Anda di halaman 1dari 14

Basis cranii, CSS dan Sistem Vaskularisasi Otak

Natalia
102012391
D4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi : Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Kebon Jeruk , Jakarta Barat
e-mail: me_donat@yahoo.com
Pendahuluan
Basis cranii merupakan dasar tulang tengkorak yang dibentuk dari Fossa cranii anterior,
Fossa cranii media dan Fossa cranii superior.1 Pada basis cranii, dapat terjadi fraktur. Fraktur
basis cranii merupakan fraktur akibat benturan langsung pada daerah dasar tulang tengkorak,
transmisi energi yang berasal dari benturan pada wajah atau mandibula. atau efek dari benturan
pada kepala (bentuk tengkorak).9 Kubah tulang tengkorak memiliki sedikit elastisitas, dan
mungkin tidak mengalami fraktur pada benturan yang dapat menyebabkan cedera otak. Fraktur
tulang tengkorak biasanya terjadi akibat benturan langsung. Benturan terlokasi pada kubah
tengkorak sering menyebabkan fraktur dengan tulang yang melesak ke dalam, otak, pembuluh
darah dan meninges di sekitar otak sering mengalami cedera. Basis cranii sangat rigid dan fraktur
pada daerah ini sering melukai struktur lain, sinus udara, pembuluh darah yang melaluinya dan
saraf cranial.2 Fraktur basis cranii berkaitan erat dengan meninges atau selaput otak seperti
duramater, arachnoid, dan piamater. Duramater merupakan lapisan yang paling mudah terkena
gangguan jika terjadi fraktur karena letaknya paling luar. Di dalam kepala terdapat caitan otak,
yaitu cairan cerebrospinal. Cairan serebrospinal yang berada di ruang subarachnoid memiliki
peran sangat besar untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau
gangguan dari luar. Begitu banyak manfaat dari cairan seresbrospinal dan sistem ventrikel guna
mempertahankan kinerja fungsi otak bagi kualitas hidup manusia. Sistem vaskularisasi otak
cerebral juga sangat penting karena merupakan jalannya aliran darah menuju otak.
Basis Cranii
Basis cranii adalah dasar tulang tengkorak. Aspek dalam dasar tengkorak (Basis cranii
interna) dibentuk dari Fossa cranii anterior, Fossa cranii media dan Fossa cranii superior.1
1

Fossa cranii anterior dibentuk oleh:


a. Lamina orbitalis os frontale, yang membentuk atap orbita
b. Crista galli dan lamina cibriformis os ethmoidale, terletak di antara dua lamina orbitalis
c. Ala minor os sphenoidale. Foramen opticum adalah sebuah lubang pada os sphenoidale
yang dilalui oleh nervus opticus di setiap sisi dari orbita menuju otak.2
Ossa frontale, ethmoidalia, dan sphenoidale ikut serta membentuk struktur Fossa cranii anterior.
Fossa ini terletak diatas Cavitas nasi dan Orbita serta mengandung Foramen caecum, Crista galli
(tempat pelekatan Falx cerebri), dan lamina cribrosa di kedua sisi. Posterior dari Os frontale dan
Ossa ethmoidalia, Corpus dan Alae minores ossis sphenoidalis membentuk dasar Fossa cranii
anterior.1
Fossa cranii media dibentuk oleh :
a. Os sphenoidale di bagian depan
b. Os temporale di bagian tengah
c. Bagian depan pars petrosa os temporale di bagian belakang.
Fossa hypophysialis adalah cekungan di bagian tengah os sphenoidale yang merupakan
bagian yang melindungi kelenjar hipofisis. Processus clinoideus anterior dan posterior
merupakan penonjolan tulang yang sangat kecil, dua di depan dan dua di belakang fossa
hypophysialis. Arteria carotis internus memasuki tengkorak melalui lubang di bagian
posterolateral fosa.2 Corpus juga membentuk batas Fossa cranii media. Fossa cranii media
terbentuk dari Ossa sphenoidale dan temporalia. Dasarnya meninggi di garis tengah, dan di titik
ini menjadi bagian dari Corpus ossis sphenoidalis. Bagian-bagian lateral yang berbentuk lubang
kecil adalah bagian dari Ala major ossis sphenoidalis dan Pars squamosa ossis temporalis. Di
Fossa cranii media terdapat Sella turcica yang berbentuk pelana dengan Fossa hypophysialis,
serta Canalis opticus, Fissura orbitalis superior dan Foramina rotundum, ovale, spinosum, dan
lacerum di kedua sisi. Facies anterior patris petrosae membatasi aspek posterior Fossa cranii
media.1
Fossa cranii posterior, merupakan fossa yang terbesar dan terdalam, dibentuk dari :
a. Bagian belakang pars petrosa os temporale
b. Os occipital
Fossa ini menunjukan:
a. Cekungan dalam pada tiap sisi tempat dari cerebellum
b. Foramen magnum
2

