Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

2
2
2
3
3
4
4
4
5
5
5
5
5
6
6
6
6
7
10
11
11
11

1 PENDAHULUAN
1.1
Abstrak
1.2
Latar Belakang
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Polietilena
2.2 Serat karbon
2.3 Proses Melt-Spinning
2.4 Sulfonasi
2.5 Karbonisasi
3 METODE
3.1 Alat dan Bahan
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Melt-Spinning Proccess
3.2.2 Sulfonasi
3.2.3 Karbonisasi
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Melt-Spinning Process
4.2 Stabilisasi Kimia ( Sulfonasi )
4.3 Karbonisasi
5 PENUTUP
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Tabel
1 Hasil Analisis Unsur Pada Serat Tersulfonasi....................................................9

Daftar Gambar
1 Struktur Polietilena.................................................................................... 3
2 Reaksi Substitusi Gugus Fungsi (-SO2OH-) pada rantai polietilena.........................7
3 Proses Sampling Serat Pada Variasi Suhu Dan Waktu Yang Berbeda.......................8
4. Hasil Sulfonasi Serat Polietilena...................................................................8
5. Pengaruh Waktu Sulfonasi Terhadap Entalpi Reaksi Spesifik................................9
6. Reaksi Karbonisasi Serat PE tersulfonasi......................................................10

PENDAHULUAN

1.1 Abstrak

Poliolefin khususnya golongan polietilena, mempunyai potensi besar


sebagai prekursor alternatif yang digunakan untuk produksi serat karbon. Jenis
polietilena yang digunakan yaitu jenis HDPE. Poletilen dapat lakukan dan dibuat
dalam proses pemintalan lelehan yang lebih ekonomis. Dalam jurnal ini
menjelaskan tentang proses pemintalan lelehan polietilena dan dikonversi menjadi
serat karbon. Metode produksi polietilena berbahan dasar serat karbon juga
selanjutnya dengan proses stabilisasi (sulfonasi) secara kimiawi dan proses
karbonisasi, serat karbon terbentuk setelah proses karbonisasi selesai.
1.2 Latar Belakang
Polietilen adalah salah satu jenis plastik yang paling banyak di pakai
dalam kehidupan sehari-hari seperti kantong plastik dari LDPE (Low Density
Polietylene) namun PE yang dipakai untuk produksi serat karbon adalah jenis
HDPE (High Density Polyethylene). HDPE memiliki nilai kuat tarik yang besar
yaitu 3100-5000 Psi dan elongasi sebesar 100%. HDPE memiliki sifat bahan yang
lebih keras, kuat, buram, dan lebih tahan terhadap suhu tinggi (Inggaweni dan
Suyatno 2015). Proses pembuatan serat karbon dilakukan dengan proses
stabilisasi (Sulfonasi) dan proses karbonisasi. Proses stabilisasi ini digunakan
untuk menyatukan antar rantai polimer dengan menambahkan senyawa sulfur.
Gugus sulfonat yang ditambahkan pada proses stabilisasi iniialah asam sulfat,
asam klorosulfat, asam sulfat yang diasamkan (pelarut sulfat trioksida dalam asam
sulfat).
Adanya gugus sulfonat akan mempengaruhi sifat termal dari polimer.
Penambahan gugus sulfonat dapan menurunkan sifat kristanilitas yang dapat
mempengaruhi sifat termalnya (Pramono et al 2012) . Molekul panjang yang
terbentuk dari polimer ini akan dihubungkan dengan penambahan gugus sulfonat
dan membentuk formasi jembatan. Rantai yang sudah stabil ini kemudian
dilakukan proses karbonisasi dengan metode pirolisis untuk membebaskan air dan
sulfat dioksida dari serat poliolefin tersulfonasi. Proses sulfonasi ini meningkatkan
kestabilan dari serat karbon. Jurnal ini bertujuan menjelaskan tentang pembuatan
serat karbon menggunakan prekursor polietilen. Setelah mengalami proses
sulfonasi kemudia serat karbon dikarbonisasi yang bertujuan meningkatkan sifat
mekanik dari serat karbon.
Banyaknya atom carbon pada polietilena menjadi dasar proses karbonisasi
pada polimer HDPE tersulfonasi. Proses pembuatan material karbon yang
dihasilkan dari material yang berbahan dasar karbon sebagai penyusun utamanya
menggunakan panas atmosfer yang inert maka disebut dengan karbonisasi. Proses
karbonisasi ini dibagi menjadi tiga cara umum yaitu karbonisasi fasa padat ( solid
phase carbonization ), karbonisasi fasa cair ( liquid phase carbonization ), dan
karbonisasi fasa gas ( gas phase carbonization ). Beberapa produk yang dihasilkan
dari beberapa proses tersebut yaitu : 1) grafit cetak; 2) kaca karbon; 3) pirolitik
2

