TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Masalah Konflik yang Ada dalam Pengelolaan Pelayanan Keperawatan
Konflik merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dihindarkan dalam suatu
organisasi. Hal ini dikarenakan orang dalam suatu organisasi mempunyai karakter,
visi, dan tipe yang beragam. Konflik ini biasanya dihubungkan dengan kekuatan
dan isu politik yang tidak dapat dihindarkan dan dapat membangun dan merusak
suatu organisasi. Konflik menawarkan suatu keuntungan pribadi, menjadikan
seseorang lebih bermartabat, berinisiatif untuk berkreasi, menjadi suatu motivasi,
meningkatkan kualitas untuk memecahkan masalah, perkembangan untuk
perubahan. Konflik juga dapat merusak suatu organisasi yaitu mengurangi
komunikasi dan kesatuan dan penampilan yang penuh halangan dan rintangan.
Konflik merupakan pertentangan dari suatu nilai atau kepercayaan dari diri sendiri
atau antar manusia yang menjadi panas atau berpotensi untuk menjadikan suasana
menjadi panas (Yoder-Wise, 2011). Tidak semua konflik itu merugikan suatu
organisasi.
Jika
dikendalikan
dan
ditata
dengan
tepat,
konflik
dapat
dukungan yang kuat dan motivasi yang tinggi pada pegawainya (Strack van
Schijndel & Burchardi, 2007 dalam Yoder-Wise, 2011).
Keberagaman di lingkungan kesehatan dapat menyebabkan pemberi perawatan
mengalami stress dan tidak dapat mengatasi konflik pada keselamatan pasien. Jika
perawat dalam menyelesaikan konflik dengan memenuhi kebutuhan manusia
maka menjadi suatu perubahan yang positif dari suatu konflik. Lingkungan
praktik yang kondusif dan evaluasi diri yang tinggi ( harga diri, pengendalian diri,
dan stabilitas emosional) dapat meningkatkan motivasi perawat dalam mengelola
konflik dengan baik dan efektif (Siu et al, 2008 dalam Yoder-Wise, 2011). Selain
itu, rumah sakit yang hubungan perawat dan dokter baik dapat meningkatkan
perawat professional dan hasil yang bagus pada pasien.
Macam macam Tipe konflik menurut Yoder-Wise (2011):
a. Konflik intrapersonal
Konflik ini terjadi antara seseorang dengan dirinya sendiri. Misalnya saja
seorang manajer keperawatan berpikir untuk melakukan sesuatu kedepan.
Konflik yang muncul antara kepentingan diri sendiri dan prioritas professional.
b. Konflik interpersonal
Konflik ini terjadi antar manusia bisa konflik dengan klien, keluarga klien,
perawat, dokter, dan pegawai yang lain dalam suatu rumah sakit. Konflik ini
terjadi jika ada perbedaan pendapat, pemikiran dan pendekatan dengan yang
lain. Semua tenaga kesehatan harus memutuskan jalan terbaik untuk mengatasi
masalah atau pertikaian sehingga klien dan keluarga dapat mendapatkan
informasi tentang penyakitnya.
c. Konflik organisasi
Konflik ini muncul ketika ada perselisihan tentang kebijakan dan prosedur,
tingkah laku seseorang, penerimaan norma perilaku, dan pola komunikasi.
Sumber dari konflik organisasi ini berasal dari strategi untuk berpartisipasi dan
hak otonomi seorang perawat
Rumah sakit seharusnya mempunyai cara untuk menata konflik. Berikut terdapat
beberapa kekuatan untuk mengatasi konflik di lingkungan praktik:
-
nya)
Kebijakan personal dan program (mendukung kemajuan kerja perawat
Menurut Thomas (1992) dalam Yoder-Wise (2011), ada empat tingkatan dari
konflik yaitu: Frustasi, konseptualisasi, tindakan, hasil. Pendapat lain dari Tomey
(2011) mengatakan bahwa tingkatan dari konflik yaitu: latent, perceived, felt,
manifest.
2.2. Sumber Konflik
Penyebab terjadinya konflik pada setiap organisasi sangat bervariasi tergantung
pada cara-cara individu menafsirkan, mempersepsi, dan memberikan tanggapan
terhadap lingkungan kerjanya (Swanburg, 2000 dalam Amira, 2008).
Sumber konflik dan kesulitan yang terjadi dalam hubungan antarmanusia antara
lain (Heryanto, 2005):
a.
b.
c.
d.
e.
Benturan kepribadian
Harapan yang tidak terungkap dan belum terpenuhi
Perasaan tidak aman dan persoalan jati diri
Konflik yang belum terselesaikan dari luka masa lalu
Sikap independen dan cara padang yang kaku.
manajerial. 2)
Martyred Accomodator
yang
melalaikan
usulan
mereka
sementara
perawat
perubahan
akan
menolaknya
atau
mengalami
kegagalan
dalam
a. Penggunaan disiplin.
b. Pertimbangan tahap
c. Komunikasi.
d. Lingkaran kualitas, melalui kegiatan peningkatan motivasi personal.
e. Latihan kearsetifan.(sumbernya???)
tidak
mengakuinya
atau
berupaya
untuk
menyelesaikannya.
penyelesaian
menang-menang.
Semua
pihak
menang-
menang
(win-win
solution)
jika
memungkinkan
d. Memperkecil perbedaan persepsiantara pihak yang mengalami konflik dan
memperluas pengertian kedua belah pihak tentang masalah.
e. Membantu pegawai mengidentifikasi alternatif penyelesaian konflik
f. Menggali dan menerima perbedaan individual yang dimiliki staf
g. Menggunakan keterampilan komunikasi asertif untuk meningkatkan cara
persuasif dan membantu komunikasi terbuka.
h. Menjadi model peran yang jujur dan mengupayakan negosiasi kolaboratif
Fungsi manajemen Terkait dengan Penyelesaian Konflik (Marquis dan Huston,
2010):
a. Menciptakan lingkungan kerja yang meminimalkan kondisi pencetus
konflik
b. Secara tepat menggunakan wewenang sah jika harus membuat keputusan
yang tidak popular atau cepat.
c. Jika perlu, secara formal memfasilitasi penyelesaian konflik yang
melibatkan pegawai
d. Menerima tanggung jawab secara mutual untuk mencapai tujuan
supraordinat yang telah ditentukan sebelumnya.
e. Mendapatkan sumber yang dibutuhkan unit melalui strategi negosiasi yang
efektif.
f. Mengompromikan kebutuhan unit jika kebutuhan tersebut tidak kritis
untuk menjalankan fungsi unit dan jika manajemen yang lebih tinggi
melepaskan sesuatu yang sama berharganya
g. Mempersiapkan segalanya untuk melakukan negosiasi untuk mendapatkan
sumber unit, termasuk penentuan lanjutan total biaya dan keungkinan
pertukaran sumber unit
h. Menangani kebutuhan pengakhiran dan tindak lanjut negosiasi.
Dari pendapat tersebut diatas bahwa ketika konflik terjadi maka seorang manajer
harus mampu membedakan mana konflik yang konstruktif dan destruktif, dan
menyelesaikannya dengan mengunakan peran kepemimpinan yang diintegrasikan
dengan fungsi manajemen tersebut. Penyelesaian konflik yang optimal dengan
perhatian
anggota
tim,
menurunkan
produktivitas,
dan
adalah
seseorang
yang
menggunakan
pengaruhnya
untuk
ciptakan. Jalan tidak dapat ditemukan, tetapi dibuat, dan aktivitas membuat
mereka mengubah baik pembuat dan tujuan. Pemimpin adalah manusia dengan
perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai. Konflik ada sampai perbedaan teratasi. Tara
th???menyarankan karakteristik kepemimpinan berikut untuk manajemen konflik:
a. Competitive
Pemimpin menggunakan posisi mereka, keahlian atau kemampuan persuasif
untuk melakukan kontrol atas bawahan mereka. Dalam situasi darurat, ketika
keputusan harus dibuat dengan cepat, Anda biasanya menggunakan gaya
kepemimpinan otokratis untuk menyelesaikan masalah. Secara berkelanjutan,
untuk mencegah konflik memburuk dalam organisasi, pemimpin tim yang efektif
meluangkan waktu untuk mengumpulkan masukan dari bawahan dan menahan
diri dari berperilaku seolah-olah keputusan merupakan kemenangan atau kerugian
bagi bawahan.
b. Collaborative
Dengan menggunakan gaya kepemimpinan partisipatif, Anda menumbuhkan
lingkungan kerja sama dan kolaborasi yang biasanya memungkinkan karyawan
untuk berfungsi secara efektif sebagai sebuah tim. Seorang pemimpin yang
efektif cepat mendiagnosa masalah yang menghambat produktivitas tim,
mengambil tindakan korektif yang cepat untuk menyelesaikan perbedaan
pendapat dan membantu anggota tim untuk mengembangkan keterampilan yang
diperlukan untuk menyelesaikan konflik mereka sendiri, tanpa campur tangan
manajemen.
c. Compromising
Dengan mengorbankan, kedua belah pihak dalam konflik memberikan sesuatu
untuk mendapatkan kesepakatan. Para pemimpin yang efektif mendorong
anggota tim untuk menerima konsesi bila diperlukan untuk mempertahankan
tingkat produktivitas daripada terus berdebat atau bertengkar. Mereka membantu
anggota tim mengatasi konflik interpersonal dan mempromosikan penerimaan
budaya lain dan pengalaman di tempat kerja.
d. Accommodating
Untuk memenuhi kebutuhan tim, anggota tim mungkin menyerah posisinya.
Ketika taruhannya rendah, menampung kebutuhan orang lain dapat meningkatkan
konflik
terletak
pada
bagaimana
seseorang
memilih
untuk
tumbuh
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konflik merupakan pertentangan dari suatu nilai atau kepercayaan dari diri sendiri
atau antar manusia yang menjadi panas atau berpotensi untuk menjadikan suasana
menjadi panas (Yoder-Wise, 2011).
Macam macam Tipe konflik menurut Yoder-Wise (2011): konflik intrapersonal,
konflik interpersonal dan konflik organisasi
Ada berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang sumber konflik.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber konflik
bersifat unik dan bervariasi tergantung situasi dan kondisi pada suatu organisasi,
akibat adanya perbedaan terkait faktor fisik dan non fisik pada aspek manusia,
tempat, waktu, beserta sistem yang saling berhubungan.
Dari segi keperawatan, sumber konflik dalam pengelolaan pelayanan keperawatan
antara lain (Nursalam, 2002):
a. Kompetisi peran: manajer mungkin merasa konflik intrapersonal dengan
loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas terhadap pekerjaan, dan
loyalitas kepada pasien.
Ketika konflik terjadi maka seorang manajer harus mampu membedakan mana
konflik yang konstruktif dan destruktif, dan menyelesaikannya dengan
mengunakan peran kepemimpinan yang diintegrasikan dengan fungsi manajemen
tersebut. Penyelesaian konflik yang optimal dengan hasil menang-menang (winwin solution) akan meningkatkan kepuasan staff dan produktifitas organisasi.
Tara dalam Kazimoto (2012) menyarankan karakteristik kepemimpinan berikut
untuk
manajemen
konflik:
Competitive,
Collaborative,
Compromising,
Accommodating, Avoiding
3.2 Saran
1. Seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi fenomena yang dapat
menjadi sumber konflik
2. Seorang pemimpin harus menguasai strategi penyelesaian konflik sehingga
mampu menyelesaikan konlik yang sedang terjadi.
Referensi:
Amira bin Seh Abubakar. 2008. Tesis: Pengaruh Pelatihan Manajemen Konflik
Pada Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. Jakarta: FIK UI.
Heryanto, Januar. Kepemimpinan: Suatu Tinjauan Manajemen Sumber Daya
Manusia. Journal The Winners 2005; 6 (2): 105-113.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Tiyanto PH, Prihatin. 2010. Tantangan Manajemen Sumber Daya Manusia Era
Abad 21. Palu: Edukasi Mitra Grafika.