PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit Addison merupakan suatu kondisi berkurangnya sintesis hormon kortisol
yang diakibatkan oleh gangguan fungsi pada korteks adrenal, pada beberapa kasus sintesis
hormon aldosteron juga terganggu. Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh insufisiensi
adrenal primer seperti autoimun, infeksi dan tumor adrenal atau insufisiensi adrenal sekunder
karena tumor atau infeksi, kurangnya aliran darah ke kelenjar hipofisis, radiasi kelenjar
hipofisis, atau pengangkatan bagian hipotalamus atau kelenjar hipofisis.
Penyakit Addison pertama kali dipaparkan oleh dr. Thomas Addison dari Inggris pada
tahun 1855 dan ditandai dengan berat badan yang turun, kelemahan otot, kelelahan, kulit
yang gelap di bagian yang tertutup pakaian maupun terbuka, lipatan tangan, bagian dalam
mulut, siku, putting, aksila dilaporkan mengalami hiperpigmentasi4.
Penyakit Addison ini sangat jarang terutama pada anak-anak. Penyakit Addison dapat
terjadi baik pada pria maupun wanita di semua usia. Frekuensi penyakit Addison pada
populasi manusia diperkirakan 1 dari 100.0008.
Diagnosis penyakit Addison dapat dibuat melalui gambaran klinis dan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan radiologis seperti CT Scan dan MRI dapat membantu menganalisa
kelenjar adrenal dan kelenjar hipofise sehingga dapat diketahui penyebab insufisiensi kortisol
yang terjadi pada penderita9-11.
Terapi penyakit Addison yaitu penggantian atau subtitusi hormon kortisol
memperbaiki defisiensi glukokortikoid dan terapi standar pada keadaan krisis Addisom.
Diagnosis dini dan terapi yang tepat diperlukan untuk memberikan prognosis yang baik bagi
pasien Addisons Disease.
BAB 2
PENYAKIT ADDISON
2.1 Definisi
Penyakit Addison adalah kelainan yang disebabkan oleh ketidakmampuan kelenjar
adrenalis (korteks adrenalis) memproduksi hormon glukokortikoid (kortisol), pada beberapa
kasus didapatkan ketidakmampuan memproduksi hormon mineralokortikoid (aldosteron)
yang cukup bagi tubuh1,2,8. Oleh karenanya penyakit Addison ini disebut juga dengan chronic
adrenal insufficiency atau hypocortisolism3.
Kotikol diproduksi oleh kelenjar adrenalis yang dikontrol oleh hipotalamus dan
kelenjar hipofise di otak. Hipotalamus memberikan signal kepada kelenjar hipofise untuk
memproduksi hormon adrenokortikokotropin (ACTH) yang menstimulasi kelenjar adrenalis
memproduksi kortisol. Apabila kelenjar adrenalis tidak dapat memproduksi cukup kortisol
maka keadaan ini disebut sebagai primary adrenocortical insufficiency (hypocortisolism) atau
Addisons disease. Apabila hipotalamus atau kelenjar hipofise tidak mampu bekerja dengan
baik dalam memproduksi cukup ACTH maka keadaan ini disebut juga sebagai secondary
adrenocortical insufficiency12.
2.2 Anatomi Kelenjar Adrenal
Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di bagian atas ginjal dengan berat kurang
lebih 5 gram, terdiri dari 2 bagian yaitu bagian luar yang keras bewarna kuning disebut
korteks adrenal, serta bagian dalam yang lunak bewarna coklat kemerahan disebut medula.
Secara histologik korteks adrenal terdiri dari 3 lapisan:
1) Lapisan luar adalah Zona Glomerulosa mineralokortikoid terutama aldesteron.
2) Lapisan tengah adalah Zona Fasikulata dirangsang oleh hormon adrenokortikotropik,
menghasilkan kortisol (glukokortikoid) dan sedikit kortikosteron.
3) Lapisan dalam adalah Zona Retikularis dirangsang oleh hormon adrenokortikotropik,
menghasilkan androgen dan sedikit estrogen.