karbon; 4) serat karbon; 5) serbuk karbon dan 6) Fullerene. Jurnal ini


menggunakan proses karbonisasi fasa padat dari HDPE tersulfonasi sehingga
membentuk serat karbon berbahan dasar polietilena sebagai alternatif dari
pembuatan serat karbon berbahan dasar poliakrilo nitril.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Polietilena

Polietilena (PE) merupakan salah satu jenis polimer yang paling banyak
dipakai dalam kehidupan sehari-hari seperti kantong plastik dan Polietilena adalah
bahan termoplastik yang transparan, berwarna putih yang mempunyai titik leleh
bervariasi antara 110-137oC. Polietilena adalahpolimer yangjuga termasuk dalam
polioefin (Curlee 1991). Umumnya polietilen bersifat resisten terhadap zat kimia.
Pada suhu kamar, polietilena tidak larut dalam pelarut organik dan anorganik
(Billmeyer1994). Berikut adalah struktur polietilena :

Gambar 1 Struktur Polietilena


Polietilena merupakan bahan termoplastik yang transparan, berwarna putih
dan mempunyai titik leleh yang bervariasi antara 110-1370C. Umumnya
polietilena bersifat tahan terhadap zat kimia. Pada suhu kamar polietilena tidak
larut dalam pelarut organik dan pelarut anorganik, polietilena dapat teroksidasi di
udara pada suhu tinggi dengan sinar ultraviolet. Struktur rantai polietilena dapat
berupa linier, bercabang, ataupun berikatan silang (Billmeyer, 1984).
Polietilena dibagi menjadi produk massa jenis rendah (<0,94 g/cm3) dan
produk massa jenis tinggi (>0,94 g/cm3). Perbedaan dalam massa jenis ini timbul
dari strukturnya yaitu polietilena massa jenis tinggi adalah merupakan polimer
linier dan polietilena massa jenis rendah adalah merupakan polimer bercabang
(Cowd,M.A., 2001). Polietilena massa jenis rendah sebagiannya (50-60%) adalah
padatan kristalin, meleleh pada suhu kira-kira 1150C, dengan massa jenis antara
0,91 g/cm3- 0,94 g/cm3. Polietilen jenis ini dapat larut dalam banyak pelarut pada

suhu di atas 1000C tapi hanya sedikit pelarut yang dapat melarutkannya pada atau
mendekati suhu kamar (Billmeyer 1984).
Polietilena massa jenis tinggi sebagian besar adalah padatan kristalin (di
atas 90%), mengandung kurang dari 1 rantai/200 atom karbon pada cabang utama.
Titik lelehnya di atas 1270C (atau 1350C) dan massa jenisnya antara 0,95 g/cm30,97 g/cm3 (Billmeyer, 1984). Reaksi adisi adalah sebuah reaksi dimana dua atau
lebih molekul bergabung membentuk suatu produk yang disertai dengan
pemutusan ikatan rangkap. Selama polimerisasi etilena, ada ribuan molekul
etilena yang bergabung bersama membentuk etilena.
2.2 Serat karbon

