Waktu itu, aku masih duduk di kelas V SD. Pada bulan November
kakakku yang tinggal di Semarang pulang, dia ditemani suami dan anaknya
yang masih 7 bulan. Waktu itu aku senang sekali karena kakakku dan
keluarganya datang berkunjung. Apalagi melihat keponakanku yang lucu,
matanya sipit, pipinya kayak bak paw, ya.! Mirip-mirip dikit kayak Boboho.
Sekarang kakakku punya tiga anak, yang pertama namanya William Cakra
Sugiarto yang berusia 4 tahun, yang kedua namanya Lalita Aurora Sugiarto
dan usianya 3 tahun, dan yang terakhir namanya Mathow Koma Sugiarto dia
baru berumur 13 bulan.
Dan kisah ini di mulai pada tanggal 26 November 2007. Pada hari itu
adalah hari naasnya nenekku. Biasanya orang Jawa percaya kalau pada hari
naas ibunya atau neneknya semua keluarganya tidak boleh beraktivitas di
luar rumah. Dan kebetulan pada bulan Desember itu ibuku dapat tawaran
untuk menanam padi di sawah tetanggaku, tapi ibuku malah bilang halah
gak apa-apa kok.!
Akhirnya ibuku berangkat ke sawah dan sampainya di sawah ibuku
langsung turun ke sawah lalu mulai menanam padi one by one. Tiba-tiba kaki
ibuku tidak sengaja menginjak keong, lalu kaki ibuku berdarah tepatnya di
jari kelingking sebelah kanan. Setelah itu ibuku duduk di pojokan sawah di
sebelah selatan, tapi ibuku merasa ada binatang yang menggigit pantat
ibuku, tetapi ibuku tidak tau binatang apa yang menggigitnya. Akhirnya
ibuku pulang ke rumah. Dan kakakku yang cantik, tajir, dan rada-rada galak
itu merasa heran karena melihat ibuku sudah pulang, akhirnya kakakku
Tanya.
Ada apa bu, kok jam segini ibu sudah pulang
Ini lho kaki ibu kena keong
Saya kan sudah bilang sama ibu, gak usah ke sawah, karena hari ini
kan hari naasnya nenek tho.
Halah gak apa-apa kok, Cuma kena sedikit.
Lho lho kok malah bilang halah tho bu.
Ya sudah adikmu mana?.
Lha emangnya mau di suruh apa tho bu.
Tak suruh beli larutan.
Dan tidak terasa sudah malam. Pada malam itu kami sekeluarga kumpul
tepatnya pada pukul 19.30-22.00 WIB, tapi sayangnya di situ tidak ada kak Darma
dan kak Rio. Kak Darma dirumahnya sementara kak Riany di Semarang kerja. Di
ruang tamu kami menceritakan masa kecil kami masing-masing, dan kami tertawa,
sementara itu aku takut karena ibu terus memandangiku. Ibu saat itu ada di ranjam
di temani bapak yang sedang memijat kaki ibu. Gak terasa sudah pukul 22.30
malam. Akhirnya kami memutuskan untuk langsung tidur.
Di keesokan harinya aku berangkat sekolah pukul 07.30 WIB, dan selama
sekolah aku merasa ingin pulang terus. Akhirnya pelajaran demi pelajaran aku ikuti
dengan rasa cemas. Dan tiba saatnya pulang sekolah, akupun langsung lari menuju
rumah. Alangkah terkejutnya aku, ternyata di rumahku sudah ada banyak orang,
katanya ibuku tadi sempat kritis. Lama kelamaan orang-orang pulang karena
keadaan ibuku yang semakin baik. Di rumahku ada keluarga dan satu orang
tetanggaku yang mengobrol sama bapak.
Om la tante itu makannya apa? Dia kan sakit diabetes.
Ya,, makannya Cuma kentang.
Gak makan nasi tho?.
Lha wong pengen makan nasi malah di suruh makan kentang.
Yang tadinya koh Cun ada di dalam rumah, mendengar bapak bicara begitu
dia langsung keluar dan bicara Lha terus kalau ibu tidak boleh makan kentang apa
di suruh makan nasi biar ibu tambah parah?.
Sementara itu bapak, aku, sama tetanggaku Cuma diam saja mendengar
ucapan koh Cun. Memang ada benarnya juga setelah koh Cun bicara begitu dia
menuju tempat dimana kedua kakak perempuanku bertengkar.
Kemarin yang nyuruh membawa pulang ibu siapa?.
Bulek Wati kata kak Ninik.
Emangnya dia siapa tho pake nyuruh segala kata kak Marta.
Ya aku tidak tau, yang tau mas Darma kok.
Jadi orang kok bodoh banget tho. Saudara enggak, keluarga juga enggak
malah di dengerin sarannya.
Sementara itu kak Ninik diam saja dan tidak berani bicara. Dan kak Marta
terus saja marahi kak Ninik.
Nanti kalau ada apa-apa sama ibu saya tidak mau bertanggung jawab, dan
suamiku tidak aku izinkan mengantar ibu ke rumah sakit ibu tambah parah malah di
bawa pulang kata kak Ninik.
Dan mendengar pertengkaran itu, kakak sepupuku datang dan bicara.
Ada apa tho, ada apa. Kok malah berantem? kata kak Imah.
Ini lho kak, ibu di bawa pulang keadaannya makin parah. Kata kak Marta.
Itu karena kakakmu lagi bingung melihat keadaan, di tambah lagi tidak ada
biaya.
Ya tapi kan kalau terjadi apa-apa sama ibu bagaimana?.
Ya itu jadi urusan kita bersama sahut kak Ninik.
Urusan bersama apanya , kak Darma aja ngambil keputusan nggak
musyawarah dulu.
Ya udah kalau gitu tidak usah berantem terus, coba lihat ibu kalian, baru
saja kritis, kalau dia mendengar kalian berantem, bias-bisa dia sedih.
Mending kalian berdoa untuk kesembuhan ibu kalian.
Sementara aku yang dari tadi duduk di kursi yang dari tadi melihat ibu,
saya jadi bingung dan terkejut melihat nafas ibu tinggal di dada. Setelah itu juga
aku langsung kakak-kakakku yang sedang berantem, dan kakak sepupuku langsung
memanggil tetangga dan keluargaku. Tepatnya pada pukul 12.30 WIB keluargaku
dan tetanggaku pada membaca al-quran dan yaasin untuk ibuku, dan aku Cuma
bias menangis melihat keadaan ibuku.
Dan akhirnya pukul 13.30 WIB ibuku dinyatakan meninggal dunia.
Setelah mendengar bahwa ibuku meninggal, kak Ninik langsung pingsan, dan
orang-orang yang ada di situ menangis. Mungkin ini yang terbaik untuk (almh)
karena sejak kecil ibuku sakit-sakitan bahkan sampai beliau meninggal. Ibuku
dimakamkan pada pukul 16.00 WIB. (almh) meninggal karena sakit komplikasi
terutama diabetes. Dan kakakku Rio sampai di rumah pukul 17.00 WIB.
Maka dari itu sayangi ibu kita walaupun kita berfikir ibu kita terkadang
galak, nyebelin, dan ngebosenin, tapi kita tanpa ibu bukan siapa-siapa. Selama 9
bulan dia mengandung, melahirkan, membesarkan kita. So, hormati kedua orang
tua kita terutama ibu kita, dia adalah pelita kita. Ingatlah! momen-momen indah
saat dengan beliau.
Dan ibu saya meninggal pada hari kamis legi, 24 Januari 2008. Dan
pada tanggal 24 Januari kemarin adalah 5 tahun meninggalnya ibu saya, dan saya
akan selalu mengingat kenangan indah ini dan tidak akan saya lupakan sampai
kapanpun.