Anda di halaman 1dari 11

1.

Pengertian Penduduk
Dalam arti luas, penduduk atau populasi berarti sejumlah makhluk sejenis yang
mendiami atau menduduki tempat tertentu. Bahkan populasi dapat pula dikenakan pada
benda-benda sejenis yang terdapat pada suatu tempat. Dalam kaitannya dengan manusia,
maka pengertian penduduk adalah manusia yang mendiami dunia atau bagian-bagiannya.
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia
selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan
tetapi bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu:
fertilitas, mortalitas dan migrasi
Fertilitas sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seorang wanita atau sekelompok wanita. Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di
antara tiga komponen demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Informasi
tentang kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta, yang
terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan. Mati adalah keadaan
menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup.Migrasi merupakan salah satu faktor dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah
secara khusus mengingatadanya densitas (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak
merata. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu
tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara atau pun batasadministratif/batas
bagian dalam suatu negara. Jadi migrasi sering diartikan sebagai perpindahanyang relatif
permanen dari suatu daerah ke daerah lain.
A. Variabel-Variabel Kependudukan Indonesia
Menurut catatan, penaksiran yang pertama kali tentang jumlah penduduk di Indonesia
dilakukan pada tahun 1815. Itupun hanya sebatas pulau jawa, yang kala itu ditaksir berjumlah
4,5 juta jiwa. Pada pertengahan tahun 1993 jumlah penduduk indonesia ditaksir sudah
mencapai angka sekitar 187 juta jiwa ( World Development Report, 1995). Dengan jumlah ini
indonesia menempati urutan keempat negara berpenduduk terbesar didunia sesudah RRC,
Cina, India dan Amerika Serikat.
Untuk jaman globalisasi seperti sekarang, dimana migrasi internasional semakin sangat
mudah berlangsung, gagasan tentang batas maksimum atau jumlah ideal penduduk menjadi
tidak relevan. Tekanan masalah kependudukan atas pembangunan sesungguhnya tidak terlalu

berhubungan dengan aspek jumlah, melainkan lebih terkait dengan variabel-variabel lain
kependudukan dan karakteristik penduduk yang bersangkutan. Variabel-variabel lain itu
misalnya

sebaran, komposisi, kepadatan dan pertumbuhan penduduk. Sedangkan

karakteristik yang dimaksud misalnya tingkat pendapatan, kesehatan dan pendidikan.


Sebagaimana kita ketahui, Indonesia bukan saja memiliki penduduk dalam jumlah besar.
Akan tetapi juga menghadapi masalah sebran yang tidak merata dan laju pertumbuhan yang
masih relatif tinggi. Dalam perspektif spasial, sebagian besar penduduk tinggal didaerah
pedesaan. Dalam perspektif regional, mayoritas penduduk bermukim di pulau Jawa.
Ketidakmerataan jumlah penduduk menyebabkan masalah urbanisasi. Dalam perspektif jenis
kelamin, proporsi penduduk perempuan lebih besar daripada penduduk laki-laki. Mengatasi
persoalan itu, sudah sejak lama transmigrasi menjadi salah satu program penting.
Kebijaksanaan mengenai hal itu merupakan bagian tak terpisahkan dalam program-program
pembangunan.

B. Karakteristik Kependudukan Indonesia


Sampai dengan akhir repelita VI komposisi penduduk Indonesia menurut jenis kelamin
diperkirakan tidak akan berubah, penduduk perempuan masih tetap lebih banyak daripada
laki-laki. Angka rata-rata harapan hidup meningkat dari 62,7 tahun pada akhir Pelita yang
lalu menjadi 64,6 tahun pada akhir pelita VI yang akan datang. Pola ketimpangan pendidikan
secara spasial tetap sama untuk jenjang yang lebih tinggi, keadaan daerah perdesaan selalu
lebih memprihatinkan. Mayoritas penduduk kita hanya berpendidikan sekolah dasar.
Proporsinya 36,77%, 30,09%, dan 34,60% masing-masing untuk daerah perdesaan, daerah
perkotaan dan seluruh Indonesia sebagai suatu kesatuan.

C. Faktor mendorong terjadinya kependudukan


Beberapa faktor yang mendorong terjadinya kependudukan baik secara kuantitatif
maupun kualitatif, antara lain:
Kemajuan IPTEK.
Dorongan atau hasrat naluri manusia yang selalu memperoleh kondisi yang lebih baik dari
sebelumnya di dalam kehidupannya baik material maupun intelektual.

Keterbatasan kemampuan dukungan alam dan SDA serta dukungan lainnya yang diperlukan.
2. Pengertian Tenaga kerja
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau
jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar
penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan
tenaga kerja.
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia,
karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Oleh karenanya, setiap upaya pembangunan
selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan lapangan usaha, dengan harapan
penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan.
Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja.
Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun 64 tahun. Menurut
pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak
pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun
ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun
karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja.

A. Analisis ketenagakerjaan
Untuk keperluan analisis ketenagakerjaan, penduduk suatu Negara dipilah-pilah dalam
berbagai kelompok. Konsep pemilahan penduduk dibagi menjadi dua yaitu pemilahan
penduduk berdasarkan pendekatan angkatan kerja dan berdasarkan pendekatan pemanfaatan
tenaga kerja.

Pemilahan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan kerja

1. Tenaga Kerja-Manpower, berusia > 10 tahun


2. Angkatan kerja (Labour Force) yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja
yang bekerja, atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara sedang tidak
bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Angkatan Kerja dibagi menjadi dua yaitu :

Pekerja yaitu orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan (saat disensus atau
disurvai) memang sedang bekerja , serta orang yang mempunyai pekerjaan
namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja.

Penganggur yaitu orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang


yang tidak bekerja dan (masih atau sedang) mencari pekerjaan.

3. Bukan angkatan kerja yaitu tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak
bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan. Bukan
angkatan kerja dibagi menjadi tiga yaitu :

Penduduk dalam usia kerja yang sedang bersekolah

Mengurus rumah tangga

Penerima pendapatan lain

4. Bukan Tenaga Kerja, < 10 tahun

Pemilahan penduduk berdasarkan pendekatan pemanfaatan tenaga kerja


1. Bekerja Penuh yaitu tenaga kerja yang bersangkutan termanfaatkan secara
cukup atau optimal.
2. Setengah menganggur yaitu bekerja tapi tenaganya kurang termanfaatkan
diukur dari curahan jam kerja, produktivitas kerja, atau penghasilan yang
diperoleh. Setengah menganggur dibagi menjadi dua yaitu :

Setengah menganggur yang kentara (visible underemployment) adalah jika


seseorang bekerja tidak tetap (part time) di luar keinginannya sendiri, atau bekerja
dalam waktu yang lebih pendek dari biasanya.

Setengah menganggur yang tidak kentara (invisible underemployment) adalah jika


seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjannya itu dianggap tidak
mencukupi karena pendapatannya terlalu rendah atau pekerjaan tersebut tidak
memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh keahliannya.

B. Masalah ketenagakerjaan

1.Pengangguran
Semasa pemerintahan Orde Baru, pembangunan ekonomi mampu menambahkan banyak
pekerjaan baru di Indonesia, yang dengan demikian mampu mengurangi angka pengangguran
nasional. Sektor-sektor yang terutama mengalami peningkatan tenaga kerja (sebagai pangsa
dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia) adalah sektor industri dan jasa sementara sektor
pertanian berkurang. Pada tahun 1980-an sekitar 55 persen populasi tenaga kerja Indonesia
bekerja di bidang pertanian, tetapi belakangan ini angka tersebut berkurang menjadi sekitar
40 persen.

2 Jumlah Angkatan Kerja yang Besar


Besarnya angkatan kerja yang ada di Indonesia tidak mampu diserap semuanya oleh
kesempatan kerja yang ada, karena tidak berimbangnya jumlah angkatan kerja yang ada
dengan ketersediaan kesempatan kerja. Hal ini merupakan pokok yang menyebabkan
terhambatnya penyelenggaraan pembangunan ekonomi.

3. Kualitas tenaga Kerja Relatif Rendah


Kualitas tenaga kerja yang rendah ini disebabkan karena tingkat pendidikan penduduk yang
rendah pula atau belum memadai dengan jenis pekerjaan yang tersedia. Tidak saja disebabkan
banyaknya usia putus sekolah, namun juga disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan
sehingga tenaga kerja tidak mampu menyerap atau menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Rendahnya kualitas tenaga kerja akan berpengaruh pada tingkat prduktivitas yang ujungujungnya menyebabkan proses produksi yang tidak efisien. Hal ini bisa kita lihat dari

beberapa produk Indonesia yang tidak mampu bersaing dengan produk luar terutama barangbarang yang dihasilkan negara-negara maju. Bukan karena sedikitnya modal yang disediakan
dalam proses produksi, justeru sebaliknya biaya produksi tinggi tapi hasil produksi rendah.