Efek Glukokortikoid
Aktifitas glukokortikoid korteks adrenal 95% akibat kortisol, selain itu kortikosteron
dan kortison juga mempunyai efek glukokortikoid.
1) Metabolisme karbohidrat.
Kortisol merangsang glukoneogenesis oleh sel hati, hal ini disebabkan karena
kortisol:
a. Meningkatkan transpor asam amino dari cairan ekstrasel masuk ke dalam sel hati,
sehingga persediaan asam amino untuk diubah menjadi glukosa meningkat.
b. Mengaktifkan pembentukan messenger RNA, untuk membentuk enzim yang
dibutuhkan dalam proses glukoneogenesis dalam sel hati yang mengubah asam amino
menjadi glukosa.
c. Menyebabkan mobilisasi asam amino dari jaringan ekstra hepatik terutama dari sel
otot. Akibat dari peningkatan glukoneogenesis ini yaitu peningkatan glikogen dalam
sel hati. Kortisol menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menurun. Kortisol
menyebabkan konsentrasi glukosa darah meningkat apabila akibat peningkatan
glukoneogenesis, dan penurunan penggunaan glukosa oleh sel. Selain itu, enzim
glukosa 6 fosfat yang mengkatalisis defosforilase glukosa dalam hati meningkat
sehingga mempermudah transportasi glukosa ke dalam darah.
2) Metabolisme protein.
Kortisol menyebabkan pengurangan protein pada semua sel tubuh, kecuali sel hati. Ini
karena peningkatan katabolisme protein dan pengurangan sintesis protein pada sel
ekstra hepatik.
Kortisol menyebabkan peningkatan protein hati dan protein plasma yang dihasilkan
sel hati. Ini karena peningkatan transpor asam amino ke dalam sel hati dan
peningkatan enzim-enzim hati yang dibutuhkan untuk sintesis prtotein. Kortisol
meningkatkan asam amino darah akibat katabolisme protein dalam sel ekstra hepatal,
sehingga mengeluarkan asam amino ke dalam plasma. Jadi kortisol memobilisasi
asam amino dari jaringan.
3) Metabolisme lemak.
Kortisol meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak, sehingga
menyebabkan peningkatan konsentrasi asam lemak bebas dalam plasma. Di samping
itu juga meningkatkan oksidasi asam lemak dalam sel untuk pembentukan enersi.
4) Darah.
Efek kortisol pada darah menyebabkan penurunan jumlah sel eosinofil dan limfosit,
sedangkan pembentukan sel darah meningkat di mana mekanismenya belum
diketahui.
5) Lain-lain.
Kortisol menghambat proses peradangan dengan cara:
a. Menstabilkan membran lisosom (efek ini mencegah kerusakan jaringan yang
biasanya terjadi pada peradangan karena pengeluaran enzim-enzim lisosom).
b. Menurunkan pembentukan bradikinin (bradikinin mempunyai efek vasodilator)
c. Menurunkan permeabilitas membran kapiler (hal ini merupakan faktor penting
dalam mencegah kebocoran protein yang biasanya terjadi pada daerah yang
meradang).
2.3 Etiologi
Ketidakmampuan memproduksi hormon kortisol yang adekuat disebut juga
insufisiensi adrenal terjadi karena berbagai hal. Keadaan tersebut disebabkan oleh gangguan
di kelenjar itu sendiri (insufisiensi adrenal primer) atau gangguan sekresi ACTH oleh kelenjar
hipofisis (insufisiensi adrenal sekunder) 15,16.
Gambaran klinis ditemukan setelah 90% korteks adrenal mengalami kerusakan oleh
peran autoimun, infeksi, neoplastik, traumatik, istrogenik, vaskuler, dan metabolik. Dengan
destruksi korteks adrenal, inhibisi umpan balik hipothalamus dan kelenjar hipofisis anterior
terganggu sehingga kortikotropin disekresikan terus-menerus. Kortikotropin dan melanocyte
stimulating hormone (MSH) merupakan komponen hormon progenitor yang sama. Ketika
kortikotropin hilang dari prohormon, MSH dilepaskan menyebabkan hiperpigmentasi khas
kecoklatan seperti perunggu. Hiperpigmentasi umumnya ditemukan pada insufisiensi adrenal
primer yang berhubungan dengan peningkatan kadar kortikotropin dan MSH 23,24.
2.5 Manifestasi Klinis
Gejala awal penyakit Addison seperti kelelahan, kekurangan dan kelemahan otot
energi yang mirip dengan gejala banyak kondisi kesehatan lainnya seperti depresi, sindrom
kelelahan kronis atau flu.
Dehidrasi dapat menjadi tanda awal penyakit Addisons. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya aldosteron hormon dalam tubuh anda, yang digunakan untuk mengatur
keseimbangan garam dan air.
Gejala awal penyakit Addison meliputi:
Kelelahan (kurang energi atau motivasi)
Kelesuan (abnormal mengantuk atau capek)
Kelemahan otot
Rendah mood (depresi ringan) atau mudah tersinggung
Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan yang tidak disengaja
Tekanan darah rendah (hipotensi)
Kebutuhan untuk sering buang air kecil
Haus meningkat
Keinginan untuk makanan asin
Hipoglikemi (gula darah rendah)
Hiperpigmentasi
Pigmentasi pada penyakit Addison disebabkan karena timbunan melanin
pada kulit dan mukosa. Pigmentasi juga dapat terjadi pada penderita yang
menggunakan kortikosteroid jangka panjang, karena timbul insufisiensi adrenal
dengan
akibat
meningkatnya
hormon
adrenokortikotropik.
Hormon
Sistim Kardiovaskuler
1) Hipotensi
Hipotensi merupakan gejala dini dari penyakit Addison, di mana tekanan darah
sistolik biasanya antara 80100 mmHg, sedang tekanan diastolik 5060
mmHg. Mekanisme penyebab terjadinya hipotensi ini diduga karena menurunnya
salt hormon yang mempunyai efek langsung pada tonus arteriol serta akibat
gangguan elektrolit. Reaksi tekanan darah terhadap perubahan sikap adalah
abnormal, pada perubahan posisi dari berbaring menjadi posisi tegak maka
tekanan darah akan menurun (postural hipotensi) yang menimbulkan keluhan
pusing, lemah, penglihatan kabur, berdebar-debar 1,2,3,16. Hipotensi ini juga
terdapat pada penderita dengan atrofi korteks adrenal dengan medula yang intak,
sehingga diduga bahwa epinefrin bukan penyebab dari hipotensi ini. Tekanan
darah akan kembali normal setelah pemberian garam dan desoksikortikosteron
yang meningkatkan tonus vasomotor3.
2) Jantung
Ukuran jantung penderita Addison biasanya mengecil pada pemeriksaan
radiologi, hal ini mungkin karena penurunan volume darah sekunder akibat
kehilangan air. Bertambah besarnya ukuran jantung merupakan petunjuk
berhasilnya pengobatan. Perubahan elektrokardiografi biasanya tampak tapi tak
mempunyai nilai diagnostik, seringkali didapatkan voltase yang rendah, PR dan
QT interval memanjang, oleh karena kelainan degeneratif organik pada otot
jantung serta akibat gangguan elektrolit. Gejala lain adalah kelemahan kontraksi
otot jantung, nadi kecil dan sinkop 1,3. Akibat hiperkalemia dapat terjadi aritmia
yang dapat menyebabkan kematian mendadak13.
Kelemahan Badan
Kelemahan badan ini disebabkan karena gangguan keseimbangan air dan
elektrolit serta gangguan metabolisme karbohidrat dan protein sehingga didapat
kelemahan sampai paralisis otot bergaris. Di samping itu, akibat metabolisme protein,
terutama pada sel-sel otot menyebabkan otot-otot bergaris atropi, bicaranya lemah.
Gejala kelemahan otot ini berkurang setelah pemberian cairan, garam serta
kortikosteroid1,3,16.
Nicholson dan Spaeth melaporkan pada beberapa penderita Addison dapat
terjadi paralisis flasid yang bersifat periodik akibat hiperkalemia dimana
mekanismenya belum diketahui, walaupun hal ini jarang didapatkan13.