c. Alur tempat sinus venosus


Fossa ini terbentuk dari Ossa temporalia, Os occipitale serta, Os sphenoidale dan Ossa parietalia
dengan tingkat yang lebih kecil. Di garis tengah, batas0batas anteriornya dibentuk oleh Dorsum
sellae dan Clivus, Clivus adalah suatu batas tulang oblik, yang melandai dari dorsum sellae ke
Foramen magnum. Clivus terdiri dari bagian-bagian Corpus ossis sphenoidalis dan Pars basilaris
ossis occipitalis. Aspek posterior Fossa cranii posterior terutama terdiri dari Sulcus sinus
transverse. Foramen magnum adalah lubang terbesar Fossa cranii superior. Struktur-struktur
tambahan di Fossa cranii posterior adalah Canalis nervi hypoglossy, Porus acusticus internus,
dan Foramen jugulare. Sulcus sinus sigmoidei mendekati Foramen jugulare dari lateral.
Cekungan sentral di Fossa cranii posterior adalah Fossa cerebellaris.1

Gambar 1. Basis cranii interna1

Aspek luar dasar tengkorak, Basis cranii externa


Basis cranii terbentang ke gigi seri tengah depan, le Processus mastoidei dan Arcus
zygomatici bilateral, dan ke Linea nuchales superiores di belakang. Basis cranii dibagi menjadi
tiga kompartemen: 1.) Kompartemen anterior dengan gigi atas dan palatum durum 2.)
Kompartemen media pada posterior dari Palatum hingga ke batas anterior Foramen magnum. 3.)
Kompartemen posterior dari tepi anterior Foramen magnum ke Linea nuchales superiores. Basis
cranii anterior mencakup palatum. Basis cranii media adalah bagian dari kompartemen media ini
terdiri dari Vomer dan Os sphenoidale, Ossa temporalia dan Os occipitale membentuk bagian
3

posterior. Vomer terletak di bagian frontal garis tengah, di atas Os sphenoidale dan membentuk
bagian posterior dari Septum nasi. Os sphenoidale terdiri dari Corpus di sentral dan sepasang
Alae majores dan Alae minores. Tepat di belakang Corpus ossi sphenoidalis terdapat pars
basilaris ossis occipitalis, yang mencerminkan awal dari Basis cranii posterior. Pars basilaris
terbentang hingga ke Foramen magnum. Disini tampak Tuberculum pharyngeum menonjol.
Tonjolan ini adalah tempat pelekatan tulang untuk bagiam-bagian pharynx.
Basus cranii media: Sulcus tubae auditivae terletak di batas antara Ala major ossis sphenoidalis
dan Pars petrosa ossis temporalis dan merupakan pintu masuk ke dalam bagian tulang Tuba
auditiva. Kanal tulang berlanjur melalui Pars petrosa ossis temporalis ke Cavitas tympani. Di
sebelah lateral terdapat Pars squamosa ossis temporalis yang terlibat dalam pembentukan
Articulatio temporomandibularis. Fossa mandibularis adalah bagian dari Facies articularis pada
Articulatio temporomandibularis. Tuberculum articulare terletak di batas anterior Fossa
mandibularis. Basis cranii posterior: Kompartemen posterior terbentang dari batas anterior
Foramen magnum ke Linea nuchales superiores dan terdiri dari bagian-bagian Os occipitale dan
Ossa temporalia. Masing-masing dari kedua Pars lateralis memiliki sebuah Condylus occipitalis
untuk persendian dengan Atlas. Di belakang Condylus terdapat Fossa condylaris, yang
mengandung Canalis condylaris, anterior dari Condylus terdapat Canalis nervi hypoglossi. Tepat
di lateralnya terletak Foramen jugulare.1

Gambar 2. Basis cranii externa1

Os frontale
Os frontale membentuk :
a. Bagian depan kubah tengkorak
b. Sebagian besar atap orbita (rongga tulang tempat bola mata)
c. Sebagian dinding bagian dalam rongga hidung
Bagian yang membentuk bagian depan kubah meluas dari margo supra-orbita, batas atas
orbita, sampai bagian tulang ini bertemu dengan kedua os parietale pada sutura coronalis.
Sinus frontalis adalah dua rongga udara di dalam os frontale tepat di atas orbita. Sinus tersebut
berhubungan ke bawah melalui tabung sempit dengan meatus nasi medius pada setiap sisi, dan
pada waktu hidup dilapisi dengan membran mukosa yag berhubungan dengan membran mukosa
4

bagian dalam hidung. Sinus ini berkembang sejak tahun pertama kehidupan sampai pubertas,
sinus ini memiliki ukuran yang bervariasi dan sinus yang satu dapat jauh lebih besar daripada
sinus yang lain dan meluas ke sisi yang berlawanan. Pada bagian ini, os frontale tebal karena
mengandung sinus ini. Permukaan dalam os frontale beralur untuk pembuluh darah dan
dipisahkan oleh membrane dari lobus frontalis cerebri.
Os parietale
Terdapat dua os parietale, kanan dan kiri. Kedua tulang ini adalah tulang pipih yang
melengkung, yang membentuk bagian yang lebih besar di samping dan atas tengkorak dan
sebagian di bagian belakang. Tulang ini dipisahkan satu sama lain oleh sutura coronalis, dari os
occipital di belakang oleh sutura lambdoidea, dan di bawah oleh sutura dari os temporale.
Permukaan dalamnya ditandai oleh parit untuk pembuluh darah dan dipisahkan oleh membrane
dari lobus parietalis cerebri.2
Os occipitale
Os occipitale membentuk bagian belakang kubah tengkorak dan bagian posterior basis
cranii. Foramen magnum adalah lubang besar pada os occipitale yang dilalui oleh: a.) Ujung atas
medulla spinalis yang bergabung dengan medulla oblongata cerebri dan b.) Arteria vertebralis
kanan dan kiri yang mengalirkan sebagian darah untuk otak. Condylus occipitalis merupakan dua
permukaan sendi, satu di setiap sisi foramen magnum, yang berhubungan dengan permukaan
sendi pada permukaan atlas (vertebra cervicales pertama). Nervus hypoglosus (nervus cranialis
ke-12) pada setiap sisi melalui saluran pada dasar setiap condylus. Permukaan dalam tulang
menunjukan parit untuk pembuluh darah dan dipisahkan oleh membran dari lobus occipitalis
cerebri dan cerebellum.
Os temporale
Setiap os temporale, kanan dan kiri, merupakan tulang yang kompleks, yang membentuk
sebagian kubah dan sebagian basis cranii. Gambaran yang menonjol pada permukaan luar
adalah: a.) Bagian datar yang membentuk sebagian kubah tengkorak dan dipisahkan oleh sutura
dari os frontale di bagian depan, os parietale di bagian atas, dan os occipitale di bagian belakang.
b.) Meatus auditorius externa, sebuah lubang yang mengarah ke bawah di dalam tulang ke
telinga tengah. c.) Processus mastoideus, tepat di belakang telinga, tulang yang bertingkat,
ukuran bervariasi dan mengandung sinus udara mastoid. Di dalam tengkorak os temporal
menunjukkan penonjolan rigi tulang yang kasar yang berjalan ke belakang dan keluar. Organ
5

pendengaran dan keseimbangan tertutup di dalam rigi ini. Nervus facialis (kranialis ke-7) dan
auditorius (kranialis ke-8) memasuki rigi pada meatus auditorius internus. Nervus facialis
berjalan melalui os temporal untuk keluar di permukaan inferior tengkorak tepat di bagian
medial proccesus mastoideus. Ujung nervus auditorius di dalam organ pendengaran dan
keseimbangan. d.) Proccesus styloideus yang tipis, menonjol ke bawah dan ke depan dari
permukaan inferior; merupakan tempat perlekatan untuk beberapa otot dan ligamentum. Arteria
carotis internus pada tiap sisi berjalan melalui os temporal untuk mencapai bagian dalam dari
tengkorak. Arteria ini memasuki canalis carotis pada basis cranii dan mengikuti bentuk S di
dalam tulang.2
Os ethmoidale
Os ethmoidale terletak di antara os frontale di bagian depan danos sphenoidale di bagian
belakang, membentuk sebagian fossa cranii anterior, cavum nasi dan cavum orbita. Tulang ini
memiliki a.) Lempeng vertikal di garis tengah yang membentuk sebagian septum nasi. b.) Massa
lateral pada tiap sisi, membentuk sebagian dinding hidung bagian luar dan dinding bagian dalam
orbita dan mengandung sel-sel udara ethmoidalis yang berhubungan dengan bagian dalam
rongga hidung dan pada waktu hidung dilapisi membran mukosa. Di dalam tengkorak tulang ini
menunjukan crista galli, taji tulang yang kecil dan tajam, yang merupakan tempat melekatnya
ujung depan falx cerebri dan pada tiap sisinya terdapat lempeng tulang datar yang ditembus oleh
beberapa lubang yang dilalui serat-serat nervus olfaktorius (kranialis pertama) dari hidung ke
otak.
Os sphenoidale
Os sphenoidale terletak di dasar tengkorak dan terutama terdiri dari bagian tengah, dan
sayap (mayor dan minor) yang mengarah kebawah dari bagian tengah tersebut, dan dua lempeng
vertikal. Bagian tengah disebut corpus os sphenoidale. Sebagian ala mayor os sphenoidale
terlihat pada bagian samping tengkorak yang mengarah ke atas untuk bersatu dengan os
parietale. Corpus sphenoidale terletak di garis tengah basis cranii dan terdapat: Fossa
hypophysialis, cekungan dalam yang diisi oleh kelenjar hipofisis. Processus clinoideus anterior
dan posterior, 2 di depan dan 2 di belakang Fossa hypophyisialis. Sinus udara sphenoidalis,
ukuran bervariasi dan sebagian dibagi menjadi 2 septum tulang, sinus ini berhubungan dengan
rongga pada bagian belakang hidung dan pada waktu hidung dilapisi oleh membran mukosa
yang bersambungan dengan membran mukosa hidung.2
6

Meninges (Pelindung Otak)


Otak dibungkus oleh selubung mesodermal, meninges. Lapisan luarnya adalah
pachymeninx atau duramater dan lapisan dalamnya, leptomeninx, dibagi menjadi arachnoidea
dan piamater.

Gambar 3. Meninges3

Duramater
Dura kranialis atau pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang kuat dengan suatu
lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal). Kedua lapisan dural yang melapisi otak
umumnya bersatu, kecuali di tempat di tempat dimana keduanya berpisah untuk menyediakan
ruang bagi sinus venosus (sebagian besar sinus venosus terletak di antara lapisan-lapisan dural),
dan di tempat dimana lapisan dalam membentuk sekat di antara bagian-bagian otak.3
Duramater adalah lapisan meninges terluar dan merupakan gabungan dari dua lapisan
selaput, lapisan luar melekat pada permukaan dalam cranium dan juga membentuk periosteum,
dan mengirimkan perluasan pembuluh dan fibrosa ke dalam tulang itu sendiri; lapisan dalam
berlanjut menjadi dura spinalis. Septa kuat yang berasal darinya membentang jauh ke dalam
cavum cranii. Di anatara kedua hemispherium terdapat invaginasi yang disebut falx cerebri. Ia
melekat pada crista galli dan meluas ke crista frontalis ke belakang sampai ke protuberantia
occipitalis interna, tempat dimana duramater bersatu dengan tentorium cerebelli yang meluas ke
dua sisi. Falx cerebri membagi pars superior cavum cranii sedemikian rupa sehingga masingmasing hemispherium aman pada ruangnya sendiri. Tentorium cerebelli terbentang seperti tenda
yang menutupi cerebellum dan letaknya di fossa craniii posterior. Tentorium melekat di
sepanjang sulcus transversus os occipitalis dan pinggir atas os petrosus dan processus clinoideus.
Di sebelah oral ia meninggalkan lobus besar yaitu incisura tentorii, tempat lewatnya trunkus
7

cerebri. Saluran-saluran vena besar, sinus dura mater, terbenam dalam dua lamina dura.3.4 Di
tempat-tempat tertentu, duramater membentuk sekat-sekat rongga cranium. Tentorium
merupakan sekat yang membagi rongga cranium menjadi kompartemen supratentorial dan
infratentorial (memisahkan postero-inferior hemisfer cerebri dan cerebellum). Tentorium
terbentuk seperti kubah. Bagian anterior melekat pada bagian depan procesus klinoideus anterior
dan posterior, melebar ke lateral dan melekat pada Krista petrosa kanan dan kiri. Di bagian
belakang melekat pada crista occipitalis interna. Tentorium akan bertemu dengan falks cerebri di
garis tengah bagian posterior. Bagian tengah tentorium membentuk lubang berbentuk bulat telur
yaitu hiatus tentorium. Kompartemen supratentorial dibagi dua oleh falks cerebri yang
membentang sepanjang garis tengahnya dan memisahkan hemisfer kanan dan kiri. Falks berjalan
mulai dari fronto-basal melekat pada crista galli, tepi atasnya mengikuti garis tengah dan sutura
sagitalis. Tepi atas falks berisi sinus sagitalis superior dan tepi bawahnya berisi sinus sagitalis
inferior.4
Arachnoidea
Membrana arachnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura dan hanya terpisah
dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium subdural. Ia menutupi spatium
subarachnoideum yang menjadi liquor cerebrospinalis, cavum subarachnoidalis dan dihubungkan
ke piamater oleh trabekulae dan septa-septa yang membentuk suatu anyaman padat yang menjadi
system rongga-rongga yang saling berhubungan.
Dari arachnoidea menonjol ke luar tonjolan-tonjolan mirip jamur ke dalam sinus-sinus
venosus utama yaitu granulationes pacchioni (granulationes/villi arachnoidea). Sebagian besar
villi arachnoidea terdapat di sekitar sinus sagitalis superior dalam lacunae lateralis. Diduga
bahwa liquor cerebrospinali memasuki circulus venosus melalui villi. Pada orang lanjut usia villi
tersebut menyusup ke dalam tulang (foveolae granulares) dan berinvaginasi ke dalam vena
diploe.
Cavum subaracnoidea adalah rongga di antara arachnoid dan piamater yang secara
relative sempit dan terletak di atas permukaan hemisfer cerebrum, namun rongga tersebut
menjadi jauh bertambah lebar di daerah-daerah pada dasar otak. Pelebaran rongga ini disebut
cisterna arachnoidea, seringkali diberi nama menurut struktur otak yang berdekatan. Cisterna ini
berhubungan secara bebas dengan cisterna yang berbatasan dengan rongga sub arachnoid umum.
8

Cisterna magna diakibatkan oleh pelebaran-pelebaran rongga di atas subarachnoid di


antara medulla oblongata dan hemisphere cerebellum; cistena ini bersinambung dengan rongga
subarachnoid spinalis. Cisterna pontin yang terletak pada aspek ventral dari pons mengandung
arteri basilaris dan beberapa vena. Di bawah cerebrum terdapat rongga yang lebar di antara ke
dua lobus temporalis. Rongga ini dibagi menjadi cisterna chiasmaticus di ats chiasma opticum,
cisterna supraselaris di atas diafragma sellae, dan cisterna interpeduncularis di antara peduncle
cerebrum. Rongga di antara lobus frontalis, parietalis, dan temporalis dinamakan cisterna fissure
lateralis (cisterna sylvii).3
Piamater
Piamater merupakan selaput jaringan penyambung yang tipis yang menutupi permukaan
otak dan membentang ke dalam sulcus,fissure dan sekitar pembuluh darah di seluruh otak.
Piamater juga membentang ke dalam fissure transversalis di abwah corpus callosum. Di tempat
ini pia membentuk tela choroidea dari ventrikel tertius dan lateralis, dan bergabung dengan
ependim dan pembuluh-pembuluh darah choroideus untuk membentuk pleksus choroideus dari
ventrikel-ventrikel ini. Pia dan ependim berjalan di atas atap dari ventrikel keempat dan
membentuk tela choroidea di tempat itu.3
Cairan Serebrospinal (CSS)
Fungsi CSS ialah menyediakan keseimbangan dalam sistem saraf. Unsur-unsur pokok
pada CSS berada dalam keseimbangan dengan cairan otak ekstraseluler, jadi mempertahankan
lingkungan luar yang konstan terhadap sel-sel dalam sistem saraf. CSS mengakibatkann otak
dikelilingi cairan, mengurangi berat otak dalam tengkorak dan menyediakan bantalan mekanik,
melindungi otak dari keadaan/trauma yang mengenai tulang tengkorak. CSS mengalirkan bahanbahan yang tidak diperlukan dari otak, seperti: CO2, laktat, dan ion Hidrogen. Hal ini penting
karena otak hanya mempunyai sedikit sistem limfatik. Dan untuk memindahkan produk seperti
darah, bakteri, materi purulen dan nekrotik lainnya yang akandiirigasi dan dikeluarkan melalui
villi arachnoid. Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Hormon-hormon dari
lobus posterior hipofisis, hipothalamus, melatonin dari fineal dapat dikeluarkan ke CSS dan
transportasi ke sisi lain melaluiintraserebral. Mempertahankan tekanan intrakranial. Dengan cara
pengurangan CSS dengan mengalirkannya ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat
9

