Jurnal Penyakit Dalam
Jurnal Penyakit Dalam
tahun dengan lebih dari 500.000 kasus dilaporkan DBD/DSS 1. Infeksi virus dengue dapat
asimtomatik atau tidak dapat dibedakan dengan demam lain, yaitu sindrom virus, demam
dengue, demam berdarah dengue, serta dengue shock syndrome. DD umumnya ringan,
didefinisikan sebagai penyakit demam akut yang disertai dengan dua atau lebih manifestasi
antara lain sakit kepala, nyeri retro orbita, mialgia, dan artralgia. Manifestasi perdarahan,
antara lain, perdarahan kulit dengan uji tourniquet, dan petekie, tidak jarang ditemukan.
Terdapat laporan manifestasi epistaksis, perdarahan gingiva, perdarahan gastrointestinal,
hematuria, dan hypermenorrhagia4,6. DD dipersulit oleh komplikasi perdarahan dan
trombositopenia yang tidak biasa harus dibedakan dari DBD. Perdarahan pada DBD
didefinisikan sebagai penyakit demam akut 2-7 hari dengan perdarahan, trombositopenia,
bukti kebocoran plasma dan kenaikan hematokrit lebih dari atau sama dengan 20% di atas
rerata.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gejala predominan sindrom dengue di Delhi.
Latar Belakang
DD/DBD telah diketahui sebagai penyakit yang berbahaya. Di Delhi, seluruh lembaga
kesehatan wajib memberitahu semua kasus DD/DBD ke Municipal Corporation of
Delhi (MCD)2. Wabah DD telah dilaporkan di Delhi sejak tahun 1967. Wabah pada tahun
1996 merupakan yang paling serius dan mengakibatkan 10.252 kasus dengan 423 kematian.
Sejak saat itu wabah demam berdarah sering terjadi di Delhi. DD/DBD merupakan penyakit
endemik di Delhi dan keempat serotipe DENV telah dilaporkan3.
Tahun 2009 merupakan tahun yang non-epidemi dan DENV-I merupakan serotipe
predominan (sumber: NCDC).
Metodologi
Desain studi
Penelitian ini adalah penelitian retrospektif dan observasional dengan data yang dikumpulkan
dengan mengamati rekam medis rumah sakit yang dipilih, yang berdasarkan laporan
Municipal Corporation of Delhi dan dikonfirmasi secara serologis oleh NCDC.
Tiga rumah sakit dengan fasilitas khusus dan satu rumah sakit Municipal Corporation of
Delhi (650, 600, 250, dan 980 tempat tidur) yang berada pada lokasi yang berbeda di Delhi
dipilih. Sebanyak 230 kasus dari 426 pasien dengan DD/DBD dirawat dari Juli sampai
Desember 2009, dipilih secara acak dari catatan rumah sakit untuk dipelajari gambaran klinis.
Kriteria inklusi
Kriteria eksklusi
Kasus di mana catatan rekam medis tidak lengkap dan tidak dikomfirmasi serologi positif
oleh NCDC, institusi tidak bersedia atau tidak memberikan persetujuan, dikeluarkan dari
penelitian.
Keterbatasan penelitian
Kelompok usia
Usia minimum pasien pada penelitian ini adalah 6 tahun dan usia maksimum pasien adalah
82 tahun. Usia rata-rata untuk laki-laki adalah 30,4 tahun dan untuk wanita 39,0 tahun dan
jumlah rerata total adalah 31,9.
Kasus DBD ditemukan terkait dengan malaria, anemia aplastik, talasemia mayor, hipertensi,
diabetes mellitus, dan kanker payudara.
Lama rawatan
Rentang rawatan adalah 2-9 hari. Rerata hari pasien dirawat di rumah sakit adalah 4,9 hari
bagi yang mendapat transfusi dan 5,3 bagi mereka yang tidak mendapat transfusi. Nilai p =
0,0416, lebih besar dari 0,025.
Gambaran klinis
Demam merupakan gejala yang paling pertama timbul, diikuti dengan gejala lain setelah 2-4
hari yaitu, muntah, sakit kepala, nyeri abdomen, dan mialgia. Gejala yang umum terkait yang
diamati dalam kurang dari 2% kasus ditunjukkan pada Tabel I, yaitu batuk kering, kencing
rasa terbakar, kehilangan nafsu makan, pembengkakan skrotum, kesulitan bernapas,
konstipasi, palpitasi, sakit tenggorokan, perubahan perilaku, ulkus pada mulut, ikterus,
perdarahan subkonjungtiva, dll. Nyeri retro orbita bukan merupakan gejala dominan. Demam
dengan arthralgia dan nyeri retro orbita diamati pada kurang dari 3% kasus.
Tabel I : Gambaran klinis kasus (N = 230).
