Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas dingin suatu benda
dan

alat yang digunakan untuk mengukur suhu adalah termometer. Dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat untuk mengukur suhu cenderung menggunakan


indera peraba. Tetapi dengan adanya perkembangan teknologi maka diciptakanlah
termometer untuk mengukur suhu dengan valid. Suhu badan normal yakni 36,5 oC37oC. Bila suhu seseorang menjadi lebih dari 37,5oC, maka orang tersebut
dikatakan demam.
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi
panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan
panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39oC. Selain
adanya tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu
pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal
individu tersebut (Potter & Perry,2010).
Menurut Wong (2008) terdapat empat jenis demam yang umum terjadi
yaitu demam intermiten, remiten, kambuhan, dan konstan. Selama demam
intermiten, suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval yang teratur, antara
periode demam dan periode suhu normal serta subnormal. Selama demam
remiten, terjadi fluktuasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari 2oC) dan
berlangsung selama 24 jam, dan selama itu suhu tubuh berada di atas normal.

2
Pada demam kambuhan, masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi
dengan periode suhu normal selama 1 2 hari. Selama demam konstan, suhu
tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi berada di atas suhu normal.
Tanda-tanda klinis demam dapat bervariasi, bergantung pada awitan,
penyebab, dan tahap pemulihan demam. Semua tanda tersebut muncul akibat
adanya perubahan set point pada mekanisme pengontrolan suhu yang diatur oleh
hipotalamus. Pada kondisi normal, ketika suhu inti naik diatas 37 oC, laju
pengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat set
point. Sebaliknya, ketika suhu inti kurang dari 37oC, laju produksi panas akan
meningkat sehingga suhu tubuh akan naik ke tingkat set point. Dalam keadaan ini
termostat hipotalamus berubah secara tiba-tiba dari tingkat normal ke tingkat yang
lebih tinggi akibat pengaruh kerusakan sel, zat-zat pirogen, atau dehidrasi pada
hipotalamus. Selama fase interval, terjadi respons produksi panas yang biasanya
muncul, yakni meriang, kedinginan, kulit dingin akibat vasokontriksi, dan
menggigil yang dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh pada anak yang
mengalami hipertermia (Wong, 2008).
Hipertermia yang berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi
lokal atau sistemik harus ditangani dengan benar karena terdapat beberapa
dampak negatif yang ditimbulkan. Hipertermi disebabkan karena berbagai faktor.
Jika tidak di manajemen dengan baik, hipertermi dapat menjadi hipertermi
berkepanjangan. Hipertermi berkepanjangan merupakan suatu kondisi suhu tubuh
lebih dari 38oC yang menetap selama lebih dari delapan hari dengan penyebab
yang sudah atau belum diketahui. Tiga penyebab terbanyak demam pada anak
yaitu

penyakit

infeksi

(60%-70%),

penyakit

kolagen-vaskular,

dan

3
keganasan.Walaupun infeksi virus sangat jarang menjadi penyebab demam
berkepanjangan, tetapi 20% penyebab adalah infeksi virus. Kesulitan dalam
mencari penyebab timbulnya demam berkepanjangan disebabkan oleh banyak
faktor terutama penyebab yang beraneka ragam (Setiawati,2009).
Dampak yang ditimbulkan hipertermia dapat berupa penguapan cairan
tubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang (Setiawati,
2009). Hipertermi berat (suhu lebih dari 41oC) dapat juga menyebabkan hipotensi,
kegagalan organ multipel, koagulopati, dan kerusakan otak yang irreversibel.
Hipertermia menyebabkan peningkatan metabolisme selular dan konsumsi
oksigen. Detak jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi tubuh. Metabolisme ini menggunakan energi yang menghasilkan panas
tambahan. Jika klien tersebut menderita masalah jantung atau pernapasan, maka
demam menjadi berat. Demam dalam jangka panjang akan menghabiskan
simpanan energi klien dan membuatnya lemah. Metabolisme yang meningkat
membutuhkan oksigen tambahan. Jika tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan
oksigen tambahan,

maka

terjadi hipoksia selular. Hipoksia miokardial

menimbulkan angina (nyeri dada) dan 4 hipoksia serebral menimbulkan cemas


(Potter & Perry,2010).
Alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran suhu disebut
termometer. Prinsip dasar dari alat ukur ini ialah fenomena pemuaian yang
merupakan indeks temperatur. Suhu seorang pasien adalah bagian penting dari
data klinis. Dalam konteks data lain dapat memandu langkah-langkah diagnostik
dan terapi dengan menentukan adanya penyakit dan sejauh mana pasien
menanggapi pengobatan. Sejak termometer pertamakali ditemukan oleh Galileo,

4
alat ini terus dikembangkan untuk memberikan kemudahan dan ketepatan yang
lebih baik dalam mengukur suhu tubuh seseorang. Dengan semakin maju
teknologi, termometer air raksa yang menjadi standar dalam pengukuran suhu
tubuh manusia sejak ratusan tahun baik di klinik maupun di rumah perlahan mulai
digantikan dengan termometer digital.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad merupakan rumah
sakit rujukan utama di Provinsi Riau. Data di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RSUD Arifin Achmad menunjukan demam merupakan alasan masuk paling
banyak yaitu sebanyak 447 kasus mulai dari bulan Januari sampai bulan Mei.
Thermometer yang digunakan di IGD RSUD Arifin Achmad yaitu thermometer
raksa dan digital.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan pengukuran suhu tubuh penderita demam dengan
menggunakan thermometer raksa dan thermometer digital.
2. Tujuan Khusus
- Mengetahui suhu tubuh penderita demam yang di ukur menggunakan
-

thermometer raksa di aksila


Mengetahui suhu tubuh penderita demam yang di ukur menggunakan

thermometer digital di aksila


Mengetahui perbedaan hasil pengukuran suhu tubuh yang di ukur

menggunakan thermometer raksa dan digital pada penderita demam


Mengidentifikasi masing-masing kelebihan dan kekurangan penggunaan

thermometer raksa dan thermometer digital.


C. Manfaat Penelitian
1. Layanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan masukan bagi perawat
untuk memilih penggunaan thermometer sebagai alat pengukur suhu tubuh

5
pasien terutama diruangan Instalas Gawat Darurat (IGD) RSUD Arifin
Achmad Provinsi Riau
2. Masyarakat
Pada masyarakat khususnya yang mempunyai keluarga dengan
peningkatan suhu tubuh, hasil penelitian ini bisa menambah informasi sebagai
dasar untuk memiliih thermometer.
3. Perkembangan Keilmuan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk institusi
kesehatan tentang cara pengukuran suhu tubuh dan pemilihan alat pengukur
suhu tubuh.

DAFTAR PUSTAKA
Danial, T.(2013). Perbandingan suhu tubuh berdasarkan pengukuran menggunakan
thermometer raksa dan digital pada penderita demam. Jurnal e-biomedik
volume 1
Dolkar, R.(2013). A comparative study on the recording of temperature by the
clinical mercury thermometer and digital thermometer. Nursing research
journal.
Nelwan, R.(2006). Demam: Tipe dan Pendekatan, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi Keempat. Jilid Ketiga. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit
Dalam
Potter dan Perry. (2010). Fundamental keperawatan buku 3. Edisi 7. Jakarta :
Salemba Medika
Rudolph, A.(2006). Buku Ajar Pediatric Rudolph. Jakarta : EGC.

6
Wong, et.al. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Alih bahasa : Agus
Sutarna, Neti. Juniarti, H.Y. Kuncoro. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai