Anda di halaman 1dari 6

Anemia pada remaja yang hamil:

Dampak Pengobatan pada hasil perinatal


Kata Kunci: Anemia, defisiensi besi, kehamilan pada remaja, tambahan suplemen besi,
kelahiran premature dan lahir mati.
Judul singkat : Anemia pada remaja yang hamil
ABSTRAK
Tujuan: Penelitian ini berusaha untuk mengevaluasi prevalensi anemia dan efek pengobatan
anemia pada remaja yang hamil. Metode: Penelitian cross-sectional. Data dari hasil perinatal,
kadar serum hemoglobin dan suplementasi besi telah dikumpulkan. Sampel dibagi dalam tiga
kelompok: remaja yang hamil tanpa anemia, dengan pengobatan anemia, dan anemia yang
tidak diobati. Frekuensi, rata rata, standar deviasi, dan nilai chi-square dihitung. Tingkat
signifikansinya adalah 5%, dan perangkat lunak yang digunakan adalah Epi-info 7.
Hasil: Penelitian ini melibatkan 458 remaja hamil. Rata rata usianya adalah 16 tahun, dan
prevalensi anemianya adalah 41,27% (189). Anemia ringan, sedang atau berat disajikan pada
65,60%, 33,86% dan 0,52%, pada masing-masing, studi peserta. Kalangan remaja yang hamil
dengan anemia, 87,24% menerima pengobatan dengan suplementasi zat besi. Persalinan
prematur (p = 0,003), usia kehamilan saat lahir <37 minggu (p = 0,036) dan lahir mati (p =
0,004) menunjukkan hubungan dengan anemia yang tidak diobati. HIV Positif, prevaleninya
lebih besar pada remaja dengan anemia yang tidak diobati (p = 0,018). Tingkat operasi caesar
adalah 36,90%, dengan tidak ada perbedaan antara kelompok kelompok tersebut.
Kesimpulan.: Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di kalangan remaja hamil,
dan suplementasi besi mengurangi hasil neonatal yang buruk. Kepatuhan terhadap
pengobatan oleh tim perawatan prenatal multidisiplin dan berkualitas dapat menjadi kunci
dalam mengurangi hasil neonatal yang merugikan, yang berhubungan dengan kehamilan
selama masa remaja.
PENDAHULUAN
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dengan perkiraan
prevalensi 43% di negara-negara berkembang dan 9% di negara-negara maju, serta 75%
kasus yang dihasilkan dari defisiensi besi (1). Mereka yang memiliki risiko tinggi terkena
anemia adalah wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak (2, 3).

Anemia dapat didefinisikan sebagai penurunan hemoglobin dan / atau sel darah merah
yang berhubungan dengan penurunan kapasitas transportasi oksigen. Selama kehamilan,
anemia
tergolong berat ketika kadar hemoglobin di bawah 7 g / dl, sedang jika kadar hemoglobin
berkisar antara 7-9,9 g / dl, dan ringan bila kadarnya di bawah 11g / dl (4).
Perkembangan anemia selama kehamilan adalah multifaktorial dan mungkin terkait
dengan penyakit menular dan / atau faktor genetik serta faktor nutrisi (5). Selanjutnya,
dampak anemia tidak hanya pada ibu, tetapi juga perkembangan janin, dengan konsekuensi
seperti berat lahir rendah, prematuritas, restriksi pertumbuhan intrauterin dan Skor Apgar <5
di menit pertama setelah lahir (6, 7).
Pada remaja yang hamil, resiko anemia bahkan lebih besar, karena asupan zat besi
yang lebih tinggi diperlukan untuk memenuhi kondisi tertentu dari pertumbuhan yang cepat,
yang melibatkan modifikasi biologis yang intens. Kedua situasi yang cocok ini dapat
menyebabkan kekurangan substansi besi, yang dapat mengakibatkan kerusakan fisik dan
kognitif baik pada remaja maupun pada janinnya (8). Mengingat konsekuensi dari anemia
defisiensi besi pada angka kematian ibu dan kesehatan janin, Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) merekomendasikan profilaksis suplementasi besi elemental 40 mg pada awal
perawatan prenatal sampai bulan ketiga setelah melahirkan untuk semua wanita hamil (9).
Meskipun studi klinis telah menunjukkan peningkatan konsentrasi hemoglobin dan
akibatnya anemia dengan suplementasi besi oral harian selama perawatan prenatal, dampak
pengobatan dengan besi elemental pada hasil perinatal tidak sepenuhnya dijelaskan. (10,
11). Selanjutnya, meskipun prevalensi anemia pada kehamilan mencapai tingkat yang
mengkhawatirkan (12), dan remaja adalah masa yang rentan terhadap defisiensi gizi (13),
terjadinya anemia pada remaja yang hamil jarang dibahas di studi epidemiologi.
Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan prevalensi anemia, mengidentifikasi
faktor yang terkait dan mengevaluasi efek pengobatan anemia pada hasil perinatalnya dari
remaja hamil.
METODE
Penelitian ini merupakan studi cross-sectional yang dilakukan di Rumah Sakit Wanita
Prof. Dr. Jose Aristodemo Pinotti (CAISM), University of Campinas (UNICAMP), Brasil.
Rumah sakit tersebut menyediakan pelayanan kesehatan perempuan dan neonatal serta
memiliki tim multi-profesional dan interdisipliner serta klinik rawat jalan prenatal khusus
untuk kehamilan remaja.