Sumber bahan awal yang biasa digunakan padapembuatan serat karbon


adalah poliakriolonitril, pitch, dan rayon. Detail proses spesifik untuk masingmasing bahan awal berbeda, tetapi semua mengikuti urutan dasar yang meliputi
pemintalan, stabilisasi, karbonisasi, dan sizing untuk memudahkan penanganan.
Serat karbon pendek (whiskers) sekarang juga diproduksi dalam proses bertingkat
dari gas hydrocarbon yang menggunakan mekanisme pembentukan solid liquid
uap. Pembuatan bahan awal disusun dari pemintalan polimer polyacrylonitrile
menjadi filament yang menerapkan varian proses pembuatan serat tekstil standard.
Serat polyacrylonitrile berwarna putih, dengan densitas mendekati 1,17 g/cm3 dan
struktur molekul yang terdiri atas molekul rantai panjang (Pramono A 2012).
Serat berbasis pitch. Pitch adalah campuran yang komplek dari
hydrocarbon aromatic dan dapat dibuat dari petroleum, coal tar, dan asphalt.
Pitch harus diproses melalui sebuah langkah perlakuan awal untuk memperoleh
viscositas dan berat molekul dalam persiapan untuk membuat serat karbon unjuk
kerja tinggi yang diinginkan (Pramono A 2012).
2.3 Proses Melt-Spinning

HDPE (High Density Poly Ethelene) merupakan bahan baku untuk jenis
Plastik HDPE dimana umumnya hasil produksi berbentuk plastik kantong, plastik
roll dan plastik lembaran.Reaksi sulfonasi merupakan reaksi dapat balik, dapat
terbentuk produk ataupun kembali Reaksi sulfonasi dengan oleum akan berjalan
lebih cepat dibandingkan dengan asam sulfat pekat pada benzena (Handayani
2002).
2.4 Sulfonasi

Sulfonasi merupakan reaksi substitusi elektrofilik, dimana terjadi


pembentukan gugus SO3H, - SO2Cl dalam molekulnya. Pereaksi sulfonasi dapat
4

berupa oleum, asam sulfat pekat dan asam chlorosulfonat. Reaksi sulfonasi
merupakan reaksi dapat balik, dapat terbentuk produk ataupun kembali ke
reaktannya tergantung pada kondisi reaksi ( Sudarma dan Mulyanto 2008 ).
2.5 Karbonisasi

Proses karbonisasi yaitu proses pembakaran tidak sempurna,sehingga


bahan hanya terkarboninasi dan tidak teroksidasi dengan prinsip proses
karbonisasi adalah pembakaran biomassa tanpa adanya kehadiran
oksigen.Parameter yang diperhatikan dalam proses karbonisasi yaitu variasi
temperatur dan waktu karbonisasi yang digunakan(Siahaan S et al 2013).Pirolisis
merupakan suatu bentuk penguraian bahan organik secara kimia melalui
pemanasan tanpa atau sedikit.Pirolisis merupakan reaksi depolimerisasi dan pada
suhu tinggi mengikuti mekanisme radikal bebas. Hasil proses pirolisis ini
dipengaruhi oleh jenis dan karakteristik bahan baku yang digunakan waktu dan
suhu proses(Ghang et al 2009).

3 METODE

3.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah batang pengaduk, spinneret, meltspinning semi-industrial plant, pengontrol suhu jenis Huber CC-K5, bejana reaksi,
pengaduk magnetik terlapisi PTFE, instrumen DSC (Differential Scanning
Calorimetry) danoven FRH-40-250-1500 G800.
Bahan-bahan yang digunakan adalah asam sulfat 95%, sampel plastik
HDPE ( High Density PolyEthylene), perekat PTFE (PolyTetraFlouroEthylene),
minyak silikon SilOil M20.195/235.20dan akuades.
3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Melt-Spinning Proccess


