Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Betapa banyak kaum muslimin yang mampu untuk menjalankan perintah
Allah SWT dengan baik, bisa menjalankan sunnah-sunnah Nabi SAW, mampu
untuk menjauhkan dirinya dari zina, berkata dusta, minum khomer, bahkan
mampu untuk sholat malam setiap hari, senantiasa pusa senin kamis,
namun.mereka tidak mampu menghindarkan dirinya dari ghibah. Bahkan
walaupun mereka telah tahu bahwasanya ghibah itu tercela dan merupakan dosa
besar namun tetap saja mereka tidak mampu menghindarkan diri mereka dari
ghibah.
Tidak hanya berhenti disana, ghibah telah dibiasakan dengan adanya
infotaiment yang bisa kita lihat tiap pagi, siang sore, dan itu menjadi tayangan
favorit dari berbagai kalangan, dari kecil hingga dewasa. Miris memang, ketidak
tahuan hokum tentang ghibah merupakan salah satu factor kenapa minat terhadap
ghibah slalu meningkat.
Dalam makalah ini penulis akan memberikan penjelasan mengenai ghibah
mulai dari definisi ghibah hingga kiat mengindari ghibah agar para pembaca bsa
mengerti tentang salah satu perilaku tercela ini dan bisa menghindarkan diri dari
ghibah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ghibah?
2. Apa saja contoh-contoh ghibah?
3. Apa saja mudharat ghibah?
4. Bagaimana kiat menghindari ghibah?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari ghibah
2. Untuk mengetahui contoh-contoh dari ghibah
3. Untuk mengetahui manfaat ghibah
4. Untuk mengetahui kiat menghindari ghibah
1.4 Manfaat
Penulis mampu menjelaskan secara rinci tentang ghibah dan pembaca
dapat memahami dengan baik serta dapat menghindari ghibah dalam kehidupan
sehari-hari.
1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ghibah

Secara etimologi, ghibah berasala dari kata Ghaba- Yaghibu yang artinya
adalah mengupat, menurut Jalaluddin bin Manzur, ini juga berarti fitnah, umpatan,
atau gunjingan. Dapat juga diartikan membicarakan keburukan orang lain
dibelakangnya atau tanpa sepengetahuan yang dibicarakan. Disisi lain an-Nawawi
mendefinisikan ghibah adalah mengupat atau menyebut orang lain yang ia tidak suka
atau memebencinya, terutama dalam hal kehidupannya. Beliau mengatakan bahwa
jarang sekali orang yang bisa lepas dari menggunjing orang lain.
Ghibah (menggunjing) menurut bahasa artinya membicarakan keburukan
(keaiban) orang lain. Ghibah menurut istilah adalah membicarakan kejelekan dan
kekurangan orang lain dengan maksud mencari kesalahan-kesalahannya, baik
jasmani, agama, kekayaan,akhlak, ataupun bentuk lahiriyah lainnya.
Nabi Muhammad Saw menerangkan tentang ghibah dalam Sabdanya:

Artinya: Dari Abu Hurairahr.ra, bahwasanya Rasulullah Saw bersabda: Tahukah


kamu apa ghibah itu? Para sahabat mmenjawab:Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui. Nabi bersabda: Kamu menyampaikan sesuatu yang tidak disukai oleh
saudaramu. Lalu Rasul ditanya: Bagaimana jika yang saya sampaikan itu
merupakan (kenyataan) yang terjadi pada diri saudaraku itu? Nabi Saw bersabda:
Jika yang kamu sampaikan itu benar terjadi pada saudaramu, berarti kamu telah
menggunjingnya. Jika tidak terjadi pada dirinya, berarti kamu telah berbuat dusta
kepadanya. (HR. Muslim)(Abidin,Ibnu)