Data dikumpulkan dari ibu hamil yang berusia 10-19 tahun yang diteruskan untuk
rumah sakit yang dirujuk untuk remaja, untuk perawatan prenatal, dan persalinan di rumah
sakit yang dirujuk selama periode Juni 2005 sampai dengan Agustus 2013. Status sosialdemografis, gaya hidup, riwayat kehamilan, komorbiditas ibu, kadar serum hemoglobin,
suplementasi zat besi untuk pengobatan anemia, hasil kehamilan, cara persalinan, persalinan
caesar, dan hasil bayi baru lahir dikumpulkan dari rekam medis.
Kehamilan yang dipertimbangkan melibatkan ibu yang mengalami anemia adalah
mereka yang terlibat dalam sebuah laporan bahwa (setidaknya) Hb <11,0 g / dL. Hal ini
diklasifikasikan sebagai anemia ringan (Hb 10,0-10,9g / dL), anemia sedang (Hb 7,0-9,9 g /
dL), atau anemia berat (Hb <7,0 g / dL).
Menurut WHO, telah dipertimbangkan pengobatan anemia pada remaja yang hamil
dan menerima suplementasi besi oral 40 mg dua kali sehari pada saat hamil (9).
Untuk analisis komparatif, sampel dibagi dalam tiga kelompok: remaja hamil tanpa
anemia, remaja hamil dengan anemia yang menerima pengobatan, dan remaja hamil dengan
anemia yang tidak menerima pengobatan.
Untuk variabel kategori, kita menghitung frekuensi relatif dan mutlak. Untuk variabel
numerik, kita menghitung rata rata dan standar deviasi (SD). Untuk memverifikasi
hubungan antara variabel kategori dan adanya anemia serta pengobatannya, kami
menggunakan uji Chi-square. Tingkat signifikansinya adalah 5%, dan perangkat lunak yang
digunakan untuk analisis adalah Epi-info versi 7.
Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etika Ilmu Kedokteran Sekolah dari
University of Campinas dan oleh Brazil Platform CAAE 16732013.3.0000.5404. Kualitas
metodologi penelitian ini dievaluasi menurut pernyataan Strengthening the Reporting of
Observational Studies in Epidemiology (STROBE), yang berdasarkan STROBE 2007
Checklist (14).
HASIL
Data dikumpulkan dari 458 kehamilan pada remaja; pada hal ini, didapatkan 16
kelahiran adalah kembar, total ada 474 persalinan. Prevalensi anemia adalah 41,27% (189):
65,60% (124) anemia ringan, 33,86% (64) anemia sedang dan 0,52% (1) anemia berat. Di
antara remaja yang hamil dan mengalami anemia, terdapat 87,24% (164) menerima
pengobatan dengan suplementasi besi selama kehamilan (Gambar 1).

Semua kelompok menyajikan status sosial-demografis, riwayat obstetrik dan gaya


hidup yang mirip, dengan usia rata-rata 16 tahun; sebagian besar merupakan primipara (Tabel
1).
Prevalensi beberapa komorbiditas ibu pada total sampel adalah 29,65% (134), dengan
ketentuan tertentu dan tercatat sebagai yang paling sering adalah: sindrom hipertensi 5,75%
(26), infeksi saluran kemih 4,2% (19) dan diabetes 2,88% (13), dengan tidak ada perbedaan
antara kelompok - kelompok. Human immunodeficiency virus (HIV) ditemukan pada 1,97%
(9) kehamilan, yang lebih umum di kalangan remaja dengan anemia yang tidak diobati (P =
0,01858) (data tidak ditampilkan).
Tidak ada hasil kebidanan yang merugikan yang telah diamati pada 44,32% (203) dari
orang-orang yang hamil, dan anemia yang tidak diobati menunjukkan hubungan yang
signifikan dengan persalinan prematur (Tabel 2).
Caesar dilakukan di 36.90% (169) kasus, dengan distosia dan makrosomia 43.19%
(73), sebagai indikasi yang paling umum (Tabel 2). Berhubungan dengan bayi yang baru
lahir, usia kehamilan somatik saat lahir kurang dari 37 minggu dan lahir mati menyajikan
hubungan yang signifikan dengan anemia yang tidak diobati (Tabel 2). Rata rata berat
badan bayi baru lahir adalah serupa di antara kelompok-kelompok: 2909 g ( 617) pada
kelompok tanpa anemia, 2946 g ( 677) dalam kelompok dengan anemia yang mendapat
terapi, dan 2.764 g ( 664) pada kelompok dengan anemia yang tidak diobati (data tidak
ditampilkan).
DISKUSI
Penelitian ini menemukan prevalensi anemia dari 41% pada populasi ini, yang
menurut klasifikasi WHO dapat dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius
(12). Mengingat ukuran numerik ini dan mempertimbangkan dampak signifikan anemia pada
morbiditas dan mortalitas ibu dan janin, intervensi multidisiplin di perawatan prenatal
menjadi sangat diperlukan untuk meminimalkan efek berbahaya pada binomial ibu-anak.
Selain itu, kualitas dan perawatan prenatal yang dapat diakses untuk semua wanita hamil
merupakan alat yang berharga untuk mencegah anemia (15).
Suplementasi besi oral untuk pengobatan anemia digunakan sebagai praktik bantuan
dalam penelitian kohort ini, dan hal itu menurunkan terjadinya hasil perinatal yang
merugikan. Namun, jenis pengobatan bisa memiliki efek sekunder. Efek samping yang paling
sering dilaporkan masalah pencernaan seperti konstipasi dan mual, yang menyebabkan
penghentian pengobatan oleh pasien (9). Pada kelompok anemia yang tidak diobati, tingkat