4. Persebaran Tenaga Kerja Tidak Merata


Luasnya wilayah dan banyaknya kepulauan d Iindonesia serta terkonsentrasinya penduduk di
Pulau Jawa juga merupakan penyebab timbulnya permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia.
Kondisi geografis Indonesia ini mengakibatkan persebaran penduduk tidak merata. Daerahdaerah luas di Indonesia kekurangan penduduk sementara di Pulau Jawa kelebihan penduduk
(padat). Banyaknya penduduk di Pulau Jawa ini dapat menigkatkan investasi di pulau
tersebut. Berbagai usaha didirikan namun tetap tidak mampu untuk menekan jumlah
pengangguran, malah sebaliknya semakin tinggi. Karena pulau jawa terutama kota-kota besar
sudah menjadi daya tarik bagi pencari kerja dari luar Pulau Jawa. Padahal daerah di luar
Pulau Jawa memiliki potensi alam yang melimpah dan belum diolah secara optimal.

5. Kesempatan Kerja Masih Terbatas


Berbagai sektor pekerjaan yang tersedia baik dibidang agraris, ekstraktif, industri,
perdagangan dan jasa tidak mampu menampung besarnya jumlah angkatan kerja yang ada.
Ketersediaan kesempatan kerja dibidang-bidang tersebut sangat terbatas bila dibandingkan
dengan jumlah angkatan kerja yang besar. Mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan
sehingga tingkat kesejahteraan hidup rendah, karena mereka tidak memperoleh penghasilan.

C. Solusi Masalah Ketenagakerjaan

Masalah Kelima: Pengangguran


Masalah pengangguran ini disebabkan oleh keempat masalah yang disebutkan di
atas, oleh karena itu pengangguran dapat di tekan atau diperkecil bila keempat
masalah tadi juga sudah dapat diatasi. Pengangguran di samping disebabkan
oleh keempat masalah tadi, bisa juga terjadi karena sering terjadinya pemutusan
hubungan kerja (PHK) dan ketergantungan angkatan kerja pada lowongan
pekerjaan yang disediakan oleh pemerintah dan perusahaan. Mereka lebih suka
menunggu lowongan pekerjaan dibuka, jarang sekali angkatan kerja yang

berkeinginan untuk menciptakan lapangan kerja sendiri melalui kegiatan


wirausaha.
Masalah Pertama: Jumlah Angkatan Kerja yang Besar

Pemecahan masalahnya:

Jumlah angkatan kerja yang besar disebabkan karena tingginya tingkat kelahiran
atau pertubuhan penduduk. Maka solusi yang harus dilakukan pemerintah dalam
menekan atau mengurangi tingginya tingkat pertumbuhan penduduk yaitu
dengan memaksimalkan pelaksanaan program keluarga berencana.

Pemaksimalan program keluarga berencana dapat dilakukan dengan cara


sosialisasi dan penyuluhan KB secara intens kepada masyarakat, khususnya
kepada pasangan yang baru menikah. Sehingga semakin tumbuh kesadaran
masyarakat akan pentingnya program keluarga berencana. Hal ini juga bisa
dilakukan dengan membatasi usia nikah sehingga dapat menekan terjadi
pernikahan dini.

Jika program KB berjalan baik, maka jumlah angka pertumbuhan atau kelahiran
akan menurun, demikian pula angkatan kerja semakin berkurang. Apabila
penurunan
peningkatan

jumlah
jumlah

angkatan
lapangan

kerja
kerja,

yang

berkurang

maka

jumlah

ini,

diikuti

dengan

penggangguran

juga

berkurang.

Masalah Kedua: Kualitas Tenaga Kerja Relatif Rendah

Penyebab rendahnya kualitas tenaga kerja di Indonesia diantaranya karena


rendahnya

pendidikan,

kurikulum

pendidikan

yang

tidak

sesuai

pekerjaan yang tersedia, kurangnya pelatihan dan pemagangan kerja.

dengan

Pemecahan masalahnya:

Untuk mengatasi masalah rendahnya kualitas tenaga kerja dapat dilakukan


dengan cara sebagai berikut:
1.Melakukan

pelatihan

kerja.

Pelatihan

kerja

ini

merupakan

kegiatan

pengembangan keahlian dan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan


dan persyaratan pekerjaan. Dengan demikian melalui pelatihan kerja ini
diharapkan

dapat

meningkatkan

profesionalitas

kerja para tenaga kerja.