pengalirannya melalui berbagai foramina, hingga mencapai sinus venosus, atau masuk ke dalam
rongga subarachnoid lumbal yang mempunyai kemampuan mengembang sekitar 30%. 6 Cairan
serebrospinal di sekitar otak memiliki konsentrasi ion yang hampir mirip dengan plasma darah.
Pada keadaan normal, cairan serebrospinal berisi sangat sedikit protein, tidak ada sel darah
merah, dan sangat sedikit leukosit. Cairan tersebut mengandung glukosa kira-kira 60% dari
glukosa plasma.5
Tekanan rata-rata cairan cerebrospinal yang normal adalah 70-180 mm air; perubahan
yang berkala terjadi menyertai denyutan jantung dan pernapasan. Takanan meningkat bila
terdapat peningkatan pada volume intracranial (misalnya, pada tumor), volume darah (pada
perdarahan), atau volume cairan cerebrospinal (pada hydrocephalus) karena tengkorak dewasa
merupakan suatu kotak yang kaku dari tulang yang tidak dapat menyesuaikan diri terhadap
penambahan volume tanpa kenaikan tekanan.5 Cairan serebrospinal yang berada di ruang
subarachnoid merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis
terhadap trauma atau gangguan dari luar. Pada orang dewasa volume intrakranial kurang lebih
1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml)
dan darah sekitar 150 ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra
sel. Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari, sedangkan
total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam sewaktu. Ini merupakan suatu
kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk mempertahankan jumlah
cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan serebrospinal diganti 4-5 kali dalam
sehari. Perubahan dalam cairan serebrospinal dapat merupakan proses dasar patologi suatu
kelainan klinik. Pemeriksaan cairan serebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa
penyakit-penyakit neurologi. Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan penyakit,
serta menentukan prognosa penyakit. Pemeriksaan cairan serebrospinal adalah suatu tindakan
yang aman, tidak mahal dan cepat untuk menetapkan diagnosa, mengidentifikasi organisme
penyebab serta dapat untuk melakukan test sensitivitas antibiotika.6
Cairan serebrospinal kira-kira dihasilkan 500 ml per hari. Sebagian besar dari 500 ml ini
(60%) disekresikan oleh pleksus koroideus yang ditemukan di ventrikel tertius dan ventrikel
kuartus. Sisa 40% nya dihasilkan oleh filtrasi kapiler dan metabolisme air. Pleksus koroideus
terdiri dari lengkung kapiler yang dilapisi oleh sel epitel terspesialisasi. Kapiler-kapiler ini, tidak
seperti kapiler yang berada di otak, bersifat lebih permeabel, menyebabkan cairan bisa diserap
10