prematuritas dan kejadian lahir mati meningkat, menekankan pentingnya diagnosis dini dan
pengobatan sistematis untuk anemia selama kehamilan.
Beberapa penulis telah melaporkan hubungan antara anemia dan kelahiran premature
(16-19). Pencarian kami menunjukkan bahwa pengobatan anemia mencapai tingkat kejadian
prematur yang sama dengan kelompok tanpa anemia, yang membawa kita untuk
menyimpulkan bahwa kekurangan zat besi bisa dikonfirmasikan sebagai faktor predisposisi
untuk kelahiran prematur pada kelompok ibu hamil ini. Meskipun demikian, kelahiran
prematur adalah proses patologis multifaktorial. Gaya hidup seperti merokok selama
kehamilan, dan faktor-faktor lain seperti kehamilan dengan berat badan yang rendah, indeks
massa tubuh yang rendah dan gangguan hipertensi, sering terjadi pada remaja, dan bisa
mempengaruhi kelahiran prematur (20).
Kami tidak menemukan hubungan antara paritas dan peningkatan kejadian anemia,
yang diamati oleh Timur et al. 2016 (21). Namun, penelitian yang sama menjelaskan bahwa
usia 16 tahun atau lebih muda pada kehamilan pertama, interval antara kelahiran kurang dari
18 bulan, dan adanya komplikasi pada kehamilan pertama sebagai indikator hasil perinatal
yang buruk pada kehamilan kedua pada masa remaja. Studi kami melibatkan banyak remaja
dengan kehamilan berulang kali - hampir seperempat dari sampel, yang melampaui efek
biologi dan menambahkan bias yang sangat signifikan untuk sosial-ekonomi serta efek psiko
emosional (22). Telah dilaporkan bahwa remaja dengan kehamilan lebih dari satu cenderung
mencapai tingkat pendidikan yang baik dan memiliki pekerjaan yang dibayar, sementara
mereka lebih mungkin untuk dimasukkan dalam program pemerintah (23).
Meskipun kehamilan remaja diakui sebagai masalah kesehatan masyarakat global
(24), prevalensi kondisi patologis dalam populasi ini relatif rendah. Patologi yang paling
umum adalah sindrom hipertensi, yang sama-sama didistribusikan pada pasien dengan
anemia dan tanpa anemia. Sebuah studi yang membandingkan wanita dewasa yang hamil
dengan remaja yang hamil menemukan bahwa risiko hipertensi berkembang dua kali lipat
lebih tinggi pada ibu remaja (25).
Studi kami menemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara HIV dan
terjadinya anemia. Penulis lain telah melaporkan hasil yang sama (26, 27).
Kehadiran anemia tidak mempengaruhi model persalinan; Namun, lebih dari sepertiga
remaja yang diteliti (37,9%), mengalami persalinan caesar. Meskipun prevalensi persalinan
caesar ini jauh lebih tinggi dari yang direkomendasikan oleh WHO (10-15%) (28, 29), hal ini
relatif rendah dibandingkan dengan rata-rata tingkat operasi persalinan caesar di negara kita
(sekitar 55%) (30). Namun, mengingat bahwa operasi caesar dapat menyebabkan komplikasi

yang signifikan dan bahkan permanen (31), penurunan angka ini sangat penting, terutama di
kalangan remaja yang hamil.
Penelitian ini memiliki faktor pembatas tertentu: pengumpulan data melalui catatan
medis tergantung pada informasi yang ditulis oleh orang lain, meningkatkan kemungkinan
kesalahan dan mungkin kurangnya data yang relevan. Untuk kebutuhan ini, catatan medis
yang digunakan untuk pencarian informasi adalah instrumen terstandar, dan mereka memiliki
kualitas audit yang ketat dan terus menerus, sebagai tambahan untuk pemeriksaan konsistensi
dan penyimpanan elektronik yang berhati - hati. Dalam penelitian ini, informasi tentang
indeks massa tubuh, kelahiran prematur sebelumnya dan faktor-faktor lainnya yang bisa
mempengaruhi hasil, tidak dikumpulkan, menambah bias perancu. Khususnya, penelitian
retrospektif tidak memungkinkan kita untuk mengetahui alasan sebenarnya untuk tidak
adanya perawatan pada remaja yang hamil dengan anemia, yang mungkin merupakan
kegagalan dalam hal bantuan dan bimbingan yang tepat, atau kurangnya kepatuhan pasien.
KESIMPULAN
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dalam populasi
penelitian. Perawatan anemia dengan suplementasi zat besi mengurangi terjadinya hasil
neonatal yang buruk (kelahiran prematur dan lahir mati). Kepatuhan terhadap pengobatan
oleh multidisiplin dan penyedia layanan kesehatan prenatal yang berkualitas untuk remaja
hamil dapat menjadi salah satu alat kunci untuk mengurangi hasil neonatal yang buruk, yang
terkait dengan anemia pada remaja yang hamil.
DEKLARASI PERNYATAAN KETERTARIKAN
Para penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan. Para penulis sendiri yang
bertanggung jawab untuk isi dan penulisan artikel ini.

Anda mungkin juga menyukai