Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Obesitas merupakan suatu keadaan fisiologis akibat dari penimbunan lemak secara
berlebihan di dalam tubuh. Saat ini gizi lebih dan obesitas merupakan epidemik di negara maju,
seperti Inggris, Brasil, Singapura dan dengan cepat berkembang di negara berkembang, terutama
populasi kepulauan Pasifik dan negara Asia tertentu. Prevalensi obesitas meningkat secara
signifikan dalam beberapa dekade terakhir dan dianggap oleh banyak orang sebagai masalah
kesehatan
masyarakat
yang
utama
(Lucy
A.
Bilaver,2009).
WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan dari
seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan obesitas
pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia
menderita obesitas. Angka ini akan semakin meningkat dengan cepat. Jika keadaan ini terus
berlanjut maka pada tahun 2230 diperkirakan 100% penduduk dunia akan menjadi obes (Sayoga
dalam Rahmawaty, 2004). Panama dan Kuwait tercatat sebagai dua negara dengan prevalensi
obesitas tertinggi di dunia, yakni sekitar 37%. Setelah itu Peru (32%) dan Amerika Serikat
(31%). Di Brasil, kenaikan kasus obesitas terjadi pada anak-anak sebesar 239%.
Di Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada anak-anak,
dengan angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi 27% berdasarkan
laporan Tim Obesitas Internasional (Cybermed, 2003). Masalah obesitas meluas ke negaranegara berkembang: misalnya, di Thailand prevalensi obesitas pada 5-12 tahun anak-anak telah
meningkat dari 12,2% menjadi 15,6% hanya dalam dua tahun (WHO, 2003).
Tingkat prevalensi obesitas di Cina mencapai 7,1% di Beijing dan 8,3% di Shanghai pada tahun
2000 (WHO, 2000). Prevalensi obesitas anak-anak usia 6 hingga 11 tahun sudah lebih dari dua
kali lipat sejak tahun 1960-an (WHO, 2003). Selain itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mencatat, pada tahun 2005, secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan
berat badan atau overweight dan 400 juta di antaranya dikategorikan obesitas. Pada Tahun 2015
diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat dari angka itu.
Obesitas di Indonesia sudah mulai dirasakan secara nasional dengan semakin
meningginya angka kejadiannya. Selama ini, kegemukan di Indonesia belum menjadi sorotan
karena masih disibukkan masalah anak yang kekurangan gizi. Meskipun obesitas di Indonesia
belum mendapat perhatian khusus, namun kini sudah saatnya Indonesia mulai melirik masalah
obesitas pada anak. Jika dibiarkan, akan mengganggu sumber daya manusia (SDM) di kemudian
hari. Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang
membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak telah
mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi kurang 28%,
gizi buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Data SUSENAS,2005).
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas
umum pada penduduk berusia 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan
prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini
hampir sama dengan estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.

Menurut penelitian DR. Dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K) dari FKUI/RSCM bersama
koleganya pada tahun 2002 melakukan penelitian di 10 kota-kota besar yaitu Medan, Padang,

Palembang, Jakarta, Semarang, Solo, Jogkakarta, Surabaya, Denpasar, dan Manado dengan
subyek siswa sekolah dasar.
Hasilnya memperlihatkan prevalensi obesitas pada anak sebesar 17,75 persen di Medan, Padang
7,1 persen, Palembang 13,2 persen, Jakarta 25 persen, Semarang 24,3 persen, Solo 2,1 persen,
Jogjakarta 4 persen, Surabaya 11,4 persen, Denpasar 11,7 persen, dan Manado 5,3 persen.
Menurut data Susenas tahun 1995 dan 1998 di Sulawesi Selatan. angka kegemukan cukup tinggi,
yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan menggunakan indikator BB/U median baku WHO-NCHS. Hal
ini menunjukkan jika masalah tersebut tidak segera diatasi, maka beban pemerintah khususnya
Departemen Kesehatan akan semakin
bertambah (Kanwil Depkes, 1998).
Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar
2007 di Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan.Obesitas sendiri sekarang dikenal
sebagai ajang reuni berbagai macam penyakit. Salah satunya Penyakit jantung koroner (PJK)
yang merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh arteri koroner dimana terdapat
penebalan dinding dalam pembuluh darah (intima) disertai adanya aterosklerosis yang akan
mempersempit lumen arteri koroner dan akhirnya akan mengganggu aliran darah ke otot jantung
sehingga terjadi kerusakan dan gangguan pada otot jantung.
Penyakit jantung koroner kerap diidentikkan dengan penyakit akibat hidup enak, yaitu
terlalu banyak mengkonsumsi makanan mengandung lemak dan kolesterol. Hal ini semakin
menjadi dengan kian membudayanya konsumsi makan siap saji alias junk food dalam kurun
waktu satu dekade ini. Tak dapat dimungkiri, junk food telah menjadi bagian dari gaya hidup
sebagian masyarakat di Indonesia.Lihat saja berbagai gerai yang terdapat di mal-mal, selalu
penuh oleh pengunjung dengan beragam usia, dari kalangan anak-anak hingga dewasa.Padahal
junk food banyak mengandung sodium, lemak jenuh dan kolesterol. Soium merupakan bagian
dari garam. Bila tubuh terlalau banyak mengandung sodium,dapat meningkatkan aliran dan
tekanan darah sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi lah yang dapat berpengaruh munculnya gangguan penyakit jantung. Lemak
jenuh berbahaya bagi tubuh karena merangsang hati untuk memproduksi bnnyak kolesterol yang
juga berperan akan munculnya penyakit jantung. Karena kolesterol yang mengendap lamakelamaan akan menghambat aliran darah dan oksigen sehingga menggangu metabolisme sel otot
jantung.
Dalam hal ini akan diuraikan pada kajian ini tentang apa yang disebut obesitas,apa
penyebabnya, bagaimana konsekwensi obesitas pada penyakit jantung koroner, dan bagaimana
mengatasinya. Selain itu akan dibahas lebih lanjut mengenai hubungan obesitas terhadap
kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK).
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi Obesitas?
2. Apa saja tipe-tipe Obesitas?
3. Apa gejala-gejala timbulnya Obesitas?
4. Apa penyebab timbulnya Obesitas?
5. Bagaimana cara pengukuran Obesitas?
6. Bagaimana mekanisme terjadinya Obesitas?
7. Penyakit-penyakit yang timbul akibat obesitas?
8. Bagaimana cara penanggulangan penyakit Obesitas?
9. Apa program pemerintah dalam menurunkan angka penderita Obesitas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa defenisi Obesitas
2. Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe Obesitas
3. Untuk mengetahui apa gejala-gejala timbulnya Obesitas
4. Untuk mengetahui apa penyebab timbulnya Obesitas
5. Untuk mengetahui apa bagaimana cara pengukuran Obesitas
6. Untuk mengetahui apa bagaimana mekanisme terjadinya Obesitas
7. Untuk mengetahui apa penyakit-penyakit yang timbul akibat obesitas
8. Untuk mengetahui apa bagaimana cara penanggulangan penyakit Obesitas
9. Untuk mengetahui apa program pemerintah dalam menurunkan angka penderita Obesitas
BAB II
PEMBAHASAN
A.

Definisi Obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan
subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan
organnya (Misnadierly, 2007). Menurut WHO Obesitas adalah penumpukan lemak yang
berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan. Menurut Myers (2004),
seseorang yang dikatakan obesitas apabila terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh
mereka
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidak seimbangan antara tinggi dan berat
badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang
melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).
Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya
aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007). Dengan demikian tiap orang
perlu memperhatikan banyaknya masukan makanan (disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
sehari-hari) dan aktivitas fisik yang dilakukan. Perhatian lebih besar mengenai kedua hal ini
terutama diperlukan bagi mereka yang kebetulan berasal dari keluarga obesitas, berjenis kelamin
wanita, pekerjaan banyak duduk, tidak senang melakukan olahraga, serta emosionalnya labil.
Definisi Obesitas Obesitas dan kelebihan berat badan telah di dekade terakhir menjadi
masalah global menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali pada tahun 2005 sekitar
1,6 miliar orang dewasa diatas usia 15 + adalah kelebihan berat badan, setidaknya 400 juta orang
dewasa yang gemuk dansetidaknya 20 juta anak di bawah usia 5 tahun yang kelebihan berat
badan.Para ahli percaya jika kecenderungan ini terus berlangsung pada tahun 2015 sekitar 2,3
miliar orang dewasa akan kelebihan berat badan dan lebih dari 700 juta akan obesitas. Skala
masalahobesitas memiliki sejumlah konsekuensi serius bagi individu dan sistem kesehatan
pemerintah
B.
Tipe-Tipe Obesitas
Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu:
1. Tipe obesitas berdasarkan bentuk tubuh dan
2. Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak.
1.

Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh


a. Obesitas tipe buah apel (Apple Shape)

Type seperti ini biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar perut.
Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah pear (Gynoid),
b. Obesitas tipe buah pear (Gynoid)
Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar pinggul dan
bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.
c. Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya terdapat
pada orang-orang yang gemuk secara genetic.
2.

Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak


a. Obesitas Tipe Hyperplastik
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaan
normal.
b. Obesitas Tipe Hypertropik
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan keadaan
normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.
Obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel
lemak melebihi normal.
Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai maksimal
dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik.

C.

Gejala Timbulnya Obesitas


Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa
menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita
hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan
menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang
hari
penderita
sering
merasa
ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan
memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang
sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit
dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien
dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat
penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

D.

Penyebab Timbulnya Obesitas


Obesitas dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal. Penyebab-penyebab tersebut antara
lain adalah:
1. Internal
a. Genetik
b. Endokrin
2. Eksternal
a. Gaya hidup atau tingkah laku
b. Lingkungan dan faktor lain

1. Internal
a. Genetik
Seperti kondisi medis lainnya, obesitas adalah perpaduan antara genetik dan lingkungan.
Gen yang ditemukan diduga dapat mempengaruhi jumlah dan besar sel lemak, distribusi lemak
dan besar penggunaan energi untuk metabolisme saat tubuh istirahat. Polimorfisme dalam variasi
gen mengontrol nafsu makan dan metabolisme menjadi predisposisi obesitas ketika adanya
kalorui yang cukup.Prader-Willi Syndrome Selain itu, obesitas terjadi pada penderita Sindrom
Prader-Willi adalah penyakit genetic yang menimpa kira-kira satu dari 15 ribu kelahiran. Mutasi
gen terjadi pada kromosom ke 15 yang mengatur nafsu makan. Sindrom ini dikenali sebagai gen
penyebab obesitas pada anak kecil. Symptoms yang timbul akibat sindrom ini disebabkan oleh
disfungsi hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah mengatur rasa lapar.
Jenis Kelamin
Jenis kelamin berpengaruh terhadap obesitas. Pria memiliki lebih banyak otot
dibandingkan dengan wanita. Otot membakar lebih banyak lemak daripada sel-sel lain. Oleh
karena wanita lebih sedikit memiliki otot, maka wanita memperoleh kesempatan yang lebih kecil
untuk membakar lemak. Hasilnya, wanita lebih berisiko mengalami obesitas.
b. Kelainan endokrin
1) Hipotiroidisme
Hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak memproduksi hormone tiroid sesuai
kebutuhan tubuh.
Oleh karena itu, apabila hormone tiroid yang dihasilkan tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh,
pertumbuhan akan terganggu. Hormon tiroid sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh.
Terganggunya produksi hormon ini dapat mempengaruhi metabolisme, perkembangan otak,
pernafasan, system jantung dan saraf, temperature tubuh, kekuatan otot, kulit, sirkulasi
menstruasi pada wanita, berat badan, dan tingkat kolesterol. Produksi hormone tiroid diatur oleh
hormone TSH yang diproduksi oleh hipofisis anterior. TSH akan merangsang kelenjar tiroid
untuk mensekresi hormone tiroid, yaitu triidotironin (T3) dan tiroksin (T4). Apabila dalam darah
terdapat sedikit hormone tiroid tersebut, maka kadar TSH akan meningkat untuk merangsang
kelenjar tiroid mensekresi hormone tiroid. Sebaliknya, apabila dalam darah telah cukup atau
bahkan lebih banyak terdapat hormone tiroid, kadar TSH akan menurun. Sekresi TSH diatur oleh
hormone hipotalamus, yaitu TRH. Penurunan respons hipofisis terhadap TRH sangat jarang
terjadi. Yang terjadi pada hipotiroidisme adalah kadar TSH meningkat akibat dari fungsi kelenjar
tiroid yang menurun. Selain itu, hipotiroidisme dapat disebabkan oleh kelenjar hipofisis tidak
bekerja dengan normal. Terganggunya kerja hipofisis dapat menyebabkan produksi TSH
terganggu dan akibatnya kelenjar tiroid pun akan terganggu. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, hipotiroidisme menyebabkan metabolisme tubuh terganggu. Hipotiroidisme
menyebabkan kecepatan metabolisme karbohidrat dan lemak menurun. Hal ini akan
menyebabkan obesitas. Hipotiroidisme yang berat disebut Miksedema.

2) Sindrom Cushing
Sindrom Cushing disebabkan karena kadar cortisol berlebih. Hipotalamus mensekresikan
CRH (Coticotropin releasing hormone) ke hipofisis. CRH menyebabkan hipofisis mensekresi
ACTH (Adrenocorticotropin hormone) yang menstimulus kelenjar adrenal menghasilkan cortisol

ke dalam darah. Tanda-tanda dan keluhan yang terjadi antara lain obesitas di bagian atas tubuh,
wajah membulat, kulit terluka dengan mudah, lemah tulang, mentruasi tidak teratur pada wanita,
dan
infertilitas pada pria.
3) Kelainan pada Hipotalamus
Pusat makan dan kenyang, yang mengatur rasa lapar dan kenyang, terdapat pada
hipotalamus. Pusat kenyang berfungsi menghambat pusat makan, begitu pula sebaliknya. Yang
mengatur semua hal tersebut adalah polipeptida. Polipeptida tersebut antara lain adalah
neuropeptida Y dan Leptin. Neuropeptida Y meningkatkan nafsu makan sedangkan leptin
menurunkan
nafsu
makan
dan
meningkatkan
konsumsi
energi.
Obesitas terjadi apabila leptin tidak tersedia di otak atau rusak. Yang terjadi adalah gen reseptor
leptin mengalami defek. Reseptor leptin terdapat pada jaringan adipose coklat. Kemungkinan
lainnya adalah terganggunya transportasi leptin ke dalam otak atau defek dalam mekanisme yang
diaktifkan oleh gen manusia. Leptin menyebabkan peningkatan liplisis dan penurunan
lipogenesis. Selain itu, leptin merangsang sekresi insulin.
2. Eksternal
a. Gaya hidup atau Tingkah Laku
Kemajuan teknologi, seperti adanya kendaraan bermotor, lift, dan lain sebagainya dapat
memicu terjadinya obesitas karena kurangnya aktifitas fisik yang dilakukan oleh sesorang. Gaya
hidup yang seperti ini yang meningkatkan risiko obesitas. Mengonsumsi makanan junk food juga
dapat menyebabkan obesitas karena pada umumnya berkalori tingggi.
b. Lingkungan dan faktor lain
Obesitas juga dapat disebabkan oleh emosi. Orang mungkin makan berlebihan ketika
depresi, merasa putus asa, marah, bosan, dan berbagai sebab lain yang sebenarnya tidak butuh
makan. Ini umum terjadi pada wanita muda. Perasaan mereka berpengaruh terhadap kebiasaan
makanya. Selain itu, factor ststus sosial dan ekonomi sangat memengaruhi. Pada masyarakat
menengah ke bawah, obesitas sangat identik dengan makmur. Namun, pada masyarakat modern,
obesitas adalah hal yang harus dihindari.
E.

Cara pengukuran Obesitas


Pada umumnya Obesitas dapat dibagi atas dua kelompok besar, yaitu Obesitas tipe Android dan
Obesitas tipe Gynoid.
1. Obesitas tipe Android
Badan berbentuk gendut seperti gentong atau buah apel, perut membuncit kedepan, banyak
didapatkan pada kaum pria, sehingga disebut pula obesitas tipe pria atau male type obesity. Tipe
ini cenderung mengakibatkan penyakit jantung koroner, diabetes, dan stroke. Nama lain obesitas
tipe ini adalah obesitas tipe sentral (central obesity), abdominal obesity, atau visceral obesity.
Disebut obesitas viseral karena penimbunan lemak terjadi di dalam rongga perut (abdomen),
tepatnya di sekitar omentum usus (viseral). Lemak viseral yang berlebihan ini memperoleh
suplai darah dari pembuluh darah omentum, dan mengeluarkan banyak bahan kimia dan
hormone ke dalam peredaran darah. Banyaknya lemak yang tertimbun dalam rongga perut
mencerminkan makin lebarnya lingkaran pinggang (waist circumference) orang itu.
2. Obesitas tipe Gynoid
Banyak dijumpai pada kaum wanita, terutama yang telah masuk masa menopause,
panggul dan pantatnya besar, dari jauh tampak seperti buah pir. Tipe ini dinamakan juga obesitas

tipe wanita ataufemale-type obesity. Nama lain tipe ini adalah obesitas tipe perifer (peripheral
obesity), atau gluteal obesity (dari kata gluteus yang berarti pantat).
Adapun cara menentukan derajat obesitas yang paling sering dipakai adalah dengan
mengukur Body Mass Index atau BMI, yaitu dengan mengukur tinggi badan (dalam meter) dan
berat badan (dalam kilogram), kemudian membagi berat badan dengan kuadrat dari tinggi badan.
Lihat Rumus dibawah ini:
BMI = Berat Badan / ((Tinggi Badan (m)) x (Tinggi Badan (m)))
Contoh seseorang dengan berat badan 70 kg dan tinggi badan 160 cm, maka didapatkan
BMI = 70 / (1.6 x 1.6) = 27.3 (Gemuk)
KLASIFIKASI
OBESITAS WHO
Underweight
Healthy weight
Obesitas derajat 1
Obesitas derajat 2
Obesitas derajat 3

BMI
POPULER / UMUM
Kurus
Normal
Overweight / Gemuk
Obesitas
Obesitas Morbid / Berat

(kg/m2)
< 18,5
18,5 24,9
25 29,9
30 39,9
> 40

Menurut WHO,
BMI orang normal adalah 18,5 24,9. BMI kurang dari 18,5 dikatakan kurus. Sedangkan BMI
25 keatas disebut obesitas, yang dibagi pula dalam obesitas derajat satu (BMI 25 29,9),
obesitas derajat dua (BMI 30 39,9), dan obesitas derajat tiga atau morbid / severe obesity (BMI
40 atau lebih). Untuk lebih rincinya, berikut adalah table klasifikasi obesitas menurut WHO dan
umum:
Berat badan yang sehat, normal, atau ideal (Healthy Weight) adalah berat badan yang
bukan Underweight, bukan pula Overweight (Kegemukan) atau obesitas, berarti BMI 20 25,
lingkar pinggang dibawah 88 cm untuk wanita dan di bawah 102 cm untuk pria.
F.

Mekanisme terjadinya obesitas


Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure. Apapun
penyebabnya, yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah energi intake atau
masukan yang didapat dari makanan atau lainnya lebih besar dibandingkan energi expenditure
atau energi yang dikeluarkan.
Mekanisme dasar terjadinya kegemukan adalah masukan kalori & nbsp; yang melebihi
pemakaian kalori untuk memelihara dan pemulihan kesehatan yang ,berlangsung lama.
Kelebihan kalori tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak, yang lama kelamaan akan
mengakibatkan kegemukan.
G.

Penyakit-penyakit yang timbul akibat obesitas


Namun, berapa pun pertambahan berat badan Anda dan menimbulkan obesitas, semua memiliki
dampak buruk bagi kesehatan. Pasalnya, obesitas memicu beragam penyakit di dalam tubuh.
Dikutip dari Times of India, setidaknya ada 10 penyakit yang muncul dari kondisi seseorang
yang mengalami kegemukan:
1. Diabetes tipe 2. Banyak studi mengungkapkan obesitas berkaitan dengan risiko diabetes.
Bahkan, jika sudah kena penyakit ini maka bisa menjalar untuk mengalami komplikasi penyakit
yang lebih serius. Misalnya serangan jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal, hingga kerusakan
saraf yang berujung amputasi.

2. Serangan jantung. Lemak dalam tubuh bisa menutupi pembuluh darah jantung dan
menyumbatnya. Ini yang kemudian menyebabkan serangan jantung koroner.
3. Hipertensi. Orang gemuk cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini bisa diatasi dengan
mengurangi berat badan dan berolahraga.
4. Sleep apnea. Tandanya adalah sulit tidur nyenyak dan suka mengorok saat tidur. Ini adalah
gangguan pernafasan yang membuat jalan udara seakan berhenti beberapa kali kala terlelap.
Sleep apne dikaitkan dengan kemunculan hipertensi, gagal jantung, dan penyakit lainnya.
5. Asam urat. Orang obesitas empat kali lebih berisiko mengalami asam urat atau gout. Penyakit
ini menyerang sendi yang diakibatkan tingginya kadar purin di daerah sendi. Sendi bisa bengkak,
memerah, dan nyeri. Mengurangi berat badan bisa menjadi salah satu solusi.
6. Kolesterol tinggi. Kegemukan cenderung memicu tingginya kolesterol jahat (LDL) ketimbang
kolesterol baik (HDL). Banyaknya kolesterol jahat menjadi penyebab penyakit kardiovaskular
dan stoke.
7. GERD atau refluks asam. Obesitas meningkatkan refluks karena lemak perut memberikan
tekanan pada cincin otot yang ada di bawah kerongkongan. Ukuran tabung cincin ini sekitar 10
inci yang menghubungkan tenggorokan ke perut. Dalam kondisi tidak obesitas, fungsinya
mencegah kembalinya asam lambung ke kerongkongan.
8. Osteoarthritis. Kelebihan berat badan menyebabkan sendi mengalami tekanan berlebih untuk
menopang tubuh. Akibatnya, dimungkinkan sendi mengalami osteoarthritis yang justru akan
merusaknya dalam jangka panjang.
9. Kanker. Obesitas punya peran penting dalam pembentukan sel kanker secara aktif. Dan, risiko
kanker yang kerap ditemui pada tubuh gemuk adalah kanker usus, payudara, dan tenggorokan.
10. Gagal jantung. Peningkatan indeks massa tubuh dikaitkan dengan peningkatan risiko gagal
jantung.
H.

Cara penanggulangan obesitas


Menurut perhimpunan Studi Obesitas Indonesia atau Indonesian Society for the Study
of Obesity, penanganan kegemukan dilaksanakan berpedoman pada lima prinsip yaitu:

1. Motivasi
Jika seseorang menganggap gemuk bukan hal yang merisaukan, tentu program penurunan
berat badan tidak akan berhasil. Sebagai contoh ada seorang pembawa acara yang berbadan
gemuk dan senang akan kondisi tubuhnya. Beberapa kali diwawancarai, yang bersangkutan
dengan semangat mengatakan bahwa ia tidak akan menurunkan berat badannya. Tetapi apa yang
terjadi? Saat ini terlihat sang presenter kurus akibat mengalami penyakit tertentu.
Sebelum memulai program penurunan berat badan, pertama-tama yang harus diubah adalah
pola pikir dari orang gemuk. Motivasi menjadi kurus harus kuat tertanam di dalam dirinya,
bukan sekedar ikut-ikutan karena misalnya baru saja membaca tulisan ini. Motivasi ini bis
diperkuat dengan bergabung dalam kelompok mereka yang mempunyai program sama,
berdiskusi dengan pakarnya, dan lain sebagainya. Biasanya dalam kelompok, para anggota bisa
saling mengingatkan dan saling berkompetisi. Begitu pula dengan adanya pakar dalam kelompok
tersebut, usaha yang dilakukan menjadi sistematik dan terarah. Adalah lebih baik jika penurunan
berat badan dilakukan pada saat belum mengalami kondisi penyakit tertentu, bukan akibat dari
penyakit yang diderita.
2. Pengaturan Diet

Makin gemuk seseorang maka makin mudah untuk merasa lapar. Ini karena pengaruh
zat/hormon yang terdapat dalam sel-sel lemak. Maka usaha pembatasan diet harus dilakukan
sesegera mungkin. Jika yang bersangkutan menganggap bahwa usaha pembatasan diet bisa
dilakukan kapan saja (tetapi tidak saat ini), tentu usahanya menjadi lebih sulit. Karena itu, pada
saat ini juga, tetapkanlah bahwa saya harus membatasi diet saya, sebelum menjadi lebih gemuk
lagi dengan risiko lebih susah lagi untuk berdiet. Carilah makanan yang rendah kalori. Mulailah
hari kita hanya dengan mengonsumsi setengah dari porsi makan Anda sehari-hari. Semua porsi
yang kita makan dikurangi separoh. Itu saja. Jangan lupa pula membatasi makanan manis, asin,
dan lemak. Tetapi harus diingat, jangan sampai kebablasan mengatasi kegemukan. Anjuran
WHO, jumlah penurunan massa tubuh yang baik dan aman adalah sekitar setengah hingga 1 kg
per minggu.
3. Pola Hidup Sehat
Selain pengaturan diet, biasakanlah menimbang badan Anda untuk mengevaluasi usaha
Anda. Hal ini kelihatan sepele namun memberi efek yang tidak kalah besarnya dengan program
diet itu sendiri. Begitu pula dengan berolahraga, lakukan dengan baik dan benar.

4. Terapi Kedokteran
Meskipun banyak obat-obatan yang ditawarkan agar bisa menjadi langsing, namun
sebaiknya sebelum menggunakan obat-obatan, berkonsultasi dulu dengan dokter. Tanyakanlah
bagaimana cara kerja, efek samping, atau bahaya jika obat tersebut secara berlebihan terdapat
dalam tubuh. Obat yang cocok pada seseorang belum tentu cocok dan sesuai pada orang lain.
Lagi pula, program penurunan berat badan tidak bisa hanya bergantung pada obat-obatan.
5. Pembedahan
Pembedahan berupa pengambilan lemak perut (omentum) dilakukan jika seseorang telah
memiliki BMI sama atau lebih dari 40. Selain itu bisa juga dilakukan pada BMI kurang dari 35
jikalau telah memiliki penyakit yang bisa mengancam jiwa akibat berat tubuh berlebihan.
I.

Program Pemerintah
Program Nasional di bidang kesehatan :
a. Lingkungan sehat,Perilaku sehat,dan pemberdayaan masyarakat
b. Upaya Kesehatan
c. Perbaikan Gizi Masyarakat
d. Sumber Daya Kesehatan
e. Obat,Makan dan Bahan Berbahaya
f. Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
Pogram Kesehatan Kota Makassar
a. Peningkatan Sarana dan Prasarana
b. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular

c. Penanggulangan Gizi Buruk


d. Kesehatan Ibu dan Anak

Tugas utama kesehatan adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan segenap warga
negaranya yaitu setiap individu, keluarga dan masyarakat Indonesia tanpa meninggalkan upaya
penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan perbaikan kualitas lingkungannya.
Titik berat Pembangunan Nasional yang telah dicanangkan oleh Presiden RI pada
tanggal 1 Maret 1999 yaitu Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan yang artinya setiap
sektor harus mempertimbangkan aspek kesehatan dalam setiap program pembangunan. Hal ini
berarti pula kesehatan merupakan bagian integral dari program pembangunan nasional
(Propenas) yang juga telah ditetapkan melalui Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000.
Namun,meskipun sudah dicanangkannya berbagai program kesehatan baik tingkat
nasional maupun provensi dan kab/kota tapi belum juga menunjukkan hasil yang signifikan
dalam hal penurunan prevalensi Obesitas.Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami
peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Ditinjau dari Prevalensi obesitas di
Indonesia yang terus mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan. Ini
menunjukkan

bahwa

pemerintah

belum

mampu

menangani

kasus

penderita

Obesitas.Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak telah mencapai
11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi kurang 28%, gizi buruk
88%, dan gizi
lebih 3,4% (Data SUSENAS, 2005).
Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi
nasional obesitas umum pada penduduk berusia 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki
13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14
tahun pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi
WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.
Menurut data Susenas tahun 1995 dan 1998 di Sulawesi Selatan. angka kegemukan
cukup tinggi, yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan menggunakan indikator BB/U median baku
WHO-NCHS. Hal ini menunjukkan jika masalah tersebut tidak segera diatasi, maka beban

pemerintah khususnya Departemen Kesehatan akan semakin bertambah (Kanwil Depkes,1998).


Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar 2007 di
Sul-Sel terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mencatat, pada tahun 2005, secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan
berat badan atau overweight dan 400 juta di antaranya dikategorikan obesitas.
Penelitian Obesitas yang dilakukan di RSUP.DR Wahidin Sudirohusodo Makassar
Tahun 2007 selama kurang lebih 1 bulan (21 Mei 21 Juni 2007) bahwa ada 68 responden yang
obesitas.
Data-data tersebut merupakan indicator penilaian bahwa belum berhasilnya programprogram pemerintah di bidang kesehatan khususnya status gizi karena prevalensi penderita
obesitas masih meningkat tiap tahunnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan
lemak yang berlebihan dan dapat mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila ukuran dan
jumlah sel lemak bertambah.
2. WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia. Data yang dikumpulkan dari
seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi overweight dan obesitas
pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia
menderita obesitas.
3. Obesitas merupakan suatu faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) serta meningkatkan
mortalitas dan morbiditas kardiovaskuler secara Langsung maupun tidak langsung.

B. Saran
1. Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik dan sehat serta
sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Pengurangan kalori dan meningkatkan olah raga merupakan
cara alami yang murah meskipun tidak mudah untuk mempertahankan dalam jangka waktu
lama.
2. Bila perubahan cara hidup gagal menurunkan Berat Badan , perlu diberikan obat obatobatan yang aman dan efektif , sebaiknya dipilih obat yang bekerja lokal pada usus karena
efek samping nya lebih kecil dibandingkan dengan yang sistemis.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian longitudinal untuk
mengetahui determinan Penyakit Jantung Koroner (PJK) .Peneliti selanjutnya perlu melakukan
penelitian tentang hubungan obesitas terhadap faktor resiko kejadian Penyakit Jantung Koroner
(PJK).
Daftar Pustaka
.
Anonim.2007.Profil Kesehatan Kota Makassar Tahun 2007.
(Online), http://dinkessulsel.go.id/new/images/profil_kab/profil%20makassar-2007.pdf,diakses 1
4 April 2014
Arul.2009.Obesitas.(Online), http://adul2008.wordpress.com/2009/04/11/obesita/,diakses 14 April 2014.
Fadilah.2011.Obesitas
dan
Penyakit
Jantung
Koroner.Artikel
Ilmu
Penyakit
Dalam.
(Online),http://dokternetworkangk97.blogspot.com/2011/01/obesitas-dan-penyakit-jantungkoroner.html, diakses 14 April 2014.
Gusmiati.2011.FastFood,pemicuobesitasdanpenyakitjantung.(Online),
(http://www.primaironline.com/berita/rileks/535304-fast-food-pemicu-obesitas-dan-penyakitjantung,diakses 14 April 2014.
Indarto.2008.FaktorpenyebabObesitas.(Online),
http://reseplangsing.blogspot.com/2008/10/beberapa-faktor-penyebab
obesitas.html,diakses 14
April 2014.
Jungelian.2008.Mari mengenal lebih jauh tentang jant

1.

Makalah Obesitas

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak

membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya.
Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi
dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular. Hasil Riset Kesehatan Dasar

tahun 2007 juga menunjukkan adanya peningkatan kasus penyakit tidak menular secara cukup
bermakna, menjadikan Indonesia mempunyai beban ganda. Derajat kesehatan masyarakat dapat
dilihat dari berbagai indikator, salah satunya status gizi masyarakat. Masalah gizi merupakan

masalah yang ada di tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang dan negara
maju. Negara miskin dan negara berkembang cenderung dengan masalah gizi kurang
(penyakit infeksi) dan negara maju cenderung dengan masalah gizi lebih (penyakit
degeneratif). Negara berkembang seperti Indonesia mempunyai masalah gizi ganda yakni
perpaduan masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih.
Sebelum abad ke-20 , kegemukan jarang ditemui tetapi pada tahun 1997 WHO secara resmi
menyatakan kegemukan sebagai epidemik global. WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi
masalah dunia. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir, saat ini diperkirakan
sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita obesitas. Hingga 2005, WHO
memperkirakan secara global ada sekitar 1,6 miliar orang dewasa yang kelebihan berat badan
atau overweight dan 400 juta (9,8 %) di antaranya dikategorikan obesitas. Pada Tahun 2015
diprediksi kasus obesitas akan meningkat dua kali lipat dari angka itu. Angka kegemukan juga naik
dengan bertambahnya usia setidaknya hingga usia 50 sampai 60 tahun dan kegemukan berat di
Amerika Serikat, Australia, dan Kanada meningkat lebih cepat dibandingkan angka kegemukan
secara keseluruhan.
Di seluruh dunia, prevalensi kegemukan telah mengalami peningkatan lebih dari dua kali lipat
antara tahun 1980 hingga 2008. Pada tahun 2008, 10% pria dan 14 % wanita di dunia mengalami
obesitas. Diperkirakan 205 juta laki-laki dan 297 juta wanita di atas usia 20 tahun mengalami
obesitas. Prevalensi tertinggi berada di wilayah Amerika yaitu 62% untuk overweight dan 26% untuk
obesitas dan prevalensi terendah di wilayah Asia Tenggara yaitu 14% overweight dan 3% obesitas.
Di semua daerah perempuan cenderung lebih gemuk daripada laki-laki. Di daerah Afrika,
Mediterania Timur dan Asia Tenggara, perempuan memiliki dua kali lipat prevalensi
obesitas dari laki-laki.
Di Eropa, Inggris menjadi negara nomor satu dalam kasus obesitas pada anak-anak, dengan
angka prevalensi 36%. Disusul oleh Spanyol, dengan prevalensi 27% berdasarkan laporan Tim
Obesitas Internasional (Cybermed, 2003). Masalah obesitas meluas ke negara-negara berkembang
misalnya, di Thailand prevalensi obesitas pada 5-12 tahun anak-anak telah meningkat dari 12,2%
menjadi 15,6% hanya dalam dua tahun (WHO, 2003).
Prevalensi obesitas anak-anak usia 6 hingga 11 tahun sudah lebih dari dua kali lipat sejak
tahun 1960-an (WHO, 2003).
Sumber Euromonitor Internasional menyebutkan, di Asia-Pasifik, obesitas meningkat pesat
dan sejumlah negara diprediksi memiliki tingkat pertumbuhan obesitas tercepat dari tahun 2010
hingga 2020 yakni, Vietnam 225 persen, Hong Kong 178 persen, India 100 persen, Korea Selatan
80,7 persen, Selandia Baru 52 persen, dan Indonesia 50 persen.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional
obesitas umum pada penduduk Indonesia berusia 15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki

13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun
pada laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan estimasi WHO
sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.
Berdasarkan data dari WHO tahun 2008, prevalensi obesitas pada usia dewasa di Indonesia
sebesar 9,4% dengan pembagian pada pria mencapai 2,5% dan pada wanita 6,9%. Survei
sebelumnya pada tahun 2000, persentase penduduk Indonesia yang obesitas hanya 4,7% (9,8 juta
jiwa). Ternyata hanya dalam 8 tahun prevalensi obesitas di Indonesia telah meningkat dua kali
lipatnya. Indonesia masuk urutan 10 besarobesitas di dunia dengan orang kegemukan berjumlah 40
juta orang. Kegemukan, baik pada kelompok anak-anak maupun dewasa, meningkat hampir satu
persen setiap tahunnya.
Pada tahun 2010, prevalensi secara nasional di Indonesia adalah 14,0%, terjadi peningkatan
yang bermakna dibandingkan prevalensi kegemukan tahun 2007, yaitu 12,2% (Balitbangkes, 2010).
Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa, secara nasional masalah gemuk pada anak
usia 5-12 tahun masih tinggi, yakni, 18,8 persen, terdiri atas gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk
(obesitas) 8,8 persen, sedangkan prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia
sebesar 10,8 %, terdiri dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat gemuk atau obesitas.
Prevalensi gizi lebih pada remaja 16-18 tahun mengalami peningkatan yang signifikan dari
tahun 2007 sebesar 1,4% menjadi 7,3 % pada tahun 2013 (Depkes, 2013).
Menurut data Susenas tahun 1995 dan 1998 di Sulawesi Selatan, angka kegemukan cukup
tinggi, yaitu dari 4,7% ke 6,22% dengan menggunakan indikator BB/U median baku WHONCHS. Sedangkan prevalensi obesitas pada kelompok umur 6-14 tahun berdasarkan Riskesdar
2007 di Sulawesi Selatan terdapat 7,4% laki-laki dan 4,8% perempuan. Di provinsi Sulawesi
Selatan, untuk prevalensi obesitas sentral, Jeneponto merupakan urutan pertama kabupaten
(22,5%) setelah kota Pare-Pare (23,9%) dan kota Makassar (23,8%) lebih tinggi dari angka nasional
(18,8%) (Riskesdas, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa obesitas telah menjadi masalah diberbagai negara salah satunya di
Indonesia.Hal ini menunjukkan jika masalah tersebut tidak segera diatasi, maka beban pemerintah
khususnya Departemen Kesehatan akan semakin bertambah (Kanwil Depkes, 1998).

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini

a.

adalah :
Apa pengertian obesitas ?

b.
c.

Apa saja tipe-tipe obesitas ?


Bagaimana etiologi timbulnya obesitas ?

d.
e.

Apa saja gejala gejala timbulnya obesitas ?


Apa saja klasifikasi dari obesitas ?

f.
g.

Bagaimana faktor yang mempengaruhi obesitas ?


Apa saja risiko yang ditimbulkan obesitas ?

h.

Bagaimana cara pencegahan obesitas ?

C.

Tujuan

a.

Untuk mengetahui pengertian obesitas.

b.
c.

Untuk mengetahui apa saja tipe tipe obesitas.


Untuk mengetahui etiologi timbulnya obesitas.

d.
e.

Untuk mengetahui gejala gejala timbulnya obesitas.


Untuk mengetahui klasifikasi dari obesitas.

f.
g.

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi obesitas.


Untuk mengetahui risiko yang ditimbulkan obesitas.

h.

Untuk mengetahi cara pencegahan obesias.

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Obesitas
Kata obesitas berasal dari bahasa latin ob artinya akibat dari, dan esum diartikan sebagai

makan, sehingga obesitas berarti makan berlebihan. Obesitas atau kegemukan adalah kondisi
kelebihan lemak tubuh sehingga berat badan jauh melebihi berat badan normal.
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat
mengganggu kesehatan (WHO).
Obesitas merupakan gangguan metabolik komplek yang disebabkan oleh banyak faktor
termasuk genetik dan faktor lingkungan, dimana kejadian obesitas merupakan kombinasi dari
kedua faktor tersebut (James, et al ., 2011: dalam Oetomo ,2011;5).
Secara patofisiologi, obesitas merupakan proses penimbunan triasilgliserol berlebihan pada
jaringan
adipose karena imbance (ketidakseimbangan antara
dengan penggunaannya), (Bays et al, 2008; dalam Oetomo 2011;3).

asupan

energi

Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas
atau latihan fisik, maupun keduanya (Misnadierly, 2007).
Kegemukan (obesitas) sebenarnya tidak identik dengan kelebihan berat badan, melainkan
terkait
dengan
komposisi
tubuh
di
mana
terjadi
kelebihan
lemak. Obesitas dan overweight mempunyai pengertian yangberbeda. Obesitas adalah suatu
kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya lemak, untuk pria dan wanita masing- masing
melebihi 20% dan 25% dari berat tubuh dan dapat membahayakan kesehatan.
Sementara overweight (kelebihan berat badan, kegemukan) adalah keadaan dimana berat badan
seseorang melebihi beratbadan normal. Kelebihan tubuh lemak inilah yang berkaitan dengan
kejadian metabolic syndrome, yang merupakan risiko gangguan kesehatan pada obesitas. Telah
diketahui bahwa obesitas terkait dengan metabolic syndrome yang merupakan awal terjadinya

penyakit degenerasi seperti hipertensi, diabetes mellitus,dislipidemia, jantung koroner, stroke,


kanker, dan lain-lain.
Berdasarkan pemaparan di atas maka obesitas merupakan ketidakseimbangan jumlah
makanan yang masuk dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh sebagai akibat dari
konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya.
B.

Tipe - Tipe Obesitas


Tipe

pada

obesitas

dapat

dibedakan

menjadi

klasifikasi,

yaitu tipe

obesitas

berdasarkan kondisi selnyadan tipe obesitas berdasarkan penyebaran lemak di dalam


tubuh. Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan Dalam beberapa tipe (Purwati,
a.

2001) yaitu :
Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak
dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada
masa anak-anak. Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa anak-anak akan

b.

lebih sulit.
Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan ukuran sel
normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat akan lebih
mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.

c.

Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel melebihi
normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak - anak dan terus berlangsung sampai setelah
dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit, karena
dapat berisiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.

a.

Berdasarkan penyebaran lemak di dalam tubuh, ada tiga tipe obesitas yaitu:
Tipe buah apel (adroid), pada tipe ini ditandai dengan pertumbuhan lemak yang berlebih dibagian
tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka. Tipe ini pada umumnya dialami pria
dan wanita yang sudah menopause. Lemak yang menumpuk adalah lemak jenuh.

b.

c.

Tipe buah pear (genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian bawah, yaitu sekitar
perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe ini banyak diderita oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya
adalah lemak tidak jenuh.
Tipe ovid (bentuk kotak buah), tipe ini adalah besar di seluruh bagian badan. Tipe ovid umumnya
terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.

C.

Etiologi Obesitas

a.

Genetik : Anak-anak dari orangtua obesitas cenderung 3-8 kali menjadi obesitas dibandingkan dari

b.

orangtua berat badan normal, walaupun mereka tidak dibesarkan oleh orang tua kandung.
Lingkungan : Pengaruh keluarga, misalnya penggunaan makanan sebagai hadiah, tidak boleh
makan makanan pencuci mulut sebelum semua makanan dipiring habis. Membantu pengembangan
kebiasaan makan yang dapat menyebabkan obesitas.

c.

Psikologi : Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap


berduka atau depresi, dapat merupakan respon terhadap rangsangan dari luar.

kesepian,

d.

Fisiologi : Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia, dan ini sering
menyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan.
Adapun penyebab dasarnya faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi kalori yang
berlebihan dari energi yang dibutuhkan (Mary Coutney Moore, 1994).
Beberapa kajian telah dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya obesitas. Secara
ilmiah obesitas terjadi akibat kelebihan asupan makanan atau energi didalam tubuh. Penyebab
ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori ini masih belum jelas, namun keadaan ini
disertai oleh berbagai faktor yang dapat dihindari untuk mengelakkan obesitas. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa obesitas 70% dipengaruhi oleh lingkungan dan 30% dipengaruhi oleh genetik.

D.

Gejala Obesitas

a.

Gejala yang biasa dialami oleh seseorang yang obesitas antara lain :
Kebiasaan tidur dengan mendengkur, penumpukan lemak di leher juga memicu seseorang mendengkur.

b.

Sesak napas, rata-rata orang yang tubuhnya gemuk akan merasakan napasnya lebih berat. Penimbunan lemak
yang berlebihan di bawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul
gangguan pernafasan dan sesak nafas.

c.

Sleep apne, gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk
sementara waktu (sleep apnea), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

d.
e.

Sering merasa ngantuk dan lelah


Nyeri pada persendian lutut, dikarenakan faktor kelebihan berat badan yang dapat menambah beban atau

f.

tekanan pada lutut dan pergelangan kaki.


Nyeri punggung bawah (low back pain) dan biasanya memperburuk osteoartritis, banyak dari penderita
obesitas mengeluhkan akan sakit punggung. Hal ini disebabkan penambahan beban tulang belakang oleh
penumpukan lemak. Risiko fatal jika berat badan tidak kunjung diturunkan, pada tulang punggung dapat

g.

meningkatkan risiko patah tulang dari dalam.


Mudah depresi, lebih mudah tertekan pikirannya karena keadaan fisiknya.

h.

Ruam atau infeksi pada lipatan kulit, orang dengan obesitas lebih mungkin memiliki kulit gelap dan terjadi
lipatan-lipatan kulit. Mudah mengalami infeksi jamur dan bakteri di kulit dengan tanda adanya ruam.

i.

Berkeringat secara berlebihan, seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif
lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien
dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.

E.

Klasifikasi Obesitas
Klasifikasi internasional untuk derajat tingkat obesitas ditentukan berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT) seperti pada tabel 2.1. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang
berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram
dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman, 2007).

Rumus menentukan IMT :

IMT = BB
TB

Definisi derajat overweight dan obesitas memungkinkan pembandingan angka prevalensi


secara internasional. Ukuran antropometrik lainnya yang didasarkan pada lingkar tubuh juga

digunakan di bidang ini. Salah satu ukuran tersebut adalah rasio lingkar pinggang terhadap lingkar
panggul (waist hip ratio). WHR yang lebih merupakan indikator distribusi lemak ketimbang jumlah
total lemak tubuh seperti pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Definisi kategori indeks massa tubuh (IMT)a dan lingkar perutb

IMT (kg/m2)

Klasifikasi
Berat badan kurang (underweight)
Berat badan normal (normal weight)
Berat badan lebih (overweight) yang moderat
Berat badan lebih (overweight)
Preobese
Obesitas

<18,5
18,5-24,9
25,0-29,9
25
25-29,9
30

Obese kelas I

30-34,9

Obese kelas II

35-39,9

Obese kelas III

40
Lingkaran Pinggang

Klasifikasi
Di atas action level 1
Di atas action level 2
a

Laki-laki
80 cm (~ 32 inci)
88 cm (~ 35 inci)

Perempuan
94 cm (~ 37 inci)
100 cm (~ 40 inci)

Kategori
IMT
didefinisikann
menurut
b
Kategori lingkar pinggang diusulkan oleh Lean et al

pedoman

WHO.

Overweight atau kelebihan berat badan dan obesitas merupakan hal berbeda yang dapat
dilihat melalui jumlah IMT. Menurut standar kategori WHO, overweight adalah jika IMT 25 hingga 29
sedangkan kategori obesitas dengan IMT 30 hingga lebih. Sedangkan batasan overweight dan
obesitas di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2010 untuk overweight yakni dengan IMT 25 hingga
27 sedangkan IMT diatas 27 digolongkan sebagai obesitas.
Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuh menggunakan alat
impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat tertentu menggunakan alat kaliper.
Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur dengan menggunakan meteran.
Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan ideal, akan menimbulkan
permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ tubuh (Misnadierly, 2007).
Berat Badan Relatif =
Berat badan x 100 %
Tinggi badan 100
Keteragan :
90% - 110%
: normal
120% - 130%
: obesitas ringan
< 90%
: kurang dari normal 130% - 140%
: obesitas sedang
110% - 120% : lebih dari normal
>140%
: obesitas berat

Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120% dari berat badan
ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan. Ada 4 obesitas berdasarkan tingkatan :
a.

Simple obesity (kegemukan ringan), merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh sebanyak
20% dari berat ideal dan tanpa disertai penyakit diabetes mellitus, hipertensi, dan hiperlipidemia.

b.

Mild obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 20-30% dari berat ideal
yang belum disertai penyakit tertentu, tetapi sudah perlu diwaspadai.

c.

Moderat obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 30-60% dihitung dari
berat ideal. Pada tingkat ini penderita termasuk berisiko tinggi untuk menderita penyakit yang

d.

berhubungan dengan obesitas.


Morbid obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh dari berat ideal lebih dari 60%
dengan risiko sangat tinggi terhadap penyakit pernapasan, gagal jantung, dan kematian mendadak.
Sedangkan kegemukan atau obesitas berdasarkan usia yaitu kegemukan masa bayi (infancyonset obesity), masa anak-anak (childhood-onset obesity), dan masa dewasa (adult-onset obesity),
dan masa lansia.

a.

Kegemukan pada masa bayi yang perlu dihindari. Hasil penelitian menunjukkan dari jumlah bayi
yang menderita kegemukan pada usia enam bulan pertama ternyata lebih dari sepertiga menjadi
gemuk pada usia dewasa. Faktor penyebab obesitas pada bayi antara lain; keturunan, ibu yang
obesitas, pertambahan berat badan ibu pada waktu hamil yang berlebihan, ibu penyakit obesitas/
pradiabetes/. Dalam suatu riset terbaru dapat terungkap bahwa obesitas diusia dini dapat
meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan juga diabetes di kemudian hari, terlebih lagi pada
anak perempuan. Ternyata dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa bayi perempuan yang
obesitas (terlalu gemuk) cenderung memiliki lingkar pinggang yang lebih besar, kadar insulin yang
tinggi dan trigliserida (sejenis lemak yang biasa ditemukan di dalam darah), juga kadar kolestrol baik
HDL yang sangat rendah. Dr. Haslam, seorang dokter yang juga anggota ESCO (Experts in Severe
and Complex Obesity) menyebutkan bahwa untuk menanggulangi masalah obesitas pada bayi sejak
ibu mengandung harus menjaga pola makan dengan baik.

b.

Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan perilaku makan yang salah dan kurangnya aktifitas
fisik. Kelebihan lemak itu timbul antara dua tahun sampai usia remaja (pubertas). Kegemukan
terhadap periode ini yaitu akibat dari pola makan yang salah atau tidak sehat dan kurangnya
gerakan fisik yang sanggup menopang pembakaran lemak dalam badan, era yang telah
canggih dan serba modis yg menciptakan seluruh kegiatan jadi makin lebih gampang akan
menyebabkan anak malas lakukan gerakan fisik, dankurangnya bimbingan dan dukungan orang
lanjut usia terhadap kesehatan anak. Jika terjadi obesitas pada anak tentu saja ini merupakan
tanggung jawab orang tua untuk menjaga dan mengatur pola makan anak dengan tepat, banyak
sekali masalah yang akan dihadapi anak jika ia mengalami kegemukan atau obesitas. Secara umum
obesitas pada anak berisiko lebih tinggi mengidap obesitas. Obesitas pada anak juga
mempengaruhi organ lain seperti saluran napas terganggu hingga ngorok saat tidur, tulang
menopang tubuh yang berat, dan bisa menimbulkan perasaan minder. Yang paling parah adalah

c.

komplikasi jantung. Selain itu anak berisiko diabetes juga karena faktor genetik.
Kegemukan pada masa dewasa, kelompok ini sering ditemukan daripada kegemukan yang timbul
pada masa kanak-kanak. Lemak tubuh yang berlebihan mulai menumpuk paling sering antara 20-30

tahun pada saat seseorang mulai sibuk dalam karirnya. Karena kesibukan-kesibukan menyebabkan
kurangnya waktu untuk melaksanakan olahraga, maka bila kurang hati-hati kegemukan mulai
mengintai pada usia
padat membuat mereka

ini (Wirakusumah, 1994). Orang dewasa yang memiliki kegiatan


jarang dan tidak miliki waktu untuk berolahraga, maka terjadilah

penimbunan
lemak, dan jikalau
ini
penyakit seperti jantung, stroke, diabetes, kanker, dan
d.

konsisten
dibiarkan
sehingga
lain sebagainya yang berisiko lebih

parahdan berujung kepada kematian mendadak.


Kegemukan pada masa lansia, benar adanya jika bahaya dari obesitas akan semakin meningkat
seiring bertambahnya umur seseorang. Meski begitu, beberapa ahli mengatakan jika pengukuran
BMI dianggap kurang tepat untuk mendeteksi obesitas pada lansia. Dianjurkan jika pendiagnosaan
sebaiknya menggunakan ukuran lingkar pinggang dan panggul. Ini diakibatkan perubahan ukuran
dan bentuk tubuh yang signifikan pada lansia. Patokan yang digunakan adalah seseorang dikatakan
mengalami obesitas jika lingkar pinggangnya melebihi 80 cm (untuk wanita) dan 90 cm (untuk
pria). Ketika terjadi pada mereka yang sudah berusia lanjut, obesitas dapat membawa banyak sekali
masalah yang dapat mengancam kualitas hidup seseorang. Beberapa kecenderungan bahayanya
adalah sebagai berikut :

a)

b)

Diabetes: Kerja insulin dapat terganggu oleh jaringan lemak tubuh yang berada di bagian dalam
rongga perut. Hal inilah yang mengakibatkan lansia dengan obesitas dapat meningkatkan risiko
diabetes mellitus tipe 2.
Hipertensi: Orang lanjut usia yang punya berat badan berlebih cenderung sulit untuk bergerak.
Bahkan jantung penderita obesitas pada lansia saja memerlukan tenaga ekstra untuk bekerja. Hal
inilah yang dapat menyebabkan darah tinggi bisa terjadi pada orang-orang obesitas.

c)

d)

Aterosklerosis: Penyempitan pembuluh darah adalah nama lain untuk penyakit yang terjadi akibat
obesitas pada lansia satu ini. Ini terjadi ketika kolesterol dan lemak banyak menumpuk di arteri yang
bisa menyebabkan serangan jantung mendadak dan stroke.
Kanker: Obesitas pada lansia yang berkelamin wanita dapat memicu risiko tinggi kanker payudara,
37% lebih tinggi dibanding dengan mereka yang memiliki berat badan normal. Sedangkan bagi pria,
obesitas juga dapat menyebabkan kanker prostat jika jaringan lemak sudah mencapai organ
reporduksi tersebut
Tingginya penderita obesitas pada usia >25 tahun termasuk lanjut usia, dikarenakan oleh
seiring bertambahnya usia timbul beberapa perubahan pada tubuh, metabolisme tubuh
menurun, dan bertambahnya lemak dalam tubuh. Konsekuensinya dapat meningkatkan risiko
kematian dan kesakitan akibat dari penyakit degeneratif, serta menurunkan usia harapan hidup.

F.

Faktor yang Mempengaruhi Obesitas


Ketidakseimbangan antara masukan kalori dan pemakaian dapat disebabkan banyak faktor
yaitu faktor yang menyebabkan obesitas secara langsung dan tidak langsung. Faktor yang
menyebabkan secara langsung yaitu antara lain :

a.

Genetik
Yang dimaksud faktor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya. Pengaruh faktor
tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai penyebab kegemukan. Namun demikian, ada beberapa bukti

yang menunjukkan bahwa faktor genetik merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan (Purwati, 2001).
Menurut penelitian, anak-anak dari orang tua yang mempunyai berat badan normal ternyata mempunyai 10 %
risiko kegemukan. Bila salah satu orang tuanya menderita kegemukan , maka peluang itu meningkat menjadi
40 50 %. Dan bila kedua orang tuanya menderita kegemukan maka peluang faktor keturunan menjadi 70
b.

80% (Purwati, 2001).


Hormonal
Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormon tiroid di dalam tubuhnya akan
menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang. Terlebih lagi
pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme basal tubuh, sehingga mempunyai kecenderungan
untuk meningkat berat badannya (Wirakusumah, 1997).
Selain hormon tiroid hormon insulin juga dapat menyebabkan kegemukan. Hal ini dikarenakan
hormon insulin mempunyai peranan dalam menyalurkan energi kedalam sel-sel tubuh. Orang yang
mengalami peningkatan hormon insulin, maka timbunan lemak di dalam tubuhnya pun akan
meningkat. Hormon lainnya yang berpengaruh adalah hormon leptin yang dihasilkan oleh kelenjar
pituitari, sebab hormon ini berfungsi sebagai pengatur metabolisme dan nafsu makan serta fungsi
hipotalamus yang abnormal, yang menyebabkan hiperfagia (Purwati, 2001).

c.

Asupan makan
Asupan makanan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi seseorang. Asupan Energi
yang berlebih secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih
(overweight), dan obesitas. Ada tiga hal yang mempengaruhi asupan makan, yaitu kebiasaan
makan, pengetahuan, dan ketersediaan makanan dalam keluarga.
Kecukupan gizi menurut Recommended dietary Allowanie (RDA) tahun 1989 adalah
banyaknya zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan mencakup hampir semua orang sehat.
Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktifitas, berat badan, tinggi badan, genetik,
dan keadaan hamil dan menyusui. Kecukupan gizi yang dianjurkan berbeda dengan kebutuhan gizi
(Karyadi, 1996).
Terutama zat gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila dimakan secara berlebihan, zat
gizi ini akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh dan akan meningkatkan berat badan secara
keseluruhan. Adapun zat gizi makro yang dapat mempengaruhi kenaikan berat badan jika
dikonsumsi berlebihan antara lain:

a)

Karbohidrat merupakan peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi
manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuhtumbuhan. Fungsi utama karbohidrat adalah sumber energi pemberi rasa manis dari makanan,
penghemat protein, mengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran feses (altemaster,
2003). Dalam diet seimbang, dianjurkan 50-60 % kebutuhan kalori berasal dari karbohidrat,
kegunaan utama energi. Kegunaan lainnya sebagai energi cadangan, komponen struktur sel, dan

b)

sumber serat (Sayogo, 2006).


Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian terbesar setelah air. Protein terdiri atas rantairantai panjang asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptide. Protein ini mempunyai
fungsi khusus yang tidak tergantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan
jaringan tubuh. Kebutuhan protein remaja berkisar antara 44-59 gr/hari. Tergantung pada jenis

kelamin dan umur. Protein juga menyuplai sekitar 12-14% asupan energi selama masa anak dan
remaja (Suandi, 2003).
c)

Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang berfungsi sebagai sumber energi, lemak juga
menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai pelumas yaitu membantu pengeluaran sisa-sisa pencernaan
dan metabolisme, memelihara suhu tubuh dan pelindung organ-organ vital. Depkes RI
menganjurkan untuk mengkonsumsi lemak kurang dari 25% total energi per hari (Sayogo, 2006).

d.

Faktor lingkungan
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan
seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku atau pola
gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana
aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat

e.

mengubah pola makan dan aktivitasnya.


Aktivitas fisik

Obesitas dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi juga dikarenakan
aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi, yaitu pola gaya hidup tanpa banyak
bergerak. Beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya
berbagai fasilitas dan kemajuan teknologi yang memberikan berbagai kemudahan yang
menyebabkan aktivitas fisik menurun. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori.
Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik
yang seimbang, akan mengalami obesitas.
f.

Faktor obat-obatan
Obat-obat tertentu
penambahan berat badan.

g.

(misalnya steroid dan

beberapa

anti-depresi)

bisa

menyebabkan

Faktor psikologi
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak
orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan
emosi adalah persepsi diri yang negatif.

h.

Faktor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya
jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada
masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang
yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan
berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.

a.

Faktor yang menyebabkan obesitas secara tidak langsung yaitu antara lain :
Pengetahuan gizi
Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam menggunakan pangan dengan baik sehingga dapat
mencapai keadaan gizi yang cukup. Pengetahuan ibu dipengaruhi oleh pendidikannya. Tingkat pendidikan,
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dengan berbekal
pendidikan yang cukup, seseorang akan lebih banyak memperoleh informasi dalam menentukan pola makan

b.

bagi dirinya maupun keluarganya. Pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal, namun juga
dari informasi orang lain, media massa atau dari hasil pengalaman orang lain.
Pengaturan Makan
Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat gizi tenaga, zat pembangun,
dan zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam waktu satu hari sesuai dengan kecukupan
tubuhnya (Departemen Kesehatan RI, 1996).

Faktor makanan yang mengandung banyak lemak juga merupakan salah satu faktor
penyebab. Beberapa penyebab yang menjadikan seseorang makan melebihi kebutuhan
seperti makan berlebih, kebiasaan mengemil makanan ringan, dan suka makan tergesa-gesa.
G.

Risiko Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit. Berikut ini risiko-risiko

a.

penyakit atau gangguan bagi seseorang yang terkena obesitas antara lain :
Gangguan jantung dan pembuluh darah
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan pembuluh darah
koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita kegemukan, sekitar 88 %
mendapat risiko terserang penyakit jantung koroner. Meningkatnya faktor risiko penyakit jantung
koroner sejalan dengan terjadinya penambahan berat badan seseorang. Penelitian lain juga
menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 40 tahun ternyata berpengaruh lebih besar
terjadinya penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua (Purwati,
2010). Obesitas merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskuler). Pasalnya, obesitas menyebabkan peningkatan beban kerja jantung karena dengan
bertambah besar tubuh seseorang maka jantung harus bekerja lebih keras memompakan darah ke
seluruh jaringan tubuh. Bila kemampuan kerja jantung sudah terlampaui, terjadilah yang disebut
gagal jantung. Tanda-tandanya adalah napas sesak dan timbulnya bengkak pada tungkai.
Pengidap obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi) karena pembuluh
darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak. Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada usia 20 39 tahun orang obesitas mempunyai risiko dua kali lebih besar terserang hipertensi
dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat badan normal (Wirakusumah, 1994). Kombinasi
obesitas dan hipertensi ini tentu saja memperberat kerja jantung. Akibatnya, timbul penebalan pada
dinding bilik jantung disertai kekurangan oksigen. Keadaan ini akan mempercepat timbulnya gagal

b.

jantung.
Gangguan fungsi paru-paru
Timbunan lemak dapat menekan saluran pernafasan. Ini bisa menyebabkan terjadinya henti
nafas saat tidur (sleep apnea). Gangguan seperti ini lama-lama dapat menyebabkan gagal jantung

c.

juga akan berujung pada kematian.


Menyebabkan diabetes dan peningkatan kolesterol
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut tidak selalu timbul
jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita diabetes mellitus tipe
serangan dewasa adalah penderita kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes mempunyai

kadar lemak yang abnormal dalam darah. Obesitas dianggap sebagai bagian dalam kelompok faktor
risiko utama yang sering terlihat untuk penyakit kardiovasklular dan diabetes mellitus. Kelompok
faktor risiko ini sering digambarkan sebgai sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin. Faktorfaktor lainnya yang terdapat dalam sindrom ini adalah kenaikan kadar glukosa, peningkatan kadar
trigliserida, kadara HDL-kolestrol yang rendah, dan hipertensi.
Obesitas dapat menyebabkan terjadinya diabetes mellitus. Ini disebabkan timbulnya gangguan
fungsi insulin pada pengidapnya. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh tubuh.
Fungsinya antara lain, memasukkan gula dari dalam darah ke dalam sel-sel tubuh untuk
digunakan sebagai sumber energi. Akibat gangguan fungsi insulin, gula tidak dapat masuk ke dalam
sel sehingga tetap beredar dalam darah. Ini dapat diketahui dari kadar gula darah yang meningkat.
Gangguan fungsi insulin ternyata juga mengakibatkan gangguan metabolisme lemak (dislipidemia).
Ini dapat dilihat dari terjadinyapeningkatan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (kolesterol
jahat), trigliserinda, namun disertai penurunan kolesterol HDL (kolesterol baik). Peningkatan
kadar kolesterol jahat disertai penurunan kadar kolesterol berujung terbentuknya kerak dalam
pembuluh darah (arterosklerosis). Arterosklerosis akan memperkecil diameter pembuluh darah
sehingga menyebabkan penyakit jantung koroner dan serangan stroke.
d.

Gangguan persendian
Obesitas akan menyebabkan peningkatan beban pada persendian penyangga berat. Misalnya
persendian lutut sehingga lama-lama dapat menimbulkan peradangan persendian (osteoartritis).
Gejala-gejalanya antara lain, nyeri pada sendi diikuti dengan pembengkakan. Sendi juga menjadi
kaku tak bisa digerakkan. Yang terparah, penderita tidak sanggup berjalan lagi. Osteoartritis lebih
sering ditemukan diantara kaum perempuan daripada laki-laki.

e.

Gangguan sistem hormon


Obesitas juga mempengaruhi sistem hormonal dalam tubuh. Pada anak gadis, obesitas
menyebabkan haid pertama (menarkhe) datang lebih awal. Pada wanita dewasa, obesitas dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal (hiperandrogenisme, hirsutisme) dan gangguan
siklus menstruasi. Hiperandrogenisme berarti jumlah hormon androgen (lelaki) meningkat. Akibatnya
terjadi hirsutisme (tanda maskulinasi). Misalnya jerawatan, distribusi bulu-bulu di wajah dan badan,

f.

bahkan mungkin perubahan suara menjadi berat seperti suara lelaki.


Meningkatkan risiko penyakit ganas
Hasil penelitian menunjukkan, pada wanita yang sudah mengalami menopause, obesitas
meningkatkan risiko timbulnya kanker rahim (endometrium) dan kanker payudara. Sedangkan pada
pria, kegemukan dapat meningkatkan risiko terserang kanker prostat dan kanker usus besar
(kolorektal). Sebuah kelompok kerja dari IARC dan WHO menyimpulkan adanya cukup bukti yang
menunjukkan bahwa tindakan menghindari kenaikan berat badan mempunyai efek preventif
terhadap kanker.

Gambar di atas merangkumkan keterkaitan antara obesitas, faktor risiko, penyakit kronis, dan
mortalitas. Obesitas berhubungan dengan semua penyebab mortalitas serta penyakit kanker dan
bahkan tidak berhubungan lebih erat dengan onset diabeter tipe 2, penyakit kardiovaskuler, kelainan
muskuloskeletal, disabilitas kerja, serta sleep apnea. Perbandingan risiko relatif untuk mortalitas,
penyakit jantung koroner, stroke, dan diabetes hanya disesuaikan menurut usia dan tidak pernah
berdasarkan pada gabungan orang yang bukan perokok serta perokok. Ini mungkin bukan risiko
relatif yang paling tepat untuk membandingkan dampak obesitas pada berbagai hasil akhir yang
H.
a.

berbeda.
Pencegahan Obesitas
Dalam pencegahan obesitas diperlukan adalah sebagai berikut :
Pengaturan nutrisi dan pola makan
Tujuan utama pengaturan nutrisi pada individu dengan overweight dan obesitas tidak hanya
sekedar menurunkan berat badan, namun juga mempertahankan berat badan agar tetap stabil dan
mencegah peningkatan kembali berat badan yang telah didapat. Kurangi makan makanan berlemak,
terutama lemak jenuh, karena lemak jenuh akan mempermudah terjadinya gumpalan lemak yang
menempel pada dinding pembuluh darah. Konsumsilah sedikit lemak (30% dari jumlah keseluruhan
kalori yang dikonsumsi). Kurangi konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan lemak dan upayakan

b.

agar berat badan berada dalam batas IMT normal. .


Perbanyak aktivitas
Olahraga dan aktivitas fisik memberi manfaat yang sangat besar dalam
penatalaksanaanoverweight dan obesitas. Olahraga akan memberikan serangkaian perubahan baik
fisik maupun psikologis yang sangat bermanfaat dalam mengendalikan berat badan. Olahraga
diperlukan untuk membakar kalori dan membuang lemak.

c.

Modifikasi pola hidup dan perilaku


Perubahan pola hidup dan perilaku diperlukan untuk mengatur atau memodifikasi pola makan
dan aktifitas fisik pada individu dengan overweight dan obese. Hindarilah atau lakukan upaya untuk
menurunkan kadar kolesterol darah dan tekanan darah, melalui penataan makanan. Untuk ini
sebaiknya mintalah petunjuk ahli gizi. Dengan demikian diharapkan upaya ini dapat mengatasi
hambatan-hambatan terhadap kepatuhan individu pada pola makan sehat dan olahraga. Modifikasi
kebiasaan dalam gaya hidup jangan hanya mengandalkan nasihat personal semata tetapi harus pula
menangani komponen lingkungan fisik, ekonomi dan sosialkultural.

BAB III
PENUTUP

A.
a.

Kesimpulan

Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk dibanding dengan
pengeluaran energi oleh tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi
kebutuhannya.

b.

Gejala obesitas antara lain mendengkur, sleep apnea, sesak napas, nyeri pada sendi lutut, nyeri
pada punggung bagian bawah, ruam, berkeringat berlebihan, mudah depresi, dan sering ngantuk.

c.
d.

Klasifikasi untuk derajat tingkat obesitas ditentukan berdasarkan IMT.


Obesitas terkait dengan metabolic syndrome yang merupakan awal terjadinya penyakit degenerasi

e.

seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner, stroke, kanker, dan lain-lain.
Faktor-faktor yang menyebabkan obesitas ada dua yaitu secara langsungseperti faktor lingkungan,
faktor genetik, hormonal, asupan makan, psikologi dan faktor secara tidak langsung seperti faktor
pengetahuan gizi serta pengaturan makan.

f.

B.

Bentuk pencegahan yang dapat dilakukan adalah pengaturan nutrisi dan pola makan, perbanyak
aktivitas, dan modifikasi pola hidup dan perilaku.
Saran
Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik dan sehat serta
sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Pengurangan kalori dan meningkatkan aktifitas fisik seperti
memiliki jadwal olahraga rutin sehingga dapat meminimalkan risiko obesitas yang merupakan cara
alami yang murah meskipun tidak mudah untuk mempertahankan dalam jangka waktu lama.
Diposkan 4th December 2015 oleh Dian Hardianti

Anda mungkin juga menyukai