dari darah. Namun, sel-sel epitel dihubungkan dengan penghubung yang kuat yang mencegah
aliran bebas dari proses filtrasi ini. Sel epitel koroid secara selektif memindahkan ion-ion dan
glukosa ke ventrikel, diikuti dengan osmosis air. Kemudian LCS mengalir melewati ventrikel ke
ruang subarakhnoid melalui apertura medial dan lateral dari ventrikel kuartus. Ventrikel ini
dilapisi oleh sel ependim. Sel ependim merupakan sel epitel sederhana yang memiliki banyak
mikrovili dan satu atau dua silia di permukaan ujungnya. Permukaan sel ependim bersentuhan
dengan tonjolan astrosit. Selain sel ependim, sel tanasit juga melapisi ventrikel. Sel tanasit
merupakan sel ependim yang terspesialisasi yang memiliki tonjolan seperti astrosit, yang
mengarah ke kapiler otak.5
Setelah meninggalkan ventrikel, LCS mengalir ke sisterna di dasar otak, kemudian ke
hemisfer serebri dan serebeli. Pergerakan LCS dibantu oleh mikrovili dari sel ependim yang
melapisi ventrikel. Kemudian ada proses reabsorbsi ke sinus venosus. Proses reabsorbsi ini
melibatkan pergerakan dari seluruh LCS ke vena, dan pergerakannya diperkirakan terjadi karena
pergerakan vakuol besar yang melewati epitel arakhnoid. Sebagian dari cairan ini dialirkan ke
nodus limfa servikalis via selubung dari saraf kranial dan ke vena spinalis lewat proyeksi
arakhnoid.
Jumlah LCS yang mengalir ke medula spinalis lewat kanalis sentralis sangat sedikit,
pada orang dewasa jumlahnya tidak selalu pasti. Tapi sejumlah LCS mengalir lewat ruang
subarakhnoid ke foramen magnum menuju daerah lumbal dan mencapai meninges spinal dalam
waktu kurang lebih 12 jam.5
Sistem ventrikular terdiri dari dua ventrikel lateral (masing-masing memiliki kornu
frontal, bagian tengah = cella media, kornu posterius, dan kornu inferius); ventrikel ketiga yang
sempit, terletak di antara kedua bagian diensefalon; dan ventrikel keempat, yang membentang
dari pons ke level medularis. Ventrikel lateral berhubungan dengan ventrikel ketiga melalui
foramina interventrikularis (Monro); ventrikel ketiga berhubungan dengan ventrikel keempat
melalui akueduktus serebri. Ventrikel keempat berhubungan dengan ruang subarakhnoid melalui
tiga jalur: sebuah apertura mediana (foramen Magendie) dan sepasang apertura lateralis
(foramina Luschka).7
Perjalanan Ekstradural Arteri Otak

11

Suplai darah serebral berasal dari arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Arteri
karotis interna pada kedua sisi menghantarkan darah ke otak melalui percabangan utamanya,
arteri serebri media dan arteri serebri anterior serta arteri khoroidalis anterior (sirkulasi anterior).
Kedua arteri vertebralis bergabung di garis tengah pada batas kaudal pons untuk membentuk
arteri basilaris, yang menghantarkan darah ke batang otak dan serebelum, serta sebagian
hemisfer serebri melalui cabang terminalnya, arteri serebri posterior (sirkulasi posterior).
Sirkulasi anterior dan posterior berhubungan satu dengan lainnya melalui sirkulus Wilisi.
Terdapat pula banyak hubungan anastomosis lain di antara arteri-arteri yang mendarahi otak, dan
antara sirkulasi intrakranial dan ekstrakranial; sehingga oklusi pada sebuah pembuluh darah
besar tidak selalu menimbulkan stroke karena jaringan otak di bagian distal oklusi mungkin
mendapatkan perfusi yang adekuat dari pembuluh darah kolateral.
Darah vena otak mengalir dari vena profunda serebri dan vena superfisialis serebri
menuju sinus venosus dura mater, dan dari sini menuju ke vena jugularis interna kedua sisi.
Seperti kebanyakan daerah vaskular dalam tubuh, aliran darah otak sangat berhubungan dengan
metabolisme jaringan otak. Setidaknya ada tiga faktor yang berpotensi mempengaruhi
pengendalian aliran darah ke otak: konsentrasi karbondioksida, konsentrasi ion hidrogen, dan
konsentrasi oksigen. Peningkatan pada konsentrasi karbondioksida atau ion hidrogen dan
penurunan konsentrasi oksigen akan meningkatkan aliran darah otak.
Peningkatan konsentrasi ion hidrogen dapat menurunkan aktivitas neuronal. Namun,
peningkatan konsentrasi ion hidrogen juga dibutuhkan agar aliran darah otak meningkat, dengan
demikian akan membawa karbondioksida keluar dari otak, dan otomatis akan menurunkan
konsentrasi ion hidrogen (karena karbondioksida yang berubah menjadi asam karbonat memiliki
ion hidrogen). Konsentrasi normal hidrogen dalam pembuluh darah tentunya akan membantu
menyeimbangkan aktivitas neuronal di otak.8

