, dana kapitasi JKN dialokasikan
menjadi dua, yaitu untuk :
a Pembayaran jasa pelayanan kesehatan
b Dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan
Alokasi dana kapitasi untuk pembayaran jasa pelayanan
adalah sebesar sekurang kurangnya 60% dan sisanya adalah
sebanyak 40% untuk dukungan biaya operasional kesehatan. Dari
40% dana yang dialokasikan untuk dukungan biaya operasional,
salah satunya digunakan untuk upaya kesehatan perorangan
(Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif). Sehingga, sumber
dana kapitasi JKN yang telah di berikan kepada Puskesmas
dialokasikan sekurang kurangnya 60% untuk menggaji pemberi
jasa pelayanan kesehatan dan sisanya dialokasikan untuk dukungan
biaya operasional pelayanan kesehatan yang didalamnya mencakup
obat, alat kesehatan, barang medis habis pakai, dan penunjang
pelayanan kesehatan.

40

Anda mungkin juga menyukai