MAKALAH SEMANTIK
Oleh:
Kelompok VIII
1. Alfiandie Sinaga
2. Anggi Anggriani
3. Holincai Sitompul
4. Huzaima
5. Lidia Tampubolon
6. Susi Yohana
7. Dewi
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIMED
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya
makalah Semantik ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat sebagai bentuk tanggungjawab
atas penugasan oleh dosen pengampu mata kuliah Semantik. Dalam makalah ini akan
dibahas tentang Kategori Makna Leksikal yang terdiri dari kategori nominal, verba, ajektival,
pendamping dan penghubung.
Besar harapan penulis kiranya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca
tentang kategori makna leksikal. Dalam penulisan makalah ini, penulis yakin bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, demi kesempurnaan tugas ini penulis
mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca. Atas
partisipasinya penulis ucapakan terima kasih.
Kelompok VIII
Dik Eks B 2011
DAFTAR ISI
Kata pengantar i
Daftar Isi ii
Bab I Pendahuluan ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah1....................................................................1
Bab II Pembahasan..................................................................................2
2.1 Kategori Makna Leksikal..........................................................3
2.1.1 Kategori Nominal.....................................................3
2.1.2 Kategori Verbal.......................................................6
2.1.3 Kategori Ajektival...................................................11
2.1.4 Kategori Pendamping..............................................12
2.1.5 Kategori Penghubung..............................................15
Bab III Penutup........................................................................................21
Kesimpulan 15
Daftar Pustaka iii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Tipe II
Berciri makna utama [+B dan institusi (I)]. Contoh : pemerintah, DPR, SMA,
dan Pelni.Selain itu leksem-leksem nominal tipe II ini juga memiliki ciri makna [+Orang
metaforis (Om), +K, +H]. Jadi secara keseluruhan leksem-leksem nominal ini berciri makna
[+B, +I, +Om, +K, dan +H].
Ciri makna [+Om menyebabkan leksem nominal tipe II ini dapat menduduki fungsi
gramatikal seperti leksem tipe I.
Tipe III
Berciri makna utama [+B, +Binatag (Bi)]. Contoh: tongkol, kucing, gelatik, harimau,
dan onta. Selain itu leksem-leksem nominal tipe III ini memiliki pula ciri makna [+Ny, +K,
dan +H]. Dengan demikian secara keseluruhan leksem-leksem nominal tipe III ini berciri
makna [+B, +Bi, +Ny, +K, dan +H].
Tipe IV
Berciri utama [+B dan +Tumbuhan (T)]. Leksem nominal tipe IV ini terdiri atas 3
subtipe, yaitu:
1. Subtipe IVa
Berciri makna utama [+B, +T], misalnya rumput, perdu, ilalang, dan keladi. Selain itu
leksem-leksem nominal IVa memiliki pula ciri makna [+B, +Pohon (Po)]. Contoh: durian,
nangka, ketapang, mahoni,dan kelapa. Selain itu, leksem-leksem nominal
2. subtipe IVb
Memiliki makna [+Hi, +H, dan K]. Jadi, secara keseluruhan leksem nominal subtipe
IVb ini memiliki ciri makna [+B, +Po, +Hi, +H, dan K].
3. Subtipe IVc
Berciri makna utama [+B, +Tanaman (Ta)]. Misalnya padi, bayam, ketela,
ubi, dankubis. Selain itu leksem-leksem nominal subtipe IVc ini memiliki ciri makna [+Hi,
+H, dan +K]. Jadi secara keseluruhan leksem-leksem ini mengandung makna [+B, +Ta, +Hi,
+H, dan +K]. Perbedaan makna dalm ciri [+T], [Po], dan [+Ta] adalah bahwa [+T]
mengandung segala sesuatu yang tumbuh; sedangkan [+Po] habnya yang berbatang keras,
dan [+Ta] adalah sebagai usaha suatu yang ditanam.
Tipe V
Berciri makna utama [+B, Buah-buahan (Bb)]. Misalnya mangga, rambutan, pisang
dan nanas. Selain itu tipe ini juga memiliki makna [+H, +K, dan Hi]. Jadi secara
keseluruhan tipe ini memiliki makna [+B, +Bb, +H, +K, dan Hi]
Tipe VI
Berciri makna utama [+B, +Bunga-bungaan (Bbu)]. Misalnya mawar, melati,
kamboja, kembang sepatu, dan kenanga. Selain itu leksem ini juga berciri makna [+H, +K,
dan -Hi]. Jadi secara keseluruhan tipe ini memiliki ciri makna [+B, +Bbu, +H, +K, dan Hi].
Tipe VII
Berciri makna utama [+B, +Peralatan (Al). Tipe ini terbagi atas sembilan subtipe,
yaitu:
1. Suptipe VII a, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Masak (Ms).
Contohnya panci,kompor dan kuali. Selain itu subtipe ini juga memiliki makna [+K, +H, dan
Hi]. Dengan demikian secara keseluruhan ciri makna subtipe ini adalah [+B, +Al, +Ma, +K,
+H, dan Hi].
2. Subtipe VII b, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Makan ( Mk).
Contohnya piring,garpu, sendok dan gelas. Selain itu subtipe in juga memiliki ciri makna
[+K, +H, dan +Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini memiliki ciri makna [+B, +Al, +Mk, +K,
+H, dan +Hi].
3. Subtipe VII c, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Pertukangan (Tk)].
Contohnya palu, gergaji dan pahat. Selain itu sub tipe ini juga berciri makna utama [+K, +H,
dan Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini memili ciri makna [+B, +Al, +Mk, +K, +H, dan
Hi].
4. Subtipe VII d, mengandung ciri makna utama [+B, +Al, dan +Perbengkelan (Bkl)].
Contohnya kunci, bubut dan tang. Selain itu subtipe ini juga bermakna utama [+K, +H, dan
Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Bkl, +K, +H, dan Hi].
5. Subtipe VII e, berciri makna utama [+B, +Al, +Pertanian (Tn)]. Contohnya cangkul,sabit,
dan garu. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan Hi]. Secara keseluruhan
subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Tn, +K, +H, dan Hi].
6. Subtipe VII f, berciri makna utama [+B, +Al, dan + Perikanan (Ik)].
Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini
berciri makna [+B, +Al, +Ik, +K, +H dan Hi].
7. Subtipe VII g, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Rumah tangga (Rt) ].
Contohnyalemari, meja dan kursi. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, -Hi].
Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Rt, +K, +H, dan Hi].
8. Subtipe VII h, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Tulis menulis (Tm)].
Contohnya buku, pensil, penggaris, dan pena. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K,
+H, dan Hi]. Secara keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Rt, +K, +H, dan Hi].
9. Subtipe VII i, berciri makna utama [+B, +Al, dan +Olahraga (Or)].
Contohnya raket,bola, net dan stik. Selain itu subtipe ini juga berciri makna [+K, +H, dan
Hi]. Secra keseluruhan subtipe ini berciri makna [+B, +Al, +Or, +K, +H, dan Hi].
Tipe VIII
Tipe ini mengandung ciri makna utama [+B, +Makanan-minuman (Mm)].
Contohnyanasi, teh manis, susu, bakso, dan roti. Selain iti tipe ini juga berciri makna [+K,
-H, dan Hi]. Secara keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Mm, +K, -H, dan Hi].
Tipe IX
Tipe ini mengandung ciri makna utama [+B, +Geogrefi (Ge)].
Contohnya sungai,gunung dan laut. Selain itu tipe ini juga berciri makna [+K, +H, -Hi].
Secara keseluruhan tipe ini berciri makna [+B, +Ge, +K, +H, dan Hi].
Tipe X
Tipe ini berciri makna utama [+B, +Bahan baku (Bb). Contoh pasir, semen,
batu dankayu. Selain itu tipe ini juga berciri makna [+K, dan H]. Secara keseluruhan tipe
ini berciri makna [+B, +Bb, +K, dan Hi].
Tipe III
Tipe ini adalah verba yang menyatakan tidakan dan pemilikan (benafaktif). Pelaku
verba ini adalah maujud berup nomina berciri makna [+bernyawa] dan bertindak sebagai
penggerak tindakan yag disebutkan oleh verba tersebut; sedangkan pemilik (bisa juga
ketidakpemilikian) juga berupa nomina berciri makna [+bernyawa].
Contoh:
- Dika beli mobil dari Pak Fuad.
- Pemerintah bantu para petani.
Dari kedua kalimat tersebut Dika dan Pemerintah adalah pelaku; sedangkan Pak
Fuad dan para petani adalah pemiliknya. Kadang pemilik tidak direalisasikan dalam suatu
kalimat. Contoh:
- Dika beli mobil baru.
Tipe IV
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan tindakan dan lokasi (tempat). Pelaku
tindakan berupa nomina berciri makna [+bernyawa] yang dapat mengalami tindakan itu
sendiri maupun tidak. Lokasinya berupa frase preposisional.
Contoh:
- Nita pergi ke pasar.
- Beliau baru tiba dari dari Yogyakarta.
Tipe V
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan proses. Subjek dalam kalimat ini berupa
nomina umum yang mengalami proses perubahan keadaan atau kondisi. Contoh:
- Daun tembakau itu layu.
- Kaca jendela itu pecah.
Ada tiga persoalan mengenai verba tipe V ini (dan juga verba proses lainnya, tipe VI,
tipe VIII). Ketiga persoalan itu adalah:
(1) Proses perubahan yang terjadi pada suatu maujud dapat berlangsung dalam waktu singkat
dapat juga dalam waktu yang relatif lama. Oleh karena itu, ada verba proses yang dapat diberi
keterangan sedang seperti sedang pecah.
(2) Sebenarnya suatu proses atau perubahan bukan hanya terjadi pada verba proses saa tetapi
juga pada verba tindakan, sebab sesungguhnya suatu tindakan akan menyababkan terjadinya
proses.
(3) Sering kita sukar untuk membedakan verba proses dengan verba keadaan (verba tipe IX, X,
XI, dan XII). Misalnya pada verba layu. Diuji daengan pertanyaan apa yang terjadi pada
subjek? maka jawabannya subjek itu layu. Jadi, jelas layudi situ adalah proses. Tetapi kalau
diuji denga pertanyaan bagaimana keadaan subjek? maka jawabannya adalah subjek itu
layu dan menjadi verba keadaan.
Tipe VI
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan proses-pengalaman.
Contoh:
- Rupanya kau sudah bosan padaku.
- Ibu cemas akan keselamata anank-anak itu.
Pada kedua kalimat itu bosan dan cemas adalah proses pengalaman
sedangkan kaudan ibu adalah maujud yang mengalami prose situ.
Tipe VII
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan proses benefaktif subjek dalam kalimat
yang menggunaan verba tipe VII ini berupa nomina yang mengalami suatu proses atau
kejadian memperoleh atau kehilangan (kerugian).
Contoh:
- PSSI menang 2-0 atas Singapura.
- Dia kalah 2 juta rupiah.
Menang dan kalah adalah verba proses benefaktif; sedangkan PSSI dan dia adalah
maujud yang mengalami peristiwa yang dinyatakan oleh verba tersebut.
Tipe VIII
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan proses-lokatif. Subjek dalam tipe ini
berupa nomina yang mengalami suatu proses perubahan tempat (lokasi).
Contoh:
- Pesawat itu baru tiba dari Surabaya
- Matahari terbit di ufuk timur
Leksem tiba dan terbit pada kalimat adalah verba proses-lokatif; sedangkan
leksempesawat dan matahari adalah maujud yang mengalami proses perubahan lokasi itu.
Tipe IX
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan. Subjek kalimat dalam tipe ini
berupa nomina umum yang berada dalam keadaan atau kondisi yang dinyatakan oleh verba
tersebut.
Contoh:
- Wajah mereka selalu cerah.
- Sawah-sawah di situ mulai kering.
Cerah dan kering pada kalimat di atas adalah verba keadaan; sedangkan leksemwajah
mereka dan sawah-sawah adalah maujud yang berada dalam keadaan itu.
Tipe X
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan pengalaman. Subjek dalam
kalimat yang menggunakan tipe ini adalah sebuah nomina yang berada dalam keadaan
kognisi, emosi, atau sensasi.
Contoh:
- Dia memang takut kepada orang itu.
- Kami tahu hidup di kota memang sukar.
Takut dan tahu pada kalimat di atas adalah verba keadaan pengalaman. Pada kallimat
pertama, subjek Dia yang mengalami keadaan yang disebutkan oleh predikat takut, pada
kalimat kedua kami adalah subjek yangmengalami keadaan tahu itu.
Tipe XI
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan benafaktif subjek dalam kalimat
yang menggunakan tipe XI ini adalah sebuah nomina yang menyatakan memiliki,
memperoleh, atau kehilangan sesuatu.
Contoh:
- Ia sudah punya istri.
- Dia ada uang lima juta.
Punya dan ada pada kalimat di atas adalah verba keadaan benefaktif.
Sedangkan iadan dia adalah subjek yang berada dalam keadaan memiliki. Menurut
Tampubolon (1979) verba dasar yang menyatakan keadaan keadaan benefaktif hanya kedua
kata itu saja. Tetapi yang bukan verba dasar cukup banyak seperti berhasil, kehilangan,
beruntung, berwarna, memiliki, dan bertubuh.
Tipe XII
Tipe ini merupakan verba yang menyatakan keadaan-lokatif. Subjek pada kalimat
yang mengunakan verba ini adalah nomina yang berada dalam satu tempat atau lokasi.
Contoh:
- Petani itu diam di gubuk itu.
- Pak Menteri hadir di sana.
Diam dan hadir adalah verba yang menyatakan keadaan lokatif. Sedangkan petani
itu dan Pak Menteri adalah subjek yang berada di tempat yang disebutkan pada unsure
keterangan.
Verba dasar Tipe XII ini memang jarang, tetapi verba yang bukan dasar cukup banyak
seperti mengalir, berganti, berserakan, bermimpi, dan menanjak.
Pendamping Nomina
Leksem-leksem pendamping nomina, antara lain, menyatakan:
1) Pengingkaran
Leksem ini hanya satu yaitu kata bukan yang ditempatkan di muka nomina tersebut.
Misalnyabukan buku, bukan ayam, bukan guru, dan bukan agama.
2) Kuantitas atau jumlah
Jumlah leksem untuk menyatakan kuantitas banyak antara lain:
- Beberapa
- Semua
- Seluruh
- Sejumlah
- Banyak
Semua pendamping yang menyatakan kuantitas di atas ditempatkan di muka nominanya dan
yang lain adalah sebagian, separuh, dan sementara.
3) Pembatasan
Leksemnya adalah hanya dan saja. leksem hanya ditempatkan di muka nomina, sedangkan
leksem saja di belakang nomina. Misalnya hanya air putih, hanya dia, hanya sopir, kopi saja,
siapa saja, dan mereka saja.
4) Tempat berada.
Leksem yang digunakan adalah di dan pada. Misalnya di kelas, di pasar, di Bogor, pada
dinding, pada ayah, dan pada tahun. Pendamping di dan pada seringkali secara bebas dapat
dipertukarkan seperti di tahun atau pada tahun, di ayah atau pada ayah, tetapi di Bogor tidak
dapat menjadi pada Bogor. Perbedaanya adalah menyatakan lokasi yang sebenarnya,
sedangkan pada untuk lokasi yang tidak sebenarnya. Bogor adalah lokasi yang sebenarnya.
Jadi, dapat dengan pembanding di tetapi tidak dapat dengan pendamping pada. Sebaliknya
agama tidak dapat di agama tetapi dapat pada agama.
5) Tempat Asal
Leksem yang digunakan adalah dari. Misalnya dari Jepang, dari rumah, dan dari
pasar.Selain menyatakan asal tempat, pendamping dari dapat juga menyatakan asal bahan
sepertidari gula, dari semen, dan dari tanah liat; juga dapat menyatakan asal waktu
seperti dari pagi, dari kemarin, dan dari hari senin.
6) Tempat tujuan atau arah sasaran.
Leksem yang digunakan adalah ke dan kepada. Misalnya ke pasar, ke Bogor, ke sekolah;
kepada ayah, kepada polisi, kepada agama.
Pendamping ke lazim untuk menyatakan tempat yang sebenarnya sedangkan kepada untuk
menyatakan tempat yang tidak sebenarnya.
7) Hal atau perkara
Leksem yang digunakan adalah tentang, mengenai, perihal, dan masalah. Pendamping ini
lazim digunakan di depan nomina yag berada dalam suatu klausa intransitif. Misalnya:
- Berdiskusi mengenai nilai-nilai sastra.
- Berbicara tentang kenakalan remaja.
- Berdebat mengenai pancasila.
8) Alat
Leksem yang digunakan adalah kata dengan, misalnya (menulis) dengan pensil, (memotong)
dengan pisau, dan (mengikat) dengan tali. Tapi perlu dicatat, pendamping dengan selain
menyatakan alat dapat juga digunakan untuk menyatakan kebersamaan seperti
(pergi)dengan kakak, (berjalan) dengan adik dan (bermain) dengan teman-temannya.
9) Pelaku
Leksem yang digunakan adalah kata oleh yang ditempatkan di muka nomina.
Misalnya olehanak buahnya, dan oleh ayahnya.
10) Batas tempat dan batas waktu
Leksem yang digunakan adalah kata, sampai dan hingga yang ditempatkan di muka nomina
atau nomina waktu. Misalnya, sampai Jakarta, sampai pasar, sampai pagi, sampai pukul
dua,; hingga sore, hingga larut malam, dan hingga tengah hari.
Pendamping Verba
Leksem-leksem pendamping verba, antara lain, menyatakan:
1) Pengingkaran. Leksem yang digunakan adalah kata tidak dan bukan yang ditempatkan di
muka verba itu. Misalnya tidak mandi, tidak datang, tidak pulang, tidak menangis, dan tidak
berhasil.
Leksem bukan hanya digunakan di muka verba dalam suatu klausa yang dikontraskan dengan
klausa lainnya. Misalnya :
- Dia bukan menangis karena sedih melainkan karena gembira.
- Kami bukan membantah perintah Bapak, hanya meminta waktu untuk mengerjakannya.
2) Berbagai aspek. Antara lain aspek selesai (perpektif) dengan leksem sudah, telah,dan
pernah, aspek belum selesai (imperfek) dengan leksem masih dan lagi;aspek baru mulai
(inkoatif) dengan leksem mulai. Contoh pemakaian.
- Mereka sudah makan.
- Ibu pernah makan daging rusa.
- Dia masih duduk di SD.
3) Berbagai modalitas. Antara lain leksem belum,sedang, akan, boleh, dapat, harus, wajib,
mesti, dan jangan.
- Susi sedang makan
- Dia akan datang
- Kita mesti mendengar kata guru
4) Kuantitas. Leksem yang diguakan, antara lain; sering, seringkali, acapkali, jarang, banyak,
kurang selalu, dan sebagainya. Contoh pemakaian:
- Kami sering duduk di depan kelas.
- Dia seringkali lewat dari jalan ini.
5) Kualitas. Leksem yang digunakan antara lain: sangat, agak, cukup,
paling, dansekali. Leksem-leksem ini lazimnya mendampingi verba keadaan. Contoh
pemakaian:
- Lili sangat cantik.
- Kami paling suka menulis puisi ketika senja menjelma.
6) Pembatasan. Leksem yang digunakan adalah kata saja dan hanya. Leksem sajadiletakkan di
belakang verba, sedangkan hanya di muka verba. Misalnyamenangis saja, tidur saja.
Pendamping Ajektiva
Leksem-leksem pendamping ajektiva, antara lain menyatakan:
1) Pengingkaran. Leksem yang digunakan adalah kata tidak dan bukan.Misalnya tidak baik,
tidak lurus, tidak gemuk, tidak bandel, dan tidak merah.
Leksem bukan dapat digunakan dimuka nama warna seperti bukan merah, bukan
hijau, dan bukan kuning; dan di muka ajektiva yang mirip dengan verba keadaan
seperti bukan bandel, bukan kosong, bukan nakal, danbukan buruk.
2) Kualitas. Leksem yang digunakan adalah kata-kata sangat, agak, cukup, paling, sekali,
maha, dan serba. Misalnya sangat baik, agak datar, cukup licin, paling miskin, pandai sekali,
maha mulia, dan serba modern.
Pendamping Klausa
Leksem-leksem pendamping klausa mempunyai posisi yang agak bebas. leksem-leksem
itu dapat ditempatkan pada awal klausa di tengah klausa, atau pada akhir klausa.
Distribusinya ini tentu saja memberi nuansa makna yang berbeda.
Leksem-leksem pendamping klausa ini, antara lain, memberi makna:
1) Kepastian. Leksem yang digunakan adalah pasti, tentu, dan memang misalnya:
- Pasti dia hadir
- Dia hadir pasti
- Memang, dia belum makan dari pagi
- Dia memang belum makan dari pagi
2) Keraguan. Leksem yang digunakan adalah kata barangkali, mungkin, dan boleh
jadi.Misalnya:
- Barangkali dia lupa.
- Kami mungkin tidak hadir di pesta pernikahanmu.
3) Harapan. Leksem yang digunakan adalah kata-kata moga-moga, semoga, mudah-
mudahan, hendaknya, sebaiknya, dan seharusnya. Misalnya:
- Kamu hendaknya menemani ayah ke ladang.
- Kamu seharusnya tidak berkata begitu
2. Penghubung Subordinatif
Penghubung subordinatif menghubungkan dua konstituen yang kedudukannya tidak
setingkat. Konstituen yang satu merupakan konstituen bebas, sedangkan konsituen yang lain,
yang di mukanya diberi leksem penghubung subordinatif ini merupakan konsituen bawahan
yang terikat pada konsituen pertama. Posisi kedua konsituen itu dapat dipertukarkan sehingga
penghubung subordinatif itu dapat berada pada awal kalimat maupun ditengah kalimat.
Leksem-leksem subordinatif ini antara lain, menyatakan makna:
Penyebab
Leksem yang digunakan adalah sebab, karena, lantaran dan berhubung, misalnya:
Mereka terlambat karena jalan macat.
Anak itu sakit perut lantaran terlalu banyak makan mangga muda.
Akibat
Leksem yang digunakan adalah hingga, atau sehingga, sampai dan sampai-sampai.Misalnya:
Dia terlalu banyak makan mangga muda hingga perunya sakit.
Tukang copet itu dipukuli orang banyak sampai mukanya babak belur.
Syarat atau kondisi yang harus dipenuhi
Leksem yang digunakan adalah jika, jikalau, kalau, bila, bilamana, dan asal. Misalnya:
Bila dia datang kita segera berangkat.
Bilamana cuaca buruk, jendela itu harus kalian tutup.
Pengandaian
Leksem yang digunakan adalah andaikata, seandainya, dan andaikata. Misalnya:
Andaikata saya punya uang satu miliar, kamu akan saya bagi separuhnya.
Andaikan puteri itu menjadi pacarku saya akan senang sekali.
Penegasan
Leksem yang digunakan adalah walau (walaupun), biar (biarpun), meski (meskipun), kendati
(kendatipun), sungguhpun, sekalipun dan walaupun. Misalnya:
Meskipun tidak lulus ujian, dia tertawa-tawa saja.
Sayur ini masih terasa hambar walaupun sudah ditambah garam.
Perbandingan
Leksem yang digunakan adalah seperti, sebagai, laksana, seolah-olah, dan seakan-akan.
Misalnya:
Dimakannya nasi itu dengan lahap seperti orang tiga hari belum makan.
Sorot matanya begitu tajam seolah-olah kami ini betul-betul bersalah.
Tujuan
Leksem yang digunakan adalah agar, supaya, untuk, buat, bagi, dan guna. Misalnya:
Buat orang-orang kaya harga karcis masuk itu sangat murah.
Jalan layang dibangun guna melancarkan arus lalu lintas.
Waktu
Leksem yang digunakan bermacam-macam, tergantung pada waktu yang diterangkan,
diantaranya adalah ketika, sewaktu, dan tatkala untuk menyatakan waktu yang
bersamaan; sementara, selama, sambil dan seraya untuk menyatakan jangka waktu tertentu
yang bersamaan; sejak, atau semenjak nntuk menyatakan awal waktu; sampai. Untuk
menyatakan batas waktu; sebelum Untuk menyatakan waktu lebih dahulu sesudah, setelah,
dan sehabis Untuk menyatakan waktu lebih kemudian. Contohnya:
Mereka datang ketika nenek tidak ada dirumah.
Sewaktu kami tiba beliau sedang tidur.
Tatkala melihat kami, dia cepat-cepat bersembunyi.
Penjelasan
Leksem yang digunakan adalah kata bahwa: misalnya
Kabar bahwa mereka akan menikah bulan depan saya sudah tahu.
Kami belum mendengar bahwa harga sembako sudah normal lagi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kategori makna leksikal mengkaji tentang (1) kategori nominal yang terbagi atas
sepuluh tipe, yaitu: orang, institusi, binatang, tumbuhan, buah-buahan, bunga-bungaan,
peralatan, makanan-minuman, geografi, bahan baku; (2) kategori verbal terdiri dari duabelas
tipe, yaitu: tindakan, pengalaman, pemilikan, lokasi, proses, proses-pengalaman, memperoleh
atau merugi, lokatif, keadaan, keadaan pengalaman, keadaan benefaktif, dan keadaan lokatif;
(3) kategori adjektival; (4) kategori pendamping, meliputi: pendamping nomina, pendamping
verba, pendamping ajektiva, dan pendamping klausa; (5) kategori penghubung, meliputi:
penghubung koordinatif dan penghubung subordinatif.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Reneka Cipta.
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Reneka Cipta.
Suwandi, Sarwiji. 2008. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media Perkasa.
Tarigan, HG. 1983. Prinsip-prinsip dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa
Diposkan oleh muhammad fachri di 14.39
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Mengenai Saya
muhammad fachri
Lihat profil lengkapku
http://regulerekstensib2011.blogspot.co.id/2012/12/kategori-makna-leksikal.html