Anda di halaman 1dari 18

JURNAL PENELITIAN HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI

DENGAN MALARIA
Disusun Oleh :
M. HARIS ABIDIN
DWI NOVI YANTI
ZURALIS PITER SINGGIH

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH


PRINGSEWU LAMPUNG
2015/2016

ABSTRAK
Salah satu penyakit menular yang menjadi masalah global dalam bidang kesehatan adalah
penyakit malaria. Penyakit ini menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap tahunnya dan
bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan masih
sekitar 3,2 miliar orang hidup di daerah endemis malaria. Di Indonesia pada tahun 2014 angka
kejadian kasus Malaria menunjukkan kecenderungan yang sama dibandingkan pada tahun 2013
yaitu sebesar 0,51 perseribu penduduk, sedangkan angka klinis malaria sebesar 23,8 perseribu
penduduk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor biaya penunjang,
kepatuhan minum obat serta gambaran fasilitas kesehatan dan pengetahuan petugas kesehatan
dengan keberhasilan pengobatan malaria.Metode penelitian adalah Cross Sectional Study.
Populasi adalah penderita malaria dalam 6 bulan terakhir pada tahun 2014 yang tercatat di ruang
Alamanda Rumah Sakit Umum Daerah H.Abdul Moelok Lampung, sebanyak 125 orang.
Hasil Penelitian variabel yang merupakan faktor yang berhubungan dengan keberhasilan
pengobatan yaitu biaya penunjang dengan nilai p = 0,02, dan kepatuhan berobat dengan nilai p =
0,03, sedangkan faktor pelengkap yang merupakan faktor penunjang. Dimana pengetahuan
petugas yang dikategorikan tahu sebesar 76% dan fasilitas kesehatan yang dikategorikan
memadai sebesar 68%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan kepada pihak Pemerintah setempat agar
pada wilayah yang jauh dari sarana kesehatan dan di daerah yang jalur transportasi tidak lancar

ditambahkan sarana kesehatan. Selain itu untuk menunjang keberhasilan pengobatan diperlukan
dukungan keluarga agar penderita memiliki kepatuhan yang tinggi dalam meminum obat. Di
samping itu, agar pengobatan yang dilakukan lebih efektif di sarankan kepada petugas kesehatan
agar menggunakan pemeriksaan DDR di laboratorium sedangkan sarana kesehatan yang tidak
memiliki laboratorium agar diadakan pelatihan dan pendidikan bagi petugas yang bertugas di
sarana kesehatan tersebut.
Daftar Pustaka (28, 2000-2007)
Kata Kunci : Malaria, Keberhasilan Pengobatan Malaria

ABSTRACT
One of contagion becoming global problem in the field of health is malarian ailment. This
disease groan at least 350-500 million people every year and hold responsible to death of about 1
million people every year. Estimated still about 3,2 people milliard live in area of endemis
malaria. In Indonesia on the year 2014 number of occurence of Malaria case show the compared
to same tendency in the year 2013 that is equal to 0,51 thousandth of resident, while number of
klinis malaria of equal to 23,8 thousandth of resident.
This Research target is to know the relation of factor of supporter expense, compliance
take medicine and also picture of facility of health and knowledge of health worker with the
efficacy of malaria medication. Research method is Cross Sectional Study. Population is malaria
patient in last 6 month in the year 2015 noted in room Alamanda Rumah Sakit Umum Daerah
H.Abdul Moelok Lampung as much 125 people.
Result of variable Research representing factor of which deal with medication efficacy
that is supporter expense with the value p = 0,02, and compliance medicinize with the value p =
0,03, while complement factor representing supporter factor. Where worker knowledge
categorized by soybean cake of equal to 76% and health facility categorized adequate equal to
68%.
Pursuant to the research result suggestied to party of Local government of so that region
which is far from health medium and in area which transportation band is not fluent enhanced by
a health medium. Others to support the medication efficacy needed by a family support so that

patient own the high compliance in taking medicine. Despitefully, so that medication conducted
by more effective, suggesting to health worker so that using inspection DDR in laboratory of
while health medium which do not own the laboratory of so that performed by training and
education for commisioned worker in the health medium.
Bibliography ( 28, 2000-2007)
Keyword : Malaria, Efficacy of Malaria Medication

A. Pendahuluan
Salah satu penyakit menular yang menjadi masalah global dalam bidang kesehatan
adalah penyakit malaria. Dalam buku The World MalariaReport 2005, Badan Kesehatan
Dunia (WHO), menggambarkan walaupun berbagai upaya telah dilakukan, hingga tahun
2005 Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara di dunia. Penyakit ini
menyerang sedikitnya 350-500 juta orang setiap tahunnya dan bertanggung jawab terhadap
kematian sekitar 1 juta orang setiap tahunnya. Diperkirakan masih sekitar 3,2 miliar orang
hidup di daerah endemis malaria (Ndoen, 2006).
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2001) di Indonesia terjadi 15
juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya. Pada tahun 2005 angka kejadian
kasus Malaria menunjukkan kecenderungan yang sama dibandingkan pada tahun 2004 yaitu
sebesar 0,51 perseribu penduduk, sedangkan angka klinis malaria sebesar 23,8 perseribu
penduduk. Proporsi kematian karena malaria berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga tahun 2001, adalah sebesar 2%. Jumlah Kabupaten endemis di Indonesia adalah 424
Kabupaten Dari 576 Kabupaten yang ada, dan diperkirakan 42,4 % penduduk beresiko
tertular (Sampri, 2007).

B. Bahan dan Metode


Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut Plasmodium, yang
dalam salah satu tahap perkembang biakannya akan memasuki dan menghancurkan sel-sel
darah merah. Plasmodium yang menyebarkan penyakit malaria berasal dari spesies
Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae,
dan Plasmodium knowlesi.
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Anopheles,
terutamanya Anopheles sundaicus di Asia dan Anopheles gambiae di Afrika. Malaria adalah
sejenis penyakit menular yang dalam manusia sekitar 350-500 juta orang terinfeksi dan lebih
dari 1 juta kematian setiap tahun, terutama di daerah tropis dan di Afrika di bawah gurun
Sahara.
Cara pencegahan malaria
Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang
penting untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah
ini sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat. Pencegahan tanpa obat, yaitu
dengan menghindari gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan cara :
1. Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu
berinsektisida.
2. Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).
3. Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.

4. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.


5. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
6. Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
7. Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
8. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta
genangan air.
9. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate) pada
genangan air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
10. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang
pantai.
Pengobatan malaria dengan herbal
1. Daun meniran
Cara pembuatan :
-

Siapkan setengah genggam daun meniran

Cuci bersih, lalu rebus dengan air bersih sebanyak 3 gelas

Biarkan mendidih hingga tinggal tiga perempat bagian

Sesudah dingin, saring

Minum 3 kali sehari sebanyak tiga perempat gelas

Bila perlu tambahkan sedikit madu.

2. Daun Pepaya
Cara pembuatan :
-

Ambil daun pepaya agak muda dan masih segar sebanyak setengah gelas minum

Cuci bersih lalu giling sampai halus

Tambahkan tiga perempat cangkir air masak dan sedikit garam

Peras, lalu saring

Minum 3 kali sehari.

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Ruang alamanda Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moelok
merupakan salah satu Unit pelayanan kesehatan masyarakat yang terletak di kota Bandar
Lampung dengan Status Rawat Inap, yang berada dalam naungan Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung.
Populasi dan Sampel:
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah penderita malaria yang tercatat dan
dilaporkan di ruang Alamanda dari bulan Maret April tahun 2015 sebanyak 125 orang.

Sedangkan yang menjadi sampel adalah penderita malaria yang mengikuti program
pengobatan gratis yang dianggap mampu memberikan informasi/keterangan dengan benar
tentang variabel yang diteliti dan telah diketahui menderita malaria berdasarkan diagnosa
klinik dan hasil pemeriksaan di laboratorium Rumah sakit umum daerah Abdol Moelok yang
terpilih sesuai kriteria dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Kriteria
sampel adalah sebagai berikut :
1. Keluarga Pasien yang kooperatif
2. Pasien yang berumur 16 Tahun.

Pengumpulan data
1. Data Primer, yang dilakukan dengan wawancara langsung dengan responden yang
terpilih sebagai sampel sebagai instrumen.
2. Data Sekunder, dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
penelitian yang diperoleh dari instansi terkait.
Jenis Variabel
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberhasilan pengobatan malaria sementara
variabel bebas adalah variabel biaya penunjang, kepatuhan minum obat, fasilitas kesehatan
dan pengetahuan petugas. Adapun defenisi dan kriteria masing masing variabel disajikan
sebagai berikut :

1. Biaya Penunjang adalah biaya yang dikeluarkan oleh penderita selama menjalani
pengobatan malaria yang meliputi biaya transportasi (jika menggunakan kendaraan
umum), biaya makan (jika pasien di rawat inap) dan biaya obat (jika pasien menderita
komplikasi penyakit lain selain malaria). Ada Bila penderita tidak memiliki biaya untuk
menunjang pengobatan, tidak bila tidak sama dengan kriteria ada.
2. Kepatuhan minum obat adalah kepatuhan penderita dalam menjalankan pengobatan
(minum obat) sesuai dengan dosis/aturan yang diberikan. Patuh bila penderita
menjalankan pengobatan sesuai dengan dosis/aturan yang diberikan, tidak patuh bila
tidak sama dengan kriteria patuh.
3. Fasilitas kesehatan Adalah adanya alat bantu untuk mendiagnosa dan menunjang
pengobatan penyakit malaria. Memadai bila ada alat bantu untuk mendiagnosa dan
menunjang pengobatan malaria, tidak memadai bila tidak sama dengan kriteria memadai.
4. Pengetahuan petugas kesehatan adalah kemampuan tenaga kesehatan dalam memahami,
mendiagnosa dan memberikan dosis pengobatan yang tepat terhadap penderita penyakit
malaria. Indikator yang dinilai adalah kemampuan tenaga kesehatan untuk mendiagnosa
dan memberikan dosis pengobatan secara cepat dan tepat. Tahu bila Bila tenaga
kesehatan memahami, mendiagnosa dan memberikan dosis pengobatan secara tepat
terhadap penderita penyakit malaria, tidak tahu bila tidak sama dengan kriteria tahu.
Analisis data
Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat yaitu analisis distribusi frekuensi
dan persentase tunggal yang terkait dengan tujuan penelitian; dan analisis bivariat yaitu

analisis variabel dependen dan independen dengan tabulasi silang (crosstab) disertai dengan
uji hipotesis melalui uji Chi Square. Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol (H0).
C. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Penderita Malaria
Berdasarkan hasil penelitian dari 12 responden , pada umumnya berumur 2 bulan16 tahun (29,5%), responden laki-laki lebih banyak (56,8%) dibandingkan dengan
perempuan (43,2%).
2. Deskripsi Variabel Yang Diteliti
Tahap ini dilakukan analisis distribusi frekuensi persentase variabel penelitian
yaitu variabel independen meliputi biaya penunjang (biaya transportasi dan biaya
makan), kepatuhan minum obat, fasilitas kesehatan (ketersediaan laboratorium dan
mikroskop), pengetahuan petugas kesehatan. Dan variabel dependen meliputi
keberhasilan pengobatan malaria.
Tabel 1
Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel

Biaya Penunjang :

10

83,3

Ada

16,6

Jumlah

12

100

Kepatuhan Minum Obat :

12

100

Patuh

Jumlah

12

100

Pengetahuan Petugas Kesehatan :

19

76

Tahu

24

Jumlah

25

100

Keberhasilan Pengobatan Malaria :