Gambaran klinis
Demam
Total pasien
230
Total %
100
Mual
75
32,6
Sakit kepala
63
27,39
Nyeri abdomen
59
25,65
Myalgia
50
21,73
Muntah
36
15,65
Ruam kulit
24
10,43
Lemah
17
7,39
Gatal-gatal
13
5,5
Petechiae
10
4,34
Diare
10
4,34
Arthralgia
14
3,04
Nyeri retro-orbital
2,18
Gelisah
2,17
Sesak napas
2,17
Icterus
1,73
Pembesaran hati (N=15) dan limpa (N=17) diamati sekitar 1% dari kasus DF.
Observasi klinis yang paling umum ditemui pada DBD adalah hepatomegali (70,5%), diikuti
oleh efusi pleura (55,8%), dan asites (55,8%). Detail dijabarkan dalam Tabel II. Temuan
didapat bervariasi, dari USG/radiologi sampai pada pemeriksaan fisik tergantung pada jumlah
kebocoran plasma. Pasien menunjukkan kombinasi gambaran klinis dengan derajat keparahan
yang berbeda.
Tabel II: Gambaran Klinis dan Radiologi ditemukan kebocoran plasma (N=76).
Gejala
Hepatomegaly
Total kasus*
48
Total %
70,5%
Efusi pleura
38
55,8%
Asites
38
55,8%
5,8%
Penebalan
empedu
dinding
dengan
kandung
atau
tanpa
udem
Kategori
No
1
presentasi Kriteria
dengue)
1.1
dan
Kasus
tanpa
bukti
kebocoran plasma
Presemtasi
1 (1,5)
25 (19,23)
22 (88)
abnormal
(acute
1.3
renal
shutdown)
DF
dengan
manifestasi
perdarahan
tanpa
adanya
kebocoran plasma
bukti
Kasus DHF (N=67) telah menjadi kategori lanjut. Hampir 76% kasus dengan kategori 1;
tidak adanya kasus dengan kategori IV. Pembagian lebih detail akan dibahas pada tabel III(a).
Tabel III(a): kasus DHF (N=67) dengan pemberian transfuse trombosit (N=50).
No
Kategori
DHF kategori I
Jumlah
presentasi
kasus
51 (76,11)
trombosit
40 (78,43)
Uji
Tourniquet
positif
DHF kategori II
13 (19,40)
8 (61,53)
dengan
kategori
I,
manifestasi
perdarahan spontan.
DHF kategori III
2.2
Kasus
3 (4,47)
DHF
2 (66,6)
gejala
kategori
kategori II.
IV (DSS)
2.3
dengan
Kasus
0
dengan
ditemukannya syok
Sebanyak 50 kasus DBD (73,5%) diberi transfusi. Kasus DBD (N=67) telah diklasifikasikan
lebih jauh menjadi kelompok manifestasi pendarahan mayor dan minor. Manifestasi
pendarahan minor termasuk petekie, purpura, ruam, hemoptisis, perdarahan gusi dan mukosa,
perdarahan sub-konjungtiva, hematoma, dll. Manifestasi perdarahan mayor adalah epistaksis,
hematemesis, melena, dan hematuria seperti yang ditunjukkan pada Tabel IV.
Tabel IV: kasus DF/DHF dengan perdarahan mayor
Kategori mayor dari
DF
DHF
total
perdarahan
Epistaksis
11
13
Hematemesis
10
12
Melena
10
11
Hematuria
34
43
Beberapa kasus memiliki lebih dari satu manifestasi perdarahan. Diamati bahwa jumlah
trombosit yang diambil setelah manifestasi perdarahan pertama tanpa perdarahan lebih lanjut.
Manifestasi pendarahan hebat saat jumlah trombosit lebih dari 30.000. Jumlah minimum
yang diamati adalah 2.000 dalam satu kasus DBD tanpa tanda pendarahan mayor.
Peningkatan enzim hepar secara langsung berhubungan dengan keparahan penyakit.
Total unit transfusi trombosit adalah 524 unit, dengan rata-rata 4,23 unit tiap pasien. Jumlah
unit transfusi minimum adalah satu unit, sedangkan unit maksimum yang ditransfusi adalah
16 unit. Darah segar diberikan kepada dua pasien, dan tiga pasien lain diberi darah dan
trombosit; dan 125 kasus telah diberikan transfusi trombosit termasuk dua pasien yang
mendapat FFP.
Jumlah trombosit dalam semua kasus, terlepas dari transfusi darah atau produk darah,
mencapai lebih dari 100.000 dalam waktu 24 hingga 48 jam.
Tabel V: Distribusi kasus infeksi dengue (N=230) dengan menghitung rata-rata pemberian
transfuse (N=130).
Rata-rata
Jumlah dan %
trombosit
dengue
rata
transfuse
diberikan
dengan
(N=230)
kasus DF trombosit
transfuse
transfuse
< 10,000
14
(N=162)
8
8 (100)
trombosit
6
(N=50)
6 (100)
10.000-20.000
65
38
36 (94,7)
27
26 (96,2)
20.000-50.000
85
63
32 (53,9) #1+2*
22
15(77,2)#1+1*
50.000-100.000
45
38
1#
>100.000
21
15
DHF
*kasus ini menunjukkan pasien yang diberikan trombosit dan darah; #kasus dengan trnsfusi
darah saja.
Diskusi
Manifestasi pendarahan mayor dan minor terutama berasal dari saluran cerna diamati dalam
kasus DD. Kasus pendarahan mayor pada DD (20,85%) lebih dibandingkan DBD (13,43%).
Sebagian besar kasus infeksi dengue (94,8%) memiliki hitung trombosit kurang dari 100.000.
Trombositopenia berat juga terdapat pada DD klasik.
Dalam kasus DD dan DBD, jumlah platelet diamati bahkan sampai kurang dari 10.000 tanpa
manifestasi pendarahan hebat. Dapat disimpulkan bahwa perdarahan tidak berhubungan
dengan hitung trombosit5 Sebagian besar kasus yang dirawat memiliki riwayat perdarahan.
Tidak ada perdarahan lebih lanjut meskipun hitung trombosit menurun selama rawat inap.
Daerag yang paling umum mengalami perdarahan adalah saluran pencernaan (32,2%);
Temuan ini sesuai dengan. yang penelitianlainnya5,10,11. Analisis data statistik menunjukkan
tidak ada hubungan antara manifestasi perdarahan dan derajat trombositopenia. Selain itu,
rerata jumlah trombosit pada pasien dengan dan tanpa manifestasi perdarahan tidak berbeda
secara signifikan, menunjukkan bahwa jumlah trombosit tidak memiliki nilai prediktif untuk
perdarahan.
Pengukuran hitung trombosit dilakukan lebih sering dibandingkan hematokrit serial.
Hematokrit serial hanya dilakukan pada 27 kasus (11,73%). Nilai hematokrit seharusnya
digunakan untuk prognosis dan manajemen yang efektif dari kasus dibandingkan dengan
jumlah trombosit.
Sesuai pedoman, trombosit dapat diberikan untuk orang dewasa dengan hipertensi
sebelumnya dan trombositopenia sangat berat (kurang dari 10.000 sel/cumm) 12,13,14. Dalam
kasus perdarahan sistemik masif, transfusi trombosit mungkin diperlukan selain transfusi sel
darah merah. Namun, tidak satupun dari kasus yang diteliti oleh peneliti menderita hipertensi
atau jumlah trombosit <10.000/cumm.
Pedoman tidak mendukung penggunaan komponen darah seperti trombosit konsentrat, fresh
frozen plasma (FFP), atau kriopresipitat. Dalam pengelolaan DD/DBD 6, penggantian
hilangnya kehilangan plasama adalah dengan ekspander volume cepat (rapid volume
expander) (yang meliputi, garam fisiologis, ringer laktat atau ringer asetat, larutan glukosa
5% yang diencerkan 1: 2 atau 1: 1 pada garam fisiologis, plasma), dan oleh pengganti plasma.
Dalam penelitian ini, FFP telah digunakan hanya pada dua pasien. Transfusi trombosit telah
diberikan pada 125 kasus sindrom demam berdarah menunjukkan penekanan yang berlebihan
dan ketergantungan pada transfusi trombosit dalam manajemen kasus 6,16. Tampaknya
transfusi trombosit diberikan sebagai profilaksis dalam kasus trombositopenia. Hal ini
dilakukan kemungkinan karena tekanan dari kerabat dan ketidakpastian mengenai luaran
klinis dibandingkan keadaan sebenanrnya7.
Terdapat perbedaan yang signifikan dalam nilai p (p= 0,0416 lebih besar dari 0,025) dalam
jumlah rata-rata hari rawatan di rumah sakit bagi pasien yang mendapat transfusi trombosit
(4,9 hari) dibandingkan pasien yang tidak mendapat transfusi trombosit (5,3 hari). Gambaran
penting yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Kurangnya kategorisasi pasien yang
tepat. 2. Manifestasi perdarahan tidak memiliki hubungan dengan trombositopenia. 3.
Pedoman WHO belum diikuti dalam pengelolaan kasus
Kesimpulan
Penggunaan transfusi trombosit tidak sesuai dengan pedoman dan telah digunakan sebagai
profilaksis. Perdarahan tidak berhubungan dengan jumlah trombosit. Penelitian lebih lanjut
dibutuhkan untuk mengetahui hubungan antara transfusi trombosit dan lama rawatan di
rumah sakit dengan pertimbangan efektivitas biaya dan risiko transfusi produk darah.