1SAP M.cholangitis
1SAP M.cholangitis
MODERATE CHOLANGITIS
Di Ruang 21 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Oleh :
Mahasiswa Profesi Keperawatan
Universitas Brawijaya Malang
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
MODERATE CHOLANGITIS
Di Ruang 21 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Oleh :
Mahasiswa Profesi Keperawatan
Universitas Brawijaya Malang
Mengetahui,
Kepala Urusan Ruang 21
Pembimbing Klinik
(................................)
(.................................)
: Moderate Cholangitis
Sasaran
Tempat
Hari/Tanggal
Alokasi Waktu
: 30 menit
Media/Sarana
Metode
dilakukan
penyuluhan
diharapkan
mengetahui :
1. Pengertian Moderate Cholangitis
2. Penyebab dan Faktor Resiko Moderate Cholangitis
3. Tanda dan gejala Moderate Cholangitis
4. Komplikasi Moderate Cholangitis
5. Penatalaksanaan Moderate Cholangitis
6. Cara Pencegahan Moderate Cholangitis
C. Materi (Terlampir)
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi.
E. Media
1. LCD
2. Power point
3. Laflet
klien
dan
keluarga
mampu
F. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Pendahuluan
Penyajian
Penutup
Waktu
Kegiatan Perawat
Kegiatan Klien
5
1. Memberi salam
1.Menjawab salam
menit 2. Memperkenalkan diri
2.Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
memperhatikan
dan pokok materi yang akan
3.Menjawab pertanyaan
disampaikan
4. Menggali pengetahuan keluarga
pasien tentang Moderate
Cholangitis
15
Menjelaskan materi:
1.Mendengarkan dan
menit 1. Pengertian Moderate Cholangitis
memperhatikan
2. Penyebab Moderate Cholangitis
3. Faktor risiko Moderate
Cholangitis
4. Tanda dan gejala Moderate
Cholangitis
5. Penatalaksanaan Moderate
Cholangitis
6. Komplikasi Moderate Cholangitis
10 1.Penegasan materi
1.Mengajukan
menit 2.Memberikan kesempatan kepada
pertanyaan
peserta untuk bertanya
2.Menjawab pertanyaan
3.Meminta salah satu peserta untuk
yang diberikan oleh
menjelaskan kembali materi yang
penyuluh
telah disampaikan
3.Membalas salam
4.Memberikan pertanyaan kepada
peserta tentang materi yang telah
disampaikan
5.Menutup acara dan mengucapkan
salam
Metode
Ceramah
dan tanya
jawab
Media
Power
point
Ceramah,
tanya
jawab,
praktik
Power
point
dan
leaflet
Tanya
jawab
G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
-
Pembuatan SAP
2. Evaluasi Proses
-
3. Evaluasi Hasil
Adanya peningkatan pengetahuan pada peserta penyuluhan terkait moderate
cholangitis.
1. Pengertian
Kolangitis adalah peradangan akut dinding saluran empedu, hampir
selalu disebabkan infeksi bakteri pada lumen steril (Williams, 2003).
Kolangitis akut merupakan superimposa infeksi bakteri yang terjadi pada
obstruksi saluran bilier, terutama yang ditimbulkan oleh batu empedu, namun
dapat pula ditimbulkan oleh neoplasma ataupun striktur (Williams, 2003).
Kolangitis adalah infeksi bakterial yang akut dari saluran empedu yang
tersumbat baik secara parsial atau total; sumbatan dapat disebabkan oleh
penyebab dari dalam lumen saluran empedu misalnya batu koledokus,
askaris yang memasuki duktus koledokus atau dari luar lumen misalnya
karsinoma caput pankreas yang menekan duktus koledokus, atau dari
dinding saluran empedu misalnya kolangio-karsinoma atau striktur saluran
empedu (Price and Wilson, 2006)
2. PENYEBAB & FAKTOR RISIKO
Penyebab pasti dari cholangitis belum diketahui secara pasti, sebuah teori
menyatakan bahwa kolestrol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di
kantung empedu yang lama kelamaan akan mengendap dan membentuk
batu yang lama kelamaan akan menyebabkan peradangan (infeksi) pada
saluran empedu (Williams, 2003).
Kolangitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri yang berhubungan dengan
obstruksi sebagian atau komplit dari duktus biliaris. Empedu dari hepar
bersifat steril dalam saluran empedu dipertahankan dalam kondisi steril
dengan adanya aliran yang kontinu dan adanya substansi antibakteri seperti
imunoglobulin.
Untuk terjadinya kolangitis perlu terjadi dua hal, yaitu kontaminasi bakteri
empedu dan peningkatan tekanan intraduktal. Peningkatan tekanan
intraduktal ini akan menyebabkan bakteri lebih mudah masuk ke pembuluh
darah (Siregar,2011).
Bakteri yang menginfeksi saluran empedu dapat berupa bakteri anerob
maupun anaerob. Organisme yang paling sering ditemukan pada kultur
cairan empedu adalah E.coli (terbanyak mencapai 44%), Clostridium welchii,
Klebsiella pneumoniae, Streptococcus faecalis dan Bacteriodes fragilis.
(Siregar,2011).
Sedangkan untuk faktor resiko cholangitis dijabarkan sebagai berikut:
a. Usia, resiko terkena cholangitis meningkat dengan bertambahnya usia.
Individu dengan usia >50 tahun, lebih cenderung terkena cholangitis
dibandingkan dengan usia yang lebih muda, hal ini disebabkan oleh :
1) Meningktanya sekresi kolestrol ke dalam empedu sesuai dengan
bertambahnya usia
2) Empedu menjadi semakin litogenik jika usia semakin bertambah
3) ERCP
Endoskopik merupakan selang kecil yang mudah digerakkan yang
menggunakan lensa atau kaca untuk melihat bagaian dari traktus
gastro intestinal. Endoscope Retrograde Cholangiopancreotography
(ERCP) dapat lebih akurat menentukan penyebab dan letak sumbatan
serta keuntungannya juga dapat mengobati penyebab obstruksi
dengan mengeluarkan batu dan melebarkan peyempitan (Girsang,
2013)
d. Tindakan
1) Konservatif
Jika diagnosis klinis kolangitis telah dibuat, penatalaksanaan awal
adalah konservatif. Keseimbangan cairan dan elektrolit harus
dikoreksi dan perlindungan antiobiok dimulai. Pasien yang sakit ringan
dapat diterapi sebagai pasien rawat dengan antibiotik oral.
Penambahan
metronidazole
atau
clindamycin
memberikan
melengkapi perlindungan antibiotik. Bila terdapat demam, diberikan
paracetamol sebagai antipiretik dan bila terdapat nyeri diberikan
analgesic seperti ketorolac atau miconazole.
2) Dekompresi Biliaris
Sebagian besar pasien (sekitar 70 persen) dengan kolangitis akan
berespon terhadap terapi antibiotik saja. Pada kasus tersebut demam
menghilang dan tes fungsi hati kembali ke normal seringkali dalam 24
sampai 48 jam. Jika pasien tidak menunjukkan perbaikan atau
malahan memburuk dalam 12 sampai 24 jam pertama, dekompresi
biliaris darurat harus dipertimbangkan. Pada sebagian besar kasus,
dekompresi biliaris segera paling baik dilakukan secara non operatif
baik dengan jalur endoskopik maupun perkutan. Yaitu:
Penanggulangan sfingterotomi endoskopik
Apabila setelah tindakan di atas keadaan umum tidak membaik
atau malah semakin buruk, dapat dilakukan sfingterotomi
endoskopik, untuk pengaliran empedu dan nanah serta
membersihkan duktus koledokus dari batu. Kadang dipasang pipa
nasobilier. Apabila batu duktus koledokus besar, yaitu berdiameter
lebih dari 2 cm, sfingterotomi endoskopik mungkin tidak dapat
mengeluarkan batu ini. Pada penderita ini mungkin dianjurkan
litotripsi terlebih dahulu
Lisis batu
Disolusi batu dengan sediaan garam empedu kolelitolitik mungkin
berhasil pada batu kolesterol. Terapi berhasil pada separuh
penderita dengan pengobatan selama satu sampai dua tahun.
Lisis kontak melalui kateter perkutan kedalam kandung empedu
dengan metil eter berhasil setelah beberapa jam. Terapi ini
merupakan terapi invasif walaupun
kerap disertai dengan
penyulit. (Price and Wilson, 2006)
6. Pencegahan
a. Pencegahan primer
1) Menjaga kebersihan makanan untuk menghindari infeksi
2) Menurunkan kadar kolestrol dengan mengurangi asupan lemak jenuh
3) Meningkatkan konsumsi serat
4) Minum minimal 8 gelas air perhari
b. Pencegahan sekunder
1) Diagnosa dini diarahkan pada penderita dengan koleliatis
2) Tindakan konservatif maupun bedah (Girsang, 2013)
DAFTAR PUSTAKA