ABSES SEREBRI
Oleh:
Reska Afriyanti, S.Ked
04054821618006
04084821618231
Pembimbing:
Dr. Theresia Christin, Sp.S
BAGIAN/DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Referat
ABSES SEREBRI
oleh:
Reska Afriyanti, S.Ked
04054821618006
04084821618231
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian/Departemen Neurologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, Periode 17
Oktober21 November 2016.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan
judul Abses Serebri. Di kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya Dr. Theresia Christin, Sp.S selaku pembimbing yang telah
membantu penyelesaian penyusunan referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan referat ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, semua saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Demikianlah penulisan referat ini, semoga bermanfaat untuk penulis dan
orang lain.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN .
KATA PENGANTAR..
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Abses serebri/abses otak (AO) merupakan infeksi intraserebral fokal yang
penderita
dihubungkan
dengan
kelainan
jantung
bawaan
lobus tertentu. Abses serebri bersifat soliter atau multipel. Multipel biasanya
ditemukan pada penyakit jantung bawaan sianotik; adanya shunt kanan ke kiri
akan menyebabkan darah sistemik selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi
polisitemia. Polisitemia ini memudahkan terjadinya trombo-emboli.3
Gejala klinik abses serebri berupa tanda-tanda infeksi yaitu demam,
anoreksi dan malaise, peninggian tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal
sesuai lokalisasi abses. Terapi abses serebri terdiri dari pemberian antibiotik dan
pembedahan. Tanpa pengobatan, prognosis abses serebri dapat menjadi jelek.1
Angka kejadian kasus abses serebri yang masih tinggi dan pentingnya
tatalaksana yang tepat agar prognosis menjadi lebih baik menjadi alasan
pembuatan referat ini. Dalam referat akan dibahas mulai dari definisi,
epidemiologi, anatomi, etiologi dan faktor predisposisi, histologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan, diagnosis banding, komplikasi dan
prognosis abses serebri. Setelah membaca referat ini, diharapkan bagi petugas
kesehatan khususnya dokter umum dapat mengenali dan mendiagnosis serta
melakukan tatalaksana awal kasus serebri sehingga komplikasi tidak terjadi.
Demikian, semoga referat ini bermanfaat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Abses otak adalah proses supurasi fokal parenkim otak, di serebrum
maupun serebelum. Abses otak biasanya terjadi akibat infeksi fokal di bagian
tubuh lain.4
Abses serebri merupakan infeksi intraserebral fokal yang dimulai sebagai
serebritis yang lokalisatorik dan berkembang menjadi kumpulan pus yang
dikelilingi oleh kapsul serebri disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri,
fungus dan protozoa.3
2.2 Epidemiologi
Abses serebri dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, namun paling
sering terjadi pada anak berusia 4-8 tahun. Penyebab abses serebri yaitu,
embolisasi oleh penyakit jantung kongenital dengan pintas atrioventrikuler
(terutama tetralogi fallot), meningitis, otitis media kronis dan mastoiditis,
sinusitis, infeksi jaringan lunak pada wajah ataupun scalp, status imunodefisiensi
dan infeksi pada pintas ventrikuloperitonial. Patogenesis abses serebri tidak begitu
dimengerti pada 10-15% kasus.1,2
Walaupun teknologi kedokteran diagnostik dan perkembangan antibiotika
saat ini telah mengalami kemajuan, namun rate kematian penyakit abses serebri
masih tetap tinggi, yaitu sekitar 10-60% atau rata-rata 40%. Penyakit ini sudah
jarang dijumpai terutama di negara-negara maju, namun karena resiko
kematiannya sangat tinggi, abses serebri termasuk golongan penyakit infeksi yang
mengancam kehidupan masyarakat (life threatening infection). 1,2
Di Indonesia belum ada data pasti, namun Amerika Serikat dilaporkan
sekitar 1500-2500 kasus abses serebri per tahun. Prevalensi diperkirakan 0,3-1,3
per 100.000 orang/tahun. Jumlah penderita pria lebih banyak daripada wanita,
yaitu dengan perbandinagan 2-3:1. Menurut Britt, Richard et al., penderita abses
serta
untuk
mengarahkan
informasi
sensorik
di
seluruh
tubuh. Ada tiga divisi utama serebri, yaitu serebri depan, serebri tengah, dan
serebri belakang.
