Anda di halaman 1dari 3

Resume Bioetanol dari Pulp Kakao

1.Persiapan Bahan

Limbah Pulp Kakao

Pendiaman selama 6 jam

Penyaringan dengan Kain

Cairan pulpa

Sterilisasi suhu 1000C

Cairan Pulpa steril


2. Pembuatan Etanol
Urea 0,4g/l; NPK 0,5g/l;
Saccharomycess cerevisiae 9%

Cairan Pulpa Steril

Pengadukan Hingga Homogen

Fermentasi Anaerob
selama 5 hari

Destilasi

Etanol

Kotoran

Waktu optimum fermentasi yaitu pada hari ke lima berkisar antara 0,71%-5,93%
Semakin lama fermentasi, kadar etanol yang dihasilkan akan mencapai titik optimum dan
setelah itu akan menurun
Semakin lama fermentasi, kadar glukosa semakin rendah dan kadar alkoholnya semakin
tinggi karena selama fermentasi glukosa yang terdapat dalam substrat (bahan) akan diubah
oleh enzim zimase menjadi alkohol. Jika gula yang tersedia dalam substrat merupakan gula
disakarida maka enzim invertase akan bekerja menghidrolisis disakarida menjadi
monosakarida. Setelah itu, enzim zymase akan mengubah monosakarida tersebut menjadi
alkohol dan CO2.
Starter yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ragi roti komersil dengan merk
Fermipan. Ragi roti merupakan khamir jenis Saccharomyces cerevisiae. Saccharomyces
cerevisiae memetabolisme sumber gula dan salah satu hasil metabolismenya adalah
gas CO2yang dapat mengembangkan adonan roti. Proses ini terjadi pada kondisi aerob. Di
dalam kondisi anaerob ragi roti tetap menghasilkan gas CO2, meskipun tidak secepat
dalam kondisi aerob.
starter yang digunakan adalah ragi roti dengan merk Fermipan yang ditumbuhkan dalam
substrat pertumbuhan. substrat pertumbuhan terdiri dari 1000 ml aquades yang
ditambahkan dengan 100 gram gula pasir (konsentrasi gula 10%) yang disiapkan di
dalam gelas beker (Elevri dan Putra 2006 termodifikasi). Setelah semua bahan
dimasukkan,kemudian dihomogenkan terlebih dahulu dengan magnetic stirrer kemudian
disterilisasi dengan menggunakan autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit. Substrat
ditunggu hingga dingin. Setelah dingin, sampai kira-kira mencapai suhu 30-330C, 50
gram Fermipan dimasukkan ke dalam substrat, selanjutnya diinkubasi pada suhu 300C
selama 8 jam (Tipteerasri et al., 2009 termodifikasi).
Inokulasi starter. Setelah starter diinkubasi selama 8 jam, maka starter tersebut siap
untuk diinokulasikan di dalam substrat fermentasi. Inokulasi starter baik dilakukan
setelah starter diinkubasi selama 8 jam. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa setelah 8
jam, Saccharomyces cerevisiae telah mengakhiri fase logaritmik. Akhir fase logaritmik
ditandai dengan adanya perlambatan pertumbuhan dan peningkatan kemampuan
metabolisme (Held, 2010). Starter dimasukkan dalam medium fermentasi pada kondisi
yang aseptis. Jumlah starter yang dimasukkan adalah sebanyak 10% (Tipteerasri et al.,
2009). mendapatkan perolehan bioetanol pada rentang 3-9% pada volume 300 ml.
Sedangkan Sodiq perolehan bioetanol yang dihasilkan mencapai 14 % volume. Kondisi
derajat keasaman (pH), konsentrasi ragi.
Dalam 72 jam Saccharomyces cerevisiae dapat menghasilkan alkohol hingga 2%
Saccharomyces cerevisiae akan tumbuh optimal dalam kisaran suhu 30-35C dan
puncak produksi alkohol dicapai pada suhu 33C. Jika suhu terlalu rendah, maka
fermentasi akan berlangsung secara lambat dan sebaliknya jika suhu terlalu tinggi
maka Saccharomyces cerevisiae akan mati sehingga proses fermentasi tidak akan
berlangsung. bahwa kisaran pertumbuhan. Saccharomyces cerevisiae adalah pada pH

3,5-6,5. Pada kondisi basa, Saccharomyces cerevisiae tidak dapat tumbuh. Ditambahkan
oleh Elevri dan Putra (2006), bahwa produksi etanol oleh Saccharomyces cerevisiae
paling maksimal dapat dicapai pada pH 4,5.
Perlakuan suhu distilasi berpengaruh terhadap rendemen, kadar alkohol, pH, total asam dan
total padatan terlarut distilat. Perlakuan lama distilasi berpengaruh terhadap rendemen, pH,
total asam dan total padatan terlarut, tetapi tidak berpengaruh terhadap kadar alkohol
distilat. Interaksi suhu dan lama distilasi berpengaruh terhadap rendemen dan total padatan
terlarut, tetapi tidak berpengaruh terhadap kadar alkohol, pH dan total asam distilat alkohol
yang dihasilkan dari cairan pulpa hasil samping fermentasi biji kakao. Perlakuan distilasi
pada suhu 902C dan lama distilasi 15 menit merupakan perlakuan yang tepat untuk
menghasilkan distilat alkohol dari cairan pulpa hasil samping fermentasi biji kakao dengan
karakteristik terbaik yaitu rendemen 1,5%, kadar alkohol, 30,99%, derajat keasaman (pH)
3,48, total asam 0,0307 meq NaOH/g dan total padatan terlarut 11,6 % Brix.
Pengujian Kadar Etanol Untuk mengetahui kadar etanol dari hasil destilasi dilakukan
dengan cara mengambil sampel cairan destilasi sebanyak 100 ml kemudian diukur dengan
alkoholmeter sehingga diketahui kadar alkohol yang diperoleh.
Pengujian bioetanol sebagai bahan bakar Setelah didapatkan kadar etanol yang
diinginkan, dilakukan uji pada kompor bioetanol generasi ke-4 dengan cara mengambil
sebanyak 25 ml etanol yang kemudian dimasukkan kedalam kompor bioetanol dan
ditunggu berapa lama nyala apinya.
Pengamatan waktu mencapai titik didih Sebanyak 25 ml etanol yang didapat, dituang
kedalam kompor bioetanol generasi ke-4, kemudian dinyalakan apinya. Kemudian
diletakkan panci berisi 50 ml air dan ditunggu hingga mendidih atau mencapai suhu 100C.
Diamati waktu mencapai titik didihnya.
Aplikasi bioetanol Bahan bakar kendaraan; Bahan dasar minuman alcohol; Bahan kimia
dasar senyawa organic; Sebagai antiseptic; Sebagai pelarut parfum dan cat.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pikel
    Pikel
    Dokumen16 halaman
    Pikel
    Citra Wahyu Nuur Ariffah
    Belum ada peringkat
  • PIKEL
    PIKEL
    Dokumen3 halaman
    PIKEL
    Citra Wahyu Nuur Ariffah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Ig Tapioka
    Laporan Ig Tapioka
    Dokumen43 halaman
    Laporan Ig Tapioka
    Citra Wahyu Nuur Ariffah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1. Pendahuluan
    Bab 1. Pendahuluan
    Dokumen14 halaman
    Bab 1. Pendahuluan
    Citra Wahyu Nuur Ariffah
    Belum ada peringkat