Pelatihan kerja ini dapat dilakukan dengan mendirikan Balai Latihan Kerja di
berbagai daerah.
2. Pemagangan. Pemagangan ini sebenarnya merupakan bagian dari pelatihan
kerja, namun pemagangan ini langsung dilakukan di tempat kerja. Tujuan
pemagangan adalah untuk memantapkan profesionalitas tenaga kerja. Hal ini
dapat diterapkan di sekolah-sekolah khususnya sekolah kejuruan (SMK) seperti
yang dilakukan saat ini. Pemagangan harus dilakukan sesuai dengan jurusan
atau jenis pekerjaan yang digelutinya. Salah satu contoh: SMK bidang keuangan
hendaknya melakukan pemagangan di perusahaan-perusahaan yang berkaitan
dengan keuangan.
3. Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat melalui pendidikan formal
maupun nonformal. Melalui pendidikan formal, ini dapat dilakukan melalui
program wajib belajar 9 tahun seperti saat ini di lakukan, membenahi kurikulum
pendidikan untuk mendapatkan sistem pendidikan yang sesuai dengan bursa
tenaga kerja, seperti membuka sekolah menengah kejuruan (SMK) di seluruh
daerah. Sedangkan melalui pendidikan norformal dapat dilakukan dengan
memberikan

kursus-kursus

atau

pelatihan-pelatihan

kerja,

pelatihan

kewirausahaan untuk membuka lapangan kerja baru, dan lain sebagainya.


4. Membenahi upah dan gaji tenaga kerja. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan para tenaga kerja, sehingga memiliki efek yang positif pada
peningkatan mutu dan produktivitas kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
diantaranya: meningkatkan upah minimum provinsi (UMP), mengikutkan pekerja
dalam program asuransi jaminan sosial, meningkatkan keselamatan dan
kesehatan kerja dalam perusahaan, dan perusahaan harus memenuhi hak-hak
karyawan seperti hak cuti dan tunjangan hari raya.

5. Peningkatan Gizi dan Kesehatan. Selain apa yang telah kita sebutkan tadi,
kualitas atau mutu tenaga kerja dapat juga dilakukan dengan program
peningkatan gizi dan kesehatan. Dengan gizi yang baik, maka kesehatan tenaga
kerja juga akan baik sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Masalah Ketiga: Persebaran Tenaga Kerja Tidak Merata


Persebaran tenaga kerja tidak merata disebabkan karena terkonsentrasi
(terpusat)nya penduduk Indonesia di Pulau Jawa. Hampir 60 % penduduk
Indonesia berada di pulau Jawa. Kondisi ini dapat menimbulkan dampak semakin
banyaknya jumlah pengangguran di pulau Jawa, sedangkan di luar pulau Jawa
pembangunan akan terhambat karena kekurangan tenaga kerja untuk mengolah
sumber daya yang ada.

Pemecahan Masalahnya:
Untuk pemecahan masalah tersebut, pemerintah juga telah mengeluarkan
beberapa kebijakan dalam rangka pemerataan pesebaran tenaga kerja. Berikut
ini beberapa kebijakan yang dilakukan pemerintah.
1. Mengadakan transmigrasi, yaitu usaha memeratakan penduduk dari daerah
padat ke daerah yang masih sedikit penduduknya. Contoh, memindahkan
penduduk Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan dengan membuka lapangan kerja
baru.
2. Pemberdayaan tenaga kerja. Hal ini dilakukan dengan cara mengirim angkatan
kerja dari daerah yang kelebihan tenaga kerja ke daerah yang kekurangan
tenaga kerja atau pun ke negara lain yang kekurangan tenaga kerja.
3.

Pengembangan

usaha

sektor

informal

di

daerah-daerah,

seperti

pengembangan usaha-usaha kerajinan. Misalnya, usaha batik, anyaman tikar,


kerajinan kayu, dan lain-lain.

Masalah Keempat: Kesempatan Kerja Masih Terbatas

Kesempatan kerja masih terbatas disebabkan karena jumlah angkatan kerja


masih lebih besar dari peluang kerja atau kesempatan kerja yang tersedia.
Pemecahan Masalahnya:
Untuk mengatasi terbatasnya kesempatan atau peluang kerja ini dapat dilakukan
dengan cara pengembangan industri padat karya yang mampu menyerap
tenaga kerja yang besar. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
penanaman modal dalam negeri. Usaha lainnya yang dapat dilakukan dalam
mengatasi

masalah

terbatasnya

lapangan

kerja

ini

adalah

dengan

pengembangan pekerjaan umum, seperti pengadaan proyek pembangunan


jalan, pembuatan saluran air, irigasi, pembuatan jembatan, dan perbaikan jalan.