junction dapat
10
ethmoidalis
pada
telinga
dapat
tengah
menyebabkan
dapat
pula
abses
menyebar
pada
lobus
ke
lobus
11
12
Pada penderita meningitis bacteria tidak selalu terjadi abses serebri, hal ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor:
1.Virulensi bakteri
Komponen
permukaan
subkapsular
bakteri
(dinding
sel
dan
pneumokokus
mempunyai
dua
polimer
dinding
sel
bakteri
tertentu
yang
bisa
merusak
sawar
darah
13
nekrotik terdapat sel radang, makrofag, fibroblast, dan sel besar berinti banyak
terisi jamur yang telah difagosit. 1,2
2.5.3 Abses disebabkan parasit
Amoeba menyebabkan terjadinya pusat nekrotik yang berisi debris dan
terutama sel mononuclear dikelilingi kongesti vaskuler nekrosis jaringan saraf dan
sel limfotik, sel plasma dan mononuclear lain, disini pembentukan kapsul tidak
ada atau hanya sedikit serta dapat ditemukannya kistadan trofozoit. Toksoplasma
dapat menyebabkan ensefalitis abses dan granuloma dengan atau tanpa pusat
nekrotik. 1,2
2.6 Patofisiologi
Abses serebri dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus
infeksi di sekitar serebri maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau
secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi
oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian serebri, tetapi paling sering
pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum
biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan serebri pada lobus tertentu. 1,2
Pada tahap awal AO terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan serebri
dengan infiltrasi lekosit disertai edema, perlunakan dan kongesti jaringan serebri,
kadang-kadang disertai bintik perdarahan. Setelah beberapa hari sampai beberapa
minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk suatu
rongga abses.Astroglia, fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang
nekrotikan. Mula-mula abses tidak berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan
fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang konsentris.Tebal
kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Beberapa ahli
membagi perubahan patologi AO dalam 4 stadium yaitu :
1) Stadium serebritis dini (Early Cerebritis)
Terjadi reaksi r
adang local dengan infiltrasi polymofonuklear leukosit, limfosit dan plasma sel
dengan pergeseran aliran darah tepi, yang dimulai pada hari pertama dan
meningkat pada hari ke 3.Sel-sel radang terdapat pada tunika adventisia dari
14
15
Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan meluas ke
arah ventrikel sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan meningitis. Infeksi
jaringan fasial, selulitis orbita, sinusitis etmoidalis, amputasi meningoensefalokel
nasal dan abses apikal dental dapat menyebabkan AO yang berlokasi pada lobus
frontalis.Otitis media, mastoiditis terutama menyebabkan AO lobus temporalis
dan serebelum, sedang abses lobus parietalis biasanya terjadi secara hematogen. 3,5
Respon Imunologik pada Abses Serebri 2,3
Setelah kuman telah menerobos permukaan tubuh, kemudian sampai ke
susunan saraf pusat melalui lintasan-lintasan berikut.Kuman yang bersarang di
mastoid dapat menjalar ke serebri perkuntinuitatum.Invasi hematogenik melalui
arteri intraserebral merupakan penyebaran ke serebri secara langsung.
Ada penjagaan serebri khusus terhadap bahaya yang dating melalui
lintasan hematogen, yang dikenal sebagai sawar darah serebri atau blood brain
barrier.Pada toksemia dan septicemia, sawar darah serebri terusak dan tidak lagi
bertindak sebagai sawar khusus.Infeksi jaringan serebri jarang dikarenakan hanya
bakterimia saja, oleh karena jaringan serebri yang sehat cukup resisten terhadap
infeksi.Kuman yang dimasukkan ke dalam serebri secara langsung pada binatang
percobaan ternyata tidak membangkitkan abses sereebri/ abses serebri, kecuali
apabila jumlah kumannya sangat besar atau sebelum inokulasi intraserebral telah
diadakan nekrosis terlebih dahulu. Walaupun dalam banyak hal sawar darah
serebri sangat protektif, namun ia menghambat penetrasi fagosit, antibody dan
antibiotik. Jaringan serebri tidak memiliki fagosit yang efektif dan juga tidak
memiliki lintasan pembuangan limfatik untuk pemberantasan infeksi bila hal itu
terjadi. Maka berbeda dengan proses infeksi di luar serebri, infeksi di serebri
cenderung menjadi sangat virulen dan destruktif.
2.7 Manifestasi Klinis
16
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
gambaran
klinik,
17
18
Gambaran CT-Scan : Pada hari pertama terlihat daerah yang hipodens dengan
sebagian gambaran seperti cincin.Pada hari ketiga gambaran cincin lebih jelas
sesuai dengan diameter serebritisnya.Didapati mengelilingi pusat nekrosis.
19
Late cerebritis (hari 4-9): daerah inflamasi meluas dan terdapat nekrosis dari
Early
capsule
stage (hari
10-14):
gliosis
post
infeksi,
fibrosis,
hipervaskularisasi pada batas pinggir daerah yang terinfeksi. Pada stadium ini
dapat terlihat gambaran ring enhancement.
Gambaran CT-Scan : Hampir sama dengan fase cerebritis, tetapi pusat nekrosis
lebih kecil dan kapsul terlihat lebih tebal.
Late capsule stage (hari >14): terdapat daerah sentral yang hipodens (sentral
20
Abses serebri yang hematogen ditandai dengan adanya fokus infeksi (yang
tersering dari paru), lokasi pada daerah yang diperdarahi oleh arteri serebri media
di daerah perbatasan massa putih dan abu-abu dengan tingkat mortalitas yang
tinggi sedangkan gambaran glioblastoma pada CT scan adalah adanya mixed
density tumor, ring enhancement yang berlekuk-lekuk disertai perifokal edema
yang luas. 5,11
Gambar. Histopatologi & Pencitraan dengan CT Scan dan MRI
10
terhadap
dan
edema)
mengancam jiwa
2. Terapi antibiotik dan test sensitifitas dari kultur material abses
3. Terapi bedah saraf (aspirasi atau eksisi)
4. Pengobatan terhadap infeksi primer
5. Pencegahan kejang
6. Neurorehabilitasi
21
yang
dapat
Penatalaksanaan awal dari abses serebri meliputi diagnosis yang tepat dan
pemilihan antibiotik didasarkan pada pathogenesis dan organisme yang
memungkinkan terjadinya abses.Ketika etiologinya tidak diketahui, dapat
digunakan kombinasi dari sefalosporin generasi ketiga dan metronidazole.Jika
terdapat riwayat cedera kepala dan pembedahan kepala, maka dapat digunakan
kombinasi dari napciline atau vancomycine dengan sephalosforin generasi ketiga
dan juga metronidazole. Antibiotik terpilih dapat digunakan ketika hasil kultur
dan tes sentivitas telah tersedia.
Tabel 2.1 Prinsip Pemilihan Antibiotik pada Abses Serebri
Etiologi
Infeksi bakteri
bakteri
anaerob,
gram
Antibiotik
negatif, Meropenem
stafilokokkus
dan stretokokkus
Penyakit jantung sianotik
Post VP-Shunt
Otitis media, sinusitis,
mastoiditis
Infeksi meningitis citrobacter
mg/KgBBt/Hari
Ceftriaxone (Rocephin)
IV
2-3 kali per hari,
50-100 mg/KgBBt/Hari
Metronidazole (Flagyl)
IV
3 kali per hari,
35-50 mg/KgBB/Hari
Nafcillin (Unipen, Nafcil)
IV
setiap 4 jam,
2 grams
Vancomycin
IV
setiap 12 jam,
15 mg/KgBB/Hari
IV
pemeriksaan
nervus
optikus
hari
XV
tidak
didapatkan
papil
proses
desak
ruang
yang
cukup
besar
guna
mengurangi
efek massa baik oleh edema maupun abses itu sendiri, disamping itu
pertimbangan ukuran abses yang cukup besar, tebalnya kapsul dan lokasinya di
temporal.
Antibiotik mungkin digunakan tersendiri, seperti pada keadaan abses
berkapsul dan secara umum jika luas lesi yang menyebabkan sebuah massa yang
berefek terjadinya peningkatan tekanan intrakranial. Dan harus ditatalaksanakan
dengan kombinasi antibiotik dan aspirasi abses.
Pembedahan secara eksisi pada abses serebri jarang digunakan, karena
prosedur ini dihubungkan dengan tingginya angka morbiditas jika dibandingkan
dengan teknik aspirasi. Indikasi pembedahan adalah ketika abses berdiameter
lebih dari 2,5 cm, adanya gas di dalam abses, lesi yang multiokuler, dan lesi yng
terletak di fosa posterior, atau jamur yang berhubungan dengan proses infeksi,
seperti mastoiditis, sinusitis, dan abses periorbita, dapat pula dilakukan
pembedahan drainase. Terapi kombinasi antibiotik bergantung pada organisme
dan respon terhadap penatalaksanaan awal.Tetapi, efek yang nyata terlihat 4-6
minggu.
Penggunaan antikonvulsan dipengaruhi juga oleh lokasi abses dan
posisinya terhadap korteks. Oleh karena itu kapan antikonvulsan dihentikan
tergantung dari kasus per kasus (ditetapkan berdasarkan durasi bebas kejang, ada
tidaknya abnormalitas pemeriksaan neurologis, EEG dan neuroimaging). 3
24
Pada penderita ini diberikan fenitoin oral, mengingat penderita sudah mengalami
kejang dengan frekuensi yang cukup sering.Penghentian antikonvulsan ini
ditetapkan berdasarkan perkembangan klinis penderita selanjutnya.
2.10 Diagnosis Banding 11
Sebagai suatu lesi desak ruang (space-occupying lesion), abses serebri
dapat bermanifestasi klinis hampir sama dengan suatu neoplasma maupun
hematosubdural. Oleh karena itu, diperlukan teknik diagnosis yang menyeluruh
agar terapi yang diberikan menjadi tepat.
Tabel 2.3 Perbedaan Abses dan Tumor berdasarkan Neuroimaging
Wall
Nodularity
T1
T2
Meningeal
Abscess
Smooth, thin, regular
Thinner on inner aspect
If present, in inner border
Hyperintense rim
Hypointense rim
Favours
enhancement
Diffusion Imaging High signal
Perfusion imaging Normal signal
dynamic
due
Tumor
Thick, irregular
Thinner on outer aspect
Outer border
Not seen
Low signal
to Low signal due high
density
in
tumour
25
2.12 Prognosis 6
Angka kematian yang dihubungkan dengan abses serebri secara signifikan
berkurang, dengan perkiraan 5-10% didahului CT-Scan atau MRI dan antibiotic
yang tepat, serta manajemen pembedahan merupakan faktor yang berhubungan
dengan tingginya angka kematian, dan waktu yang mempengaruhi lesi, abses
mutipel, kesadaran koma dan minimnya fasilitas CT-Scan. Angka harapan yang
terjadi paling tidak 50% dari penderita, termasuk hemiparesis, kejang,
hidrosefalus, abnormalitas nervus kranialis dan masalah-masalah pembelajaran
lainnya.
Prognosis dari abses serebri ini tergantung dari:
1) Cepatnya diagnosis ditegakkan
2) Derajat perubahan patologis
3) Soliter atau multipel
4) Penanganan yang adekuat.
Dengan alat-alat canggih dewasa ini AO pada stadium dini dapat lebih
cepat didiagnosis sehingga prognosis lebih baik. Prognosis AO soliter lebih baik
dan mu1tipel.Defisit fokal dapat membaik, tetapi keajng dapat menetap pada 50%
penderita.
BAB III
KESIMPULAN
Abses serebri adalah suatu proses infeksi dengan pernanahan yang
terlokalisir diantara jaringan serebri yang disebabkan oleh berbagai macam variasi
bakteri, fungus, dan protozoa, dimana kasusnya jarang dijumpai tetapi angka
kematiannya tinggi (rata-rata 40%) sehingga tergolong kelompok penyakit life
26
27
3. Mardjono, Mahar, dkk. Abses Serebri. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian
Rakyat. 2008. Hal 320-321.
4. Shambough GE, Glasscock ME. Intracranial complication of otitis media. In :
Shambough GE, Glasscock ME. Eds. Surgery of the Ear. 4th ed.,
Philadelphia : WB Saunders, 1980:249-75.
5. Hakim, Adril Arsyad. Abses Serebri. Departemen Bedah FK USU/ SMF
Bedah Saraf RSUP H Adam Malik Medan. Majalah Kedokteran Nusantara
Volume 38 No. 4. Sumatera Utara: Desember 2005.
6. Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15591/1/mkn-des2005%20(9).pdf diakses pada 21 Oktober 2016 2016 pukul 09.00 WIB.
7. Http://biology.about.com diakses pada 19 Oktober 2016 pukul 15.30 WIB.
8. Louvois J, Gortval P, Hurley R. Bacteriology of abscess of the central nervous
system: a multicentre prospective study. Br Med J 1977; 2:981-4
9. Brook I. Bacteriology of intracranial abcess in children. J Neurosurg
1981; 54:484-8
10. Karandanis D, Hulman JA. Factors associated with mortality in brain
abscess. Archs Int Med 1975; 135:1145-50
28