com/2012/10/15
/landasan-sosial-budaya-pendidikan/
bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan pada generasi muda.
3. Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus-menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya
perubahan di masyarakat, yang membuat teori-teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori
yang lebih baik.
4. Nonetis, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu-individu di
dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses mendidik, yakni proses dalam rangka
mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungannya
sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya, yang dilakukan dalam bentuk pembimbingan,
pengajaran, dan atau pelatihan. Sehingga pengertian dari sosiologi pendidikan, yaitu ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau
kelompok dengan sekolah sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara
manusia dengan pendidikan.
Salah satu bagian sosiologi yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi
pendidikan. Menurut Wuradji (1988), sosiologi pendidikan meliputi :
1. Interaksi guru-siswa.
2. Dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah.
3. Struktur dan fungsi sistem pendidikan.
4. Sistem-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan.
Proses sosial merupakan suatu cara berhubungan antarindividu atau antarkelompok atau individu
dengan kelompokyang menimbulkan bentuk hubungan tertentu. Proses social atau sosialisasi ini
menjadikan seseorang atau kelompokyang belum tersosialisasi atau masih rendah tingkat sosialnya
menjadi tersosialisasi atau sosialisasinya semakin meningkat. Proses sosial dimulai dari interaksi
sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Faktor-faktor yang mendasari
interaksi dan proses sosial, yaitu :
1. Imitasi atau peniruan, bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif.
2. Sugesti, ketertarikan kepada sesuatu secara total.
3. Identifikasi, penyamaan diri secara total.
4. Simpati, ketertarikan pada orang.
Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat, yaitu :
1. Kontak sosial, kontak sosial dapat menghasilkan interaksi sosial yang positif atau negatif. Kontak
sosial dapat terjadi 3 bentuk :
a. Kontak antarindividu, contoh : anak dengan ibu rumah tangga, siswa dengan guru atau siswa
dengan siswa di sekolah.
b. Kontak antar individu dengan kelompok atau sebaliknya, contoh : seorang remaja ingin ikut
perkumpulan sepakbola, seorang guru mengajar di kelas.
c. Kontak antarkelompok, contoh : rapat orang tua siswa dengan guru-guru.
2. Komunikasi, adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain atau
sekelompok orang. Alat yang digunakan dalam komunikasi, yaitu :
a. Melalui pembicaraan
b. Melalui mimik, seperti raut muka, pandangan dan sikap.
sosial. Teori ini kemudian dikembangkan menjadi teori radikal, artinya perubahan-perubahan dalam
kelompok sosial dilakukan secara radikal.
Tiga prinsip yang melandasi kestabilan kelompok menurut Wuradji (1988), yaitu integritas,
ketenangan, dan konsensus. Wuradji juga mengatakan (1) sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk
memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di masyarakat dan
(2) sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara
yang baik, dan menciptakan ilmu serta teknologi baru.
Jadi, Sosiologi sebagai landasan bagi proses dan pelaksanaan pendidikan, karena memang
karakteristik dasar manusia sebagai makhluk sosial akan berkembang dengan baik dan
menghasilkan kebudayaan-kebudayaan yang bernilai serta peradaban tinggi melalui pendidikan.
B. KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN
Kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat (Imran
Manan, 1989). Lima komponen kebudayaan, yaitu :
1. Gagasan
2. Ideologi
3. Norma
4. Teknologi
5. Benda
6. Kesenian
7. Ilmu
8. Kepandaian
Kebudayaaan yang dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1. Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia itu sendiri
2. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan yang berada di daerah-daerah seperti kebudayaan
Buton, Raha, Sunda, Jawa, dll.
3. Kebudayaan popular yaitu suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek dari
kedua kebudayaan umum dan kebudayaan daerah.
Tiga hal yang menimbulkan perubahan kebudayaan, yaitu :
1. Originasi, yaitu sesuatu yang baru atau penemuan-penemuan baru.
2. Difusi, ialah pembentukan kebudayaan baru akibat masuknya elemen-elemen budaya yang baru
ke dalam budaya yang lama.
3. Reinterpretasi, ialah perubahan kebudayaan akibat terjadinya modifikasi elemen-elemen
kebudayaan yang telah ada agar sesuai dengan keadaan zaman.
Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa
berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu
proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang
memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya sesungguhnya
merupakan bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan dirinya. Antara pendidikan dan
kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal
yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama
dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin
tinggi kebudayaan makin tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya.
Kerber dan Smith (Imran Manan, 1989) fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia :
1. Penerus keturunan dan pengasuh anak
2. Pengembangan kehidupan berekonomi
3. Transmisi budaya
4. Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha esa
5. Pengendalian sosial
6. Rekreasi
Kebudayaan nasional adalah suatu kebudayaan baru, yang akan membawa perjalanan bangsa ini
menuju ke masyarakat modern yang dikehendaki. Kebudayaan nasional mempunyai enam ciri,
sebagai berikut :
1. Afeksi yang memiliki atau mengandung :
a. Sikap jujur dalam semua bidang.
b. Tidak munafik.
c. Tulus dan ikhlas.
2. Sistem politik yang demokratis, yaitu :
a. Pemerintahan oleh rakyat untuk rakyat.
b. Rakyat selalu mendapat kesempatan untuk mempertanyakan perihal pemerintahannya.
3. Sistem ekonomi yang :
a. Memberi kesempatan adil kepada semua warga negara untuk mendapat penghidupan dan
kehidupan yang layak sesuai dengan harkat kemanusiaan.
b. Mampu menciptakan pasar luas untuk bersaing.
c. Menyalurkan hasil penjualan untuk kesejahteraan yang relatif merata pada seluruh masyarakat.
4. Sistem pendidikan yang :
a. Sanggup menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk
mendapatkan pendidikan.
b. Mampu mendorong perimbangan ilmu dan teknologi yang setinggi-tingginya.
5. Sistem kesenian yang :
a. Mampu mengembangkan suasana kehidupan kesenian yang kaya dan penuh vitalitas.
b. Tanpa adanya beban penghalang terhadap pernyataan kesenian.
6. Sistem kepercayaan yang :
a. Sehat, toleransi, dan damai.
b. Memberi tempat seluas-luasnya kepada semua bentuk agama untuk berlangsung secara selamat
dan tenteram.
C. MASYARAKAT DAN SEKOLAH
Lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat itu sendiri. Antara lembaga
pendidikan dan masyarakat terjadi hubungan timbal balik. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat
kepada masyarakat begitu pula masyarakat memberikan dukungannya kepada sekolah. Manfaat
pendidikan bagi masyarakat adalah :
1. Pendidikan sebagai transmisi budaya dan pelestarian budaya
2. Sekolah sebagai pusat budaya bagi masyarakat sekitarnya
3. Sekolah mengembangkan kepribadian anak di samping oleh keluarga anak itu sendiri
diberkati kemampuan untuk menciptakan nilai kebudayaan dan fungsi budaya dan pendidikan adalah
kegiatan melontarkan nilai-nilai kebudayaan dari generasi ke generasi.
Kebudayaan masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka ditemukan sejumlah konsep
pendidikan.
1. Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya.
2. Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat termasuk wakil
orang tua siswa untuk ikut memajukan pendidikan.
3. Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan.
4. Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar.
5. Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh
manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat
mengubah kebudayaan.
6. Akibat kebudayaan masa kini, ada kemungkinan pergeseran paradigma pendidikan.
7. Penertiban kebudayaan, dengan cara menyaring tayangan televisi dan memberantas kebudayaan
yang merusak remaja.
8. Akreditasi ditingkatkan untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikan.
9. Materi pelajaran banyak dikaitkan dengan keadaan dan maslah masyarakat setempat.
10. Metode belajar ditekankan pada kegiatan anak baik individual maupun kelompok, melakukan
survey di masyarakat, ikut memecahkan maslah masyarakat, dan diberi kesempatan berkreasi atau
menemukan ide-ide baru.
11. Ujian negara lambat laun diubah menjadi ujian sekolah, sehingga memungkinkan memberi ujian
bersifat komprehensif untuk mendukung perkembangan manusia seutuhnya.
Referensi :
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan: Stimulus Pendidikan bercorak Indonesia. Jakarta:
Rineka Cipta.
http://defauzan.wordpress.com/2009/04/18/makalah-landasan-sosial-budaya-pendidikan/
http://www.muniryusuf.com/beberapa-landasan-pendidikan-3.html