Tahapan proses pemintalan leleh dilakukan dengan bahan berbentuk
granul dilelehkan dalam extruder lalu dipompa melalui alat pemintal dan
menghasilkan filamen.Proses pemadatan filamen cair berlangsung dengan
pendinginan udara. Setelah proses pendinginan udara berlangsung, filamen yang

dihasilkan dilelehkan dan dipintal oleh spinneret dengan spesifikasi 72 kapiler


dengan diameter 0,25 mm dan rasio panjang kapiler untuk diameter kapiler (L/D)
tersebut yaitu2.Kemudian bahan didekstruksi pada suhu 200 oC dan bobot padatan
yang dialirkan sekitar 26,3 g/min.Selanjutnya diatur kecepatan pemintal pada 2,5
m/menit dan 3,0 m/menit.
3.2.2 Sulfonasi
Tahapan selanjutnya yaitu proses stabilisasi kimia dengan sulfonasi pada
prekursor polietilena. Percobaan sulfonasi dilakukan dengan asam sulfat pada
konsentrasi tinggi (95%) sebagai bahan dasar proses sulfonasi.Proses sulfonasi
pada percobaan dilakukan dalam sebuah bejana reaksi dengan kapasitas 1 liter dan
digunakan pengontrol suhu. Kedua jalur lainnya digunakan sebagai in dan out dari
sampel. Minyak Silikon SilOil M20.195/235,20 yang dibuat oleh huber
kaltermashchinenbau digunakan sebagai cairan penyerap panas dan diterapkan
diantara dua jalur pada bejana reaksi tersebut.
Persiapan sampel dilakukan dengan cara serat ditempelkan pada batang
pengaduk dan direkatkan oleh pita PTFE. Asam sulfat 95% dicampurkan dengan
sampel. Proses sulfonasi dilakukan selama 135 menit dengan rentang temperatur
reaksi dari 60oC hingga 200oC.
Setelah ekstraksi dan destruksi sampel, sampel kemudiandicuci hingga
bebas asam dan dikeringkan. Selanjutnya dilakukan analisis termal dengan alat
Differential Scanning Calorimetry(DSC) dilakukan di bawah tekanan atmosfer
nitrogen. Selama sampel dianalisis oleh DSC, sampel awalnya dipanaskan sampai
100C dengan tingkat pemanasan 5 K/menit.Kemudian dipanaskan lagi sampai
suhu 400 C.
3.2.3 Karbonisasi
Proses karbonisasi dilakukan pada suhu 900oC dan 1.200 C.Selama
proses karbonisasi sampel serat karbon dipanaskan hingga 900 C dengan tingkat
pemanasan 2K/menit dilakukan dibawah tekanan atmosfer nitrogen hingga
mencapai suhu 1.200oC. Selanjutnya serat karbon yang terbentuk dianalisis
menggunakan instrumen DSC (Differential Scanning Calorimetry).

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Melt-Spinning Process

Proses pemintalan leleh atau melt-spinning process digunakan untuk


membuat serat dari plastik HDPE (High Density Poly Ethylene), proses pelelehan

pada plastik HDPE (High Density Poly Ethylene) pada temperatur 200oC karena
titik leleh dari plastik HDPE (High Density Poly Ethylene) yaitu pada suhu 190oC,
sehingga plastik HDPE (High Density Poly Ethylene) dapat terlelehkan dengan
sempurna, setelah dilelehkan lalu dipintal oleh spinneret dengan spesifikasi 72
buah kapiler dengan diameter 0,25 mm, diameter dari spinneret akan
mempengaruh ukuran serat yang dihasilkan. Proses pemintalan serat harus
menggunakan kecepatan pelilitan yang tinggi karena jika menggunakan kecepatan
pelilitan yang rendah maka serat dapat memadat sebelum dapat dililit dan menjadi
serat karbon. Berdasarkan percobaan bahwa kecepatan pelilitan yang optimal bagi
plastik HDPE (High Density Poly Ethylene) berada pada 3,0 m/menit. Hasil serat
yang diperoleh berukuran 15 m-17m.

4.2 Stabilisasi Kimia ( Sulfonasi )

Polietilena prekusor dari poliakrilonitril sebagai bahan dasar serat karbon


karena mempunya titik leleh yang rendah yakni 190 oC, penambahan panas pada
polietilena tidak menghasilkan reaksi kimia yang lain karena kestabilan dari
polietilena yang baik. Polietilena yang dilelehkan tetap bersifat inert dan hanya
terputus sata ikatan antar molekulnya sama seperti poliakrilonitril sehingga ada
kesamaan sifat antara polietilena dengan poliakrilonitril. Sulfonasi dapat
meningkatkan kestabilan dari polimer poliolefin. Jurnal ini menggunakan H 2SO4
sebagai penstabil molekul polimer serat polietilena, penggunaan H2SO4 dalam
sulfonasi dibantu oleh suhu tinggi. Proses sulfonasi akan menghubungkan
molekul panjang dengan adanya gugus fungsi (-SO2OH-), gugus fungsi (SO2OH-) akan membentuk pilinan pada sumbu polimer. Setiap lima hingga tujuh
atom karbon disubtitusi oleh gugus fungsi sulfo pada asam sulfat ( Younker et al
2013). Reaksi subtitusi gugus fungsi (-SO 2OH-) pada rantai polietilena yaitu
sebagai berikut.

Gambar 2 Reaksi Substitusi Gugus Fungsi (-SO2OH-) pada rantai polietilena


Reaksi sulfonasi dilakukan pada bejana reaksi yang memiliki dinding
ganda yang terbuat dari borosilikat, dinding ganda tersebut berperan sebagai
tempat cairan penyerap panas yaitu minya silikon SilOil M20.195/235.20. Minyak
silikon tersebut berfungsi mengendalikan panas yang dihasilkan oleh asam sulfat,
sehingga reaksi dapat berjalan hingga suhu 220 oC pada bejana tersebut. Proses
7

sulfonasi dibantu oleh daya mekanik dari pengaduk magnetik, pengaduk magnetik
yang telah dilapisi oleh PTFE (Poly Tetra Flouro Ethylene) dapat meratakan panas
yang dihasilkan oleh asam sulfat, sehingga distribusi panas dari asam sulfat dapat
merata.Serat yang belum tersulfonasi direkatkan pada batang pengaduk oleh
perekat yang telah dilapisi PTFE (Poly Tetra Flouro Ethylene), hal tersebut
mencegah terjadinya pengembangan ukuran dari serat yang telah disulfonasi.
Proses perekatan oleh PTFE (Poly Tetra Flouro Ethylene) mengakibatkan
pembentukan tegangan internal dalam serat, sehingga mempengaruhi sifat
mekanik dari serat yang dihasilkan (Dunbar et al 1992). Hasil sulfonasi yaitu
sebagai berikut.

Gambar 3 Proses Sampling Serat Pada Variasi Suhu Dan Waktu Yang Berbeda
Proses sulfonasi dilakukan selama 135 menit, 7 titik sampling dilakukan
pada suhu dan waktu yang berbeda, hal ini bertujuan membandingkan serat yang
dihasilkan dalam waktu sulfonasi yang berbeda, hasil dari sampling dianalisis
menggunakan instrumen DSC ( Differential Scanning Calorimetry ). Hasil serat
dari polietilena yang telah disulfonasi yaitu sebagai berikut.

Gambar 4. Hasil Sulfonasi Serat Polietilena


Berdasarkan serat yang telah terbentuk terjadi perubahan warna seiring
dengan lamanya proses sulfonasi, hal tersebut menandakan semakin lama proses
sulfonasi semakin banyak gugus (-SO2OH-) yang tersubtitusi pada setiap lima
hingga tujuh atom karbon polietilena. Lama waktu sulfonasi berpengaruh pada
sifat serat polietilen tersulfonasi.
Waktu sulfonasi berpengaruh terhadap entalpi spesifik dari reaksi
sulfonasi, hasil pengaruh waktu sulfonasi terhadap entalpi spesifik yaitu sebagai
berikut.

Gambar 5. Pengaruh Waktu Sulfonasi Terhadap Entalpi Reaksi Spesifik


Analisis entalpi reaksi spesifik menggunakan instrumen DSC (Differential
Scanning Calorimetry), berdasarkan hasil analisis dari (Differential Scanning
Calorimetry) dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi suhu pada proses sulfonasi
maka akan menurunkan entalpi spesifik reaksinya, sehingga semakin tinggi suhu
reaksi substitusi gugus fungsi (-SO2OH-) semakin mudah. Setelah dianalisis
menggunakan (Differential Scanning Calorimetry), serat tersulfonasi kemudian
dianalisis unsurnya, analisis unsur pada serat tersulfonasi bertujuan mengetahui
komposisi dari serat tersulfonasi yang dipengaruhi oleh waktu sulfonasi dan
temperatur sulfonasi. Unsur yang dianalisis sangat berpengaruh terhadap sifat
mekanik dari serat tersulfonasi. Hasil dari analisis unsur pada serat tersulfonasi
yaitu sebagai berikut.
Tabel 1 Hasil Analisis Unsur Pada Serat Tersulfonasi

Berdasarkan hasil analisis unsur pada serat tersulfonasi dapat dinyatakan


bahwa semakin lama proses sulfonasi akan mengurangi kandungan atom karbon,
hal tersebut dapat dilihat pada sampel (b) yang mengalami proses sulfonasi sekitar
30 menit dihasilkan kandungan total berat atom karbon pada seratnya 80,26 %
sedangkan pada sampel (g) yang mengalami proses sulfonasi sekitar 135 menit
dihasilkan kandungan total berat atom karbon pada serat sebesar 62.63%, maka
dapat dinyatakan bahwa semakin lama proses sulfonasi dan suhu tinggi dapat
meningkatkan jumlah gugus fungsi (-SO2OH-) yang tersubtitusi pada rantai serat.
Semakin lama proses sulfonasi juga akan meningkatkan kandungan sulfur
dan oksigen yang diperoleh dari gugus fungsi (-SO2OH-) pada serat, hal tersebut
dapat dilihat dari sampel (b) dengan lama waktu sulfonasi sekitar 30 menit yang
mengandung total berat atom sulfur sebesar 1,04% dan total berat atom oksigen
sebesar 4.42% sedangkan pada sampel (g) dengan lama waktu sulfonasi sekitar

135 menit mengandung total berat atom sulfur sebesar 3.40% dan total berat atom
oksigen sebesar 26.79%.

4.3 Karbonisasi

Proses karbonisasi yaitu proses pembakaran tidak sempurna,sehingga


bahan hanya terkarboninasi dan tidak teroksidasi dengan prinsip proses
karbonisasi adalah pembakaran biomassa tanpa adanya kehadiran
oksigen.Parameter yang diperhatikan dalam proses karbonisasi yaitu variasi
temperatur dan waktu karbonisasi yang digunakan(SiahaanS et al 2013). Pirolisis
merupakan suatu bentuk penguraian bahan organik secara kimia melalui
pemanasan tanpa atau sedikit.Pirolisis merupakan reaksi depolimerisasi dan pada
suhu tinggi mengikuti mekanisme radikal bebas. Hasil proses pirolisis ini
dipengaruhi oleh jenis dan karakteristik bahan baku yang digunakan waktu dan
suhu proses.
Proses karbonisasi pada serat tersulfonasi bertujuan menghilangkan
kandungan sulfur dan air pada serat, sehingga dihasilkan serat karbon yang
mempunyai kandungan karbon yang tinggi dan sifat mekanik yang baik.
Karbonisasi serat tersulfonasi menggunakan oven FRH-40-250-1500 G800, pada
kondisi pemanasan oleh gas nitrogen murni dengan laju panas 2K/menit hingga
mencapai suhu 900oC. Proses karbonisasi akan memutus ikatan atom karbon
dengan unsur sulfur, oksigen dan hidrogen, hal tersebut disebabkan oleh
meningkatnya tumbukan antar partikel seiring bertambahnya suhu. Molekul yang
terputus akan menghilang dan tidak akan bereaksi kembali. Komponen yang
hilangan menyebabkan bobot pada serat tersulfonasi berkurang hingga 20% dan
terjadi pengembangan ukuran sekitar 30% yang terjadi akibat konversi kimia
(Pennings et al 1991). Reaksi karbonisasi pada serat tersulfonasi yaitu sebagai
berikut.

