Anda di halaman 1dari 12

UJI EFEKTITAS ANTI BAKTERI GETAH POHON JARAK

(Jatropha curcas. Linn) PADA IKAN NILA (Oreochromis


niloticus) YANG DIINFEKSI Aeromonas hydrophilla
Erwansyah
Mahasiswa Progam Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Almuslim

Abstrak
Ikan nila merupakan salah satu ikan yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat di Kabupaten Bireuen. Salah satu bakteri yang umum menyerang ikan
nila adalah Aeromonas hydrophilla. Aeromonas hydrophilla merupakan bakteri
yang dapat menginfeksi ikan nila sehingga dapat menyebabkan kematian pada
ikan nila yang terinfeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas
getah pohon jarak pada berbagai dosis untuk menghambat infeksi bakteri
Aeromonas hydrophilla pada ikan nila. Penelitian ini telah dilaksanakan pada
bulan Desember 2014 Januari 2015 di dengan metode eksperimental
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan 3 ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan perlakuan B dengan penambahan 100 ml
getah jarak memiliki tingkat pertumbuhan yang paling tinggi, sedangkan tingkat
pertubuhan yang paling rendah ditunjukan pada perlakuan D, yaitu tanpa
perendaman dengan getah jarak. Untuk kelangsungan hidup yang paling tinggi
terdapat pada perlakuan B, yaitu dosis getah jarak 150 ml dengan persentase 93,3
% dan yang paling rendah terdapat pada perlakuan D tanpa perendaman dengan
getah jarak dengan kisaran 46,67%. Sedangkan untuk tingkat prevalensi yang
paling tinggi terdapat pada perlakuan D, tanpa perendaman dengan getah jarak
dengan persentase 53,3% dan yang terendah terdapat pada perlakuan C, dosis
getah jarak 150 ml dengan persentasi 6,67%.
Kata Kunci : Getah jarak, Ikan Nila, Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup,
Aeromonas hydrophilla.

Pendahuluan
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan konsumsi yang banyak
digermari oleh masyarakat Kabupaten Bireuen. Penyakit yang sering menyerang
ikan nila adalah penyakit bakteri. Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang
hanya dapat dilihat dengan mikroskop karena memiliki ukuran yang sangat kecil.
Salah satu bakteri yang umum menyerang ikan nila adalah Aeromonas
hydrophilla.
Aeromonas hydrophilla merupakan bakteri yang dapat menginfeksi ikan
nila sehingga dapat menyebabkan kematian pada ikan nila yang terinfeksi. Secara
umum gejala yang ditunjukan ikan yang terserang Aeromonas hydrophilla yaitu
pada permukaan tubuh ikan terdapat bercak berwarna merah terutama di bagian
dada, perut dan pangkal sirip dan beberapa bagian tubuh lainnya. Akibat fatal
yang ditunjukan akibat infeksi bakteri Aeromonas hydrophilla adalah sirip
menjadi rusak dan pecah-pecah sehingga ikan sulit untuk berenang.
Pengendalian penyakit Aeromonas hydrophilla sangat penting dilakukan
dengan tepat. Pohon jarak pagar (Jatropha curcas L.) merupakan salah satu
tanaman yang sudah banyak digunakan oleh masyaarakat Aceh untuk alternatif
pengobatan lukan pada manusia. Daya hambat getah jarak secara in vitro terhadap
bakteri telah diuji oleh Ditjenbun (2007). Oleh karena itu ingin dilakukan
penelitian secara in vivo terhadap efektifitas getah jarak dalam penyembuhan ikan
nila yang terserang Aeromonas hydrophilla.
Metode
Waktu dan Tempat
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2014 - Januari 2015 di
Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Almuslim dan
Laboratorium PT. Central Proteina Prima Bireuen.
alat dan Bahan
alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri,
autoclave, tabung reaksi, Erlenmeyer, ikan nila, getah jarak, TSA, TSB, pakan
ikan dan lain-lain.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan 4 (empat)
perlakuan dan diulangi sebanyak 3 (tiga) kali.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan kriteria perlakuan :
Perlakuan A : konsentrasi getah jarak 50 ml
Perlakuan B : konsentrasi getah jarak 100 ml
Perlakuan C : konsentrasi getah jarak 150 ml
Perlakuan D : kontrol (tanpa perendaman dengan getah jarak)