Hukum ghibah adalah harom berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah dan ijma
kaum muslimin. Namun terjadi khilaf diantara para ulama, apakah ghibah termasuk
dosa besar atau termasuk dosa kecil?. Imam Al-Qurthubi menukilkan ijma
bahwasanya ghibah termsuk dosa besar. Sedangkan Al-Gozhali dan penulis
Al-Umdah dari Syafiiyah berpendapat bahwasanya ghibah termasuk dosa kecil.
Berkata Al-Auzai : Aku tidak mengetahui ada orang yang jelas menyatakan bahwa
ghibah termasuk dosa kecil selain mereka berdua. Az-Zarkasyi berkata : Dan
sungguh aneh orang yang menganggap bahwasanya memakan bangkai daging
(manusia) sebagai dosa besar (tetapi) tidak menganggap bahwasanya ghibah juga
adalah dosa besar, padahal Allah SWT menempatkan ghibah sebagaimana memakan
bangkai daging manusia. Dan hadits-hadits yang memperingatkan ghibah sangat
banyak sekali yang menunjukan akan kerasnya pengharaman ghibah

Berikut dapat disimpulkan beberapa poin tentang definisi ghibah diatas:


1.

Membicarakan keburukan orang lain tanpa sepengetahuan yang dibicarakan,


baik dengan ucapan, sindiran ataupun dengan isyarat.

2.

Menbicarakan aib orang lain,walaupun yang dibicarakan adalah benar adanya


pada diri yang dibicarakan.

3.

Jika yang dibicarakan mengetahui maka ia akan tidak suka aibnya dibicarakan
pada orang lain.

4.

Hal yang dibicarakan meliputi, kehidupan pribadi, keluarga maupun spiritual


sesorang.

5.

Karena membicarakan tanpa sepengetahuan yang dibicarakan, ini artinya


perbuatan licik dan pasti perbuatan ini mengandung unsur keinginan untuk
merusak harga diri, atau kemulyaan seseorang.

2.2 Contoh-contoh Ghibah

Contoh perilaku ghibah:


a. Membicarakan keburukan orang lain melalui lisan, seperti teman, tetangga.
b. Membicarakan keburukan orang lain melalui bahasa isyarat.
c. Membicarakan keburukan orang lain melalui media massa tanpa ada maksud
untuk kebaikan.
Contoh lain perilaku ghibah :
1. Ada orang yang mengghibah untuk mencocokkan dirinya (dalam obrolan)
dengan kawan duduk, shahabat dan kerabatnya, padahal ia tahu bahwa orang
yang dighibah (atau objek ghibah) itu berlepas diri dari apa yang mereka
ucapkan atau sebahagian obrolan itu memang ada pada objek ghibah tersebut.
Tetapi ia memandang jika ia mengingkari (perbuatan ghibah) mereka maka ia
akan menghentikan majlis itu dan teman-temannya akan bersikap buruk
kepadanya dan akan meninggalkannya. Sehingga ia memandang bahwa
menyesuaikan diri dengan mereka itu merupakan sikap pergaulan dan
persahabatan yang baik. Kadang-kadang mereka marah maka iapun marah
bersama mereka, lalu ia tenggelam di dalam obrolan (bernuansa ghibah) itu
bersama mereka.
2. Ada orang menampakkan ghibah dalam model yang berbeda-beda. Ada yang
berbentuk agama dan kebaikan. Ia mengatakan, bukanlah kebiasaanku
menceritakan seseorang melainkan hanya kebaikannya saja. Aku tidak
menyukai ghibah dan dusta, hanyasaja aku ingin memberitahukan kepada
kalian tentang keadaannya. Atau ia mengatakan, Demi Allah, ia orang
miskin, atau seorang laki-laki yang baik, namun sayangnya padanya ada
perbuatan begini dan begitu. Boleh jadi ia berkata, Jauhkan kami dari
(membicarakan)nya, semoga Allah mengampuni kami dan dia. Tetapi tujuan
yang sebenarnya adalah untuk merendahkan dan menjatuhkan kemuliaan
orang tersebut. Mereka telah mengemas ghibah dengan label kebaikan dan
agama. Mereka hendak menipu Allah dengan perbuatan tersebut sebagaimana
mereka biasa menipu manusia. Sungguh-sungguh kami telah menyaksikan
banyak model seperti ini dari mereka dan yang semisalnya.
3. Ada orang mengangkat orang lain dengan maksud riya lalu hal itu
menyebabkannya mengangkat dirinya. Ia berkata, Seandainya di dalam
5

sholatku semalam aku mendoakan si fulan, tatkala sampai kepadaku bahwa ia


telah melakukan ini dan itu. Ia bermaksud mengangkat dirinya dan
merendahkan si fulan di hadapan orang-orang yang menganggapnya (orang
baik). Atau ia berkata, Si fulan itu pendek akalnya lagi lambat
pemahamannya.

Ia

bermaksud

memuji

dirinya

dan

mengukuhkan

pengetahuannya, dan bahwa ia lebih utama dari si fulan tersebut.


4. Ada juga yang melakukan ghibah itu karena dengki. Berarti ia telah
menghimpun dua perkara jelek (di dalam dirinya), yaitu ghibah dan dengki.
Jika ada seseorang dipuji, maka ia akan berusaha untuk menghilangkan
(pujian) itu darinya dengan sekuat tenaga dengan kedok agama dan kebaikan.
Atau dengan bentuk (mengemukakan orang yang terpuji itupun mempunyai)
kedengkian, perbuatan maksiat dan nista agar kemuliaannya gugur darinya
(di mata para pemujinya).
5. Ada yang melakukan ghibah itu dengan bentuk ejekan dan menjadikan
(seseorang) menjadi bahan permainan, agar orang-orang selainnya menjadi
tertawa dengan olok-olok, kesombongan dan penghinaannya terhadap objek
olokan tersebut .
6. Ada juga yang melakukan ghibah dengan bentuk keheranan. Ia berkata, Aku
merasa heran kepada si fulan, mengapa ia tidak mampu melakukan ini dan
itu. Dan juga kepada si fulan, mengapa hal ini dan itu bisa terjadi padanya,
dan mengapa ia mengerjakan perbuatan ini dan itu. Ia mengidentifikasikan
namanya (objek ghibah tersebut) dalam bentuk rasa heran.
7. Ada yang melakukan ghibah dalam bentuk rasa sedih. Ia mengatakan,
Kasihan si fulan, apa yang telah terjadi padanya dan apa yang dilakukannya
membuatku sedih. Orang yang mendengar (perkataan)nya menyangka
bahwa ia bersedih dan berduka karenanya, (padahal tidak demikian
keadaannya) sebenarnya hatinya dipenuhi rasa dendam kepada orang
tersebut. Jika ia punya kesanggupan, niscaya ia akan menambah-nambah
lebih dari kejelekan yang ada padanya. Terkadang ia menyebutkan hal
tersebut kepada musuh-musuh (saudara)nya tersebut agar mereka bisa
membalasnya. Model seperti ini dan yang lainnya merupakan penyakit hati
yang paling parah dan usaha penipuan terhadap Allah dan para hamba-Nya.
6

8. Ada juga yang menampakkan ghibah dalam bentuk kemarahan dan


pengingkaran terhadap kemungkaran. Di dalam bab ini, ia menampakkan
sesuatu dengan perkataan-perkataan yang indah padahal tujuannya tidak
seperti yang ia tampakkan.
Ghibah yang dibolehkan
Berkata Syaikh Salim Al-Hilali: Ketahuilah bahwasanya ghibah dibolehkan
untuk tujuan yang benar yang syari yang tidak mungkin bisa dicapai tujuan tersebut
kecuali dengan ghibah itu .Dan hal-hal yang dibolehkan ghibah itu ada enam
(sebagaimana disebutkan oleh An-Nawawi dalam Al-Adzkar), sebagaimana
tergabung dalam suatu syair yaitu Pengadu, orang yang mengenalkan, orang yang
memperingatkan, orang yang menampakkan kefasikan,peminta fatwa dan orang
yang mencari bantuan untuk mengilangkan kemungkaran
Pertama : Pengaduan, maka dibolehkan bagi orang yang teraniaya mengadu kepada
sultan (penguasa) atau hakim dan yang selainnya yang memiliki kekuasaan dan
kemampuan untuk mengadili orang yang menganiaya dirinya. Maka dia (boleh)
berkata : Si fulan telah menganiaya saya demikian-demikian. Dalilnya firman
Allah SWT

artinya Allah SWT tidak menyukai ucapan yang buruk (yang diucapkan) dengan
terus terang kecuali oleh orang yang dianiyaya. (An-Nisa 148)
Pengecualian yang terdapat dalam ayat ini menunjukan bahwa bolehnya orang yang
didzholimi mengghibahi orang yang mendzoliminya dengan hal-hal yang
menjelaskan kepada manusia tentang kedzoliman yang telah dialaminya dari orang
yang mendzoliminya, dan dia mengeraskan suaranya dengan hal itu dan
menampakkannya di tempat-tempat berkumpulnya manusia. Sama saja apakah dia
nampakkan kepada orang-orang yang diharapkan bantuan mereka kepadanya, atau
dia nampakkan kepada orang-orang yang dia tidak mengharapkan bantuan mereka

Kedua : Minta bantuan untuk mengubah kemungkaran dan mengembalikan pelaku


kemaksiatan kepada kebenaran. Maka dia (boleh) berkata kepada orang yang
diharapkan kemampuannya bisa menghilangkan kemungkaran : Si fulan telah
berbuat demikian, maka hentikanlah dia dari perbuatannya itu dan yang selainnya.
Dan hendaknya tujuannya adalah sebagai sarana untuk menghilangkan kemungkaran,
jika niatnya tidak demikian maka hal ini adalah harom.
Ketiga : Meminta fatwa : Misalnya dia berkata kepada seorang mufti : Bapakku
telah berbuat dzolim padaku, atau saudaraku, atau suamiku, atau si fulan telah
mendzolimiku, apakah dia mendapatkan hukuman ini?, dan bagaimanakah jalan
keluar dari hal ini, agar hakku bisa aku peroleh dan terhindar dari kedzoliman?, dan
yang semisalnya. Tetapi yang yang lebih hati-hati dan lebih baik adalah hendaknya
dia berkata (kepada si mufti) : Bagaimana pendapatmu tentang seseorang atau
seorang suami yang telah melakukan demikian ..?. Maka dengan cara ini tujuan bisa
diperoleh tanpa harus menyebutkan orang tertentu, namun menyebutkan orang
tertentupun boleh sebagaimana dalam hadits Hindun.
Dari

Aisyah

berkata

:Hindun

istri

Abu

Sofyan

berkata

kepada

Nabi

SAW:Sesungguhnya Abu Sufyan seorang yang kikir dan tidak mempunyai cukup
belanja untukku dan unutuk anak-anakku, kecuali jika saya ambil diluar
pengetahuannya. Nabi SAW berkata : Ambillah apa yang cukup untukmu dan
untuk anak-anakmu dengan cara yang baik (jangan terlalu banyak dan jangan
terlalu sedikit).
Keempat : Memperingatkan kaum muslimin dari kejelekan. Hal ini diantaranya :
Apa yang telah dilakukan oleh para Ahlul Hadits dengan jarh wa tadil. Mereka
berdalil dengan ijma akan bolehnya bahkan wajibnya hal ini. Karena para salaf
umat ini senantiasa menjarh orang-orang yang berhak mendapatkannya dalam rangka
untuk menjaga keutuhan syariat.
Kelima : Ghibah dibolehkan kepada seseorang yang terang-terangan menampakkan
kefasikannya atau kebidahannya. Seperti orang yang terang-terangan meminum

khomer, mengambil harta manusia dengan dzolim, dan lain sebagainya. Maka boleh
menyebutkan kejelekan-kejelekannya.
Keenam : Untuk pengenalan. Jika seseorang terkenal dengan suatu laqob (gelar)
seperti Al-Amasy (si rabun) atau Al-Aaroj (si pincang) atau Al-Ama (si buta) dan
yang selainnya maka boleh untuk disebutkan. Dan diharomkan menyebutkannya
dalam rangka untuk merendahkan. Adapun jika ada cara lain untuk untuk mengenali
mereka (tanpa harus menyebutkan cacat mereka) maka cara tersebut lebih baik.

2.3 Mudharat Ghibah


Bila diperhatikan, perkataan yang diucapkan lidah, tak terlepas dari empat hal:
seluruhnya mengandung mudharat, seluruhnya mngandung manfaat, seluruhnya
mengandung manfaat dan mudharat, dan sama sekali tidak mengandung manfaat
maupun mudharat. Tentu saja, yang ideal dan diharapkan yang seluruhnya mengandung
manfaat. Tapi namanya lidah tak bertulang, sudah barang tentu manusia berpotensi besar
untuk melakukan khilaf (al-Insan mahal al-khata wa al-Nis-yan).Ghibah merupakan
salah satu yang lebih banyak mudharat daripada manfaatnya.
Berikut bahaya sifat Ghibah
a. Dijauhkan dari rahmat Allah
b. Menimbulkan kedengkian dan permusuhan
c. Menjatuhkan nama baik seseorang.
d. Merusak persatuan dan persaudaraan.
e. Merusak iman.
f. Menghapus amal kebaikan

2.4 Kiat Menghindari Ghibah


Beberapa hal yang harus dilakukan supaya dapat terhindar dari perilaku Ghibah:
a. Kita harus sadar bahwa segala apa yang kita ucapkan semuanya akan dicatat
dan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT.

b. Selalu mengingat bahwa perbuatan ghibah adalah penyebab kemarahan dan


kemurkaan Allah.
c. Selalu mengingat bahwa amal kebaikan akan pindah kepada orang yang
digunjingkannya.
d. Hendaklah orang yang melakukan ghibah mengingat terlebih dahulu aib
dirinya sendiri dan segera berusaha memperbaikinya.
e.

Menjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan terjadinya ghibah.

f. Senantiasa mengingatkan orang-orang yang melakukan ghibah.

BAB III
PENUTUP
10

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Ghibah menurut istilah adalah membicarakan kejelekan dan kekurangan


orang lain dengan maksud mencari kesalahan-kesalahannya, baik jasmani,
agama, kekayaan,akhlak, ataupun bentuk lahiriyah lainnya

2. Contoh-contoh ghibah ialah membicarakan keburukan orang lain melalui


lisan, seperti teman, tetangga, membicarakan keburukan orang lain melalui
bahasa isyarat,dan membicarakan keburukan orang lain melalui media massa
tanpa ada maksud untuk kebaikan.

3. Ghibah lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Salah satu bahaya


dari ghibah ialah dijauhkan dari rahmat Allah SWT.

4. Salah satu kiat menghindari ghibah ialah kita harus sadar bahwa segala apa
yang

kita

ucapkan

semuanya

akan

dicatat

dan

akan

dimintai

pertanggungjawaban oleh Allah SWT. Sehingga kita bisa terhindar dari


perilaku tercela ghibah.

DAFTAR PUSTAKA

11

Ahnaf afiq.2011 (http://www.scribd.com/doc/62968328/ghibah diakses tanggal 15


desember 2012)
Soronji, Ibnu Abidin As,Ghibah, (www.oocities.org/gigih67/document/Ghibah.pdf
diakses tanggal 15 desember 2012)
http://dzikrina22.multiply.com diakses tanggal 15 desember 2012
motivasinet.files.wordpress.com diakses tanggal 15 desember 2012
wahonot.files.wordpress.com/2008/01/gibah.pdf diakses tanggal 15 desember 2012

12

Anda mungkin juga menyukai