Penurunan berat badan
Penurunan berat badan biasanya berkisar antara 10-15 kg dalam waktu 6-12
3
bulan . Penurunan berat badan ini karena adanya anoreksia, gangguan gastrointestinal
lain, dehidrasi, serta katabolisme protein yang meningkat pada jaringan ekstrahepatik,
terutama jaringan otot. Dengan pengobatan yang adekuat akan didapatkan kenaikan
berat badan1,16.
Kelainan gastrointestinal
Kelainan gastrointestinal didapatkan pada 80% dari kasus Addison. Anoreksia
biasanya merupakan gejala yang mula-mula tampak, disertai perasaan mual dan
muntah, nyeri epigastrium, disfagia, konstipasi, kadang-kadang dapat timbul diare 3,16.
Cairan lambung biasanya menunjukkan hipoklorhidria sampai aklorhidria. Ini
karena rendahnya konsentrasi klorida dan natrium dalam darah dan jaringan, sehingga
produksi asam klorida lambung menurun. Hipoklorhidria biasanya kernbali normal
bila keseirnbangan elektrolit sudah diperbaiki l .
Selain itu, orang-orang yang saat ini tidak mengambil Glukokortikoid tapi
siapa yang telah mengambil Glukokortikoid jangka panjang dalam satu tahun
terakhir harus memberitahu dokter mereka sebelum operasi. Orang-orang ini
mungkin sudah cukup untuk normal ACTH peristiwa, tetapi mungkin mereka
butuhkan untuk pengobatan intravena stres pembedahan25.
Penyakit
Selama sakit, dosis glukokortikoid dapat disesuaikan untuk meniru
tanggapan normal kelenjar adrenal stres ini pada tubuh. Signifikan demam atau
cedera mungkin memerlukan tiga dosis oral. Setelah pemulihan dari peristiwa
stres tercapai, dosis kemudian kembali ke tingkat pemeliharaan. Orang dengan
insufisiensi adrenal harus tahu bagaimana meningkatkan pengobatan selama
periode seperti stres. Perhatian medis segera diperlukan jika infeksi berat,
muntah, atau diare terjadi25.
Kehamilan
Wanita dengan insufisiensi adrenal yang hamil diperlakukan dengan
standar terapi pengganti. Jika mual dan muntah di awal kehamilan akan terganggu
dengan minum obat melalui mulut, suntikan hormon mungkin diperlukan. Selama
melahirkan, perawatan mirip dengan mereka yang memerlukan pembedahan.
Setelah pengiriman, dosis secara bertahap runcing dan dosis pemeliharaan yang
biasa oral dan fludrocortisone hidrokortison asetat yang mencapai sekitar 10 hari
setelah melahirkan24.
2.8 Komplikasi
Hipoglikemia
Hipoglikemia (gula darah rendah) adalah gejala Penyakit Addison. Hal ini dapat
menyebabkan ketidaksadaran, terutama pada anak-anak. Sementara Anda tidak sadar,
otak Anda tidak akan mendapatkan oksigen yang cukup, yang dapat menyebabkan
kerusakan otak23.
Rendahnya tingkat kortisol
Jika Anda belum didiagnosis dengan penyakit Addison, Anda mungkin tidak
menyadari bahwa tubuh Anda rendah dalam hormon kortisol. Kortisol membantu
tubuh Anda untuk mengatasi efek stres, dengan menjaga tekanan darah dan fungsi
jantung. 23
Jika Anda rendah kortisol, dan Anda memiliki pengalaman yang menegangkan,
seperti operasi bedah, atau luka berat atau infeksi tubuh Anda mungkin tidak dapat
mengatasinya. Anda bisa mulai mengalami krisis adrenal. Ini juga mungkin jika Anda
kehilangan terlalu banyak garam dari tubuh Anda melalui perdarahan atau
berkeringat.
mendesak.
23
krisis adrenal bisa fatal dan akan memerlukan perhatian medis yang
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Insifisiensi korteks adrenal dapat bersifat primer (penyakit Addison), yang
ditandai dengan kadar ACTH, atau dsekunder, yang ditandai oleh Penyebab
tersering rendahnya kadar ACTH
2. Insufisiensi korteks adrenal primer adalah destruksi autoimun kelenjar adrenal,
3. Manifestasi penyakit Terjadi akibat defisiensi kortisol, aldosteron, dan
androgen, dan mencakup kelmahan dan kelelahan yang progresif, anoreksia,
penurunan berat badan, tekanan darah rendah, hipotensi ortostatik,
hiperpigmentasi,gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit-hiperkalemia,
hiponatremia, hipovolemia, asidosis metabolik, hipoglikemia puasa, gangguan
sistem reproduksi, amenorhea,danhilangnha rambut ketiak dan pubispada
perempuan.
4. Defisiensi meneralokortikoid (aldosteron) pada penyakit Addison
menyebabkan keluarnya Na + dari tubulu ginjal sehingga terjadi
hiponatremia.hal ini disertai pengeluaran air yang menyebabkan defidit
volume caiaran ekstrasel dan hipotensi postural. K+,dan H+ ditahan oleh
tubulus ginjal sehingga terjadi hiperkalemia dan asidosis metabolik
5. Defisiensi glukokortikoid (kortisol)menyebabkan hipoglikemia . karena
kortisol diperlukan untuk responsstresnormal,maka pasien dengan insufisiensi
kortisol mungkin tidak dapat menhahn stres trauma, infeksi atau pembedahan.
6. Indikator diagnostik insufisiensi korteks adrenal primer adalah
1) menurunnya kortisol serum,
2)menurunnya 17-hidroksikortikosteroid dalam urin,
3) meningkatnya ACTH,
4)Hiponatremia, hiperkalemia,danasidosis metabolik,
5)Tingginya renin serum,dan
6) rendahnya aldosteron serum
7. Terapi penyakit Addison adalah terapi sulih dengan kortisol, biasanya 20
sampai 30 mg/hari dalam dosisi terbagidan ditingkatkan pada saat stress. 9alfa-fluorokortisol (analog aldosteron) 0,1 samppi 0,2 mg/hari
Daftar Pustaka
Disease.
Diakses
dari
21. Spivak JL. Barnes HV. Manual of Clinical problems in internal medicine annotated with
key references. 2 nd ed. Little Brow and Company. Massachuset, 1978. pp. 181-185.
22. RL,Batubara Jose.2010.Buku Ajar Endrokinologi Anak.Edisi Jakarta:Badan Penerbit
IDAI
23. http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&sl=en&u=http://www.nhs.uk/Conditions/Addisonsdisease/Pages/Complications.aspx&ei=u6pSTbnJGoLJrAefqIyTCA&sa=X&oi=translate
&ct=result&resnum=4&ved=0CCwQ7gEwAw&prev=/search%3Fq%3Dkomplikasi
%2Bpenyakit%2Baddison%26hl%3Did%26biw%3D1280%26bih%3D710%26prmd
%3Divns
24. Van Dalian RG and Purnell DC. Hyperkalemic paralysis in Addison's disease. Mayo.
Clin, Proc, 1969; 44: 904-914.
25. Abe K. Nicholson WE Liddle GW. Normal and Abnormal regulation of beta M.S H In
Man, J Clin Invest. 1969; 48: 1580-1585.
26. Hubay CA. Weckesser EC, and Levy RP. Occult adrenal Insufficiency in Surgical
patients. Ann Surg 1975; 181: 325-332.
27. Besser GM Cullen DR. Irvine WJ Immuno-reactive Corticotrophin Levels in adrenoCortical Insufficiency. Brit Med J. 1971;1: 374-376.
28. Cunningham SK. Moore A Mc Kenna TJ. Normal Cortisol respons to Corticotropin in
patients with secondary adrenal failure, Arch Int Med, 1983; 143: 2276-2279.
29. Danowski TS. Clinical Endocrinology, Adrenal cortex and Medulla 1 st ed. Baltimore:
The Williams & Wilkins Company. 1962, pp. 3-236.
Nama Anggota
1. Elisabeth
G1A111041
2. Emilia Fania
G1A111042
3. Litha Mudiani
G1A111043
G1A111046
G1A110047
G1A111048