Gambar 6. Reaksi Karbonisasi Serat PE tersulfonasi


Reaksi karbonisasi berlangsung secara simultan, pertama atom sulfur pusat
yang mempunyai pasangan elektron lima buah bermuatan positif sehingga atom
hidrogen akan berikatan dengan atom O-reaksi tersebut akan mengeliminasi gugus
fungsi tersebut menjadi 3-heptena dan produk samping berupa asam sulfit. asam
sulfit yang terbentuk akan menghasilkan radikal bebas yaitu OH - dan SO2-, radikal
bebas tersebut akan menyerang kembali gugus (-SO2OH-) pada rantai polietilena

10

yang akan mengikat satu atom hidrogen pada rantai atom karbon sehingga terjadi
eliminasi kembali dengan terbentuknya asam sulfit dan 3-heptena yang akan
membentuk radikal bebas OH- dan SO2- kembali. Faktor yang mempengaruhi sifat
mekanik dari serat karbon yaitu temperatur dan waktu yang berpengaruh terhadap
produk serat karbon dan kekuatan dari serat karbon tersebut.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa tidak terjadi dekomposisi
senyawa pada suhu 450oC, sampel (d) tidak tersulfonasi secara sempurna karena
terjadi dekomposisi. Sampel (e) dan (f) mengalami pengembangan ukuran hingga
50%, pengembangan ukuran pada sampel (e) dan (f) setara dengan penurunan
volume pada serat. Sampel (g) mengalami pengembangan ukuran sebesar 30%,
tetapi mengalami penurunan massa serat hingga 45%. Sampel (g) mengandung
konsentrasi atom karbon paling tinggi sebesar 89% dan 11% adalah atom
hidrogen, kandungan sulfur pada sampel (g) tidak dapat diukur karena
konsentrasinya terlalu rendah, hal tersebut dapat menyatakan bahwa proses
karbonisasi dapat mengurangi kandungan unsur sulfur, hidrogen dan oksigen pada
serat sehingga menghasilkan serat dengan kandungan atom karbon yang tinggi.

5 PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil percobaan dapat dinyatakan bahwa semakin lama proses


sulfonasi dan semakin tinggi suhu yang digunakan meningkatkan kestabilan dan
sifat mekanik dari serat PE tersulfonasi. Semakin tinggi suhu yang digunakan
tidak berpengaruh terhapad entalpi spesifik reaksi karbonisasi pada serat PE
tersulfonasi. Serat karbon berbahan dasar polietilena dapat digunakan sebagai
alternatif dari serat karbon berbahan dasar poliakrilonitril.

DAFTAR PUSTAKA
Billmeyer F W. 1984. Textbook of Polymer Science. Third Edition. New York
(US): John Wiley and Sons.
Chang .2009. Kimia Dasar Konsep-Konseo Inti Jilid I edisi 3. Jakarta (ID):
Erlangga.
Cowd M A. 1991. Kimia Polimer. Bandung (ID) : Penerbit ITB.

11

Curlee TR.1991. Plastic waste managemen control, recycling, and diposal . New
Yeryes (US): Noyes Data Corp.
Dunbar J J, Weedon G C, Tam T Y T. 1982. Carbon Fibre and Proccess for its
Production. Us Patent. 1992 003 601 A3.
Handayani. 2012. Teknologi Pengolahan Dan Pengawetan Kemasan Bahan
Pangan. Bandung (ID):Alfabeta.
Inggaweni L dan Suyatno. 2015. Karakterisasi sifat mekanik plastik
biodegradable dari komposit High Density Polyethylene (HDPE) dari pati
singkong. [Prosiding]. Surabaya (ID): Universitas Negeri Surabaya.
Penning J P, Lagcher R, and Pennings A J. 1991. The Effect of Diameter on the
Mechanical Properties of Amorphous Carbon Fibres from Linear Low Density
Polyethylene.[Polymer Buletin]. Vol (25): 405-412.
Siahaan S, Melvha dan Rosdanelli. 2013. Penentuan Kondisi Optimum suhu dan
waktu karbonisasi pada pembuatan arang dari sekam Padi. Jurna Teknik Kimia.
2(1):26-3.
Younker J M, Saito T, Hunt M A, Naskar A K, and Beste A. 2013. Pyrolysis
Pathways Of Sulfonated Polyethylene, an Alternative Carbon Fibre Precursor.
Journal of the American Society.6130-6141.

12

Anda mungkin juga menyukai