3. Hubungan Antara Pembangunan Ekonomi,Penduduk,dan Ketenagakerjaan


Dari berbagai literatur atau tulisan kependudukan dan pembangunan disebutkan bahwa salah
satu modal dasar pembangunan adalah penduduk yang berkualitas sangat penting dan
strategis bagi pembangunan disegala bidang. Artinya jumlah penduduk berkualitas yang
mempunyai kompetensi dapat dibina dan didayagunakan secara efektif dan akan menjadi
stimulus bagi pertumbuhan ekonomi dan sangat menguntungkan bagi ketahanan nasional.
Dalam Teori Capital; modal adalah uang yang diubah menjadi suatu barang dagangan untuk
diubah kembali dari suatu barang dagangan menjadi lebih banyak uang dari pada jumlah
aslinya. Selanjutnya dikatakan dari barang tersebut ada unsur atau komponen tenaga kerja
(labour) kumpulan upah yang dibayarkan kepada pekerja dikonsumsi kepada barang-barang
sekunder maupun primer akan menumbuhkan tingkat produksi, produksi meningkat akan
menambah jumlah investasi sedang upah yang tidak dibayarkan oleh produsen (ada selisih
antar jam kerja dengan upah yang diterima. Karl Marx dalam bukunya (Das Capital) nilai
lebih tersebut oleh produsen dijadikan kembali modal dan seterusnya demikian pada akhirnya
menjadi salah satu sumber investasi.
Tumbuhnya investasi akan menyerap tenaga kerja, manusia bekerja akan memperoleh upah,
upah sebagian dikonsumsi dan sebagian ditabung, jumlah tabungan tersebut oleh Bank
disalurkan untuk kredit salah satunya untuk investasi ,proses akumulasi tersebut
menumbuhkan perekonomian nasional yang akan tercermin dalam Produk Domestic Bruto.
Model-model ekonomi tentang tabungan yang berhubungan langsung dengan penduduk
adalah age dependency model, dengan landasan pemikiran bahwa terhindarnya kelahiran
bayi akan menyebabkan menurunnya sejumlah konsumsi yang mendorong meningkatnya
tabungan dan selanjutnya menyebabkan terjadinya pembentukan modal. Selain itu
ada model accounting effects dan behavioral effect dimana penduduk muda dan penduduk
lansia mengkonsumsi barang melebihi apa yang bisa mereka bisa produksi. Sedangkan
penduduk usia kerja cenderung mempunyai tingkat output tinggi dan cenderung mempunyai
tingkat tabungan yang lebih tinggi. Penelitian juga menemukan bahwa penduduk mulai

menabung lebih banyak pada usia 40 65 tahun dimana pada kondisi tersebut tidak
terbebani oleh pembiayaan pengurusan anak.
Peningkatan jumlah penduduk usia kerja akan meningkatkan tersedianya modal manusia
(human capital) dalam jumlah yang banyak. Penurunan angka kematian dan meningkatnya
harapan hidup manusia akan meningkatkan propensitas (bagian kekayaan yang
diinvestasikan) orang tua untuk menanamkan investasi modal manusia dalam diri anak-anak.
Perbaikan kesehatan dan penurunan kematian akan memicu akumulasi modal (human capital
accumulation).
Peningkatan harapan hidup manusia sampai 45-55 tahun diperkirakan menjadi pemicu terkuat
investasi modal manusia karena ini merupakan usia yang menentukan dimana investasi
sumber daya manusia terbayar kembali. Peningkatan harapan hidup ini telah mengubah gaya
hidup masyarakat di segala aspek kehidupan. Sikap dan prilaku masyarakat tentang
pendidikan, keluarga, masa pensiun peranan perempuan dalam pekerjaan mengalami
pergeseran hal ini menyangkut perubahan sosial dan budaya yang pada akhirnya pandangan
terhadap manusia meningkat dan dihargai sebagai aset bukan hanya faktor produksi.
Korelasi dua komponen tersebut mengkondisikan meningkatnya kesejateraan penduduk
dengan semakin sejahtera, kualitas sumber daya manusia meningkat seiring membaiknya
tingkat penghasilan masyarakat yang tercermin dari pengeluaran riil per kapita penduduk.
Ketidak berhasilan dalam mengendalikan kelahiran dan menjadikan penduduk yang
berkualitas akan menjadikan pertumbuhan ekonomi tidak dapat memberi manfaat kepada
kemakmuran masyarakat.Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi harus diupayakan setinggi
mungkin, pertumbuhan penduduk harus dikendalikan, kualitas SDM dan produktifitas harus
ditingkatkan sehingga memperkokoh kondisi ketahanan nasional.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan konsep pembangunan berwawasan
kependudukan (people center development) akan mendorong peningkatan kualitas SDM
dengan meningkatnya kualitas SDM akan mendorong produktifitas sehingga akan semakin
berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional yang akan
memperkuat ketahanan nasional, sebaliknya kokohnya ketahanan nasional akan mendorong
lajunya pembangunan nasional.

Anda mungkin juga menyukai