Uji Tantang Aeromonas hydrophilla pada Ikan Nila


Ikan nila yang telah dipelihara selama 7 hari pasca perendaman dengan
menggunakan getah jarak selanjutnya diuji tantang dengan bakteri Aeromonas
hydrophilla yang telah dikultur pada media TSB selama 24 jam. Uji tantang
dilakukan dengan metode perendaman selama 30 menit dengan jumlah bakteri
yang digunakan hasil pengenceran sebanyak 108 CFU/ ml dengan volume air
sebanyak 1 liter.
Parameter Pengamatan
Gejala Klinis
Pengamatan gejala klinis yang diamati adalah gejala yang ditunjukan pada
bagian luar tubuh ikan nila, seperti terdapat luka, bercak-bercak yang berwarna
merah dan kerusakan yang terjadi pada bagian sirip ikan. Selain itu perbedaan
tingkah laku dan nafsu makan ikan juga menjadi gejala klinis yang diamati.
Pertumbuhan Total
Pengukuran pertambahan berat badan ikan yang dapat diketahui dengan
menggunakan rumus (Suyanto, 2005), yaitu:
Wm=WtWo
Keterangan :
Wm = pertumbuhan berat rata-rata ikan (gram)
Wt
= pertambahan berat rata-rata pada akhir (gram)
Wo
= berat awal ikan (gram)
Kelangsungan Hidup
Perameter kelangsungan hidup dihitung pada akhir penelitian dengan
menggunakan rumus dari Suyanto (2005), yaitu :
SR = (Nt / No) x 100
Keterangan :
SR
Nt
No

= Tingkat kelangsungan hidup (%)


= Jumlah ikan yang hidup pada tahap akhir (ekor)
= Jumlah ikan yang hidup pada tahap awal (ekor)

Pengkulturan Bakteri pada Media TSB Cair


Untuk membuat media TSB, dilarutkan 3 gram agar TSB dalam 100 ml
aquades yang ditempatkan dalam elmeyer dan dipanaskan pada kompor listrik
sambil diaduk hingga larut dan homogen. Larutan homogen tersebut kemudian
disterilkan dengan menggunakan autoclave pada suhu 121 oC/ 1 atm selama 15
menit menggunakan NaCl 0,9% steril sampai mempunyai kekeruhan 107- 108
CFU/ml sesuai standar Depkes RI (1991) dalam (Nuria, et al., 2009) . perhitungan
jumlah koloni dilakukan dengan menggunakan rumus :

Prevalensi Ikan yang Terserang Bakteri Aeromonas hydrophilla


Menurut Ramadan et al., 2012, prevalensi serangan bakteri Aeromonas
hydrophilla pada ikan nila dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti
disajikan di bawah ini :
jumlah ikan y ang terinfeksi
Prevalensi=
x 100
jumlah ikan yang diuji
Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati dalam penelitian ini meliputi
parameter suhu, oksigen terlaut, pH.
Analisa Data
Dalam penelitian ini di gunakan metode Kusriningrum (2008), adalah :

Yij= + i + ij
Keterangan :
Yij
= Nilai pengamatan pada perlakuan-i dan ulangan ke-j

= Efek nilai tengah dan rata-rata sebenarnya


i
= Efek dari perlakuan ke-i sebenarnya

ij = Efek kesalahan (galat) pada perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j.


i
= 1,2,3 (Perlakuan)
j
= 1,2,3 (Ulangan)
Apabila Fhitung lebih besar nilainya dibandingkan Ftabel berarti terdapat
perbedaan yang berbeda nyata atau sangat berbeda nyata dan diuji lanjut dengan
menggunakan Uji Beda rata-rata (BNT) pada taraf 0.05, (Kusriningrum, 2008).
Hasil dan Pembahasan
Gejala Klinis
Dari penelitian yang dilakukan, parameter pengamatan meliputi gejala
klinis dari ikan nila yang dilakukan perendaman dengan getah jarak selama 15
menit dapat di lihat pada Tabel 4 di bawah ini :
Tabel 4. Gejala Klinis Ikan Nila Saat Perendaman dengan Getah Jarak
selama 15 Menit
Perlakuan
Luar tubuh ikan
Warna
Pendarahan
Sirip ekor
Sirip punggung
Tingkah laku
Pergerakan
Berenang

A
Tidak berubah
Tidak ada
Utuh
Utuh

B
Tidak berubah
Tidak ada
Utuh
Utuh

C
Tidak berubah
Tidak ada
Utuh/ menyatu
Utuh/ menyatu

D
-

Lincah,
Lincah,
Lincah,
Sesekali muncul Sesekali muncul Sesekali muncul
kepermukaan air kepermukaan air kepermukaan air