12

100

Berhasil

12

100

Tidak Ada

Tidak Patuh

Tidak Tahu

Tidak Berhasil
Jumlah

Berdasarkan Tabel 1 di atas diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden


memiliki biaya penunjang untuk berobat ke rumah sakit . Ini dapat dilihat dari tingkat
persentasenya yaitu sebesar 83,3 % yang berarti rumah sakit tetap menjadi pilhan utama

dalam pemilihan tempat pengobatan dan sebagian responden tetap menyediakan biaya
agar dapat menjangkau Rumah sakit (biaya transportasi) atau mendapatkan perawatan
yang intensif dengn rawat inap yang tentu harus mengeluarkan biaya lebih untuk itu
(biaya transportasi dan biaya makan) walaupun biaya penunjang untuk pengobatan mahal.
Sedangkan yang tidak memiliki yaitu sebesar 16,6 % dengan alasan biaya mahal atau
mereka tidak memiliki penghasilan. Dari Tabel di atas juga diperoleh informasi bahwa
terdapat 12 orang atau 100% responden yang patuh minum obat selama menderita
malaria. Ini berarti sebagian responden sadar bahwa jika mereka patuh minum obat maka
penyembuhan yang optimal akan mudah diraih. memberikan informasi bahwa
pengetahuan petugas kesehatan yang ada di wilayah kerja Rumah sakit Abdul Moelok
yang dikategorikan tahu sebanyak 76% responden. Sedangkan pengetahuan petugas
kesehatan yang dikategorikan tidak tahu sebanyak 24% responden, maka tabel di atas
memperlihatkan bahwa sebagian besar petugas kesehatan memiliki pengetahuan yang
cukup tentang pengobatan malaria. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa 100%
responden yang menjalani pengobatan malaria di wilayah Rumah Sakit Abdul Moelok
sembuh dibawah atau sama dengan 3 hari atau dapat dikatakan pengobatannya berhasil.

3. Pembahasan
Tarif Pengobatan malaria di rumah sakit bukanlah menjadi masalah karena pengobatan
malaria di rumah sakit

seperti pada Rumah sakit

Abdul Moelok melalui program

pemerintah dibebaskan dari biaya. Seringkali permasalahan bukan pada tarif


pelayanannya tetapi pada biaya yang harus dikeluarkan untuk transportasi ke tempat
pelayanan kesehatannya. Sehingga perbandingan antara biaya yang dikeluarkan untuk
berobat dengan biaya transportasi lebih besar biaya transportasinya karena jarak tempat
tinggal dengan pelayanan kesehatannya jauh ditambah lagi dengan biaya rawat inap
(biaya makan) jika penderita memang harus di rawat inap. Apalagi mengingat kondisi
geografis dan demografis wilayah kerja Rumah sakit Abdul Moelok yang semakin
menyulitkan akses masyarakat ke pelayanan kesehatan. Sejumlah penelitian melaporkan
bahwa akses ke rumah sakit baik bagi mereka yang tinggal dalam jarak sampai puluhan
kilometer dari rumah sakit . Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terlihat bahwa
responden yang memiliki biaya penunjang untuk berobat ke rumah sakit dan sembuh di
bawah atau 3 hari sebanyak 83,3 %. Responden yang memiliki biaya penunjang untuk
berobat ke rumah sakit dan sembuh lebih dari 3 hari sebanyak 100%. Sedangkan yang
tidak punya biaya penunjang untuk berobat ke rumah sakit dan sembuh di bawah atau 3
hari sebanyak 16,6 %. Berdasarkan data tersebut, diperoleh fakta bahwa keberhasilan
pengobatan malaria mayoritas pada responden yang memiliki biaya penunjang untuk
berobat ke rumah sakit , sedangkan ketidak berhasilan pengobatan malaria mayoritas
pada responden yang tidak memiliki biaya penunjang untuk berobat ke rumah sakit .
Responden mengatakan bahwa biaya berobat bukan merupakan penghambat untuk
berobat ke rumah sakit karena tidak dipungut biaya, yang lebih utama adalah kemauan
berobat untuk kesembuhan penyakit malaria ini. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Musril, dkk (2007). Sebagian besar responden mempunyai

hambatan untuk mengakses pelayanan kesehatan karena faktor jarak, alat transportasi,
atau hambatan geografis.
Penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Rumah sakit Abdul Moelok di temukan
bahwa responden yang patuh minum obat dan sembuh di bawah atau 3 hari sebanyak
100%. Berdasarkan data tersebut, diperoleh fakta bahwa keberhasilan pengobatan malaria
mayoritas pada responden yang patuh minum obat, sedangkan ketidakberhasilan
pengobatan malaria mayoritas pada responden yang tidak patuh minum obat. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Martha (2003) dengan judul
Penilaian kegagalan pengobatan klorokuin terhadap malaria Falciparum tanpa
komplikasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kecamatan Tombatu Kab.
Minahasa Provinsi Sulawesi Utara dimana faktor risiko kegagalan pengobatan salah
satunya terjadi karena kepatuhan minum obat oleh penderita malaria.
Dasar dari pengobatan yang akurat adalah adanya dukungan laboratorium yang berfungsi
dengan baik. Keterbatasan fasilitas kesehatan seperti fasilitas pemeriksaan hapusan darah
malaria mengakibatkan pengobatan malaria sebagian besar berdasarkan diagnosis klinis.
Diperkirakan kurang lebih separuh dari kasus malaria di indonesia yang dilaporkan hanya
di diagnosa berdasarkan gejala klinik tanpa dukungan konfirmasi laboratorium. Ini
berpengaruh terhadap ketidaktepatan diagnosa dan pengobatan yang tidak memadai.
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas kesehatan sosial yang penting bagi
masyarakat. Namun demikian, rumah sakit memiliki permasalahan dalam penyediaannya
karena sering terjadi ketidaksesuaian antara sediaan yang dilakukan oleh pemerintah
dengan permintaannya dari masyarakat.

Pengetahuan adalah apa yang diketahui dan mampu diingat oleh setiap individu setelah ia
mendengar, mengalami, menyaksikan dan mengamati sejak lahir hingga dewasa.
Pengetahuan sangat berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk menerima
informasi termasuk informasi tentang kesehatan. Hasil dari penelitian yang dilakukan di
wilayah kerja Rumah sakit menyatakan bahwa sebagian besar petugas kesehatan
memiliki pengetahuan cukup tentang pengobatan malaria yaitu sebesar 76%.
Pengetahuan petugas yang cukup tentunya dapat menjadi salah satu faktor pendukung
keberhasilan pengobatan karena berpengaruh terhadap ketepatan diagnosis dan
pemberian dosis yang tepat. Sedangkan petugas kesehatan yang memiliki pengetahuan
kurang tentang pengobatan malaria yaitu sebesar 24%. Penelitian ini sejalan dengan yang
dilakukan

oleh

Pribadi,

dkk

(1997)

bahwa pengobatan yang

dilakukan

oleh petugas kesehatan sendiri yang tidak adekuat baik dosis maupun cara pemberiannya
yang kurang tepat, akan membuat pengobatanmalaria menjadi tidak efektif dan tidak
rasional. Keadaan ini juga cenderung meningkatkan resistensi P. falciparum terhadap
obat anti-malaria.

Daftar Pustaka
Harijanto, P.N. 2000. Malaria Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis & Penanganan.
Jakarta. EGC.
Hiswani.

2004. Gambaran Penyakit

Dan

Vektor Malaria Di

Indonesia.http://library.usu.ac.id. Diakses 26 September 2007


Mansjoer, Arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Tiga. Jilid 1. Jakarta. Media
Aesculapius.
Notoatmodjo, Soekidjo Dr. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta :
Rineka Cipta.
Riset Operasional Intensifikasi Pemberantasan Penyakit Menular Tahun 1998/1999-2013.
2014. Departemen Kesehatan Kerjasama Direktorat Jenderal Pemberantasan
Penyakit Menular, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai