2 Laporan Pendahuluan Combustio (Konsep Teori Dan Tinjauan Teori)
2 Laporan Pendahuluan Combustio (Konsep Teori Dan Tinjauan Teori)
dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang yang berkulit cerah
(mis : putting susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak.
Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari merah muda
yang cerah hingga coklat. Penyakit sistemik akan mempengaruhi juga warna
kulit.
Epidermis mengalami modifikasi pada berbagai daerah tubuh yang
berbeda. Lapisan ini paling tebal pada telapak tangan serta kaki, dan
mengandung keratinin dalam jumlah yang lebih besar. Ketebalan epidermis
dapat
meningkat
jika
bagian
tersebut
banyak
digunakan
dan
bisa
mengakibatkan pembentukan kalus pada tangan atau klavus (corns) pada kaki.
Persambungan (junction) epidermis dan dermis adalah daerah dengan
banyak penonjolan (undulasi) serta alur yang dinamakan rete ridges. Daerah
pertemuan ini mengikat epidermis pada dermis dan memungkinkan pertukaran
bebas nutrient yang esensial di antara kedua lapisan tersebut. Antar-jalinan
(interlocking) antara dermis dan epidermis menghasilkan kerutan pada
permukaan kulit. Pada ujung-ujung jari tangan, kerutan-kerutan ini dinamakan
sidik jari (fingerprints). Barangkali sidik jari merupakan ciri individual
seseorang yang paling khas dan hampir tidak pernah berubah.
Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan
dan struktur pada kulit (Eckert. 1992). Lapisan ini tersusun dari dua lapisan
papilaris dan retikularis. Lapisan papilaris dermis berada langsung dibawah
epidermis dan tersusun terutama dari sel-sel fibroblast yang dapat menghasilkan
salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat. Lapisan
retikularis terletak dibawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen
serta berkas-berkas serabut elastik. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah
serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea, dan akar rambut.
Dermis sering disebut sebagai kulit sejati.
Jaringan subkutan atau hypodermis merupakan lapisan kulit yang paling
dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan adipose yang memberikan bantalan
antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan ini
2
kulit
berlangsung
terus
sepanjang
hidup
dengan
Keadaan hipermetabolisme.
3) Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat
luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik,
kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
b. Kedalaman luka bakar
Menurut Kahan & Raves (2011) :
1) Derajat I ( parsial, thickness burn)
Kerusakan pada lapisan epidermis, ditandai dengan kemerahan pada
kulit. Setelah 24 jam terjadi gelembung dan kulit mengelupas. Awalnya
nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi, kemudian terasa gatal
(stimulasi reseptor sensori). Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu
5-10 hari.
2) Derajat II ( deep dermal parsial thickness burn )
Terjadi kerusakan pada lapisan epidermis dan sebagian dermis berupa
reaksi inflamasi disertai proses eksudasi yang ditandai dengan adanya
bula yang berisi cairan, luka ini tampak lebih pucat dan lebih nyeri
dibandingkan dengan derajat I.
Kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh. Luka bakar derajat II dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Derajat II dangkal (superficial)
- Kerusakan mengenai sebagian superficial dari dermis.
- Organ-organ
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari
b) Derajat II dalam (deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
-Organ-organ seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa.
- Biasanya penyembuhan terjadi > 1 bulan.
3) Derajat III ( fallthickness burn )
Mengenai seluruh dermis dan lapisan lebih dalam. Organ-organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami
5
: 9%
: 9%
: 9%
: 18%
: 18%
: 1%
: 18%
: 100%
Lokasi
Kepala
Leher
Dada dan perut
Punggung
Pantat kiri
Pantat kanan
Kelamin
Lengan atas kanan
Lengan atas kiri
Lengan bawah kanan
Lengan bawah kiri
Tangan kanan
Tangan kiri
Paha kanan
Paha kiri
Tungkai bawah kanan
Tungkai bawah kiri
Kaki kanan
Kaki kiri
0-1
19
2
13
13
2,5
2,5
1
4
4
3
3
2,5
2,5
5,5
5,5
5
5
3,5
3,5
Usia (Tahun)
1-4
5-9 10-15
17
13
10
2
2
2
13
13
13
13
13
13
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
1
1
1
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
6,5
8,5
8,5
6,5
8,5
8,5
5
5,5
6
5
5,5
6
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
dewasa
7
2
13
13
2,5
2,5
1
4
4
3
3
2,5
2,5
9,5
9,5
7
7
3,5
3,5
dewasa
-
Terjadi dari tife / kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu
agen
3) Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah merupakan
insiden tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang sering
memasukkan benda konduktif kedalam colokan listrik dan menggigit atau
menghisap kabel listrik yang tersambung (Herndon dkk,1996)
Terjadi dari tife / voltase aliran yang menghasilkan proporsi panas untuk
tahanan dan mengirimkan jalan sedikit tahanan (contoh saraf memberikan
tahanan kecil dan tulang merupakan tahanan terbesar). Dasar cedera
menjadi lebih berat dari cedera yang terlihat
4) Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi. (Dongoes,
E.M, 2000) & (long, 1996)
b. Proses terjadi (Hudak & Gallo; 1997)
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau
radiasi elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi,
denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas
merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ
visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak
yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat
terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar
dan lamanya kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan
air panas dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cedera full thickness
yang serupa. Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang
berat selama awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan
dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung
dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian
9
luka bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat,
konsumsi oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat
hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai
akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada
lokasi cedera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran
darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin
menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal
ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktorfaktor
inflamasi
yang
abnormal,
perubahan
immunoglobulin
serta
c. Manifestasi klinis
Kedalaman Dan
Bagian
Penyebab Luka Kulit Yang
Bakar
Terkena
Derajat
Satu Epidermis
Kesemutan,
Memerah,
(Superfisial):
hiperestesia
tersengat
(supersensivitas),
ketika
matahari, terkena
api
jika didinginkan
dengan
Gejala
Penampilan
Luka
Perjalanan
Kesembuhan
Kesembuhan
waktu
dalam
satu
minggu, terjadi
intensitas rendah
Derajat
Dua Epidermis
(Partial-
dan
Thickness):
dermis
tersiram
Nyeri,
bagian hiperestesia,
air
kulit
Melepuh,
Kesembuhan
dasar
oleh
nyala api
epidermis
parut
retak,
depigmentasi,
permukaan
infeksi
luka
Tiga Epidermis,
nyeri,
syok, bakar
Thickness):
api,
terkena kadang
cairan
mendidih jaringan
(adanya
kemungkinan
pula
yang
lama,
(destruksi
listrik
berwarna
waktu subkutan
arus
darah
diperlukan
kulit pembentukan
hemolisis kulit
sel dengan
dan
retak hilangnya
kontur
serta
kulit,
kemungkinan
terdapat
eskar,
dalam
tersengat
menjadi derajat-
Tidak
keseluruhan
nyala kadang-
dapat
edema
tiga
terasa Kering, luka Pembentukan
(Fullterbakar
dan
basah, mengubahnya
terdapat
Derajat
minggu,
mendidih,
terbakar
tanpa edema
jari
tangan
atau
ekstremitas
dapat terjadi
listrik)
d. Komplikasi
1) Luka bakar dapat terinfeksi yang menyebabkan cacat lebih lanjut atau
kematian. Stapilococus aureus resisten metisilin adalah penyebab
12
6. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium meliputi :
1) Hemoglobin
Manfaat
besi)
dan
rantai
polipeptida
globin
13
Cara Pemeriksaan
Peran Perawat
2) Hematokrit
Manfaat
Hasil
Cara Pemeriksaan
Peran Perawat
3) Nitrogen urea
Manfaat
Hasil
14
Cara Pemeriksaan
Peran perawat
4) Glukosa
Manfaat
Hasil
Cara Pemeriksaan
Peran Perawat
5) PO2
Hasil
: (N : 80-100 mmHg)
Peran Perawat
6) PCO2
Hasil
: (N : 32-45 mmHg)
Peran Perawat
7) Protein total
Manfaat
Hasil
Cara Pemeriksaan
15
Peran Perawat
8) Albumin
Manfaat
Hasil
vaskuler
karena
peningkatan
Peran Perawat
9) Rontgen
Manfaat
10) Radiologi
Manfaat
11) EKG
Manfaat
16
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu penyembuhan luka, infeksi
dan penanganan luka
1) Penyembuhan
Terbagi dalam 3 fase :
(1) Fase inflamasi : fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai
3-4 hari pasca luka bakar. Daerah luka mengeluarkan serotonin dan
timbul epitelisasi.
(2) Fase fibroblastik : fase yang dimulai pada hari ke 4-20 pasca luka
bakar sampai timbul fibroblast yang membentuk kolagen berwarna
kemerahan
(3) Fase maturasi : terjadi proses pematangan kolagen berlangsung 8 bulan
sampai lebih dari satu tahun dan berakhir jika tidak ada tanda-tanda
radang.
2) Infeksi
Didefinisikan sebagai pertumbuhan dan organisme pada luka yang
berhubungan dengan reaksi jaringan dan tergantung pada banyak
mikroorganisme patogen dan mengikat dengan virulensi dan resistensi dari
pasien. Infeksi beda dengan kolonisasi, kolonisasi merupakan pertumbuhan
jaringan luka tetapi tidak ada tanda-tanda infeksi.
3) Penanganan luka
(1) Pendinginan luka
dilakukan
untuk
mengurangi
perluasan
17
tepat diatas fasia dimana tahap fleksus pembuluh darah sehingga bisa
dilakukan operasi fundus kulit ( skin graft ).
(4) Terapi isolasi dan manipulasi lingkungan : karena luka bakar
mengakibatkan imunosupresi tubuh dalam tahap awal cedera. Pasien
memerlukan ruangan khusus serta terpisah dengan pasien yang lain
yang bisa menimbulkan infeksi silang.
Penatalaksanaan Luka Bakar Listrik
a) Segera setelah kecelakaan dilakukan penilaian ABC (intubasi dan
pemberian oksigen mungkin diperlukan)
b) Pemantauan fungsi jantung, untuk mengetahui adanya cardiac arrest.
Apabila terjadi cardiac arrest penatalaksanaannya mengikuti standard
protokol cardiac arrest yang ada, hal ini sangat penting karena korban
sengatan listrik meninggal akibat cardiac arrest.
c) Memberikan cairan intravena, larutan isotonik 10-20 ml/ kg dapat
diberikan pada korban yang mengalami hipotensi
d) Dilakukan pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG), isoenzym jantung,
urinalis untuk mendeteksi adanya mioglobin, darah lengkap, pemeriksaan
lainnya termasuk radiologi sesuai jenis trauma yang ada atau menyertai.
e) Dalam tatalaksana resusitasi, beberapa hal perlu diperhatikanantara lain :
bila
dijumpai
rhabdomyolysis
pemberian
cairan
adekuat
untuk
18
Skin Graft (FTSG) karena karakteristik kulit pada daerah donor akan lebih
terpelihara oleh bahan yang dipindahkan pada tempat yang baru.
Ketebalan, tekstur, pigmentasi, ada atau tidaknya rambut harus sangat
diperhatikan (Revis, 2006:4).
Menurut Heriady (2005), daerah donor untuk FTSG dapat diambil dari
kulit dibelakang telinga, dibawah atau diatas tulang selangka (klavikula),
kelopak mata, perut, lipat paha dan lipat siku. Sebagian besar daerah donor
ini sering dipakai untuk menutup luka pada daerah wajah atau leher.
Pemotongan yang dilakukan pada daerah wajah sebaiknya harus berhatihati untuk mempertahankan kesimetrisan wajah dari segi estetik.Bagian
kulit yang tidak ditumbuhi oleh rambut dan berfungsi untuk melapisi
tangan dapat diambil dari batas tulang hasta dan telapak kaki dengan
penyesuaian warna, tekstur dan ketebalan yang tepat. Graft dengan pigmen
yang lebih gelap diperoleh dari preposium (kulup), scrotum, dan labia
minora (Rives, 2006:5).
Daerah donor untuk STSG dapat diambil dari daerah mana saja di tubuh
seperti perut, dada, punggung, pantat, anggota gerak lainnya. Namun,
umumnya yang sering dilakukan diambil dari kulit daerah paha (Heriady,
2005:2). Daerah donor dari paha lebih disukai karena daerah ini lebih lebar
dan lebih mudah sembuh (Bakar, 2003:1). Daerah pantat juga dapat
digunakan sebagai daerah donor, tetapi biasanya pasien akan mengeluh
nyeri setelah operasi dan akan memerlukan bantuan untuk merawat luka.
Menurut Rives(2006), kulit kepala dapat digunakan pada prosedur FTSG
untuk melapisi daerah wajah yang luas dan terutama berguna untuk luka
bakar yang hebat dengan ketersediaan daerah donor yang terbatas. Untuk
luka pada tangan, daerah lengan atas bagian dalam dapat dipertimbangkan
untuk dijadikan daerah donor.
b) Daerah Resipien Skin Graft
Komponen penting yang menjamin suksesnya skin graft adalah persiapan
pada daerah resipien. Kondisi fisiologis pada daerah resipien harus mampu
19
menerima serta memelihara graft itu sendiri. Skin graft tidak akan dapat
bertahan hidup pada jaringan yang tidak dialiri darah. Skin graft akan dapat
bertahan hidup pada periosteum, perikondrium, dermis, fasia, otot, dan
jaringan granulasi. Pasien dengan luka akibat aliran vena yang lamban
(stasis vena) atau ketidakcukupan arteri perlu untuk diobati terlebih dahulu
sebelum melakukan pemindahan kulit. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kemungkinan graft dapat bertahan hidup (Rives, 2006:5).
Luka juga harus bebas dari jaringan yang mati dan bersih dari bakteri.
Bakteri yang berjumlah lebih dari 100.000/cm akan berkumpul sehingga
dapat menyebabkan graft gagal.
c) Penanganan Pasca Skin Graft
(1) Penilaian hasil prosedur skin grafting sangat ditentukan oleh langkahlangkah yang dilakukan pada prosedur itu sendiri (penentuan timing
operasi, hemostasis, donor tipis, balut tekan, kasa absorben)
(2) Bila proses eksudasi tidak berlebihan (jaringan granulasi sehat)
biasanya penilaian hasil sekaligus penggantian balutan dapat dikerjakan
dalam waktu 5-7 hari pasca bedah. Sebaliknya dengan eksudasi
berlebihan terlihat sebagai balutan yang jenuh dalam 24-48 jam
pertama pasca bedah dapat dilakukan pergantian balutan. Selanjutnya
disesuaikan kebutuhan.
(3) Perawatan graft menerapkan prinsip-prinsip umum perawatan luka.
Menurut kedalaman luka
a) Penatalaksanaan Derajat I dan derajat II dangkal, yaitu :
(1) Lakukan bulectomy bila terdapat bula
(2) Kompres luka dengan NaCl selama 15 menit, kemudian oleskan salep
burnasin.
b) Penatalaksanaan luka Derajat II dalam dan Derajat III adalah :
(1) Eskarotomi
Eskarotomi adalah tindakan bedah melakukan sayatan pada eskar
untuk melepaskan jeratan eskar yang memiliki konsistensi lebih keras
20
penutupan,
pemberian
menit, prosedur
22
Penatalaksanaan Keperawatan
1) Resusitasi berdasarkan keseriusan luka
a) Luka bakar mayor
Dewasa : luka bakar lebih luas dari 25%
Misal : berat badan pasien = 50 kg
Jadi resusitasinya :
Rumus baxter
: luas luka % x BB(kg) x 4 ml
26 % x 50 kg x 4 ml = 5200 ml
Jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama adalah 2600
Anak
10 x 20 kg x 4 ml = 800 ml
Jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama adalah 400
ml, sisanya diberikan 16 jam berikutnya.
c) Luka bakar minor
Dewasa : luka bakar kurang dari 15 %
Misal berat badan pasien 50 kg
Jadi resusitasinya :
Rumus baxter
: luas luka % x BB(kg) x 4 ml
14 % x 50 kg x 4 ml = 2800 ml
Jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama adalah 1400
ml, sisanya diberikan 16 jam berikutnya.
Anak
lain :
- Derajat kerusakan jaringan yang dikaitkan dengan luas dan
-
25
Pengkajian
a) Pengumpulan Data
Menurut Smeltzer, Amin, dan Lynda Juall, pengkajian pada kasus combustio
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Aktifitas/istirahat:
Tanda :
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
2) Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT) :
Hipotensi (syok)
Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik)
Takikardia (syok/ansietas/nyeri)
Disritmia (syok listrik)
Pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
3) Integritas ego:
Gejala :
26
b) Analisa Data
Data Objektif
Pasien tampak
Data Subjektif
Kesimpulan
meringis, Pasien mengeluh nyeri pada Nyeri akut
pasien
kulit
Kulit
terbatas, Pasien mengatakan lemah Intoleransi aktivitas
tampak
menerima
tubuhnya,
Integritas
tidak berdaya
kerusakan
pasien
mudah
tersinggung
Pasien mengalami anoreksia, Pasien
mengatakan
sulit Nutrisi
Pasien
kurang
dari
kebutuhan
mengatakan
dengan
keadaannya
Pasien menunjukkan perilaku Pasien bertanya
takut Ansietas
prognosis
tentang Kurang pengetahuan
29
RR
>
24x/menit,
Kekurangan
urin
cairan
tampak
lemah,
pekat,
membran
nadi
mukosa
kering
Oliguri
Pasien
volume
konjungtiva
pucat,
eliminasi urin
pusing, Perubahan
akral lemas.
pola
perfusi
jaringan perifer
mengeluh
tampak kotor
nyaman
Pasien tampak lemah, tampak Pasien mengeluh sulit tidur
Resiko
hipovolemik
Resiko tinggi infeksi
tinggi
syok
b. Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and
documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
30
8)
9)
10) Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan penurunan GFR akibat
terhambatnya aliran darah ke tubulus renal
11) Perubahan pola tidur berhubungan dengan perih pada saat bergerak
12) Defisit perawatan diri berhubungan dengan pemenuhan ADL tidak
terpenuhi
13) Perubahan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh dan
kulit
14) Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya berhubungan
dengan kurang informasi
15) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan cairan
intravaskuler
c. Perencanaan
1. Prioritas diagnosa keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif
2) Resiko tinggi syok hipovolemik
3) Resiko tinggi infeksi
4) Nyeri akut
5) Defisit volume cairan
6) Perubahan perfusi jaringan
7) Perubahan nutrisi
8) Intoleransi aktifitas
9) Perubahan pola eliminasi urin
10) Kerusakan integritas kulit
11) Perubahan pola tidur
12) Defisit perawatan diri
13) Perubahan citra tubuh
31
14) Ansietas
15) Kurang pengetahuan
2. Rencana asuhan keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
(a) Rencana tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam,
diharapkan pola nafas pasien normal.
(b) Kriteria hasil :
(1) Pasien mampu mempertahankan pola nafas normal/efektif
(2) Pasien bebas dari sianosis dan tanda/gejala lain dari hipoksia
dengan bunyi nafas sama secara bilateral, area paru bersih
(c) Rencana tindakan :
(1) Auskultasi bunyi nafas. Catat area yang menurun/tak ada bunyi
nafas dan adanya bunyi tambahan.
Rasional :
Bunyi nafas sering menurun pada dasar paru selama periode
waktu
setelah
pembedahan.
Krekels
atau
ronki
dapat
32
dan
diaphoresis
dan
perubahan
fungsi
mental
(penurunan kesadaran).
Rasional :
Dapat mengindikasikan perkembangan sepsis yang selanjutnya
memerlukan evaluasi atau tindakan dengan segera.
(4) Observasi daerah kulit yang mengalami luka, catat karakteristik
dan adanya inflamasi.
Rasional :
Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk
melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan terhadap
komplikasi selanjutnya.
(5) Berikan HE kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya
menjaga kebersihan kulit
Rasional :
Penjelasan mengenai pentingnya kebersihan kulit bagi pasien,
dapat menjadi acuan bagi pasien dan keluarganya untuk tidak
melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyebabkan infeksi
bertambah.
(6) Berikan antibiotik sesuai indikasi.
Rasional :
Antibiotika digunakan untuk mengatasi infeksi
34
penyakit
pasien,
pada
saat
nyeri TTV
meningkat.
(2) Observasi tingkat nyeri dengan tehnik PQRST
Rasional :
Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang
obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan
melakukan intervensi yang tepat.
(3) Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Rasional :
Teknik distraksi merupakan cara mengurangi nyeri dengan
peralihan. Teknik relaksasi merupakan teknik menerangkan
pikiran.
(4) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan
berikan posisi yang nyaman
Rasional :
Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan
meningkatkan kenyamanan.
(5) Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan
menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.
Rasional :
35
aktivitas
yang tepat
(2) Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
Rasional :
Meminimalkan anoreksia
(3) Sajikan makanan dalam bentuk hangat
Rasional :
Meningkatkan nafsu makan pasien
(4) Timbang BB pasien setiap hari, jika memungkinkan
Rasional :
Membantu menentukan keseimbangan nutrisi
(5) Beri HE pada pasien tentang pentingnya nutrisi sebagai
penghasil kalori yang sangat dibutuhkan tubuh dalam kondisi
luka bakar.
Rasional :
Penjelasan mengenai pentingnya nutrisi untuk membantu
mempercepat kesembuhan luka bakar
(6) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
Rasional :
Memberikan makanan yang sesuai dengan kondisi klien.
(7) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian nutrisi
parenteral
Rasional :
Memberikan asupan nutrisi secara parenteral
8) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
(a) Rencana tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam
diharapkan pasien mampu mempertahankan/meningkatkan aktivitas
optimal.
(b) Kriteria hasil :
(1)
(2)
(3)
(4)
dapat
mengakibatkan
keletihan dan
kurangnya
rentang
perhatian.
(6) Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen
waktu antara istirahat dan aktivitas.
Rasional :
Menghemat energi, mencegah kelelahan
(7) Ajarkan pasien menggunakan alat bantu
yang
dapat
sedang
penyebab
gangguan
tidur
dan
bantu
klien
Rasional :
Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi ke ke kamar
mandi/berkemih selama malam hari.
(5) Libatkan keluarga dan perawat dalam perawatan serta
mendampingi klien.
Rasional :
Mengurangi rasa kesendirian dan meningkatkan rasa aman
(6) Putarkan musik yang lembut.
Rasional :
Menurunkan stimulus sensori dengan menghambat suara-suara
lain dari lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur
nyenyak.
12) Defisit perawatan diri berhubungan dengan pemenuhan ADL tidak
terpenuhi
(a) Rencana tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam
diharapkan pasien dapat memenuhi perawatan dirinya.
(b) Kriteria hasil :
Pasien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan
tingkat kemampuan, pasien tampak bersih
(c) Rencana tindakan :
(1) Observasi kemampuan dan tingkat
kekurangan
untuk
melakukan ADL.
Rasional :
Membantu dalam antisipasi dan merencanakan pertemuan
kebutuhan individu.
(2) Ajarkan dan dukung pasien selama aktivitas kehidupan seharihari
Rasional :
Dapat meningkatkan perawatan diri
(3) Modifikasi lingkungan yang terapeutik
Rasional :
Diperlukan untuk mengompensasi ketidakmampuan fungsi
(4) Libatkan keluarga / perawat / orang terdekat
Rasional :
Membantu memenuhi ADL pasien
42
perubahan
tiba-tiba,
medis dan
pasien
seperti
sebelumnya.
Rasional :
Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga tidak berubah.
(4) Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang
diagnosa medik
Rasional :
Memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi
yang tepat
(5) Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan
perasaan
Rasional :
Dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima
kenyataan penyakit dan pengobatan
44
akan
membantu
dan
memberikan
46