12

Gambar 4. Circulus WILLISII1

Fraktur dapat bersifat : Sederhana : tulang patah pada satu tempat, stuktur lain tidak
terlibat. Kominuta : tulang patah menjadi beberapa bagian. Terbuka : ujung tulang yang patah
terpajan pada udara luar, misalnya dengan menancap pada kulit. Impaksi : ujung tulang yang
patah masuk ke dalam ujung yang lain. Greenstick : patah tulang sebagian yang terjadi pada
masa kanak-kanak ketika tulang belum mengalami osifikasi sempurna. Patah tulang dengan
pemisahan episifis : terjadi pada anak-anak, robekan episifis (biasanya dengan sedikit tulang
yang melekat dengannya). Pengobatan patah tulang adalah dengan reduksi menarik atau
mendorong bagian yang patah dalam kesejajaran yang benar dan dengan satu periode imobilisasi
dengan pembidaian.2 Pada fraktur pada Basis cranii, garis fraktur melintasi lubang-lubang di
Basis cranii. Karena itu, pembuluh darah dan saraf yang berjalan melalui lubang-lubang ini dapat
mengalami cedera yang menghasilkan komplikasi kelumpuhan saraf dan pendarahan. Selain itu,
fraktur pada Basis cranii, dapat mengenai sinus frontalis, sphenoidalis, dan ethmoidalis (LCS
atau darah keluar dari hidung). Fraktur pada Basis cranii lateral sering mengenai Os petrosum
(LCS keluar dari Meatus akustikus externus).1
Kesimpulan
Basis cranii merupakan dasar tulang tengkorak yang dibentuk dari Fossa cranii anterior,
Fossa cranii media dan Fossa cranii superior. Fraktur Basis cranii biasanya terjadi akibat
benturan langsung. Benturan terlokasi pada kubah tengkorak sering menyebabkan fraktur dengan
tulang yang melesak ke dalam, otak, pembuluh darah dan meninges di sekitar otak sering
mengalami cedera. Basis cranii sangat rigid dan fraktur pada daerah ini sering melukai struktur
lain, sinus udara, pembuluh darah yang melaluinya dan saraf cranial. Otak dibungkus oleh
selubung mesodermal, meninges. Lapisan luarnya adalah pachymeninx atau duramater dan
lapisan dalamnya, leptomeninx, dibagi menjadi arachnoidea dan piamater. Duramater merupakan
lapisan yang paling mudah terkena gangguan jika terjadi fraktur karena letaknya paling luar. CSS
adalah cairan di dalam otak. Fungsi CSS ialah menyediakan keseimbangan dalam sistem saraf.
Unsur-unsur pokok pada CSS berada dalam keseimbangan dengan cairan otak ekstraseluler, jadi
mempertahankan lingkungan luar yang konstan terhadap sel-sel dalam sistem saraf.
13

Daftar Pustaka
1. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas anatomi manusia. Jilid 3. Edisi ke-23. Jakarta: EGC;
2012.
2. Gibson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta: EGC; 2003.h.20-4.
3. Snell RS. Clinical anatomy for medical student. 6th ed. Sugiharto L, Hartanto H,
Listiawati E, Susilawati, Suyono J, Mahatmi T, dkk, penerjemah. Anatomi klinik untuk
mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006.h.740-59.
4. Satyanegara. Ilmu bedah saraf. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;2003.h.16-7.
5. Sitorus MS. Sistem ventrikel dan liquor cerebrospinal. Medan: Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2004.h.5-6.
6. Gartner L, Hiatt J. Color textbokk of histology. 3th ed. Sanders; 2007.h.210-3.
7. Haines D. Neuroanatomi atlas struktur, potongan dan sistem.
8. Ginsberg L. Neurologi. Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga; 2003.h.97-9. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC; 2002.h.44-9.
9. Khalilulah SA. Fraktur basis cranii. Banda Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas Syiah

Kuala; 2011.h.1.

14

Anda mungkin juga menyukai