Berdasarkan dai Tabel 4 dapat dilihat bahwa ciri-ciri ikan nila yang pada
saat perendaman dengan getah jarak selama 15 menit menunjukan ciri-ciri yang
sama, yaitu warna tidak berubah, pendarahan tidak ada, sirip ekor utuh, sirip
punggung utuh dan tingkah laku pergerakan lincah, berenang sesekali muncul
kepermukaan air.
Adapun gejala klinis yang ditunjukkan oleh ikan nila pada saat uji tantang
dengan bakteri Aeromonas hydrophilla selama 30 menit seperti yang ditujukan
pada Tabel 5 di bawah ini :
Tabel 5. Gejala Klinis Ikan Nila saat Uji Tantang selama 30 Menit
Perlakuan
Luar tubuh ikan
Warna
Pendarahan
Luka
Sirip ekor
Sirip punggung
Tingkah laku
Pergerakan

Berenang

Tidak berubah
Tidak ada
Tidak ada
Utuh,
tidak
beubah
Utuh

Tidak berubah
Tidak ada
Tidak ada
Utuh,
tidak
berubah
Utuh

Tidak berubah
Tidak ada
Tidak ada
Utuh,
tidak
berubah
Utuh

Lambat,
Lambat
Lincah
menyendiri di
sudut aquarium
Berenang
di Sesekali muncul Sesekali
dasar
kepermukaan air berenang
kepermukaan air

D
Pucat
Tidak ada
Tidak ada
Utuh,
beubah
Utuh

tidak

Lambat, berdiam
diri di dasar dan
sudut wadah
Berenang
kepermukaan dan
dasar air

Berdasarkan Tabel 5 di atas pada saat uji tantang dengan menggunakan


bakteri Aeromonas hydrophilla selama 30 menit menunjukka bahwa perlakuan
yang terbaik terdapat pada perlakuan C dengan dengan menunjukkan ciri-ciri,
yaitu warna ikan tidak berubah, tidak terdapat pendarahan dan luka, sirip ekor dan
sirip punggung tetap utuh dan tidak berubah, pergerakan lincah meskipun sesekali
berenang muncul kepermukaan air.
Selama masa pemeliharaan gejala klinis yang ditunjukkan ikan nila
beragam dan ada yang berbeda dari tiap-tiap perlakuan yang diberikan. Adapun
gejala klinis yang ditunjukkan ikan nila pada saat pemeliharaan selama 20 hari
dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini :
Tabel 6. Gejala Klinis Ikan Nila pada saat Pemeliharaan selama 20 Hari
Perlakuan
Luar tubuh ikan
Warna
Sirip ekor
Sirip punggung
Tingkah laku
Pergerakan
Berenang

Respon makan

Kemerahan, pucat
Luka, pendarahan,
putus, kemerahan
Kemerahan, sobek

Pucat
Sobek, kemerahan
Utuh

Lambat, menyendiri
Berenang di dasar

Lambat
Sesekali
muncul
kepermukaan air
Tidak
merespon

Tidak

merespon

C
Tidak berubah
Utuh,

Utuh

Kemerahan, pucat
Putus,
luka,
kemerahan.
Kemerahan, sobek

Lincah
Sesekali berenang
kepermukaan air
Respon
pakan

Lambat, berdiam diri


Berenang
kepermukaan
Respon pakan tidak

Sisa pakan

pakan (hari pertama


katiga)
Banyak
pakan
tersisa
(hari
pertama- ketiga)

pakan
(hari
pertama)
Banyak sisa pakan
(hari
pertama)
selanjutnya
tidak
ada

tinggi
Tidak ada

ada (hari pertama


keempat)
Banyak sisa pakan
(haripertama

keempat)

Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa gejala klinis yang


ditunjukkan oleh ikan nila pada saat pemeliharaan selama 20 hari yang paling baik
terdapat pada perlakuan C yaitu dengan kriteria gejala klinis yang ditunjukkan
adalah warna tubuh tidak berubah, sirip ekor tetap utuh dan pergerakan lincah.
Untuk respon pakan menunjukkan respon yang tinggi, sehingga tidak terdapat sisa
pakan yang diberikan dalam akuarium. Hariana (2006), mengatakan getah jarak
memiliki zat kimia yang bersifat sebagai anibakteri dan antiflamasi pada tubuh
ikan.
Perhitungan Jumlah Koloni/ TPC (Total Plate Count)
Adapun jumlah koloni yang ditumbuh pada cawan petri hasil penanaman
pada media agar TSA adalah :
Tabel 7. Jumlah Koloni Bakteri A. hydrophilla yang Tumbuh pada Agar TSA
Pengenceran
Jumlah Koloni
0
10
>300 koloni (tidak dapat dihitung)
101
>300 koloni (tidak dapat dihitung)
2
10
>300 koloni (tidak dapat dihitung)
103
>300 koloni (tidak dapat dihitung)
4
10
>300 koloni (tidak dapat dihitung)
105
>300 koloni (tidak dapat dihitung)
106
>300 koloni (tidak dapat dihitung)
7
10
203 koloni
108
18 koloni (tidak dapat dihitung)
9
10
7 koloni (tidak dapat dihitung)
Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa hasil penanaman bakteri
Aeromonas hydrophilla pada agar TSA, yang dapat dilakukan perhitungan pada
jumlah koloni hanya terdapat pada pengenceran 10 7 dengan jumlah koloni yang
tumbuh adalah 203 koloni. Sedangkan pada pengenceran 100 106 jumlah koloni
yang tumbuh > 300 koloni dan tidak dapat dilakukan perhitungan.
Pertumbuhan
Pertambahan Berat Tubuh
Ikan nila yang digunakan dalam penelitian ditimbang berat tubuhnya.
Berat tubuh ikan nila yang digunakan seragam dengan berat/ekor 12,76-12,85
gram, sehingga tidak menyebabkan persaingan selama pemeliharaan. Jumlah ikan
yang digunakan dalam tiap-tiap wadah adalah 5 ekor.
Tabel 8. Rata-rata Pertambahan Bobot Tubuh Ikan Nila selama Penelitian
Perlakuan
A
B

Bobot Awal
(Gram)
12.81
12.85

Bobot Akhir
(Gram)
25.46
26.43

Pertambahan Bobot
(Gram)
12.65
13.58

C
D

12.82
12.76

25.53
25.05

Pertambahan Berat Tubuh Ikan Nila (Gram)

12.71
12.29

13.6
13.4
13.2
13
12.8
12.6
12.4
12.2
12
11.8
11.6

1 2 3 4

Pe rlakuan

A = 50 ml
B = 100 ml
C = 150 ml
D = 0 ml

Gambar 5. Grafik Penambahan Berat Tubuh Ikan Nila


Berdasarkan Tabel 8 dan Gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa adanya
perbedaan pada pertambahan berat tubuh pada masing-masing perlakuan.
Pertambahan berat tertinggi terdapat pada perlakuan B dengan nilai pertambahan
berat yaitu 13,58 gram, kemudian disusul pada perlakuan C yaitu 12,71 gram dan
selanjutnya pada perlakuan A yaitu 12,65 gram dan yang terendah terdapat pada
perlakuan D yaitu dengan nilai 12,29 gram.
Pertambahan Panjang Tubuh
Rata-rata pertambahan panjang tubuh ikan nila yang direndam dan tanpa
direndam dengan getah jarak dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 6.
Tabel 9.

Rata-rata Berat dan Pertambahan Panjang Tubuh Ikan Nila selama


Penelitian
Perlakua Panjang Awal (cm) Panjang Akhir (cm) Pertambahan Panjang (cm)

A
B
C
D

4,8
4,5
5,2
4,8

7,5
7,8
7,5
7

2,7
3,3
2,3
2,2
4

Pertambahan Panjang Ikan Nila selama Pemeliharaan (cm) 2


0

Perlakuan

A = 50 ml
B = 100 ml
C = 150 ml
D = 0 ml
A

Gambar 6. Grafik Pertambahan Panjang Ikan Nila


Berdasarkan Tabel 9 dan Gambar 6 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata
pertambahan panjang tubuh tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu sebesar 3,3
cm, disusul pada perlakuan A yaitu sebesar 2,7 cm dan selajutnya perlakuan C
yaitu 2,3 cm dan yang terendah pada perlakuan D yaitu sebesar 2,2 cm. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat dari Pulungan (2005), yang menyatakan bahwa
pertambahan panjang meningkat sebanding dengan pertambahan bobot tubuh.
Kelangsungan Hidup
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh perendaman
dengan getah jarak untuk masing-masing perlakuan. Rata-rata tingkat
kelangsungan hidup ikan nila dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 7 di bawah
ini :
Tabel 10. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila
Perlakua
n

A
B
C

Jumlah Awal (ekor)

Jumlah Akhir (ekor)

Kelangsungan Hidup (%)

15
15
15

8
9
14

53,3a
60a
93,3b

15

46,67a

7
100
80
60

Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila (%)

40
20
0

perlakuan

A = 50 ml
B = 100 ml
C = 150 ml
D = 0 ml
A

Gambar 7. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Nila


Tingkat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan C yaitu
93,3%, disusul oleh perlakuan B yaitu sebesar 60%, kemudian disusul perlakuan
A yaitu 53,3% dan yang terendah terdapat pada perlakuan D yaitu 46,67%. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Hambali (2006), yang menyatakan bahwa senyawa
antimikroba dalam getah jarak efektif menghambat pertumbuhan dan merusak sel
dari bakteri.
Prevalensi
Adapun tingkat prevalensi A. hydrophilla pada ikan nila dapat dilihat pada
Tabel 11 dan Gambar 8 berikut ini :
Tabel 11. Tingkat Prevalensi A. hydrophilla pada Ikan Nila
Perlakua
Jumlah Ikan
Jumlah Ikan Uji
Prevalensi
n
Terinfeksi (ekor)
(ekor)
(%)
A
6
15
46,67a
B
3
15
40 ab
C
1
15
6,67b
D
8
15
53,33a

A = 50 ml
B = 100 ml
C = 150 ml

Tingkat Pre vale nsi Bakte ri A. hydrophilla pada Ikan Nila (%)

Pe rlakuan

D = 0 ml
A

Gambar 8. Tingkat Prevalensi Bakteri A. hydrophilla pada Ikan Nila


Tingkat prevalensi tertinggi terdapat pada perlakuan D yaitu 53,33%,
disusul oleh perlakuan A yaitu sebesar 46,67%, kemudian disusul perlakuan B
yaitu 40% dan yang terendah terdapat pada perlakuan C yaitu 6,67%. Ikan yang
tidak memilki daya tahan tubuh yang baik akan mudah terserang oleh organisme
patogen yang terdapat dalam air (Kurniastuty et al., 2004)
Kualitas Air
Dari pengamatan di lapangan didapatkan hasil pengukuran parameter
kualitas air sebagai berikut :
Tabel 12. Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air
Perlakuan
A
B
C
D

Suhu
29 oC
27 oC
29 oC
30 oC

DO
4 ppm
5,1 ppm
4,9 ppm
4,7 ppm

pH
7
7,4
6,8
6,7

Keterangan
Baik
Baik
Baik
Baik

Berdasarkan Tabel 12 di atas diketahui hasil pengkuran parameter kualitas


air pada pemeliharaan ikan nila selama penelitian sesuai untuk media hidup ikan
nila dengan kisaran suhu 27-29 oC, pH 6,7-7,4 dan Kadar Oksigen 4-5,1 ppm.
Effendie (2004), menjelaskan bahwa ikan nila tumbuh secara normal pada kisaran
suhu 14-30 C dan dapat memijah pada suhu 22-37 C dan kandungan kadar
oksigen terlarut berkisar antara 4 5 ppm. Kisaran pH yang optimal untuk
budidaya nila adalah antara 7-8 (Fujaya, 2004).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan

1. Pertumbuhan yang tertinggi terdapat pada perlakuan B yaitu 13,58 gram dan
3,3,cm dan yang terendah pada perlakuan D yaitu 12,29 gram dan 2,2 cm.
2. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan C yaitu 93,3%
dan yang terendah pada perlakuan D yaitu 46,67%.
3. Tingkat prevalensi yang tertinggi terdapat pada perlakuan D yaitu 53,3% dan
yang paling rendah terdapat pada perlakuan C yaitu hanya 6,67%.
5.2.

Saran
Getah jarak dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan
menghambat serangan bakteri A. hydrophilla pada ikan nila, khusunya pada ikan
yang terserang A. hydrophilla sebagai obat alami yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjenbun. 2007. Pedoman Budidaya Tanaman Jarak Pagar. Pusat Penelitian dan
Pengambangan Perkebunan. Bogor.
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta
Fujaya. Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka
Cipta. Jakarta.
Hambali, E. 2006. Jarak Pagar, Tanaman Penghasil Biodiesel. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Edisi ke-1. Penerbit Penebar
Swadaya, Jakarta.
Kurniastuty, dkk., 2004. Hama dan Penyakit Ikan.Balai budidaya Laut Lampung.
Lampung.
Nuria. M.C, Arfin. F dan Sumantri. 2009. Uji Aktifitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun JArak Pagar (Jatropha curcas L.) terhadap Bakteri Staphyloccocus
aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922 dan Salmonella typhi
ATCC 1408. Mediagro. Vol. 5. No. 2: Hal 26-37.
Ramadhan. A.R, Nurlita. A, Triyani. N. 2012. Perbandingan Pravelensi Parasit
pada Insang dan Usus Ikan Mujair (Oreochromis musambucis) yang
tertangkap di Sungai Aloo dan Tambak Kedung Peluk, Kecamatan
Tanggulangin, Sidoarjo. Jurnal Sains dan Seni ITS. Vol.1. No.1. ISSN:
2301-928X.
Suyanto, S.R. 2005. Nila. Penerbit Swadaya, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai