Anda di halaman 1dari 125

PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

DENGAN METODE DISKUSI DAN CERAMAH


TERHDAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMK GRAFIKA
YAYASAN LEKTUR LEBAK BULUS

Skrpisi
Diajukan untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana pendidikan (S.Pd.)
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh
HENDRI PRADIYANTO
NIM: 107013000864

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011

ABSTRAK
PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN
METODE DISKUSI DAN CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA KELAS XI SMK GRAFIKA YAYASAN LEKTUR LEBAK BULUS

Nama
: Hendri Pradiyanto
NIM
: 107013000864
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Skripsi ini bertujuan mengetahui apakah terdapat tingkat perbedaaan hasil


belajar bahasa Indonesia siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan
ceramah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasieksperimen. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMK Grafika
Yayasan Lektur Lebak Bulus. Teknik penentuan sampel mengikuti pola cluster
random sampling dengan jumlah 57 siswa yang terbagi dalam kelompok
eksperimen (yang dalam pembelajarannya menggunakan metode diskusi) dan
kelompok kontrol (yang dalam pembelajarannya menggunakan metode diskusi).
Instrument penelitian berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal
yang sudah diuji validitas, homogenitas, daya beda soal, dan indeks kesukarnnya.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t, dan
berdasarkan perhitungan uji-t diperoleh thitung 0,54 dan ttabel 1,67 pada taraf
signifikansi 5% yang berarti thitung < ttabel (0,54 < 1,67).
Berdasarkan hasil analisis data, temuan, dan pembahasan diperoleh nilai
rata-rata hasil belajar kelas eksperimen adalah 84, 66, median 85, 925, modus 87,
dan standar deviasi 7,85. Sedangkan pada kelas control rata-rata 81,259, median
sebesar 81, 0625, modus 80, 75, dan standar deviasi 6, 892. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaaan hasil belajar yang signifkan antara
siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan ceramah.

Kata kunci : Metode diskusi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahi Robbil Alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, Tuhan semesta alam atas rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga
selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya yang meniti jalan perjuangannya hingga akhir.
Penulis menyadari sepenuhnya banyak sekali kesulitan dan hambatan yang
dihadapi baik dari faktor materi, pengumpulan bahan-bahan, motivasi dalam diri
penulis, serta hambatan-hambatan lainnya. Namun berkat izin dan pertolongan
Allah, kesungguhan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya
penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya kepada:
1. Dra. Nurlena RifaI, M.A, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra Mahmudah Fitriyah, M.Pd. dan Hindun, M.Pd. selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan, serta seluruh dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Drs. H. Cecep Suhendi, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang selalu
sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing penulis dalam
membuat skripsi ini.
4. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Drs. Turyono, M.Pd. selaku kepala SMK Grafika Yayasan Lektur serta
segenap guru dan karyawan sekolah yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

ii

6. Paling istimewa untuk Ayahanda dan Ibunda tercinta yang kasih


sayangnya terus mengalir penuh keihlasan dalam membesarkan,
mendidik, serta tak bosan-bosannya memberikan

dukungan moril,

materil, semangat dan doa untuk penulis.


7. Kakaku tercinta Masruri, Nursoleh, Rokhiman, Siti Nur Elis, dan Nunung
sulastri, yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk terus
berusaha dan berdoa. Adik dan ponakanku tercinta. Marzuki Rahmat dan
Bima Bagusan Jaya, Fatih Faiz Binasrillah, Rafi Nizar Adicandra, Refka
Azmi Imtihana, serta Haidar Aji Pratama. Karena merekalah penulis
terpacu untuk terus semangat dan berusaha menyelesaikan skripsi ini.
8. Imam Syafii, M.Eng., Masroni, M.Ag.,Anang Rachmad, S.Pd., dan
Zamroni, S.Pd.I. (Guru MAN Babakan Lebaksiu Tegal) yang dengan
sabar dan ikhlas

membuka hatinya untuk penulis mengadu semua

permasalahan (share) dalam hidup penulis.


9. Sahabat-sahabat Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat. M.Z. Dhofier, S.
Pd. Fatkhul Muin, Kamal Fuadi, S.Pd. Zaenal Muttaqin, M. Aqib Malik,
M S. Rizqi, Abdul Latif, Ikbal Kaukabuddin, Atfiyanah, Tatu Mulyanah,
Aenul Yaqin, dan seluruh sahabat-sahabat IMT Ciputat yang tidak bisa
saya sebutkan namanya satu persatu. Karena kalianlah penulis merasa
berada dalam satu keluarga selama di Ciputat.
10. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007, Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang selalu memberikan canda dan tawa dalam
setiap langkah penulis selama di kampus.
Penulis berharap dan berdoa kepada Allah SWT, agar seluruh
pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis, akan mendapatkan balasan
yang setimpal disisiNya, jazakumullah akhsanal jaza.
Jakarta, November 2011
Penulis,
Hendri Pradiyanto

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
ABSTRAK ......................................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

vi

BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................

A. Latar Belakang Masalah ..............................................................

B. Identifikasi Masalah ....................................................................

C. Pembatasan Masalah ...................................................................

D. perumusan Masalah .....................................................................

E. Tujuan Penelitian ........................................................................

F. Manfaat Penelitian ......................................................................

G. Sistematika Penulisan .................................................................

BAB II KAJIAN TEORI


A. METODE DISKUSI ...................................................................

10

1. Pengertian Metode Diskusi ...................................................

10

2. Jenis-jenis Metode diskusi ....................................................

11

a. Whole Group ...................................................................

12

b. Diskusi Kelompok...........................................................

12

c. Buzz Group .....................................................................

12

d. Panel ................................................................................

13

e. Syndicate Group ..............................................................

13

f. Simposium ......................................................................

14

g. Informal Debate ..............................................................

14

h. Fish Bowl ........................................................................

14

i. The open Discussion Group ............................................

15

j. Brainstorming..................................................................

15

3. Kebaikan dan Kekurangan Metode Diskusi ..........................

17

iv

a. Kebaikan .........................................................................

17

b. Kelemahan.......................................................................

17

B. METODE CERAMAH ...............................................................

35

1. Pengertian Metode Ceramah .................................................

18

2. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah ........................

20

a. Kelebihan ........................................................................

20

b. Kelemahan.......................................................................

21

C. HASIL BELAJAR ......................................................................

23

1. Pengertian Hasil Belajar ........................................................

23

2. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar..............................................

25

a. Segi Kognitif ...................................................................

26

b. Segi Afektif .....................................................................

28

c. Segi Psikomotorik ...........................................................

29

3. Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ..........

31

a. Faktor Internal Siswa ......................................................

33

b. Faktor Eksternal Siswa ....................................................

33

c. Faktor Pendekatan Belajar ..............................................

34

D. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA .............................

35

1. Hakikat dan Ciri pembelajaran..............................................

35

2. Prinsip-prinsip Pembelajarn ..................................................

36

3. Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia ......................

39

4. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ...............................

43

5. Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia ................................

44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................

46

A. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................

46

B. Metode dan Desain Penelitian.....................................................

46

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ..................

47

D. Instrumen Penelitian....................................................................

47

1. Uji Validitas ............................................................................

47

2. Uji Reliabilitas ........................................................................

48

3. Pengujian Taraf Kesukaran .....................................................

49

4. Daya Pembeda Soal.................................................................

50

E. Teknik pengumpulan data ...........................................................

52

F. Teknik Analisa Data....................................................................

52

1. Uji Normalitas ........................................................................

52

2. Uji Homogenitas ......................................................................

54

G. Uji Hipotesis ...............................................................................

55

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................

56

A. Gambaram Umum SMK Grafika ................................................

56

1. Latar belakang sekolah ..........................................................

56

2. Visi, Misi, dan Tujuan SMK Grafika ....................................

60

3. Struktur Organisasi ...............................................................

62

4. Kurikulum .............................................................................

62

5. Keadaan Guru, siswa, dan Karyawan ...................................

63

6. Keadaan Sarana dan Prasarana..............................................

64

7. Kegiatan Ekstrakulikuler .......................................................

65

B. Deskripsi Data .............................................................................

66

1. Hasil Belajar Kelas Eksperimen..............................................

67

2. Hasil Belajar Kelas kontrol .....................................................

71

C. Teknik Analisis Data ...................................................................

76

1.Uji Normalitas .............................................................................

76

2.Uji Homogenitas .........................................................................

77

D. Analisis Data Uji Hipotesis .........................................................

78

E. Hopotesis Penelitian ....................................................................

79

F. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................................

81

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................

83

A. Simpulan .....................................................................................

83

B. Saran ............................................................................................

84

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

85

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Belajar pada intinya adalah proses memeroleh berbagai pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotrik), dan sikap (afektif). Proses belajar ini
dapat terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Sebagai salah satu lembaga
yang menyelenggarakan pendidikan formal, sekolah mempunyai peranan
penting dalam mendewasakan peserta didik agar menjadi masyarakat yang
berguna. Untuk tujuan tersebut, sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar dan kurikulum sebagai wadah dan bahan mentahnya.
Dalam proses belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat
penting, tetapi tidak bisa dipisahkan peranan siswa dalam pencapaian tujuan
pendidikan, khususnya dalam hal penerimaan materi pelajaran. Agar
pembelajaran lebih efektif guru dituntut untuk menguasai manajemen kelas
atau sering juga disebut pengelolaan kelas. Di dalam kelas guru tidak hanya
bertugas menyampaikan materi saja, tetapi juga harus mampu mewujudkan
suasana belajar yang menyenangkan. Oleh karena itu, beban yang diemban
sekolah, dalam hal ini guru sangat berat. Karena guru yang berada pada baris
depan dalam membentuk pribadi siswa. Guru juga yang menentukan berhasil
atau tidaknya siswa dilihat dari hasil belajar.
Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan
pada semua jenjang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah

Menengah Pertama (SMP/MTS), Sekolah Menengah Atas (SMA/MA) bahkan


sampai Perguruan Tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran Bahasa
Indonesia itu memang penting kedudukannya. Diajarkannya Bahasa Indonesia
dalam semua jenjang pendidikan ternyata tidak membuat prestasi siswa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan data dari Kemendiknas, sebagian besar kasus ketidaklulusan
siswa dalam Ujian Nasional (UN) SMA, SMK, dan MA tahun 2010
disebabkan rendahnya nilai pelajaran Bahasa Indonesia. Kemendiknas
menemukan, rata-rata mata pelajaran bahasa Indonesia menjadi masalah bagi
siswa SMA, SMK, dan MA di semua jurusan. Banyak siswa yang tidak lulus
UN dan harus mengulang karena salah satu mata pelajaran tidak memenuhi
syarat, terutama bahasa Indonesia, kata Nuh (26/4).
Rendahnya nilai (angka) bahasa Indonesia sesungguhnya bukan hanya
terjadi pada UN tahun 2010. UN tahun 2009 yang lalu, nilai bahasa Indonesia
juga rendah. Suyatno, Rektor Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
(Uhamka) menegaskan hal itu dalam orasi ilmiahnya saat dikukuhkan sebagai
guru besar bidang Ilmu Pendidikan Bahasa, Kamis (20/8/09).
Dalam orasinya yang berjudul Bahasa Indonesia sebagai Sarana
Pengembangan Guru Profesional, Suyatno menampilkan data yang ironis itu.
Data laporan hasil Ujian Nasional SMP Negeri dan Swasta tahun 2008/2009
secara nasional menunjukkan, dari 3.441.815 peserta UN, peserta yang
rentang nilainya 7,00 sampai 7,99 hanya 32,86 persen atau 1.131.121 orang.
Adapun yang mendapat nilai 10 hanya 834 orang(0,02 persen).

Untuk tingkat SMA/MA, hasil UN tahun 2008/2009 menunjukkan, dari


621.840 peserta jurusan IPA, tidak ada satu pun yang mendapat nilai 10.
Peserta yang rentang nilainya 7,00 hingga 7,99 ada 252.460 orang (40,6
persen). Di jurusan IPS, dari 854.206 peserta UN, tidak seorang pun yang
mendapat nilai 10. Siswa yang mendapat nilai antara 7,00 hingga 7,99 justru
lebih kecil lagi, yaitu hanya 240.815 peserta atau sekitar 28,2 persen. Di
jurusan bahasa (yang mestinya nilai bahasa Indonesia harus lebih baik), dari
43.688 peserta UN, peserta yang mendapat nilai antara 7,00 hingga 7,99 hanya
13.445orang atau sekitar 30,7 persen. Yang agak menyenangkan, di jurusan
bahasa ini, ada 6 orang siswa (atau sekitar 0,01 persen) yang mendapat nilai
sempurna (nilai 10). 1
Seolah mengulang hasil Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas atau
Madrasah Aliyah (UN SMA atau MA), UN Sekolah Menengah Pertama atau
Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS) Tahun ajaran 2010-2011 kembali menjadi
masalah

siswa,

terutama

pelajaran

bahasa

dan

sastra

Indonesia.

Data Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memperlihatkan


nilai akhir mata pelajaran (mapel) itu memiliki nilai minumum 0,8. Hasil ini
sebanding dengan mapel Matematika. Sementara untuk nilai bahasa Inggris
dan ilmu pengetahun alam (IPA) masing-masing bernilai minimum 0,9 dan
1,0.
"Memang Bahasa Indonesia termasuk yang rendah. Ini akan menjadi
1

Y. Priyono. Menyoal hasil UN Bahasa Indonesia. http://www.borneotribune.com/citizenjurnalism/menyoal-hasil-un-bahasa-indonesia.html. Kamis, 12 Mei 2011. pukul 20.30.

pokok bahasan berikutnya," ujar Menteri pendidikan nasional (mendiknas)


Mohammad

Nuh

kepada

para

wartawan,

di

Jakarta,

Rabu

(1/6).

Sebelumnya, untuk tingkat SMA atau MA, ada kurang lebih 1.786 siswa
ketidaklulusan Ujian Nasional (UN) 2011, akibat mata pelajaran (mapel)
bahasa dan sastra Indonesia kurang dari 4. Jumlah itu merupakan jumlah yang
terbanyak

kedua

setelah

mata

pelajaran

(mapel)

Matematika2.

Dari data di atas menunjukkan rendahnya kemampuan bahasa Indonesia


siswa. Rendahnya nilai kemampuan bahasa Indonesia siswa setidaknya
disebabkan karena dua faktor. Pertama, faktor siswa, yang cenderung lebih
menyepelekan pelajaran bahasa Indonesia karena kebanyakan siswa
menganggap bahwa bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang mudah
berbeda dengan Matematika, Fisika, Kimia, dan pelajaran lainnya. Kedua
faktor guru, sistem pengelolaan kelas termasuk di dalamnya

strategi

pembelajaran yang kurang tepat menjadi salah satu faktor rendahnya nilai
bahasa Indonesia.
Strategi merupakan suatu rencana tentang cara-cara penggunaan dan
pemanfaatan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan aktivitas dan
efesiensi dalam pembelajaran. Pada umumnya kegiatan belajar mengajar di
Indonesia selama ini masih bercorak tradisonal, pengajaran yang dimaksud

Arif Hulwan, UN Bahasa Indonesia Kembali Jadi Momok.


http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/01/230703/293/14/UN-Bahasa-Indonesia-KembaliJadi-Momok. Kamis, 28 Juli 2011.

adalah bentuk pengajaran klasikal yang umumnya masih berpusat pada guru
yakni dengan menggunakan metode ceramah.
Metode ceramah merupakan bentuk penyajian informasi secara lisan,
baik yang formal dan berlangsung selama 45 menit, maupun yang informal
hanya berlangsung selama lima menit. Walaupun terdapat kelemahankelemahan yang mencolok dalam metode ceramah seperti tidak memberi
siswa kesempatan untuk mempraktikkan perilaku yang relevan (selain
mencatat), ceramah masih dapat bermanfaat bagi siswa berapapun usianya.
Ceramah memungkinkan si guru untuk menyampaikan topik dengan perasaan;
dapat lewat cara penyampaiannya, dapat dengan intonasi tertentu, dengan
tekanan suaranya, ataupun dengan gerak-gerik tangannya. Topik yang
sederhana dapat dibuat menarik, atau sebaliknya, yang menarik dapat
membosankan.
Berbeda dengan metode ceramah, metode diskusi tidak lagi diarahkan
oleh guru, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan ide-ide mereka
sendiri. Melalui metode diskusi pula dapat mengubah pola perilaku afektif
siswa secara konkret. Dalam hal sikap atau nilai, perubahan sukar sekali
dilakukan jika siswa tidak diberi kesempatan untuk menyatakan perasaannya.
terlepas dari kelebihannya, metode diskusi membutuhkan banyak waktu,
dalam membahas suatu topik atau pokok permasalahan. 3
Dengan memperhatikan kelebihan dan kelemahan metode ceramah dan
metode diskusi di atas, penulis tertarik untuk mengetahui manakah di antara
3

W. James Popham dan Eva L. Baker, Bagaimana Mengajar secara Sistematis, (Yogyakarta:
Kanisius, 1994), Cet. VI. h. 96.

kedua metode tersebut yang lebih efektif untuk dipergunakan dalam


pengajaran Bahasa Indonesia terhadap siswa menengah kejuruan.
Dalam presentasi menyampaikan makalah, penulis bersama teman-teman
pada saat perkuliahan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia disimpulkan
bahwa metode diskusi lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah
dalam pengajaran bahasa Indonesia khususnya siswa Sekolah Menengah Atas
baik SMA/MA/SMK, pertimbangannya adalah karena siswa SMA/MA/SMK
telah dapat berfikir dewasa dan kritis dalam menyikapi berbagai masalalah.
Akan tetapi bagi penulis jawaban tersebut kurang memuaskan, karena
belum ada pembuktian sendiri, sehingga penulis berminat untuk mencari
jawabannya secara langsung dengan melakukan penelitian pada salah satu
Sekolah Menengah Kejuruan

yang ada di Jakarta. Akhirnya penulis

memutuskan memilih SMK Grafika Yayasan Lektur Lebak Bulus Jakarta


Selatan sebagai objek penelitian.
Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis merumuskan dalam sebuah judul
skripsi yaitu: Perbandingan pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode
diskusi dan ceramah terhadap hasil belajar siswa kelas XI SMK Grafika
Yayasan Lektur Lebak Bulus
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah yang dapat
teridentifikasi sebagai berikut:
1. Proses Pembelajaran bahasa Indonesia kelas XI yang menggunakan
metode diskusi dan ceramah

2. Hasil belajar mata pelajaran bahasa Indonesia siswa yang menggunakan


metode diskusi dan ceramah
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
4. Perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode diskusi dan
ceramah
5. Tingkat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan metode diskusi
dan ceramah
C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebi terarah dan operasional,
penulis membatasi masalah kepada:
1. Perbandingan hasil belajar siswa yang menggunakan metode diskusi
dengan metode ceramah pada kelas XI SMK Grafika Yayasan Lektur.
2. Seberapa besar tingkat perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia siswa
yang diajarkan dengan metode diskusi dan ceramah
D. Rumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas maka penulis membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan
dengan metode diskusi dan ceramah?
2. Seberapa besar tingkat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan
dengan metode dan ceramah?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini mempunyai
beberapa tujuan antara lain:
1. mengetahui hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan
ceramah
2. mengetahui seberapa besar tingkat perbedaan hasil belajar antara siswa
yang diajarkan dengan metode diskusi dan ceramah
F.

Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara
teoritis maupun praktis kepada berbagai pihak, sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis untuk khazanah intelektual, diharapkan penelitian ini
menjadi sumbangan gagasan dan tawaran solusi terhadap pelaksanaan
metode pembelajaran di sekolah.
2. Manfaat praktis kepada berbagai pihak antara lain
a. Guru,
sebagai bahan rujukan dan pedoman dalam pelaksanaan metode
diskusi
b. Siswa,
mengambangkan cara berfikir ilmiah dan sifat demokratis dalam
belajar
c. Penulis,
pengalaman langsung dalam menerapkan metode diskusi dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia

G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuatlah sistematika
penulisan yang terdiri dari beberapa bab, dan bab-bab tersebut memiliki
beberapa sub-bab yaitu:
Bab I. Pendahuluan, terdiri dari: Latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II. Landasan Teori, terdiri atas: Diskusi (pengertian,

jenis, serta

kebaikan dan kelemahan), Ceramah (Pengertian serta kebaikan dan


kelemahan), Hasil belajar (pengertian, sasaran evaluasi hasil belajar, dan
faktor yang mempengaruhi belajar), dan pembelajaran Bahasa Indonesia
Bab III. Metodelogi penelitian, terdiri atas: tempat dan waktu penelitian,
metode penelitian, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, teknik
pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan pengajuan
hipotesis.
Bab IV. Hasil dan pembahasan, terdiri dari atas: latar belakang sekolah,
deskripsi data, teknik analisis data (uji normalitas dan uji homogenitas),
analisis data uji hipotesis, hipotesis penelitian, dan pembahasan hasil
penelitianan.
Bab V. Simpulan dan saran.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. METODE DISKUSI
1.

Pengertian Metode Diskusi


Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar-mengajar yang dilakukan

oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua
atau lebih individu yang terlibat, saling tukar pengalaman, informasi,
memecahkan masalah, dapat juga terjadi semuanya aktif tidak ada yang pasif
sebagai pendengar saja.4
Menurut E. Mulyasa dalam bukunya menjadi guru yang professional
berpendapat bahwa diskusi dapat diartikan sebagai percakapan responsif yang
dijalin oleh pertanyaan-pertanyaan problematis yang diarahkan untuk
memecahkan masalah. Hal tersebut sejalan dengan pengertian yang
dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa diskusi
adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah.
Dalam diskusi selalu ada pokok permasalahan yang perlu dipecahkan.5
berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diskusi adalah
salah satu bentuk komunikasi dua arah, di mana terjadi proses tukar pikiran
atau ide, baik antara siswa dan siswa ataupun siswa dan guru untuk
memecahakan suatu masalah.

. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 2008), Cet. Ketujuh, h. 5
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional ; Menciptakan Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan,
(Bandung: Rosda Karya, 2006), h. 116.

10

11

Metode diskusi merupakan metode yang biasanya dipergunakan dalam


pembelajaran orang dewasa, karena mereka dapat berpartisipasi aktif untuk
menyumbangkan pemikiran, gagasan dalam kegiatan diskusi. Kalau dalam
metode ceramah hanya terjadi komunikasi satu arah, maka metode diskusi
terjadi banyak arah. Dengan demikian, metode diskusi adalah mengemukakan
pendapat dan gagasan dalam musyawarah untuk mencapai mufakat. Bisanya
siswa dihadapkan pada suatu atau sejumlah persoalan atau masalah yang
mungkin disodorkan guru. Mahasiswa dapat pula menentukan sendiri topik
yang perlu dipecahkan bersama. Tujuan diskusi pada umunnya adalah mencari
pemecahan masalah, dari sinilah muncul bermacam-macam jawaban yang
perlu dipilih satu atau dua jawaban yang logis dan tepat guna dari bermacammacam jawaban yang lain untuk mencapai mufakat atau persetujuan.6

2. Jenis-jenis Metode Diskusi


Selama ini, dalam pembelajaran orang dewasa, dikenal banyak macam
metode diskusi dan seorang guru atau fasilitator dapat memilih salah satu atau
gabungan dari berbagi teknik ini sehingga mampu memberikan berbagai
variasi bagi siswa dalam belajar sehingga tidak menimbulkan kebosanan.
Adapun macam-macam diskusi adalah sebagai berikut:

Sudiyono, Triyo Supriyanto, dan Moh Padli, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan
Tinggi, (Malang: UIN Malang Press,2006), h. 125.

12

a.

Whole group
Whole group merupakan bentuk diskusi kelas di mana para pesertanya

duduk setengah lingkaran. Dalam diskusi ini guru bertindak sebagai


pemimpin, dan topik yang akan dibahas telah direncanakan sebelumnya.7
b.

Diskusi kelompok
Diskusi kelompok biasanya dapat berupa diskusi kelompok kecil yang

terdiri dari empat sampai enam orang peserta, dan diskusi kelompok besar
yang terdiri dari tujuh sampai lima belas orang. Dalam diskusi tersebut
dibahas tentang suatu topik tertentu dan dipimpin oleh seorang ketua dan
seorang sekretaris. Para anggota diskusi diberi kesempatan berbicara atau
mengemukakan pendapat dalam pemecahan masalah. Sementara itu, Kang
dan Song mendefinisikan diskusi kelompok sebagai pertemuan atau
percakapan antara dua orang atau lebih yang membahas topik tertentu
yang menjadi pusat perhatian bersama.8
c.

Buzz grup
Bentuk diskusi ini terdiri dari kelas yang dibagi-bagi menjadi

kelompok-kelompok kecil yang terdiri tiga sampai empat orang peserta.


Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar para siswa dapat bertukar
pikiran dan bertatap muka dengan mudah. Diskusi ini biasanya diadakan
di tengah-tengah pelajaran atau diakhir pelajaran dengan maksud

M, Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.


40
8
Suprijanto. Pendidikan Orang Dewasa; dari Teori Hingga Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), Cet. Kedua, h. 97.

13

memperjelas dan mempertajam kerangka bahan pelajaran atau sebagai


jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
d.

Panel
Yang dimaksud panel di sini adalah suatu bentuk diskusi yang terdiri

dari tiga sampai enam orang peserta untuk mendiskusikan suatu topik
tertentu dan duduk dalam semi melingkar yang dipimpin oleh moderator.
Panel ini secara fisik dapat berhadapan langsung dengan audien atau dapat
juga secara tidak langsung. Sebagai contoh diskusi panel yang terdiri dari
para ahli ini para audien tidak turut bicara, namun dalam forum tertentu
para audien diperkenankan untuk memberikan tanggapannya.9
e.

Syndicate group
Adalah suatu kelompok besar dibagi menjadi kelompok kecil dengan

anggota tidak lebih dari lima orang. Masing-masing kelompok kecil


tersebut melakukan diskusi tertentu, dan tugas ini bersifat sementara.
Fasilitator dalam hal ini guru memberikan penjelasan secara umum dan
garis besar permasalahan, kemudian tiap-tiap kelompok kecil (syndicate)
diberi tugas mempelajari suatu parkrik tertentu yang berbeda dengan
kelompok kecil lainya. Jika memungkinkan seorang guru menyediakan
referensi. Setelah kelompok bekerja sendiri-sendiri, kemudian masingmasing kelompok menyajikan hasil diskusinya dalam sidang pleno untuk
dibahas lebih lanjut.10

M, Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Opcit, h. 41.


Sudiyono, Triyo Supriyatno, dan Moh. Padli, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan
Tinggi, Opcit, h. 128.
10

14

f.

Simposium
Dalam simposium biasanya terdiri dari pembawa makalah,

moderator, dan notulis, serta beberapa peserta symposium. Pembawa


makalah diberi kesempatan untuk menyampaikan makalahnya di muka
peserta secara singkat (antara sepuluh sampai lima belas menit).
Selanjutnya diikuti oleh penyanggah dan tanggapan para audien. Bahasan
diskusi kemudian disimpulkan dalam bentuk rumusan hasil simposium.
g.

Informal debate
Biasanya bentuk diskusi ini kelas dibagi menjadi dua tim yang agak

seimbang besarnya dan mendiskusikan subjek yang cocok untuk


diperdebatkan. Fasilitator memberikan persoalan yang sama kepada kedua
kelompok tersebut, dan memberikan tugas yang bertentangan, yaitu satu
kelompok yang pro dan satu kelompok yang kontra.
h.

Fish bowl
Bentuk diskusi ini terdiri dari beberapa orang peserta dan dipimpin

oleh seorang ketua untuk mencari suatu keputusan. Tempat duduk diatur
setengah melingkar dengan dua atau tiga kursi yang kosong menghadap
peserta diskusi. Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok
diskusi yang seolah-olah melihat ikan yang berada dalam sebuah
mangkok.

Selama

diskusi,

kelompok

pendengar

yang

ingin

menyumbangkan pendapatnya dapat duduk di kursi yang kosong yang


telah disediakan. Apabila ketua diskusi mempersilahkannya bicara, maka

15

dia boleh bicara dan kemudian meninggalkan kursi tersebut setalah selesai
bicara.
i.

The open discussion group


Kegiatan dalam bentuk diskusi ini akan dapat mendorong siswa agar

lebih tertarik untuk berdiskusi dan belajar keterampilan dasar dalam


mengemukakan

pendapat,

mendengarkan

dengan

baik,

dan

memperhatikan suatu pokok pembicaraan dengan tekun. Jumlah kelompok


yang baik terdiri antara tiga sampai sembilan orang peserta. Dengan
diskusi ini dapat membantu para siswa belajar mengemukakan pendapat
secara jelas, memecahkan masalah, memahami apa yang dikemukakan
oleh orang lain dan dapat menilai kembali pendapatnya.
j.

Brainstorming
Bentuk diskusi ini akan menjadi baik bila jumlah anggotanya terdiri

delapan samapi dua belas orang peserta. Setiap anggota kelompok


diharapkan dapat menyumbangkan ide dalam pemecahan masalah. Hasil
belajar yang diinginkan adalah menghargai pendapat orang lain,
menumbuhkan rasa percaya diri dalam upaya mengembangkan ide-ide
yang ditemukan atau dianggap benar.11
Berbeda dengan pendapat yang dikemukakan di atas, Engkoswara, Dalam
bukunya Dasar-dasar Metodologi Pengajaran hanya membagi jenis diskusi
menjadi lima, tiga di antaranya telah disebutkan sebelumnya yakni

11

M, Basyirudin Usman, Metodologi pembelajaran agama islam, Opcit, h. 42-43

16

simposium, diskusi panel, dan buzz group. Adapun yang belum dijelaskan
yaitu:
a.

Diskusi kelas
Guru mengajukan persoalan kepada seluruh kelas, kemudian ditanggapi

oleh anak-anak. Buru berfungsi sebagai pengatur, pendorong, dan pengarah


pembicaraan. Pimpinan diskusi dapat juga dilakukan oleh anak. Diskusi
semacam ini tampaknya agak formal karena itu ada kalanya disebut juga
sebagai diskusi formal. Pembicaraan diatur oleh ketua diskusi. Siapa saja yang
mau berbicara kadang-kadang harus mencatatkan diri, baru kemudian
diperkenakan bicara. Segala pembicaraan dicatat oleh penulis dan pada akhir
diskusi diajukan beberapa kesimpulan untuk ditanggapi anggotanya.
b.

Diskusi Kuliah
Seorang pembicara, guru atau seorang anak berbicara di muka kelas

mengemukakan persoalannya sekitar 20 atau 30 menit. Setelah itu diadakan


pertanyaan-pertanyaan.

Diskusi

terbatas

pada

satu

persoalan

yang

dikemukakan pembicara, sehingga melalui diskusi semacam itu persoalan


diharapkan dibicarakan dan dipelajari secara mendalam.
Pembagian jenis-jenis diskusi itu pada dasarnya sama, yang membedakan
dari kedua penjelasan itu adalah teknik penyajian materi dan jumlah
pembagaian siswa dalam setiap kelompok diskusi.12

12

Engkoswara, Dasar-dasar Metodologi Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara. 1988), Cet. Kedua.
h. 52

17

3. Kebaikan dan Kekurangan Metode Diskusi


Diskusi sebagai salah satu metode yang dapat digunakan untuk mecapai
tujuan

pendidikan

tentunya

tidak

terlepas

dari

kelemhahan

dan

kelebihannnya.
a. Kebaikan
1) Suasana kelas hidup dan dinamis
2) Mempertinggi partisipasi siswa untuk mengeluarkan pendapatnya
baik secara individu atau kelompok
3) Merangsang siswa untuk mencari jalan pemecahan masalah yang
dihadapi bersama, dengan jalan bermusayawarah dan urun rembuk
bersama-sama.
4) Melatih sikap kretaif dan dinamis dalam berpikir
5) Menumbuhkan sikap toleransi dalam berpendapat maupun bersikap
6) Hasil diskusi dapat disimpulkan dan mudah dipahami
7) Memperluas cakrawala dan wawasan berpikir peserta diskusi
b. Kelemahan
1)

Kemungkinan siswa yang tidak ikut aktif dijadikan kesempatan


untuk bermain-main, dan menggangu temannya yang lain

2)

Apabila suasana kelas tidak dapat dikuasai, kemungkinan


penggunaam waktu tidak efektif, dan dapat berakibat tujuan
pengajaran tidak tercapai

18

3)

Sulit memprediksi arah penyelesaian diskusi. Hal ini terjadi jika


proses jalannya diskusi hanya merupakan ajang perbedaan
pendapat yang tidak ada ujung penyelesainnya.

4)

Siswa mengalami kesulitan untuk mengeluarkan pendapat secara


sistematis. Terutama bagi siswa yang memeiliki sifat pemalu dan
rasa takut mengeluarkan pendapat

5)

Kesulitan mencari tema diskusi yang aktual, hangat, dan menarik


untuk didiskusikan. 13

B. METODE CERAMAH
1.

Pengertian Metode Ceramah


Metode ceramah yang berasal dari kata lecture, memiliki arti dosen atau

metode dosen, metode ini lebih banyak dipergunakan di kalangan dosen,


karena dosen memberikan kuliah mimbar dan disampaikan dengan ceramah
dengan pertimbangan dosen berhadapan dengan banyak mahasiswa yang
mengikuti perkuliahan. Metode ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan
fakta. 14
Yang dimaksud dengan metode ceramah yaitu cara menyampaikan suatu
pelajaran tertentu dengan jalan penuturan secara lisan kepada anak didik atau
khalayak ramai.

13

15

Adapun menurut Slameto ceramah ialah pidato yang

Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 45.
14
Martinis Yamin, Strategi Pembelajarn Berbasis Kompetensi, (Ciputat: Gaung Persada Press,
2005) , Cet. Ketiga, h. 65.
15
Ibid. h. 41.

19

disampaikan oleh seorang guru di depan sekelompok siswa atau kelas.

16

Pengertian senada disampaikan oleh H. Sudiyono dkk., bahwa metode


ceramah merupakan metode yang memberikan penjelasan atau memberi
deskripsi lisan secara sepihak (oleh seorang fasilitator) tentang suatu materi
pembelajaran tertentu.17
Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa
diskusi adalah metode penyampaian informasi atau pengetahuan (bahan
pelajaran) yang dilakukan oleh guru secara lisan di hadapan murid atau
peserta didik.
Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode
tradisonal, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan anatara guru dengan anak didik dalam proses belajar
mengajar . meski metode ini banyak menuntut keaktifan guru daripada anak
didik, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan begitu saja dalam
kegiatan pengajaran. Apalagi dalam pendidikan dan pengajaran tradisonal,
seperti dipedesaan yang kekurangan fasilitas.
Cara mengajar dengan ceramah dapat dikatakan juga sebagai teknik
kuliah, merupakan suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan
keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta
masalah secara lisan.18

16

Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), h. 100.
17
Sudiyono, dkk., Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi , Opcit, h. 120.
18
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar , (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h. 97.

20

Teknik ceramah memang dapat digunakan untuk menyampaikan


informasi, terutama kepada mereka yang termotivasi. Artinya, seseorang
yang termotivasi untuk mendapatkan informasi tertentu. Di dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, teknik ceramah ini dapat digunakan untuk
melatih keterampilan mendengar (menyimak). Siswa dilatih untuk membuat
intisari dari ceramah yang didengarnya, kemudian mencertikan kembali
dengan bahasanya ssendiri. Teknik ceramah dapat juga dirangkaikan dengan
teknik yang lain, misalnya teknik tanya jawab, jika memang telah
direncanakan setelah ceramah selesai siswa diberi kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan ceramah yang
baru didengarnya.19

2. Kelebihan dan Kelamahan Metode Ceramah


Sebagaimana metode-metode pengajaran yang lain, metode ceramah pun
tidak terlepas dari kelebihan dan kelemahan.
a. Kelebihan
1) Dalam waktu yang singkat guru dapat menyampaikan bahan sebanyakbanyaknya.
2) Organisasi

kelas

lebih

sederhana

tidak

perlu

mengadakan

pengelompokan murid seperti pada metode yang lain.


3) Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah
murid cukup banyak.
19

Solchan, dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia di SD.,(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h.


3.17

21

4) Guru sebagai penceramah berhasil baik, maka dapat menimbulkan


semangat, dan kreasi yang konstruktif.
5) Fleksibel, dalam arti bahwa jika waktu sedikit bahan dapat
dipersingkat, diambil yang penting-penting saja, jika waktu banyak
dapat disampaikan sebanyak-banyaknya dan mendalam.
b. Kelamahan
1) Guru sulit mengetahui pemahaman anak didik terhadap bahan-bahan
yang diberikan
2) Kadang-kadang guru cenderung ingin menyampaikan bahan yang
sebanyak-banyaknya hingga menjadi bersifat pemompaan.
3) Anak didik cenderung menjadi lebih pasif dan ada kemungkinan
kurang tepat dalam mengambil kesimpulan, berhubung guru dalam
menyampaikan bahan pelajaran dengan lisan
4) Jika guru tidak memperhatikan segi psikologis dari anak didik,
ceramah dapat bersifat melantur dan membosankan. Sebaliknya kalau
guru berlebih-lebihan berusaha untuk menimbulkan inti dan isi
ceramah menjadi kabur.20
Mengingat adanya berbagai kelemahan yang ada dalam metode ceramah,
maka perencanaan yang matang sangat diperlukan. Untuk itu hal-hal yang
dapat membantu daya ingat peserta didik dalam belajar perlu mendapat
perhatian yang cukup dari seorang guru. Dalam hal ini, Bligh memberikan
beberapa saran yang cukup baik untuk di simak dan dipertimbangkan yang
20

Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2005)
Cet. II. h. 56.

22

berupa faktor-faktor yang dapat membantu daya ingat peserta didik dalam
belajar, yaitu:
1. Membuat pembelajaran bermakna
Pembelajaran yang bermakna mempunyai pengaruh yang sangat besar
bagi peserta didik dalam belajar. Kata bermakna di sini dapat berarti
sejauh mana informasi yang disampaikan oleh guru atau dosen sesuai
dengan informasi yang dimiliki peserta didik, atau sejauh mana informasi
tersebut memenuhi harapan mereka.
2. Keseluruhan atau parsial
Pembicaraan tentang keseluruhan atau parsial ini terus menjadi bahan
diskusi bagi para pendidik dan ahli psikologi. Yang dimaksud dengan
keseluruhan semua topik materi dalam satu

waktu tertentu diberikan

dalam satu waktu. Sementara parsial adalah materi diberikan sepotongpotong. Jadi sejumlah materi yang akan diberikan dalam jangka waktu
tertentu, seperti jam pelajaran, diberikan sedikit demi sedikit dan disellingi
dengan waktu jeda.
3. Pengaturan materi dengan baik
Materi atau pelajaran yang disampaikan dengan urutan yang logis, akan
lebih mudah dipahami oleh peserta didik dibandingkan dengan materi
yang tidak teratur. Beberapa bentuk penyusunan materi dengan metode
ceramah anatara lain adalah bentuk hirarki dan mata rantai.

23

4. Reharsing the material (mengingat-ingat materi)


Para ahli psikologi percaya bahwa mengingat kembali materi yang baru
saja diberikan oleh pengajar adalah faktor penting dalam membantu daya
ingat peserta didik. Cara seperti ini dalam dilakukan dengan menyatakan
kembali dalam hati atau mengulang materi dengan teman-teman.
5. Pengulangan oleh guru atau dosen
Mengulang-ulang penjelasan terhadap suatu materi dapat membantu
peserta didik dalam mengingat pelajaran. Pengulangan ini dilakukan
dengan porsi yang tidak berlebihan dengan maksud memberi penekanan
terhadap materi yang dianggap materi.21

C. HASIL BELAJAR
1.

Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu hasil dan belajar . pengertian hasil (product)


menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkannya berubahnya input secara fungsional. Hasil
produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan
mengubah bahan (raw material) menjadi barang jadi (finished good). Hal
yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil
penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus inputproses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat
21

Zaini Hisyam, bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajran Aktif,
(Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008) , h. 94-96.

24

perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegaiatan belajar mengajar,


setelah mengalami belajar, peserta didik berubah perilakunya disbanding
sebelumnya. Hubungan itu digambarkan oleh Grounlound sebagai berikut:
Belajar adalah proses dalam individu yang berinteraksi dengan
lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Perubahan ini
diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu
yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.
Belajar merupakan proses yang unik dan kompleks. Keunikan tersebut
disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar,
tidak pada orang laindan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang
berbeda. Perbedaan penampilan itu disebabkan karena setiap individu
mempunyai karakteristik individual yang khas, seperti minat, intelegensi,
perhatian, bakat, dan sebagainya.
Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat
peserta didik belajar. Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran
merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan
pengajaran (goal directed). Dalam konteks demikian maka hasil belajar
merupakan perolehan dari proses belajar peserta didik sesuai dengan tujuan
pengajaran (ends are being attained).22

22

Ahmad Qurtubi, Pengantar teori evaluasi pendidikan, (Tanggerang: Bintang Harapan


Sejahtera. 2009), h. 49.

25

2.

Sasaran Evaluasi Hasil Belajar


Dalam sejarah pengukuran dan penilaian pendidikan tercatat, bahwa

pada kurun waktu tahun empat puluhan, beberapa orang pakar pendidikan di
Amerika Serikat yaitu Benjamin S. Bloom, M. D. Englehart, E. Furst, W. H.
Hill, Daniel R. Kratwohl dan didukung pula oleh Ralph A. Tylor,
mengembangkan suatu metode pengklasifikasian tujuan pendidikan yang
disebut taxonomy. Ide untuk membuat taksonomi itu muncul setelah lebih
kurang lima tahun mereka berkumpul dan mendiskusikan pengelompokan
tujuan pendidikan, yang pada akhirnya melahirkan sebuah karya Bloom dan
kawan-kawannya itu, dengan judul Taxonomy of educational objectives.
Benjamin S. Bloom dan kawan-kawan berpendapat bahwa taksonomi
(pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu pada tiga
jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik
yaitu; ranah proses berfikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap
(affective domain), dan ranah keterampilan (psychomotor domain).23
Mengingat ranah-ranah yang terkandung dalam suatu tujuan pendidikan
merupakan sasaran evaluasi hasil belajar, maka kita perlu mengenal secara
terperinci. Pengenalan terhadap ranah tersebut akan sangat membantu pada
saat memilih dan menyusun instrumen evaluasi hasil belajar. Adapun ranahranah tersebut sebagai berikut:

23

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta; Raja Grafindo Persada, 2009), h. 49.

26

a. Segi Kognitif
Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau
pengenalan

terhadap

pengetahuan

pengembanagan keterampilan intelektual

dan

informasi,

serta

(Jaralinek dan Foster).

Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom,


mengemukakan adanya 6 (enam) kelas atau tingkat yaitu:
1) Pengetahuan (knowledge)
Merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa
pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan
tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti
mempelajari. Dalam pengenalan siswa diminta untuk memilih
salah satu dari dua atau lebih jawaban.
2) Pemahaman (comprehension)
Merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa
kemampuan memahami atau mengerti tentang pelajaran yang
dipelajari tanpa perlu menghubungkan dengan isi pelajaran
lainnya. Dalam pemahaman siswa diminta untuk membuktikan
bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara faktafakta atau konsep.
3) Penerepan (aplikasi)
Penerapan merupakan kemamapuan menggunakan generalisasi
atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret atau
situasi baru. Dalam penerapan, siswa dituntut untuk memiliki

27

kemampuan untuk menyeleksi generalisasi atau abstraksi tertentu


(konsep, dalil, hukum, aturan, gagasan, cara) secara tepat untuk
diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara
benar.
4) Analisis
Analisis merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke
bagaian-bagian yang menjadi dasar unsur pokok. Untuk analisis,
siswa diminta untuk menganalisis hubungan atau situasi yang
kompleks atau konsep-konsep dasar.
5) Sintesis
Sintesis merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur
pokok ke dalam struktur yang baru. Dalam sintesis, siswa diminta
untuk melakukan generalisasi.
6) Evaluasi
Evaluasi merupakan kemampuan meniliai isi pelajaran untuk
suatu maksud atau tujuan tertentu. Dalam evaluasi siswa diminta
untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah
dimiliki untuk menilai suatu kasus 24

24

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran , (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) , Cet. Ketiga,
h. 203-205

28

b. Segi Afektif
Segi afektif dapat diuraikan menjadi lima taraf, yaitu:
1) Memperhatikan (Receiving/attending)
Taraf pertama ini berkaitan dengan kepekaan pelajar terhadap
rangsangan fenomena yang datang dari luar. Taraf ini dibagi lagi
ke dalam tiga kategori, yaitu kesadaran akan fenomena, kesedian
menerima fenomena, dan perhatian yang terkontrol atau terseleksi
terhadap fenomena.
2) Merespons (Responding)
Pada taraf ini pelajar tidak lagi sekedar memperhatikan fenomena.
Ia sudah memiliki motivasi yang yang cukup, sehingga tidak saja
mau memperhatikan, tetapi juga bereaksi terhadap rangsangan.
Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan
dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
3) Menghayati nilai (Valuing)
Pada taraf ini tampak bahwa pelajar sudah menghayati dan
menerima nilai. Perilakunya dalam situasi tertentu sudah cukup
konsisten, sehingga sudah dipandang sebagai orang yang sudah
mengahayati nilai.
4) Mengorganisasikan
Pada taraf ini pelajar mengembangkan nilai-nilai ke dalam satu
sistem organisasi, dan menentukan hubungan satu nilai dengan
nilai yang lain, sehingga menjadi satu sistem nilai. Termasuk

29

dalam

proses

organisasi

ini

adalah

memantapkan

dan

memprioritaskan nilai-nilai yang telah dimilikinya. Nilai itu


terdapat dalam berbagai situasi dan pelajaran, terutama sejarah
dan agama.
5) Menginternalisasikan nilai
Pada taksonomi afektif tertinggi ini, nilai-nilai yang dimiliki
pelajar

telah

mendarah

daging

serta

memengaruhi

pola

kepribadian dan tingkah laku. Dengan demikian, ia sudah dapat


digolongkan sebagai orang yang memegang nilai.
c.

Segi Psikomotorik

Segi psikomotorik dapat diuraikan ke dalam taraf-taraf di bawah ini:


1) Persepsi
Taraf pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat motorik
ialah menyadri objek, sifat, atau hubungan melalui alat indra.
Taraf ini mencakup kemampuan menafsirkan rangsangan, peka
terhadap rangsangan, dan mendiskriminasikan rangsangan. Taraf
ini merupakan bagian utama dalam rangkaian situasi yang
menimbulkan kegiatan motorik.
2) Kesiapan (set)
Pada taraf ini terdapat kesiapan untuk melakukan tindakan atau
untuk beraksi terhadap sesuatu kejadian menurut cara tertentu.
Kesiapan mencakup tiga aspek, yaitu intelektual, fisis, dan
emosional. Karena pada taraf ini terlihat tindakan seseorang

30

bahwa ia sedang berkonsentrasi dan menyiapkan diri secara fisis


maupun mental.
3) Gerakan terbimbing (respon terbimbing)
Taraf ini merupakan permulaan pengembangan keterampilan
motorik. Yang ditekankan ialah kemampuan yang merupakan
bagian dari keterampilan yang lebih kompleks. Respon terbimbing
adalah perbuatan individu yang dapat diamati, yang terjadi dengan
bimbingan individu lain yang memberi contoh.
4) Gerakan terbiasa (respon mekanistis)
Pada taraf ini pelajar sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit
banyak terampil melakukan suatu perbuatan. Di dalamnya sudah
terbentuk kebiasaan untuk memberi respon sesuai dengan jenisjenis perangsang dan situasi yang dihadapi. Jadi pelajar sudah
berpegang pada pola.
5) Gerakan (respon) kompleks
Pada taraf ini pelajar dapat melakukan perbuatan motorik yang
kompleks, karena pola gerakan yang dituntut memang sudah
kompleks. Perbuatan itu dapat dilakukan secara lancar, luwes,
supel, gesit, atau lincah, dengan menggunakan tenaga dan waktu
yang sedikit.
Taraf yang disebut terakhir ini masih bias dikembangkan dengan
keterampilan menyesuaikan diri dan bervariasi. Lebih tinggi dari itu

31

muncul kreativitas untuk berinisiatif dan mencipatakan sesuatu yang


baru.25
3.

Faktor yang Memengaruhi Proses dan Hasil Belajar


Belajar sebagai suatu proses sudah

barang tentu harus ada yang

diproses (masukan atau input) dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau
output). Jadi dalam hal ini kita dapat menganalisis kegiatan belajar itu
dengan pendekatan analisis system. Dengan pendekatan sistem ini sekaligus
kita dapat melihat adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses
dan hasil belajar. Dengan pendekatan sistem, kegiatan belajar dapat
digambarkan sebagai berikut:

INSTRUMENTAL INPUT

TEACHING LEARNING
RAW INPUT

OUTPUT
PROCESS

ENVIRONMENTAL INPUT

25

Munzier Suparta dan Hery Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Opcit, h. 52.

32

Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input)


merupakan bahan baku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman
belajar tertentu dalam proses belajar-mengajar (teaching-learning process).
Di dalam proses bejaja-mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor
lingkungan (environmental input), dan berfungsi sejumlah faktor yang
sengaja

dirancang

dan

dimanipulasikan

(instrumental

input)

guna

menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai faktor


tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu.
Di dalam proses belajar-mengajar di sekolah, maka yang dimaksud
masukan mentah atau raw input adalah siswa, sebagai raw input siswa
memiliki karakteristik tertentu , baik fisiolgis maupun psikologis. Mengenai
faktor fisiologis ialah bagaimana kondisi fisik, panca indera, dan
sebagainya. Sedangkan yang menyangkut psikologis adalah: minat, tingkat
kecerdasan, bakat, motivasi, kemampuan kognitif, dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk instrumental input atau faktor-faktor yang
sengaja dirancang dan dimanipulasikan adalah; kurikulum atau bahan
pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas, serta
manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam
keseluruhan sistem, maka instrumental input merupakan faktor yang sangat
penting pula dan paling menentukan dalam pencapaian hasil atau output
yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan

33

bagaimana proses belajar-mengajar itu akan terjadi di dalam dan diri si


pelajar.26
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat
dibedakan menjadi tiga macam, yakni; faktor internal (faktor dari dalam
siswa), faktor eksternal (faktor dari luar siswa), dan faktor pendekatan
belajar (approach to learning).
a). Faktor internal siswa
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendri meliputi dua aspek,
yakni: 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2) aspek psikologis
(yang bersifat rahaniah)
Pertama, Aspek fisiologis. Aspek fisiologis meliputi Kondisi umum
jasmani dan tonus (tegangan otat) yang menandai tingkat kebugaran organorgan tubuh dan sendi-sendi, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kedua, Aspek psikologis. Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis
yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
siswa. Namun, di antara faktor-faktor rohaniah siswa pada umumnya
dipandang esensial itu adalah sebagai berikut; tingkat kecerdasan atau
intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.
b) Faktor Eksternal Siswa
Seperti faktor internal siswa, fator eksternal siswa juga terdiri atas dua
macam yakni faktor lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial.
26

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung: Rosda Karya, 2010), Cet. Keduapuluh
Empat, h. 106.

34

Faktor lingkungan sosial meliputi para guru, para staf administrasi,


teman-teman sekelas, masyarakat dan tetangga, serta teman-teman
sepermainan. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
Faktor lingkungan nonsosial meliputi gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan
cuaca dan waktu belajar yanag digunakan siswa.
c) Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang
digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam proses
pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat
langkah operasional yang direkayasa sedemikan rupa untuk memecahkan
masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. 27
Sedangkan menurut Wasty Soemanto, banyak sekali faktor yang
mempengaruhi

belajar.

Namun,

dari

sekian

banyak

faktor

yang

mempengaruhi belajar, dapat digolongkan menjadi tiga macam yaitu, faktor


stimulasi belajar, faktor metode belajar, dan faktor-faktor individual.
Pertama, faktor stimulasi belajar. Yang dimaksud dengan stimulasi
belajar di sini yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu itu
untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Yang termasuk faktorfaktor stimulasi belajar yaitu panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan

27

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2007) , h. 144

35

pelajaran, berartinya bahan pelajaran, berat ringanya tugas, dan suasana


lingkungan eksternal.
Kedua, faktor metode belajar. Metode mengajar yang dilakukan oleh
guru sangat mempengaruhi metode balajar yang dipakai oleh si pelajar.
Dengan perkataan lain, metode yang dipakai oleh guru menimbulkan
perbedaan yang berarti bagi proses belajar. Faktor metode belajar
menyangkut hal berikut: kegiatan berlatih atau praktik, overlearning dan
drill, resitasi selama belajar, pengenalan tentang hasil belajar, belajar dengan
keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas indra,
bimbingan dalam belajar, dan kondisi insentif.
Ketiga, Faktor individual. Faktor individual sangat besar pengaruhnya
terhadap belajar seseorang. Adapun yang termasuk faktor individual yaitu:
kematangan, faktor usia kronologis, faktor perbedaan jenis kelamin,
pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani,
kondisi kesehatan rohani, dan motivasi.28

D.

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA


1.

Hakikat dan Ciri Pembelajaran


Pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk

mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadian ekstrim


yang berperan terhadap rangkaian kejadian intern yang berlangsung dialami
siswa. Sementara Gagne, mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan

28

Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rieneka Cipta, 2006) Cet. Kelima. h. 113.

36

peristiwa secara seksama dengan maksud agar terjadi belajar dan


membuatnya

berhasil

guna.

Dalam

pengertian

lainnya,

Winkel

mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan dan penciptaan kondisikondisi ekstrem sedemikian rupa, sehingga menunjang proses belajar siswa
dan tidak menghambatnya.
Pengertian pembelajaran yang lain dikemukakan oleh Miarso,
menyatakan

bahwa

pembelajaran

adalah

usaha

pendidikan

yang

dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih


dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali.
Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dikemukakan di
atas, maka dapat disimpulkan beberapa ciri pembelajaran sebagai berikut:
a. Merupakan upaya sadar dan disengaja.
b. Pembelajaran harus membuat siswa belajar.
c. Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
d. Pelaksanaannya terkendali, baik isi, waktu , proses, maupun hasilnya.29
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Sesuai dengan hakikat pembelajaran yang telah disebutkan di atas, ada
sejumlah prinsip yang harus diperhatikan ketika mengelola kegiatan
pembelajaran, di antaranya sebagai berikut.
a. Berpusat pada siswa
Prinsip ini mengandung makna bahwa dalam proses pembelajaran siswa
menempati posisi sentral sebagai subjek belajar. Keberhasilan proses
29

Evaline Siregara dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2010), h. 14.

37

pembalajaran tidak diukur dari sejauh mana materi pembelajaran telah


disampaikan guru akan tetapi sejuah mana siswa telah berhasil
menguasai materi pembelajaran.
b. Belajar dengan melakukan
Prinsip ini mengandung makna bahwa belajar adalah berbuat (learning
by doing) dan bukan hanya mendengarkan, mencatat sambil duduk di
bangku. Dengan kata lain, belajar adalah proses beraktivitas. Siswa
bukan hanya dituntut untuk menguasai sejumlah informasi dengan cara
menghafal, akan tetapi memperoleh informasi secara mandiri dan
kreatif melalui aktivitas mencari dan menemukan.
c. Mengembangkan kemampuan sosial
Manusia adalah makhluk sosial. Sejak lahir sampai akhir hayat tidak
mungkin hidup sendiri. Ia membutuhkan komunikasi dan bantuan orang
lain. Berdasarkan kenyataan tersebut maka proses pembelajaran bukan
hanya mengembangkan kemampuan intelektual akan tetapi kemampuan
sosial.
d. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah manusia.
Rasa keingintahuan adalah fitrah yang dimiliki manusia dan tidak
dimiliki oleh makhluk ciptaan

Tuhan

lainnya. Perkembangan

kebudayaan manusia yang menakjubkan seperti sekarang ini, didorong


oleh fitrah dan keingintahuan manusia. Oleh karena itu, proses
pembelajaran harus mampu melatih kepekaan dan keingintahuan setiap
individu terhadap segala sesuatu yang terjadi.

38

e.

Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah


Kehidupan manusia tidak terlepas dari masalah yang harus diselesaikan.
Pengetahuan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran harus dapat
dijadikan sebagai alat untuk memecahkan masalah.

f.

Mengembangkan kreativiitas siswa


Salah satu tujuan kurikulum adalah untuk membentuk manusia yang
kreatif dan inovatif. Selain untuk mengembangkan kemampuan sisi
akademik, proses pembelajaran juga dapat mendorong kreativitas siswa.

g.

Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi


Dalam kehidupan globalisasi sekarang ini teknologi sudah menjadi
bagian

yang

tidak

terpisahkan

dalam

kehidupan

manusia.

Ketergantungan manusia terhadap hasil-hasil teknologi begitu tinggi,


dari mulai teknologi sederhana sampai penggunaan alat-alat transportasi
dan komunikasi yang modern. Semua ini harus menjadi pertimbangan
dalam pengelolaan pendidikan. Pendidikan dituntut membekali setiap
individu agar mampu memanfaatkan hasil-hasil teknologi. Pengenalan
dan kemampuan memanfaatkan hasil-hasil teknologi harus menjadi
bagian dalam proses pembelajaran.
h.

Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik


Salah satu kelemahan pendidikan saat ini adalah kelemahan dalam
menciptakan lulusan yang memiliki kesadaran

terhadap aturan dan

norma kemasyarakatan. Kurikulum pada zaman sekarang setiap guru

39

mata pelajaran memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan


manusia yang sadar dan penuh tanggung jawab sebagai warga negara.
i.

Belajar sepanjang hidup


Kehidupan manusia selalu berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Apa yang dipelajari dewasa ini belum tentu
relevan dengan keadaan pada masa yang akan datang. Maka dari itu,
proses belajar mestinya tidak terbatas pada pendidikan formal waktu
sekolah saja. Akan tetapi, setiap manusia harus terus belajar untuk
mengikuti perkembangan zaman, agar mampu beradaptasi dalam setiap
perubahan. Oleh karena itu, proses belajar sepanjang hayat harus terus
diciptakan.30

3.

Karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia


Menurut Mulyana Istilah karakteristik dalam terminologi dapat

ditafsirkan sebagai ciri-ciri atau kekhasan yang tampak dalam cara kerja
atau aturan tentang bagaimana ilmu itu dioperasikan. Ciri-ciri itu kemudian
mewujud menjadi kekhasan sebuah kajian yang pada akhirnya kita pahami
sebagai sifat.
Sebagai sebuah ilmu, pengajaran bahasa Indonesia memiliki kekhasan
sendiri. Pengajaran bahasa Indonesia memiliki dua dimensi, yaitu dimensi
kebahasaan sebagai objek kajian dan dimensi pengajaran sebagai cara atau
alat untuk menerapkan teori. Adapun karakteristik pembelajaran bahasa
Indonesia sebagai berikut.
30

Yusi Rosdiana dan Lis setiawati, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia , (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.27.

40

a. Bersifat komunikatif
Salah

satu

doktrin

yang selalu

didengung-dengungkan

dalam

pengajaran bahasa, yaitu belajar berkomunikasi. Pembelajaran bahasa


dirancang untuk menciptakan kompetensi komunikatif bagi para
pembelajar. Kompetensi komunikatif merupakan bekal utama bagi para
siswa untuk menjalankan aktivitas komunikasinya di lingkungan sosial
masyarakat. Selain itu, kompetensi kominikatif pun merupakan
landasan bagi siswa untuk beroleh ilmu pengetahuan, memaknai
pengalaman dan mengembangkan norma kedewasaan yang berlaku di
lingkungan sosialnya.
b. Bersifat kontekstual
Pembelajaran

bahasa

Indonesia

bersifat

kontekstual

artinya

pembelajaran harus berhubungan dengan kebutuhan pembelajar dan


kebermaknaan bagi anak. Tujuan kehidupan mereka berangkat dari
pengalaman awal mereka. Dengan demikian, konteks sangat penting
dalam

pembelajaran

bahasa

Indonesia.

Penyampaian

materi

pembelajaran bahasa Indonesia harus menciptakan kondisi lingkungan


belajar yang realistik. Hal ini penting agar relevansi antara materi yang
dipelajari siswa di kelas dan kenyataan yang mereka hadapi di
lingkungan masyarakat tidak bias. Seyogianya, materi yang mereka
pelajari di kelas harus dapat memberikan manfaat terhadap lingkungan
kehidupannya di masyarakat.
c. Bersifat sistematis (Berurutan)

41

Salah satu sifat bahasa adalah sistematis, yaitu bahasa tersusun atas
beberapa sistem satuan terkecil (bunyi) hingga sistem satuan yang
terbesar (kalimat). Sistem tersebut berurutan dan berewujud dalam
suatu pola. Hal ini memberikan implikasi bahwa dalam pengajaran
bahasa, materi yang diberikan harus berurutan. Dalam menyampaikan
materi bahasa mengenal adanya prinsip dasar, yaitu dari dekat ke jauh,
mudah ke sukar, dan konkret ke abstrak.
d. Menantang pembelajar memecahkan masalah nyata
Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan mampu menerapkan prinsip
kebermaknaan kepada para pembelajar. Karena dengan kebermaknaan
para pembelajar akan mampu memahami konsep materi dengan
sempurna.

Dengan

demikian,

pembelajaran

bahasa

Indonesia

diharapkan mampu memfasilitasi para pembelajar untuk berlatih


memecahkan

masalah-masalah

nyata

dalam

kehidupan.

Untuk

mencapai hal tersebut sudah seyogianya para pembelajar dibawa pada


konflik pengetahuan dan penyusunan konsep baru untuk menafsirkan
hal yang belum pasti sehingga mereka dapat memaknai setiap peristiwa
yang terjadi.
e. Membawa pembelajar kepada pembelajaran aktif
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu merangsang
minat dan motivasi siswa untuk giat berlatih dan bertanggung jawab
terhadap keberhasilan proses belajar. Guru harus mampu merangsang
sikap siswa agar terlibat secara penuh terhadap aktivitas belajar, melalui

42

kegiatan belajar yang aktif. Pembelajar dapat berpikir kritis dan


menyusun makna dari sesuatu yang dipelajari untuk merefleksikan
secara kritis pula dalam kehidupannya.
f. Penyusunan bahan dilakukan guru sesuai dengan minat dan keperluan
pembelajar
Dalam konteks belajar mengajar, guru merupakan sosok penting yang
turut serta menentukan ketercapaian tujuan belajar. Guru adalah kreator
yang harus mampu menangkap dan memahami kebutuhan pembelajar.
Aktivitas yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar harus
didasarkan pada analisis kebutuhan pembelajar. Bahan-bahan yang
diberikan dalam pembelajatran harus benar-benar didasarkan pada
kebutuhan dan minat pembelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengaitkan antar pengembangan dan pengetahuan pembelajar.31
4. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam perkembangan sosial
dan intelektual peserta didik dan merupakan penunjang dalam mempelajari
semua pelajaran. Pembelajaran bahasa dapat diharapakan membantu
peserta didik mengenal diri budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat,
menemukan dan menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang
ada dalam dirinya.

31

Mamur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2008), h. 7.3.

43

Pembelajaran

bahasa

Indonesia

diarahkan

pada

peningkatan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia


yang baik dan benar, secara lisan dan tulis, serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya sastra.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi,
kedudukan, dan fungsi bahasa pelajaran bahasa Indonesia Pendidikan
Menengah Umum (PMU) ke dalam tiga kelompok mata pelajaran yaitu:
a. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian bertujuan :
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaaan dan cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan atau
kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni, dan
budaya.
b. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan:
mengembangkan logika, kemampuan berfikir, dan analisis peserta
didik. Tujuan ini dicapai melalui muatan atau kegiatan bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam (IPA), ilmu pengetahuan sosial
(IPS), keterampilan atau kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi
(TIK), serta muatan lokal yang relevan
c. Kelompok mata pelajaran estetika bertujuan: membentuk karakter
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman
budaya. Tujuan ini dicapai melalui muatan atau kegiatan bahasa, seni,
dan budaya, keterampilan, dan mutan lokal yang relevan.

44

Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajaran bahasa Indonesia


diarahkan untuk membakali PMU dengan kemampuan minimal dalam hal:
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap bahasa Indonesia. Secara spesifik, tujuan pembelajaran bahasa
Indonesia tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa Persatuan dan bahasa Negara
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan berbahasa
6. Mengahargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.32
5.

Fungsi Pembelajaran Bahasa Indonesia


Sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari pada jenjang pendidikan,

bahasa Indonesia memiliki beraneka ragam fungsi. Secara umum, fungsi

32

M. Umar muslim, KTSP dan Pembelejaran Bahasa Indonesia, http://www.scribd.com. Kamis,


28 Juli 2011.

45

pembelajaran bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu


fungsi intrinsik dan fungsi instrumentatif.
Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi secara intrinsik, yaitu
pembelajaran difungsikan sebagai proses pembinaan dan pengembangan
bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk berbagai keperluan.
Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi sebagai sebuah proses untuk
membina dan mengembangkan bahasa Indonesia agar tercapai kondisi
kebahasaan yang bersifat mantap, dinamis, dan terbuka.
Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi secara instrumentatif, yaitu
bahwa pembelajaran bahasa digunakan sebagai instrumen

untuk

mengembangkan sistem nilai ilmu pengetahuan dan sistem nilai norma


kedewasaan yang berlaku di masyarakat. Pembelajaran bahasa Indonesia
dijadikan sebagai sebuah sarana untuk mentransfer segala bentuk
pengetahuan dan nilai-nilai positif yang berlaku di masyarakat. Fungsi
instrumentatif bermakna juga bahwa bahasa Indonesia adalah sarana untuk
menumbuh kembangkan sikap toleransi, saling menghargai, dan sikap
tanggung jawab.33

33

Mamur saadie, dkk, Startegi Pembalajaran Bahasa indonesia, Opcit. h. 7.6.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMK Grafika Yayasan Lektur Lebak Bulus
Jakarta Selatan. Waktu yang digunakan dalam penelitian ini kurang lebih
selama satu bulan setengah atau selama empat kali pertemuan mulai dari 11
Juli sampai dengan 23 Agutus 2011 tahun pelajaran 2011-2012.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
quasi-eksperimen. Penelitian ini membandingkan dua kelompok yang diberi
perlakuan dengan metode diskusi (kelas eksperimen) dan metode ceramah
(kelas kontrol), kemudian membandingkan hasil belajar dari dua kelompok
yang diberi perlakuan tersebut dengan tujuan mengetahui perbedaan hasil
belajar yang siswa dapatkan setelah diadakan perlakuan
Desain Penelitian
Kelas

Treatment

Tes

Eksperimen

Metode diskusi

Hasil Belajar (X)

Kontrol

Metode konvensional (ceramah)

Hasil Belajar (Y)

46

47

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel


Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK
Grafika Yayasan Lektur, dengan jumlah kurang lebih 120 siswa. Peneliti
mengambil 50% dari populasi yang ada maka didapat 57 siswa. Peneliti
mengambil sampel dengan cara cluster random sampling (CSR) dan didapat
kelas XI A dan XIB, di mana kelas XI A kelas yang dalam pembelajarannya
menggunakan metode diskusi sedangkan XI B kelas yang dalam
pembelajarannya menggunakann metode ceramah.

D. Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas Item
Validitas item dari suatu item adalah ketepatan mengukur yang dimiliki
oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai
suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item
tersebut. Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi
atau dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir-butir item yang
bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor
totalnya, atau dengan bahasa statistik; ada korelasi positif yang signifikan
antara skor item dengan skor totalnya.34

34

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan. Opcit. h. 182-184.

48

Adapun untuk mengetahui validitas item dari suatu soal kita bisa
menggunakan rumus:

rpbi =
rpbi

M p Mt
SDt

p
q

Xt
( X t ) 2

N
(N )2
2

dengan SDt =

= koefisien korelasi point biserial yang melambangkan kekuatan


korelasi antara variabel I dengan variabel II, yang dalam hal ini
dianggap sebagai koefisien validitas item

Mp

= Skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee, yang untuk butir
item yang bersangkutan telah dijawab dengan betul

Mt

= skor rata-rata dari skor total

SDt = Deviasi standar total (Deviasi Standar dari skor total).


p

= Proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang


sedang diuji validtas itemnya

= proporsi testee yang menjawabsalah terhadap butir item yang


sedang diuji validitas itemnya

2. Uji Reliabilitas
Realibilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tepat. Pengertian realibilitas tes, berhubungan dengan
masalah ketepatan hasil tes.

49

Uji reliabilitas tes bentuk pilihan ganda dengan rumus

KR-20:35

2
k S pq

r11 =

S2
k 1

Keterangan:
r11

= reliabilitas menggunakan persamaan KR-20

= proporsi peserta tes menjawab benar

= proporsi peserta tes menjawab salah (q = 1 p)

pq = jumlah perkalian antara p dan q

= banyaknya soal yang valid

= standar deviasi atau simpangan baku merupakan akar varian


yang dapat dicari dengan persamaan: S =

= jumlah peserta tes

x2

= jumlah deviasi dari rerata kuadrat

x2
N

3. Pengujian Taraf Kesukaran


Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sulit. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi
usaha

memcahkannya.

Sebalikknya,

soal

yang terlalu

sukar

akan

menyebabakan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat


untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya.

35

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidkan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),Edisi


Revisi. Cet. 11. h. 101.

50

Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai
dengan 0,1. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal
dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlau sukar.
Sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah.
Indeks kesukaran butir-butir soal ditentukan dengan rumus:36
P=

B
JS

Keterangan:
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = Jumlah seluruh peserta tes
P = Indeks kesukaran
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
-

Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang

Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

4. Daya Pembeda Soal


Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan
siswa yang bodoh (berkemampuan rendah).

36

Ibid. h. 208.

51

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks


diskriminasi, disingkat D (d besar). Seperti halnya indeks kesukaran, indeks
diskriminasi (daya pembeda) ini berkisar 0,00 samapai 1,00. Soal yang baik
adalah soal yang dapat dijawab benar oleh siswa-siswa yang pandai, begitu
juga sebaliknya.
Daya pembeda tiap butir soal ditentukan dengan rumus:37
DP =

BA BB

JA JB

Keterangan:
BA

= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan


benar.

BB

= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal


dengan benar.

JA

= banyaknya peserta kelompok atas.

JB

= banyaknya peserta kelompok bawah.

DP

= daya pembeda.

Klasifikasi daya pembeda:

37

D : 0,00 0,20

: Jelek (poor)

D : 0,20 0,40

: Cukup (satisfactory)

D : 0,40 0,70

: Baik (good)

D : 0,70 1,00

: Baik sekali (excellent)

Ibid. h.213 s.d. 214

52

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1.

Dokumentasi. Cara pengumpumpulan data ini dengan mengambil data


siswa yang terdapat di SMK Grafika Yayasan Lektur Lebak Bulus.
Data yang dimaksud berupa daftar absensi siswa dan hasil belajar siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2.

Tes. Pengumpulan data melalui tes dalam penelitian ini menggunakan


tes tertulis jenis pilihan ganda sebanyak 20 soal yang telah diuji
validitas, homogenitas, daya beda soal, dan indeks kesukarannya.

3. Observasi. Dalam tahap ini penulis melakukan observasi terhadap kelaskelas yang akan dijadikan kelompok kontrol maupun ekperimen.
Bentuk observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melakukan wawancara dengan guru bahasa Indonesia terkait dengan
metode pembelajaran yang sering digunakan.

F.

Teknik Analisis data


1. Uji Normalitas
Menguji normalitas data kerapkali disertakan dalam suatu analisis
statistika inferensial untuk satu arah atau lebih kelompok sampel. Normalitas
sebaran data menjadi sebuah asumsi yang menjadi syarat untuk menentukan
jenis statistik apa yang dipakai dalam penganalisisan.

53

Asumsi normalitas senantiasa disertakan dalam penelitian pendidikan


karena erat kaitannya dengan sifat atau objek penelitian pendidikan, yaitu
berkenaan

dengan kemampuan seseorang dalam kelompoknya. Galton,

seorang ahli dalam teori pembelajaran, mengatakan bahwa apabila sejumlah


anak atau orang dikumpulkan dalam suatu kelas kemudian diukur
kemampuaannya (kepandaian, kebiasaan, keterampilan), hasil pengkurannya
yang berupa skor kemampuan akan berdistribusi menyerupai kurva
normalitas.38
Tes normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan rumus kai kuadrat (chi square) dengan cara:
a.

Data dikelompokkan ke dalam daftar distribusi frekuensi absolute


dan tentukan batas intervalnya.

b.

Tentukan nilai Z, di mana Z =

c.

Hitunglah peluang untuk tiap Z (bila Z positf, Maka F(z)= 0,5+ Ztabel,
bila negatif maka F(z) = 1-(0,5+ Ztabel )

d.

Hitunglah selisih luas kelas interval

e.

Tentukan Fe untuk tiap kelas interval sebagai hasil kali peluang tiap
kelas dengan n (ukuran sampel)

f.

Gunakan rumus Chi-kuadrat, apabila X2 hitung < X2tabel maka sampel


berasal dari populasi yang berdistribusi normal
X2tabel = ( = 5%, )

38

Subana, Moersetyo, Sudrajat, Opcit, h. 123.

54

2.

Uji Homogenitas
Setelah melakukan uji normalitas, selanjutnya yaitu mengetes

homogenitas. Adapun prosedur perhitungan uji homogenitas sebagai


berikut
a. Rumuskan hipotesis
Ho : sampel berasal dari populasi yang homogen
Ha : sampel berasal dari populasi yang tidak homogen
b. Buat Kriteria pengujian
Tolak Ho jika Fhitung > F tabel
c. Hitung variansi dari tiap kelompok (kelompok eksperimen dam
kelompok control) dengan rumus
n fxi2 ( fxi ) 2
n( n 1)

d. Gunakan rumus Fisher


F=

e. Tenukan Db
f. Bandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel
g. Penarikan kesimpulan

55

G.

Uji hipotesis
Hipotesis diuji dengan rumus t-tes untuk dua sampel kecil yang tidak ada
hubungannya yang satu dengan yang lain, yaitu dengan rumus:
thitung < ttable

: Ho diterima

thitung > ttable

: Ho ditolak

Ho

: Tidak Terdapat perbedaan mean yang signifikan pengaruh


penggunaan metode diskusi terhadap hasil belajar bahasa Indonesia
kelas XI daripada metode ceramah

Ha

: Terdapat perbedaan mean yang signifikan pengaruh penggunaan


metode diskusi terhadap hasil belajar siswa kelas XI daripada metode
ceramah

X 1: Kelas yang menggunakan metode ceramah


X2 : Kelas yang menggunakan metode diskusi

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMK Grafika


1. Latar Belakang Sekolah
Lembaga pendidikan Grafika yang bernama Pusat Latihan
Grafika itu didirikan dan dibiayai sepenuhnya oleh yayasan Lektur, dan
diprakarsai serta disetujui oleh Bapak Menteri Pendidikan, Pengajaran,
dan Kebudayaan, pada waktu itu Bapak Mr. M. Yamin.
Gedung Pusat Latihan (PLG) dibangun di Jalan Melawai Raya no.
4 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, dan sekarang sudah menjadi kompleks
pertokoan Melawai Plaza, semenjak pindah ke Jalan Pasar Jumat, Lebak
Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.
Pusat Latihan Grafika merupakan suatu lembaga swasta, namun
semenjak pendiriannya senantiasa memperoleh perhatian besar dari
Departemen Pendidikandan Kebudayaan yang diwujudkan dengan
pemberian bantuan beberapa orang guru. Ijazah yang dikeluarkan oleh
PLG mempunyai efek dan secara resmi diakui setara dengan ijazah
Sekolah Teknik Negeri.
Dalam sejarah dan perkembangan industri grafika di negeri kita ini,
tercatat

perkembangan

jumlah

perusahaan

grafika

yang

cukup

menggembirakan dari tahun ke tahun, sehingga tidak dapat dihindarkan


peningkatan kebutuhan akan tenaga kerja yang bertanggung jawab serta

56

57

memiliki keterampilan yang diperlukan guna melayani berbagai mesin dan


peralatan yang kian hari bertambah modern dan canggih.
Dengan memperhatikan akan perkembangan dan pertumbuhan
industri grafika, maka mulai ajaran 1968, dengan persetujuan Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, PLG terpaksa ditingkatkan menjadi
Sekolah Teknik Menengah Grafika (STM Grafika).
Dengan peningkatan status menjadi STM grafika, juga penerimaan
siswa/siswi tidak lagi lulusan sekolah dasar, tetapi harus lulusan Sekolah
Menengah Pertama (SMP).
Perubahan ini sangat besar artinya bagi pendidikan tenaga kerja
grafika untuk kepentingan perkembangan industri grafika, mengingat para
lulusan mencapai usia yang lebih tinggi dan dapat dipercayakan untuk
menangani mesin-mesin dan alat perlengkapan dengan penuh tanggung
jawab. Kemudian dalam perkembangannya STM Grafika Lektur ini,
terhitung mulai 1 Januari 1976 oleh Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan memperoleh status STM bersubsidi.
Langkah-langkah pembaruan dalam bidang pendidikan yang
dilancarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, berdampak
pula bagi lembaga pendidikan Grafika Yayasan Lektur suatu keharusan
akan penyesuaian, sehingga sejalan dengan rencana pemerintah. Sejak
tahun 1977 kurikulum baru dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
mulai diterapkan. Mulai tahun 1979 kurikulum baru itu diikuti sepenuhnya
oleh STM Grafika Yayasan Lektur. Nama sekolah pun diganti dan

58

disesuaikan menjadi SEKOLAH MENENGAH TEKNOLOGI GRAFIKA


YAYASAN LEKTUR (bersubsidi).
Sekolah Grafika Yayasan Lektur, senantiasa diusahakan untuk
dapat mempertahankan mutu dan nama baik. Para siswa lulusan, baik PLG
dahulu maupun STM atau SMT umumnya segera mendapatkan lapangan
kerja di perusahaan-perusahaan grafika di berbagai daerah. Belum ada
terdengar keluhan-keluhan terhadap siswa lulusan sekolah Grafika
Yayasan Lektur.
Adapun hasil-hasil yang cukup baik itu, dapat dicapai, karena ada
dua faktor yaitu :
1.

Perhatian dan ketekunan para guru dalam melaksanakan tugas sesuai


dengan mata diklat masing-masing.

2.

Latihan yang cukup luas dan terarah yang diberkan kepada para
siswa.
Sampai tahun 1990 STM Grafika Yayasan Lektur hanya memiliki
peralatan atau mesin cetak letter press ( cetak tinggi ). Untuk
keperluan sarana praktek foto reproduksi dan cetak offset, Yayasan
Lektur mohon bantuan Percetakan Negara Republik Indonesia
(PNRI), Balai Pustaka, percetakan AKA, dan Pertamina tempat
latihan para siswa.
Atas kemurahan dan kebaikan hati para direksi atau pimpinan

perusahaan-perusahaan Grafika yang bersangkutan, pada tempatnyalah


pula disampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas

59

segala bantuannya. Barulah pada akhir tahun 1977 sekolah Grafika


Yayasan Lektur dapat membeli dua buah mesin cetak offset baru dan
membangun bagian reproduksi yang agak modern waktu itu.
Pada tahun 1982 atau 1983 proyek rehabilitasi Sekolah Menengah
Grafika Jakarta memberi bantuan satu mesin cetak offset solna 154, satu
mesin susun huruf foto comugrafik dan satu mesin camera vertikal.
Dalam pengamatan semenjak 5 sampai 10 tahun belakangan ini
kita cacat bahwa kemajuan teknologi grafika bergerak cepat sekali,
sehingga peralatan dan mesin-mesin yang ada sekarang ini, hakikatnya
sudah sangat ketinggalan sekali, terutama dalam bidang-bidang susunan
huruf. Lebih-lebih lagi dengan sudah masuknya peralatan komputer dalam
berbagai bentuk dan kecanggihan yang dipakai dalam industri grafika.
Begitu pula denga bidang reproduksi dan disebut orang sekarang ini
bersama-sama dengan peralatan susunan huruf sebagai bidang pra
cetak.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa berbagai kemajuan teknologi,
juga dalam mesin-mesin serta peralatan cetak misalnya sudah menjadi
kenyataan sehari-hari untuk mana dunia pendidikan grafika tidak dapat
menutup mata. Tidaklah mungkin bagi suatu sekolah untuk tidak
mengidentifikasi segi-segi kemajuan teknologi grafika yang tidak dapat
ditahan-tahan munculnya sebagaimana kita tidak dapat menahan terbitnya
matahari.

60

Pembina atau perintis sekolah grafika ini yang telah diberikan


kepada pertumbuhan sekolah semasa hidupnya:
1.

Bapak Oemar Siswosoebroto, ketua badan pengurus Yayasan Lektur


wafat dalam usia 81 tahun pada tanggal 27 Juli 1983

2.

Ibu Sri Oemijati Soewajid Poetro, anggota badan pengurus dan


pendiri Sekolah Grafika Yayasan Lektur, wafat pada usia 86 pada
tanggal 31 Oktober 1989

3.

Bapak H.G. Sirie, ketua badan pengurus Yayasan Lektur wafat pada
usia 73 tahun pada tanggal 18 Agustus 1992.

4.

Bapak P.H. Ajawaila, ketua satu badan pengurus Yayasan Lektur,


wafat dalam usia 81 tahun pada tanggal 6 Oktober 2004

2.

Visi, Misi, dan Tujuan SMK Grafika Yayasan Lektur


Visi dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan

Lektur yaitu mampu berdaya saing dalam menghadapi era globalisasi,


serta mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Sedangkan misi dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika
Yayasan Lektur, yaitu :
a. Mengembangkan system pendidikan kejuruan grafika yang adaptif,
fleksibel dan berwawasan global berdasarkan iman dan taqwa serta
berbudi pekerti luhur.
b. Mengintegrasikan pendidikan menengah kejuruan grafika yang
berwawasanmutu dan keunggulan profesi serta berorientasi masa
depan

61

c. Mewujudkan pelayanan prima dalam upaya pemberdayaan sekolah dan


masyarakat
d. Mengembangkan iklim belajar berakar pada norma dan nilai budaya
bangsa Indonesia serta mengembangkan meteri pembelajaran sesuai
kebutuhan dunia usaha/dunia industry dan perkembangan IPTEK
e. Menghasilkan lulusan yang berkarakter baik, cerdas, trampil, dan
professional

dalam

bidang

kejuruan

grafika

serta

dapat

mengembangkan diri secara berkesinambungan


Tujuan dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan
Lektur, yaitu:
a. Turut serta mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju dan
sejahtera, khususnya melalui bidang pendidikan
b. Untuk mendidik dan melatih calon-calon tenaga kerja yang dibutuhkan
oleh dunia industri grafika serta untuk memberikan layanan dan
fasilitas pendidikan bagi masyarakat

62

3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi SMK Grafika Yayasan Lektur
Badan Pengurus Yayasan Lektur

Komite sekolah

Asisten
kep. Sek.
UR.PDE

Asisten kep.
Sek. SA.
Prasaranaa

Kepala sekolah

Wakasek
UR.
Kurikulum

Wakasek
UR.
Kesiswaan

Pengawas sekolah

Wakasek
UR. Hub.
Industri

Wakasek
UR.
PSDM

Pembina OSIS

KA. Prog Persiapan

KA. Prog Produksi

Tata Usaha
Wali kelas

Guru

Siswa

4. Kurikulum
SMK Grafika mengalami beberapa perubahan kurikulum. Sejak tahun 1977
kurikulum baru dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mulai
diterapkan. Kurikulum yang dipergunakan pada Sekolah Menengah Kejuruan

perpus

63

(SMK) Grafika Yayasan Lektur adalah kurikulum yang dikeluarkan oleh


Departemen Pendidikan Nasional, yaitu Kurilum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Semua Pelajaran yang di berikan kepada siswa di sesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku.
5. Keadaan Guru, Siswa dan Karyawan
a.

Keadan guru
Guru atau tenaga pendidik adalah salah satu faktor pendidikan yang

tidak dapat ditinggalkan, maka kemampuan profesionalitas serta kualitas


perlu diperhatikan. Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika
Yayasan Lektur jumlah tenaga pendidik seluruhnya 48 orang. Adapun data
tenaga pendidik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan
Lektur dapat di lihat pada tabel lampiran 1.
b.

Keadaan karyawan
Mengenai karyawan yang bekerja di Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) Grafika Yayasan Lektur terdiri dari 22 orang. Keberadaan karyawan


sangat membantu dalam menyelesaikan hal-hal yang berkenaan dengan
tugas operasional dan administrasi yang diperlukan oleh siswa. Adapun
data karyawan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan
Lektur dapat dilihat pada tabel lampiran 1.
c.

Keadaan siswa
Mengenai keadaan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Grafika Yayasan Lektur terdiri dari tiga jenjang kelas dengan jumlah kelas
X 200 siswa, kelas XI 178 siswa, kelas XII 156 siswa. Jenjang Kelas X

64

terdiri dari X-A, X-B, X-C, X-D, X-E. Jenjang kelas XI dan XII terbagi
menjadi dua konsentrasi kejuruan yaitu persiapan Grafika dan produksi
grafika.
6. Keadaan Sarana dan Prasarana
Keberadaan sarana dan prasarana adalah sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran di sekolah. Sarana dan prasarana di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Grafika Yayasan Lektur dapat dikatakan baik dan memadai. Adapun
data tentang sarana dan prasarana di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Grafika Yayasan Lektur sebagai berikut
a. Ruangan kelas yang terdiri dari 10 kelas
b. Masjid/musholla yang langsung dikelola kepala sekolah dan satu orang
sebagai penanggung jawab
c. Perpustakaan dikelola oleh petugas perpus Ibu Ny. Sri Rohaeni, SE.
d. Lapangan olah raga, di SMK Grafika terdapat lapangan olahraga meliputi:
lapangan basket, lapangan sepak bola/futsal, lapangan voli dan tenis meja
e. Ala-alat kesenian berupa alat-alat marawis dan ruang band beserta alatnya
f. Alat ketrampilan. Ketrampilan ini berupa ketrampilan sablon yang wajib
diikuti oleh seluruh siswa yang dibina oleh guru mata pelajaran desain
grafis
g. Laboratorium. Laboratorium fisika, kimia, komputer, elektro, bahasa
h. Ruang aula yang bisa menampung 300 orang
i. Ruangan OSIS yang berrfungsi sebagai tempat siswa-siswa belajar
berorganisasi

65

j. Ruang UKS
k. Kantin dan koperasi

7. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler untuk membantu siswa dalam mengembangkan
bakat dan minatnya pada bidang tertentu. Adapun kegiatan ekstrakurikuler
yang ada di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Grafika Yayasan Lektur
adalah:
a. Palang Merah Remaja
b. Pengajian siswa/lembaga dakwah siswa (rohis). Rohis ini mempunyai
kegiatan mengaji setelah shalat Jumat yang di bina oleh guru agama Islam
c. Buletin/majalah siswa yang bernama Alfabet
d. Seni musik dan marawis
e. Seni lukis/kaligrafi
f. Olah raga (sepak bola, basket, voly, tenis meja) yang semuanya
dibina/dilatih oleh guru olah raga. Selain itu, ada olah raga bela diri (silat)
g. Sablon

66

B. Deskripsi Data
Proses penelitian ini dilakukan selama empat kali pertemuan. Materi
Bahasa Indoneisa yang diajarkan pada penelitian ini adalah materi dengan
pokok bahasan kedua, ketiga, dan keempat dalam kompetensi dasar yakni
menyimak untuk memahami perintah yang diungkapkan, kalimat perintah
kerja tertulis, dan membaca untuk memahami kata, bentuk kata, dan
ungkapan. Pada proses pembelajaran kedua kelompok mendapatkan
perlakuan

yang

berbeda.

Kelas

eksperimen

dengan

pembelajaran

menggunakan metode diskusi, sedangkan kelas kontrol dengan metode


konvensional atau ceramah. Oleh karena itu, adanya perubahan yang terjadi
setelah perlakuan (kelas eksperimen) disebabkan karena adanya perlakuan
dalam pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan metode diskusi,
sedangkan kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah.
Sehingga pada akhir pembelajaran kedua kelompok diberikan post tes yang
digunakan untuk mengetahui kelompok yang memiliki hasil belajar bahasa
Indonesia yang lebih tinggi.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
hasil belajar bahasa Indonesia yang terdiri dari 20 butir soal berbentuk pilihan
ganda.

Instrumen

tersebut

telah

diujicobakan

dan

telah

dianalisis

karakteristiknya, meliputi validitas, reliabilitas, taraf kesukaran butir soal, dan


daya pembeda butir soal.

67

Setelah adanya uji coba instrumen tentang soal yang akan digunakan
dalam penenlitian ini, maka didapat hasil belajar siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol sebagai berikut.
1. Hasil belajar kelas eksperimen (kelas A )
No

Siswa

Nilai (X1)

75

70

75

90

70

90

85

90

90

10

95

11

70

12

85

13

80

14

75

15

80

16

90

17

75

68

18

70

19

85

20

80

21

75

22

85

23

85

24

85

25

85

26

95

27

AA

85

28

BB

95

29

CC

80

30

DD

90

a. Tabel distribusi frekuensi


Rentang

= Nilai tertinggi Nilai terendah


= 95 -70
= 25

Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log N


= 1 + 3,3 log 30
= 1 + 3,3 (1,477)
= 1 + 4.87
= 5,87

69

Panjang kelas

J
B

25
6
4,16

Tabel I
Gambaran Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas Eksperimen
Frekunsi
NO

Interval Nilai

Frekuensi Titik

relative

Frekuensi

tengah

(%)

komulatif

70 74

72

13.333

75 79

77

16.667

80 84

82

13.333

13

85 89

87

26.667

20

90 94

92

20

27

95 99

97

10

30

30

100

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai tertinggi yang


didapat pada kelas ekperimen yakni kelas yang menggunakan metode
diskusi adalah 95 dan terendah adalah 70. Terdapat 3 siswa yang
memperoleh nilai tertinggi, sedangkan yang memperoleh nilai terendah
sebanyak 4 siswa.
Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa nilai yang paling
banyak diperoleh oleh siswa kelompok eksperimen terletak pada interval 85

70

89 yaitu 8 siswa atau 26,667 %. Siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata
sebanyak 56,667 %, yaitu siswa pada kelompok interval 85 89, 90 94, 95
- 99. Sedangkan, siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak
43,33 %, yaitu siswa pada kelompok interval 70 74 , 75 79 dan 80 84.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 84,66 median
sebesar 85,925 modus sebesar 87, standar deviasi 7,85. Untuk perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi frekuensi hasil belajar
bahasa Indonesia kelompok eksperimen tersebut dapat pula disajikan dalam
grafik berikut
10
FREKUENSI

9
8
7
6
5

4
3
2
1
0

nilia
69,5

74,5

79,5

84,5

89,5

Histogram dan poligon kelas eksperimen (Kelas A)

94,5

71

2. Hasil belajar kelas kontrol (kelas B)


NO

SISWA NILAI (X1)

80

75

75

70

85

80

90

65

80

10

80

11

90

12

80

13

70

14

80

15

75

16

75

17

80

18

70

19

80

20

75

72

21

85

22

75

23

75

24

95

25

85

26

85

27

AA

85

a. Table distribusi frekuensi


Rentang = Nilai tertinggi Nilai terendah
= 95-65
= 30
Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log N
= 1 + 3,3 log 27
= 1 + 3,3 (1,4313)
= 1 + 4.72
= 5,72 = 6
Panjang kelas

J
B

30
6

=5

73

Tabel II
Gambaran hasil belajar kelas kontrol

No

Interval Nilai

Nilai

Frekuensi frekuensi

Tengah

Relatif

Komulatif

Frekuensi

65 69

67

3.703704

70 74

72

11.11111

75 79

77

25.92593

11

80 84

82

29.62963

19

85 89

87

18.51852

24

90 94

92

7.407407

26

95 99

97

3.703704

27

27

100

Berdasarkan penghitungan di atas dapat diketahui bahwa nilai


tertinggi yang didapat pada kelas kontrol yakni kelas yang menggunakan
metode ceramah adalah 95 dan terendah adalah 65.
Berdasarkan tabel tersebut di atas terlihat bahwa nilai yang paling
banyak diperoleh oleh siswa kelompok eksperimen terletak pada interval 80
84 yaitu sebesar 29,62963 %. Siswa yang mendapat nilai di atas rata-rata
sebanyak 8 siswa 29,629631 %, yaitu siswa pada kelompok interval 85 89,
90 94, 95 - 99. Sedangkan, siswa yang mendapat nilai di bawah rata-rata
sebanyak 70,37369 %, yaitu siswa pada kelompok interval 65 69 , 70 74,
75 80, dan 81-84. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata

74

sebesar 81,259 median sebesar 81,0625 modus sebesar 80,75, standar deviasi
6, 892. Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Distribusi frekuensi hasil belajar bahasa Indonesia kelompok eksperimen
tersebut dapat pula disajikan dalam histogram dan poligon berikut
frekuensi
9

8
7
6
5
4
3
2
1

nilai

0
64,5

69,5

74,5

79,5

84,5

89,5

94,5

Histogram dan poligon kelas Kontrol (Kelas B)


Berdasarkan uraian mengenai hasil belajar bahasa Indonesia siswa
kelompok eksperimen dan hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelompok
kontrol di atas, terlihat adanya perbedaan. Untuk lebih memperjelas
perbedaan hasil belajar bahasa Indonesia antara kelompok eksperimen
(kelompok yang dalam pembelajarannya menggunakan metode diskusi)
dengan kelompok kontrol

(kelompok

yang dalam pembelajarannya

menggunakan metode konvensional atau ceramah), dapat dilihat pada tabel


berikut:

75

Perbandingan Hasil Belajar Bahasa indonesia Kelompok Eksperimen dan


Kelompok Kontrol

Kelompok
Hasil Belajar

Kelompok Kontrol
Eksperimen

Nilai terendah

70

65

Nilai tertinggi

95

95

Jumlah

2540

2194

Mean

84,66

81,28

Median

85,75

81,0625

Modus

87

80,75

Varians

61,609

47,507

Standar deviasi

7,85

6,89

76

C. Teknik Analisis Data


1. Uji Normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan
adalah uji chisquare.
Dari hasil perhitungan uji normalitas data, untuk kelas eksperimen
diperoleh nilai Xhitung atau Xh sebesar 3,88 dan pada tabel harga Xtabel atau Xt
untuk n = 30 pada taraf signifikan 0,05 adalah 5.99. Karena Xh Xt
(3,88 5,99) maka sampel pada kelas eksperimen berdistribusi normal.

Sedangkan untuk kelas kontrol (lampiran) diperoleh nilai Xhitung atau Xh


sebesar 0,606 dan pada tabel harga kritis Lt untuk n = 27 pada taraf signifikan
0,05 adalah 7,81. karena Xh Xt (0,606, 7,81) maka sampel pada kelas

kontrol berdistribusi normal.


Hasil uji normalitas tes hasil belajar bahasa indonesia siswa disajikan
pada tabel dibawah ini:

Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan Kontrol


Jumlah
Kelompok

Xtabel
Xhitung

sampel

Keterangan
(0,05)

Eksperimen

30

3,88

5,99

Normal

Kontrol

27

0,606

7,81

Normal

77

2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara dua
populasi, uji homogenitas dilakukan dengan uji fisher.
Dari hasil perhitungan (lampiran), diperoleh nilai varians kelas
eksperimen adalah 1196,92 dan varians kelas kontrol adalah 1367,89.
sehingga diperoleh nilai Fhit = 1,14. Dengan taraf signifikan 0,05 untuk
dkpembilang = 27 dan dkpenyebut = 30 didapat nilai Ftabel = 1,93. Karena Fhitung <
Ftabel (1,02 < 1,93) maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
sampel berasal dari varians yang sama/homogen.
Hasil uji homogenitas tes akhir hasil belajar matematika siswa kedua
kelas tersebut disajikan pada tabel di bawah ini:
Hasil Uji Homogenitas Tes Akhir Kelompok Eksperimen dan
Kontrol
Ftabel
Kelompok

Varians

Fhitung

Keterangan
(0,05)

Eksperimen

1196,92
1,14

Kontrol

1367,89

1,93

Homogen

78

D. Analisis data uji hipotesis


No

(X1)

X12

NO

X2

X22

75

5625

80

6400

70

4900

75

5625

75

5625

75

5625

90

8100

70

4900

70

4900

85

7225

90

8100

80

6400

85

7225

90

8100

90

8100

65

4225

90

8100

80

6400

10

95

9025

10

80

6400

11

70

4900

11

90

8100

12

85

7225

12

80

6400

13

80

6400

13

70

4900

14

75

5625

14

80

6400

15

80

6400

15

75

5625

16

90

8100

16

75

5625

17

75

5625

17

80

6400

18

70

4900

18

70

4900

19

85

7225

19

80

6400

20

80

6400

20

75

5625

79

21

75

5625

21

85

7225

22

85

7225

22

75

5625

23

85

7225

23

75

5625

24

85

7225

24

90

8100

25

85

7225

25

85

7225

26

95

9025

26

85

7225

27

85

7225

27

85

7225

28

95

9025

29

80

6400

30

90

8100

JUMLAH

2480

206800

7,85

6,90

S2

61.609

S2

47.507

Mean

84,66

Mean

81,25

2135

169925

E. Hipotesis Penelitian
Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis data, diketahui
bahwa data tersebut berdistribusi normal dan homogen. Langkah selanjutnya
adalah melakukan pengujian hipotesis statistik dengan uji t. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia
siswa pada kelompok eksperimen yang dalam pembelajarannya menggunakan
metode diskusi lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar

80

bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan menggunakan metode ceramah.


Untuk pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho : X1 > X2
Ha : X1 < X2
thitung < ttable

: Ho diterima

thitung > ttable

: Ho ditolak

Ha

:Terdapat perbedaan mean yang siginifikan pengaruh penggunaan


metode diskusi terhadap hasil belajar bahasa indonesia kelas XI
daripada metode ceramah

Ho

:Tidak terdapat perbedaan mean yang signifikan pengaruh penggunaan


metode diskusi terhadap hasil belajar siswa kelas XI daripada metode
ceramah

X 1: Kelas yang menggunakan metode ceramah


X2 : Kelas yang menggunakan metode diskusi
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan uji t, dengan kriteria
pengujian yaitu, jika thitung < ttabel

maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Sedangkan, jika thitung > ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak, pada taraf
kepercayaan 95% atau taraf signifikansi = 5%. Berdasarkan hasil
perhitungan, diperoleh thitung sebesar 0,54 dan ttabel sebesar 1,67 (lampiran).
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung < ttabel (0,54 < 1,67).
Dengan demikian, H0 diterima dan Ha ditolak, atau dengan kata lain tidak
terdapat perbedaan rata-rata atau mean yang signifikan hasil belajar bahasa
Indonesia

siswa anatar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

81

Meskipun terdapat perbedaan rata-rata namun perbedaan tersebut tidak


signifikan, karena keduanya masih dalam mean atau rata-rata yang sama
yakni angka delapan.

E. Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan diperoleh hasil
bahwa thitung berada daerah penerimaan H0 atau dengan kata lain H0 diterima.
Dengan demikian, hipotesis alternatif (Ho) yang menyatakan bahwa rata-rata
hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajar dengan metode diskusi lebih
tinggi dibandingkan dengan yang diberi pembelajaran dengan metode
ceramah atau konvensional ditolak pada taraf signifikan 5%. Hal ini berarti
tidak terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran yang menggunakan
metode diskusi terhadap hasil belajar bahasa Indonesia.
Meskipun terdapat perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen
(dengan metode diskusi) dan kelas kontrol (dengan metode ceramah) namun
jika dilihat dari aspek hasil belajar tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara kelas ekperimen dan kelas kontrol.
Hal ini wajar saja, karena faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
tidak seratus persen murni karena pengaruh penggunaan metode pembelajaran,
namun dipengaruhi pula oleh berbagai faktor lain seperti kondisi kelas,
kesiapan siswa, dan sebagainya. Namun, setidaknya dengan menggunakan
metode diskusi siswa lebih mampu mengungkapkan gagasan atau buah
pikirnya di depan teman-temannya. Hal ini sangat penting karena dengan

82

adanya keberanian itu nantinya siswa akan lebih mudah berinteraksi dalam hal
ini berdiskusi bukan hanya di kelas namun di lingkungan sekitar rumah.
Kondisi seperti ini tidak terjadi pada kelas kelompok kontrol (kelas IX
B). Antusias belajar mereka terlihat biasa-biasa saja. Dalam pengertian ada
respon yang berbeda. Hal ini disebabkan karena banyaknya guru yang
menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dengan melihat deskripsi data hasil
pengujian hipotesis maka simpulannya sebagai berikut:
1.

Terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajarkan dengan


metode diskusi dan siswa yang diajarkan dengan metode ceramah.
Perbedaan tersebut dapat dilihat pada nilai rata-rata, median, modus, dan
standar deviasi. Nilai rata-rata kelas ekperimen adalah 84,66, median 85,
925, modus 87, dan standar deviasi 7,85. Sedangkan pada kelas kontrol
nilai rata-rata 81,259, median 81, 0625, modus 80,75 dan standar deviasi
6, 892.

2.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan tingkat perbedaan hasil belajar


antara siswa yang diajarkan dengan metode diskusi dan siswa yang
diajarkan dengan metode ceramah adalah sebesar 0,30. Dengan
menggunakan rumus uji-t didapat thitung 0,54 dan ttabel 1,67 (0,54 < 1, 67).
Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaaan hasil belajar yang
signifikan anatara siswa yang diajarkan degan metode diskusi dan siswa
yang diajarkan dengan metode ceramah.

83

84

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti dapat
memberi saran sebagai berikut:
1. Hendaknya dijelaskan bahwa peran siswa dalam proses pembelajaran.
Bahwasanya siswa dituntut agar selalu aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran. Sedangkan guru hanya memberikan fasilitas dalam proses
belajar tersebut.
2. Sebaiknya siswa diarahkan pada pemahaman bahwa bahasa Indonesia
merupakan pelajaran yang sangat penting yang berguna bagi kehidupan
seharihari, sehingga tujuan pembelajaran bahasa Indonesia

dapat

tercapai.
3. Sebaiknya guru dalam memilih strategi pembelajaran harus lebih kreatif
Karena pada hakikatnya, antara metode yang satu dengan yang lain
saling mempengaruhi.

DAFTAR PUSTAKA
-

Ahmad, Abu dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung:
Pustaka Setia, Cet. II, 2005.

Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi pendidkan,


Edisi Revisi. Cet. 11, 2010.

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta,


Cet. Ketiga, 2006.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta, 2006.

E. Mulyasa, Menjadi guru professional: Menciptakan Pembelajaran Aktif


dan Menyenangkan, Bandung: Rosda Karya, 2006.

Engkoswara, Dasar-dasar metodologi pengajaran, Jakarta: Bina Aksara,


Cet. Kedua, 1988.

Hisyam, Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi


Pembelajran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008.

Hulwan, Arif, UN Bahasa Indonesia Kembali Jadi Momok,


http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/01/230703/293/14/UNBahasa-Indonesia-Kembali-Jadi-Momok, Kamis, 28 Juli 2011.

Muslim, M. Umar, KTSP dan Pembelejaran


http://www.scribd.com. Kamis, 28 Juli 2011.

Popham, W. James dan Eva L. Baker, Bagaimana mengajar secara


sistematis, Yogyakarta: Kanisius, Cet. VI, 1994.

Priyono
Y,
Menyoal
Hasil
UN
Bahasa
Indonesia,
http://www.borneotribune.com/citizen-jurnalism/menyoal-hasil-un-bahasaindonesia.html. Kamis, 12 Mei 2011.

Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosda Karya, Cet.


Keduapuluh Empat, 2010.

Qurtubi, Ahmad. Pengantar teori evaluasi pendidikan, Tanggerang: Bintang


Harapan Sejahtera. 2009.

Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. 7, 2008.

85

Jakarta: Bumi Aksara,

Bahasa

Indonesia,

86

Rosdiana, Yusi
dan Lis setiawati, Pengembangan kurikulum dan
pembelajaran bahasa Indonesia , Jakarta: Universitas Terbuka, 2007.

Saadie, Mamur, dkk., Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia,


Universitas Terbuka, 2008.

Siregara, Evalina dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor:
Ghalia Indonesia, 2010.

Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester, Jakarta:


Bumi Aksara, 1991.

Solchan, dkk., Pendidikan Bahasa Indonesia di SD, Jakarta: Universitas


Terbuka, 2008.

Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rieneka Cipta, Cet. Kelima,


2006.

Subanam, Moersetyo Rahadi, dan Sudrajat. Statistik Pendidikan, Bandung:


Pustaka Setia, 2000.

Sudiyono, Triyo Supriyanto, dan Moh Padli, Strategi Pembelajaran


Partisipatori di Perguruan Tinggi, Malang: UIN Malang Press, 2006.

Sudijono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta; Raja Grafindo


Persada, 2009.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta,


Kesembilan, 2010.

Suprijanto, Pendidikan orang dewasa; dari Teori Hingga Aplikasi, Jakarta:


Bumi Aksara, Cet. Kedua, 2008.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2007.

Usman, M, Basyarudin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:


Ciputat Pers, 2002.

Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Ciputat:


Gaung Persada Press, Cet. Ketiga, 2005.

Yusuf, Tayar dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan


Bahasa Arab, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995.

Jakarta:

Cet.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Langkah-Langkah Perhitungan Validitas


Test Pilihan Ganda

Contoh mencari validitas item soal nomor 1 :


Menentukan nilai p

banyak siswa yang menjawab benar soal nomor 1


Jumlah seluruh siswa

9
31

= 0,297
Menentukan nilai q

=1p
= 1- 0,297
= 0,71

Menentukan nilai Mp

= rata-rata skor siswa yang menjawab benar soal

nomor 1
20 15 15 20 18 19 20 18

20
9
165
9

= 18,33
Menentukan nilai Mt

= rata-rata skor total


=

556
31

= 17,93
Menentukan nilai SDt

= standar deviasi dari skor total


=

X
N

X

N

10.082 556

31
312

= 1,88

Menentukan nilai rpbi

= koefisien korelasi poin biserial


=

Mp Mt
SDt

p
q

= 0,124
Mencari rtabel, dengan dk = n -2 = 31 2 = 29 dan tingkat signifikansi sebesar
5%,diperoleh nilai rtabel = 0,367
Langkah selanjutnya adalah,konsultasikan nilai rpbi = 0,124 dengan nilai rtabel =
0,367,karena rpbi <rtabel (0,124<0,367) maka soal nomor 1 tidak valid.
Untuk nomor 2 dan seterusnya perhitungannya sama dengan perhitungan validitas
pada soal nomor 1.

Langkah-langkah Perhitungan Reliabilitas


Test Pilihan Ganda

Contoh perhitungan Reliabilitas item soal nomor 2


Menentukan nilai p

banyak siswa yang menjawab benar soal nomor2


Jumlah seluruh siswa

20
31

= 0,645
Menentukan nilai q

= 1- p
= 1 - 0,645
= 0,355

Menentukan nilai

pq

= Jumlah hasil perkalian antara p dan q


= 0,229

Menentukan nilai S

= standar deviasi dari tes


=

X
N

X

N

8320 502

31
312

= 2,48
Menentukan nilai k

= banyaknya item soal yaitu 20

Menentukan nilai r11

2
k S pq
=

S2
k 1

2
20 2.48 3,32.8306
=

2.482
20 1

= 0,567
Berdasarkan kriteria reliabilitas, nilai r11 = 0,567 berada diantara kisaran
nilai 0,50 1,00 maka test bentuk pilihan ganda tersebut memiliki reliabilitas
sedang

Langkah-Langkah Perhitungan Tingkat Kesukaran


Soal Pilihan Ganda

Contoh perhitungan tingkat kesukaran untuk soal nomor 1 adalah sebagai berikut :

Menentukan nilai B

= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan

benar

Jumlah siswa (JS)

= 30

Menentukan IK

= Indeks/Tingkat Kesukaran
IK

B
JS

9
31

= 0,290

Berdasarkan klasisifikasi indeks kesukaran, nilai IK = 0,290 berada diantara


kisaran 0,00 0,30 : (soal sukar), maka soal nomor 1 memiliki tingkat
kesukaran soal sukar

Untuk soal nomor 2 dan seterusnya, perhitungan tingkat kesukarannya sama


dengan perhitungan tingkat kesukaran pada soal nomor 1

Langkah-Langkah Perhitungan DayaPembeda


Soal Pilihan Ganda

Menentukan nilai BA

= banyaknya kelompok atas yang menjawab


soal dengan benar

Menentukan nilai BB

banyaknya

kelompok

bawah

yang

menjawab
soal dengan benar

Menentukan nilai JA

= banyaknya peserta test kelompok atas

Menentukan nilai JB

= banyaknya peserta test kelompok bawah

Misal, untuk soal nomor 1 perhitungan daya pembedanya sebagai berikut :


BA = 15, BB = 11, JA = 15, JB = 15

Menentukan DP

BA BB

JA JB

5
4

16 15

= 0,046
Berdasarkan klarifikasi daya pembeda, nilai DP = 0,046 berada pada kisaran
nilai 0,00 < DP

0,20 : (jelek), maka soal nomor 1 tersebut memiliki daya

pembeda yang Jelek.


Untuk nomor 2 dan seterusnya perhitungannya sama dengan perhitungan daya
pembeda pada soal nomor 1.

UJI NORMALITAS
a. Uji normalitas kelompok eksperimen

f (z)

luas
tiap
interval
kelas

Fe

fo-fe

(fo-fe)2

(fo-fe)2/fe

-1.93

0.0268

0.0717

2.151

1.849

3.418801

1.58940074

-1.29

0.0985

0.1437

4.311

0.474721

0.11011853

79.5

-0.65

0.2422

0.2498

7.494

0.689
3.494

12.208036

1.62904137

85 - 89

84.5

-0.02

0.492

0.2371

7.113

0.887

0.786769

0.11061001

90 - 94

89.5

0.61

0.7291

0.1653

4.959

1.041

1.083681

0.21852813

95 - 99

94.5

1.25

0.8944

0.0762

2.286

0.714

0.509796

0.22300787

1.89

0.9706

3.88070666

NO

interval
nilai

batas
kelas

70 - 74

69.5

75 - 79

74.5

80 - 84

99.5
30

Dari proses penghitungan didapat thitung = 3,88


Sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% = 5,99

b. Uji normalitas kelompok kontrol

f (z)

luas
tiap
interval
kelas

Fe

fo-fe

(fo-fe)2

(fo-fe)2/fe

-2.32

0.0102

0.0344

0.9288

0.0050694

0.005458053

-1.7

0.0446

0.1214

3.2778

0.0712
0.2778

0.0771728

0.023544097

74,5

-0.97

0.166

0.2353

6.3531

0.6469

0.4184796

0.065870144

80 - 84

79,5

-0.25

0.4013

0.2795

7.5465

0.2056622

0.027252667

85 - 89

84,5

0.47

0.6808

0.2022

5.4594

0.2110484

0.038657794

90 - 94

89,5

1.195

0.883

0.0896

2.4192

0.4535
0.4594
0.4192

0.1757286

0.072639153

95 - 99

94,5

1.92

0.9726

0.0203

0.5481

0.4519

0.2042136

0.372584583

2.64

0.9959

NO

interval
nilai

batas
kelas

65 - 69

64,5

70 - 74

69,5

75 - 79

99,5
27

Dari proses penghitungan didapat thitung = 0,606


Sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% = 7,81

0.606006491

Uji Homogenitas
Uji homogenitas antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol
dilakukan dengan uji Fisher, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
Ho : Data memiliki varians homogen
Ha : Data tidak memiliki varians homogen
1. Jumlah sampel
ne = 30
nk = 27
2. Derajat kebebasan
Db1 = ne-1 = 30 - 1 = 29
Db2 = nk-1 = 32 - 1 = 26
Rumus

Uji

Fisher

Fhitung

var ians terbesar


=
var ians terkecil

S12
S 22

dengan

S2=

n fxi2 ( fxi ) 2
n( n 1)

3. Menentukan kriteria pengujian:


Jika F hitung < F tabel maka terima ho
Jika F hitung > F tabel maka terima ha
4. Menentukan F tabel
Dari tabel distribusi F diperoleh nilai F(0,05:29,27) = 1,93
a. Uji homogenitas nilai test akhir kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Diketahui :

Varians Eksperimen : 1196,92


Varians Kontrol

: 1367,89

1367,89
1,14
1196,92
F hitung = 1,14
F tabel = 1,93
Karena Fhitung < Ftable (1,14 < 1,93 ), maka Ho diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai tes akhir kelompok kontrol dan eksperimen memiliki
varians yang homogen.

F hitung:

Perhitungan Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t, dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Perumusan hipotesis
Ho : 1 2
Ha : 1 > 2
Keterangan:
1 = Rata-rata hasil belajar bahasa Indonesia siswa yang diajarakan
dengan metode diskusi
2 = Rata-rata hasil belajar bahasa indonesia siswa yang diajarkan dengan
metode ceramah
b. Menentukan kriteria pengujian
Terima Ho, Jika thitung < ttabel, dalam hal lainnya Ha ditolak.
c. Menentukan uji statistik

Stotal

n1 1S12 n2 1S 2 2
n1 n2 2

30 161.62 27 147.61
30 27 2

1786.98 1237.86
55

54,997

= 7,415
t

x1 x 2
S total

1 1

n1 n2

84.66 81,25
7.415

1
1

30 27

3.41
7.415 0,703
3.41
6.217

= 0.56
Nilai thitung = 0.56
Untuk menentukan ttabel , dapat ditentukan dengan cara seagai berikut,
ttabel = t(1-)(db).
Dengan db = (n1 + n2 2) = (30 + 27 2) = 55 dan taraf signifikan = 0,05,
didapat (1 (0,05)) = 0,95. Jadi ttabel = t(0,95)(64) adalah 1,67.
Maka ttabel = 1,67
d. Pengambilan kesimpulan
Karena thitung > ttabel (0.54 > 1,67), maka Ho diterima atau Ha ditolak. Kesimpulan yang
diambil adalah tidak terdapat pengaruh yang signifikan nilai tes akhir antara siswa
yang diajar dengan metode diskusi dengan siswa yang diajar dengan metode
konvensional atau ceramah.

LAMPIRAN
UJI VALIDITAS
VALIDITAS BUTIR SOAL

No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Nama
Siswa
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
Q
Y
Z
AA
BB
CC
DD
EE
jmlah
P
q
pq
Mt
SDt
Mp
rpbi
Ket

Butir soal
1

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
9
0,290
0,71
0,205

1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1
20
0,645
0,355
0,237

1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
23
0,742
0,258
0,191

1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
25
0,806
0,194
0,156

1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
27
0,870
0,13
0,113

1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
25
0,806
0,194
0,156

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
29
0,935
0,065
0,607

0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
3
0,096
0,904
0,086

1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
18
0,580
0,42
0,243

1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
28
0,903
0,097
0,063

1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
4
0,129
0,871
0,112

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
30
0,967
0,033
0,031

1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
29
0,935
0,065
0,607

1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
0
1
11
0,354
0,646
0,228

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
30
0,967
0,033
0,031

1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
25
0,806
0,194
0,156

1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
23
0,742
0,258
0,191

1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
21
0,674
0,326
0,219

0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
14
0,451
0,549
0,247

0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
24
0,774
0,226
0,174

1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
27
0,870
0,13
0,113

1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
26
0,838
0,162
0,135

0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
25
0,806
0,194
0,156

1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
29
0,935
0,065
0,607

17,88
-16

18,75
0,587

18,91
0,883

18,32
0,421

18,29
0,493

18,28
0,379

18,13
0,402

17,66
-46

18,55
0,386

18,36
0,790

18,25
0,065

18
1,082

1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
27
0,870
0,13
0,113
17,93
1,88
18,22
0,398

18,13
0,758

17,81
0,04

18
0,379

18,12
0,383

18,47
0,474

18,90
0,733

18,42
0,235

19,62
1,646

18,33
0,548

18,26
0,398

18,28
0,368

18,13
0,402

Tv

tv

tv

tv

tv

X
20
20
15
15
19
14
16
15
19
20
18
17
19
20
19
20
16
15
18
15
18
19
19
20
18
18
20
19
20
18
17
556

X2
400
400
225
225
361
196
256
225
361
400
324
289
361
400
361
400
256
225
324
225
324
361
361
400
324
324
400
361
400
324
289
10082

DAYA BEDA SOAL


No

Nama

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Siswa
A
B
C
D
E
F
G
H
I
K
K
L
M
N
O
P
BA

17
18
25
26
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Butir soal
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
5

2
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
13

3
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
14

4
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
BB

0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
4

0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
7

0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
1
0
0
1
9

DP

0.046

0.346

1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
14

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16

0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1

9
1
1
0
1
1
0
0
1
1
0
1
1
0
0
0
1
9

10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
15

11

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16

1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
2

12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16

13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
15

14
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16

0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
9

1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
11

1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
11

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
13

1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
12

1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
13

0.267

0.142

0.133

0.07

0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0.008

1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14

0.4

0
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
10
0.1

1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
13

0.275

0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0.07

0.067

0.138

TT

TT

TT

15
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
4

16

17

18

19

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16

1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
14

1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
15

1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
10

1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14

0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
11

1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
1
8

0.133

0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
7
0.22

0.067

0.142

0.404

1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
1
1
10
0.042

TT

TT

TT

20
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
8

21
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
15

22
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16

23
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16

1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
6

0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
9

1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
11

0.1

0.338

24

25

0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
16

20
20
20
20
20
20
20
20
19
19
19
19
19
19
19
18
311

1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
0
9

1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
11

1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
13

18
18
18
18
18
17
17
16
16
15
15
15
15
15
14
245

0.267

0.4

0.1417

0.133

3.1042

INDEKS KESUKARAN
Nama
no
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Siswa
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
,M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z

27
28
29
30
31

AA
BB
CC
DD
EE

BUTIR SOAL
1

Jmlah
P
Criteria

0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
1

2
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0

3
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0

4
1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1

5
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

6
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1

7
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1

8
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0

9
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1

10
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1

11
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0

12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1

13
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

14
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

15
1
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1

16
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1

17
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0

18
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1

19
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1

20
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0

21
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0

22
1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

23
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1

24
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

25
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

X
20
20
15
15
19
14
16
15
19
20
18
17
19
20
19
20
16
15
18
15
18
19
19
20
18
18

X2
400
400
225
225
361
196
256
225
361
400
324
289
361
400
361
400
256
225
324
225
324
361
361
400
324
324

1
0
0
0
0

1
0
1
0
1

1
0
1
1
1

1
1
1
0
1

1
1
1
1
0

1
0
0
1
0

1
1
1
1
1

0
1
0
0
0

0
0
1
0
1

1
1
1
1
1

0
1
0
0
0

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

0
1
0
0
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
0

1
1
1
1
0

1
1
1
1
1

1
1
1
1
0

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

1
1
1
1
1

20
19
20
18
17

400
361
400
324
289

556

10082

20

23

25

27

25

29

18

28

30

27

29

11

30

25

23

21

14

24

27

26

25

29

0,290

0,645

0,742

0,806

0,870

0,806

0,935

0,096

0,580

0,903

0,129

0,967

0,870

0,935

0,354

0,967

0,806

0,742

0,674

0,451

0,774

0,870

0,838

0,806

0,935

SS

SS

SS

RELIABILITAS

Nama
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

Siswa
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
Z
AA
BB
CC
DD
EE

Butir soal yang Valid


1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
1
0
1

1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1

1
1
0
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1

1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0

1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1

1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1

1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0

1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0

1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1

1
1
0
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

X
18
17
11
10
19
18
13
12
18
17
18
18
18
17
19
18
15
14
14
14
14
13
18
17
16
16
19
18
19
18
16

X2
324
289
121
100
361
324
169
144
324
289
324
324
324
289
361
324
225
196
196
196
196
169
324
289
256
256
361
324
361
324
256

20

23

25

25

25

25

19

28

30

27

29

30

25

23

21

24

27

25

25

29

502

8320

0.645

0.742

0.806

0.806

0.806

0.806

0.613

0.903

0.968

0.871

0.935

0.968

0.806

0.742

0.677

0.774

0.871

0.806

0.806

0.935

0.355

0.258

0.194

0.194

0.194

0.194

0.387

0.097

0.032

0.129

0.065

0.032

0.194

0.258

0.323

0.226

0.129

0.194

0.194

0.065

Pq

0.229

0.191

0.156

0.156

0.156

0.156

0.237

0.087

0.031

0.112

0.060

0.031

0.156

0.191

0.219

0.175

0.112

0.156

0.156

0.060

SDt

2,48

jmlah

R11

10

12

13

14

16

0,567

17

18

19

21

22

23

24

25

2.830

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


RPP

Mata Pelajaran

: Bahasa Indonesia

Kelas / Semester

: XI/I

Pertemuan ke

: 1 dan 2

Alokasi Waktu

: 4 X 45 menit ( 2 kali pertemuan)

Standar Kompetensi

: Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setera tingkat Madia

Kompetensi Dasar

: Memahami perintah lisan baik yang diungkapkan maupun


yangtidak.

Indikator:
1. Dipahami penegrtian, ciri-ciri, dan jenis kalimat perintah
2. Dirumuskan kembali isi perintah (secara lisan, maupun tulisan)
3. Disebutkan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan isi perintah secara
lisan/tertulis
4. Dikonfirmasikan kebenaran rencana kegiatan yang telah direncanakan
sesuai dengan rencana pemberi perintah
5. Dilaksanakan perintah sesuai dengan isi perintah.
I.

Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat memahami pengertian, ciri-ciri, dan jenis kalimat perintah
2. Siswa dapat merumuskan kembali isi perintah (secara lisan, maupun
tulisan)
3. Siswa dapat menyebutkan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan isi
perintah secara lisan atau tertulis
4.

Siswa dapat mengonfirmasikan kebenaran rencana kegiatan yang telah


direncanakan sesuai dengan rencana pemberi perintah

5.
II.

III.

Siswa dapat melaksanakan perintah sesuai dengan isi perintah.

Meteri Ajar:
-

Pengertian, ciri-ciri, dan jenis kalimat perintah

Teknik merespon kalimat perintah

Metode pembelajaran:
-

Diskusi

IV.

Tanya jawab

Penugasan

Langkah-langkah Pembelajaran:
Pertemuan Pertama
A. Kegiatan Awal :
- Salam dan Absensi
- Appersepsi
B. Kegiatan Inti :
- Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dalam
pertemuan ini
- Guru memberikan kesempatan siswa untuk melakukan diskusi dengan
kelompoknya masing-masing.
C. Kegiatan Akhir :
Siswa bersama-sama menyimpulkan inti KBM
Pertemuan Kedua
A. Kegiatan Awal:
Siswa mengulang kembali pelajaran yang lalu dengan mengungkapkan
secara ringkas
B. Kegiatan Inti :
- Siswa mendengarkan informasi dari teman yang mendapat perintah guru.
- Siswa menyampaikan isi informasi yang mengandung perintah kepada
temannya secara bergiliran.
- Siswa mengonfirmasikan isi perintah yang diterima dari temannya kepada
guru
- Siswa merencanakan apa yang akan dilakukan berdasarkan isi perintah.
C. Kegiatan Akhir :
Siswa bersama-sama menyimpulkan inti KBM, kemudian mengerjakan
evaluasi

V.

Alat / Bahan / Sumber Belajar:


- Modul Bahasa Indonesia Kelas XI karya Drs. Wahyu Prastowo
-

Modul bahasa Indonesia karya Drs. Nanang C. Anwar, M. Pd

VI.

VII.

Penilaian:
Jenis

: Proses dan tes tertulis

Bentuk

: pengamatan dan Essay

Butri soal dan Kunci jawaban


Terlampir

VIII. Penskoran
Penilaian Proses bentuk pengamatan (TERLAMPIR)
Tes tertulis

: Essay

Pedoman penilaian:
No. Soal Bobot
1. 20 2. 20 3. 20 4. 20 5. 20
Skor Nilai 100
Nilai Akhir
No

Penilaian Proses

Nilai

Essay

Nilai

No
1

Nilai Akhir : N1+N2


N
Jakarta, 8 Juli 2011
Guru Pend. Bahasa Indonesia

Mahasiswa PBSI

Dra. Supadmi

Hendri Pradiyanto
Mengetahui
Kepala SMK Grafika Yayasan Lektur

Drs. Turyono, M.Pd.

Soal
1.

Sebutkan jenis kalimat perintah (minimal tiga) disertai dengan contoh!

2.

Buatlah dua buah contoh perintah berisi permohonan!

3.

Berdasarkan kalimat di bawah ini, ubahlah kalimat perintah


a.

Andi tidak pernah menghormati ibunya sehingga hidupnya sengsara

b.

Ia tidak pernah membaca buku pelajarannya

4.

Bagaimana cara merumuskan kembali isi kalimat perintah

5.

Bagaimana cara mengonfirmasi kembali isi kalimat perintah

Jawaban
1. a. Kalimat perintah biasa. Contoh. Bangunlah, hari sudah siang!
b. kalimat perintah harapan contoh : saya minta kamu dapat membuang sampah
pada tempatnya
c. kalimat perintah larangan. Contoh. Jangan kau main petasan!
2. contoh kalimat perintah berisi permohonan.
- saya mohon teman-teman semua mengerti keadaan Andi yang sedang sedih.
- saya minta kalian semua membaca buku setelah pulang dari sekolah.
3. a. Andi, hormatilah ibumu agar hidupmu tidak sengsara
b. bacalah buku pelajaranmu!
4. a. merumuskan/menulis kembali isi perintah
b. dismapaiakn agar mudah diingat
c. isi perintah ditulis dalam bentuk bagan/kerangka/tabel kegiatan
5. a. mendaftar pekerjaan yang akan dilakukan, kemudian membacakannya dihadapan
untuk ditanggapi
b. pemberi perintah diminta untuk mengevaluasi dengan menanyakan langkah kerja
yang telah dan akan dilakukan
c. memberikan daftra pekerjaan dan program kerja kemudian meminta kepada
pemberi perintah untuk memberi tanda

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


RPP

Mata Pelajaran

: Bahasa Indonesia

Kelas / Semester

: XI / 1

Pertemuan ke

: 3 dan 4

Alokasi Waktu

: 4 x 45 menit

Standar Kompetensi

: Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia tingkat media

Kompetensi Dasar

: Memahami perintah kerja tertulis.

Indikator :
1. Diidentifikasi perintah kerja tertulis dalam bentuk surat
2. Dibedakan bentuk-bentuk perintah kerja tertulis
3. Dipahami bagian-bagian dari perintah kerja tertulis dalam bentuk surat
4. Dirumuskan perintah kerja tertulis
5. Dibuat surat perintah kerja tertulis dalam bentuk surat
I. Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat mengidentifikasi perintah kerja tertulis dalam bentuk surat
2. Siswa dapat membedakan bentuk-bentuk perintah kerja tertulis
3. Siswa dapat memahami bagian-bagian dari perintah kerja tertulis dalam bentuk
surat
4. Siswa dapat merumuskan perintah kerja tertulis
5. Siswa dapat membuat surat perintah kerja tertulis
II. Meteri Ajar:
1. Teks perintah kerja tertulis (surat edaran, pengumuman, memo, disposisi)
2. Bagian-bagian surat perintah kerja tertulis
3. Menggali informasi mengenai peraturan atau budaya kerja yang berlaku di tempat
kerja
III. Metode Pembelajaran
1. Diskusi
2. Tanya Jawab
3. Latihan dan Penugasan

IV. Langkah-langkah Pembelajaran:


Pertemuan Ketiga
A. Kegiatan Awal :
1. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru tentang pelajaran lalu
2. Siswa diberi motivasi dengan cara diberikan contoh-contoh surat yang berisi
perintah kerja
3. Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang diberikan oleh guru
B. Kegiatan Inti :
1. Siswa menggali informasi yang berkaiatan dengan budaya kerja yang berlaku
di tempat kerja melalui diskusi dengan teman kelompoknya
2. Siswa disajikan surat lalu diminta merumuskan inti perintah kerja berdasarkan
catatan yang dibuat pada waktu membaca informasi dari perintah kerja tertulis
melalui diskusi dengan teman kelompoknya
C. Kegiatan Akhir :
Siswa dapat membuat simpulan isi materi yang diajarkan guru.
Pertemuan Keempat
A. Kegiatan Awal :
Siswa mengulang pelajaran lalu dengan menyampaikan secara ringkas
B. Kegiatan Inti :
1. Siswa disajikan surat untuk ditindaklanjuti dengan merencanakan isi perintah
berdasarkan catatan yang dibuat pada waktu membaca informasi dari perintah
kerja tertulis.
2. Siswa membuat bagan/prosedur kerja berdasarkan perintah kerja tertulis.
3. Siswa menginformasikan rencana kegiatan yang akan dilakukan (lisan/tulis)
kepada pemberi perintah
C. Kegiatan Akhir :
1. Siswa bersama-sama menyimpulkan isi materi yang diajarkan guru.
V. Alat / Bahan / Sumber Belajar:
- Contoh-contoh surat perintah kerja
- Modul Bahasa Indonesia Kelas XI karya Drs. Wahyu Prastowo
- Modul bahasa Indonesia karya Drs. Nanang C. Anwar, M. Pd

VI. Penilaian
Jenis

: Proses dan tes tertulis

Bentuk

: pengamatan dan Tugas

VII. Butir soal dan kunci jawaban


Terlampir
VIII. Penskoran
Penilaian proses (terlampir)
Pedoman penilaian tugas:
Sangat baik : 100
Baik

: 80

Cukup

: 60

Kurang

: 50

Nilai Akhir
No

Penilaian Proses

Nilai

Tugas

Nilai

No
1

Nilai Akhir : N1+N2


N

Jakarta, 15 Juli 2011


Mahasiswa PBSI

Guru Pend. Bahasa Indonesia

Dra. Supadmi

Hendri Pradiyanto
Mengetahui
Kepala SMK Grafika Yayasan Lektur

Drs. Turyono, M.Pd.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


RPP

Mata Pelajaran

: Bahasa Indonesia

Kelas/Semeseter

: XI/I

Pertemuan ke

:5&6

Alokasi Waktu

: 4 x 45 menit (2 kali pertemuan)

Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat media


Kompetensi Dasar

: Memahami makan kata, bentuk kata, ungkapan, dan kalimat

dalam konteks bekerja

Indikator:
1. Dikelompokkan kata, bentuk kata, ungkapan, dan kalimat berdasarkan kelas kata
dan makn kata
2. Didaftar kata-kata yang berpotensi memiliki sinonim dan antonim dalam teks
bacaan
3. Dipahami makna kata yang terdapat dalam teks

I.

Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat mengelompokkan kata, bentuk kata, ungkapan, dan kalimat
berdasarkan kelas kata dan makna kata
2. Siswa dapat mendafatar kata-kata yang berpotensi memiliki sinonim dan
antonim dalam teks bacaan
3. Siswa dapat memahami kata yang terdapat dalam teks

II. Materi Ajar:


-

Hubungan anatar makana kata, bentuk kata, dan pemakaian kata

Makna leksikal dan makna gramatikal

Relasi makna (sinonim dan antonim, ungkapan, idiomatik, dan bentuk


kata)

III. Metode Pembelajaran:


-

Diskusi

Tanya jawab

Penugasan

IV. Langakah-langkah Pembelajaran;


- Pertemuan Kelima
A. Kegiatan Awal
- Pemberian salam, absensi, dan appersepsi
B. Kegiatan Inti
-

Guru memberikan penjelasan tentang penggolongan kata beserta


conothnya

Siswa diberi contoh wacana dan mendiskusikan dengan temannya

Siswa ditumtut umtuk memahami wacana dan mengelompokan


kata berdasarkan kelas kata

C. Kegiatan Akhir
Siswa menyampaikan dan mengonfirmasikan hasilnya kepada guru
- Pertemuan Keenam
A. Kegiatan Awal
- Siswa dipandu gurru mengulang pelajaran lalu dengan aktif
menjawab pertanyaan yang disampaikan guru
B. Kegiatan Inti
- Pemakalah (kelompok) menjelaskan tenteng pengertian sinonim,
antonim, ungkapan, dan hiponim disertai dengan contohnya masingmasing
- siswa diminta untuk memberikan contoh yang berbeda dari yang
telah dismapaikan guru
C. Kegiatan Akhir
Menyimpulkan materi pelajaran secara bersama-sama
V. Alat/Bahan/Sumber Belajar:
-

Modul Bahasa Indonesia Kelas XI Karya Drs. Wahyu Prastowo

Modul Bahasa Indonesia Kelas XI karya Drs. Nanang C. Anwar, M.Pd.

VI. Penilaian
Jenis

: Proses dan tulis

Bentuk : Pengamatan dan Tugas

VII. Butir Soal dan Kunci Jawaban


terlampir
VIII. Penskoran
Penilaian proses (terlampir)
Pedoman penilaian tugas (diskusi) dan pembuatan dialog
Sangat baik : 100

Baik : 80

Cukup : 60

Kurang

: 50

Nilai Akhir
No

Penilaian Proses

Nilai

tugas / diskusi

Nilai

No
1

Nilai Akhir : N1+N2


N

Jakarta, 22 Juli 2011


Guru Pend. Bahasa Indonesia

Mahasiswa PBSI

Dra. Supadmi

Hendri Pradiyanto
Mengetahui
Kepala SMK Grafika Yayasan Lektur

Drs. Turyono, M.Pd.

Soal dan Jawaban


1. apa yang anda ketahui tentang kata, frasa, kalusa?
2. Dari bentuknya, kata dapat dibedakan menjadi empat macam. Sebutkan dan
berikan contohnya masing-masing?
3. Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan di bawah ini!
a.
Makan garam
b.
Buah tangan
c.
Kambing hitam
4. Jelaskan pengertian dan berikan contoh dari
a.
Makna konotasi
b.
Makna denotasi
c.
Idiomatik (ungkapan)
d.
Sinonim
e.
Antonim
Jawaban
1. Kata
Frasa
Klausa

: Satuan terkecil dari tatarana bahasa yang bermakna


: Kumpulan dari beberapa kata yang tidak memiliki fungsi predikatif
: Kumpulan adari bebrapa kata yang telah atau sudah memiliki predikat
atau fungsi predikatif
2. Kata benda : Meja, kursi, dan pensil
Kata kerja : Makan, Minum, dan belajar
Kata sifat : pintar, bodoh, dan malas
Kata tugas : di, ke, dan dari.
3. Bapak sudah makan garam dalm menjalani kehidupan ini
Ayah membawa buah tangan setelah pulang dari jakarta
Andi menjadi kambing hitam dalam permasalahn ini
4. Makna konotasi
: Makna yang bukan sebenarnya dalam setiap musim pemilu,
para politikus berlomba memperebutkan kursi pemerintahan
Makna denotasi : Makna yang sebenarnya ayah membeli kursi baru kemarin di
toko cendana
Idiomatik
: makna leksikal yang dibangun dari beberapa kata yang tidak
dapat dijelaskan lagi lewat makna kata-kata pembentukannya.
kaki tangan : Orang kepercayaan
Sinonim
: kata atau kelompok kata yang maknanya hampir sama atau
mirip Pintar = Pandai
Antonim
: Pasangan kata yang maknanya berbeda Pintar X Bodoh

LEMBAR UJI REFERNSI


NO Referensi
1

Y.

pembimbing

Priyono.

Menyoal

hasil

UN

Bahasa

Indonesia,

http://www.borneotribune.com/citizen-jurnalism/menyoal-hasil-unbahasa-indonesia.html.
2

Arif Hulwan, UN Bahasa Indonesia Kembali Jadi Momok,


http://www.mediaindonesia.com/read/2011/06/01/230703/293/14/UNBahasa-Indonesia-Kembali-Jadi-Momok

W. James Popham dan Eva L. Baker, Bagaimana Mengajar Secara


Sistematis, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), Cet. VI. h. 96.

Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 2008),


Cet 7. h. 5

E. Mulyasa, Menjadi guru profesional ; menciptakan pembelajaran


aktif dan menyenangkan, (Bandung: Rosda Karya, 2006). h. 116.

Sudiyono, Triyo Supriyanto, dan Moh Padli. . Strategi Pembelajaran


Partisipatori

di

Perguruan

Tinggi,

(Malang:

UIN

Malang

Press,2006), h. 125
7

M, Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam.


(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 40

Suprijanto, Pendidikan orang dewasa; dari teori hingga aplikasi,


(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. Kedua, h. 97

Engkoswar,

Dasar-dasar metodologi pengajaran, (Jakarta: Bina

Aksara. 1988), Cet. Kedu,. h. 52


10

Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan


Bahasa Arab, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), h. 45

11

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi,


(Ciputat: Gaung Persada Press, 2005) .Cet. Ketiga. h. 65

12

Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester,


(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 100.

13

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, Strategi Belajar Mengajar

(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 97.


14

Solchan, dkk,

Pendidikan Bahasa Indonesia di SD,

(Jakarta:

Universitas Terbuka, 2008), h. 3.17


15

Abu Ahmad dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar,


(Bandung : Pustaka Setia, 2005), Cet. II, h. 56.

16

Zaini Hisyam, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi


Pembelajran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), h. 9496.

17

Ahmad Qurtubi, Pengantar teori evaluasi pendidikan, (Tanggerang:


Bintang Harapan Sejahtera. 2009), H. 49.

18

Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta; Raja


Grafindo Persada, 2009), H. 49

19

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka


Cipta, 2006), Cet. Ketiga, H. 203-205

20

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya,


2010), Cet. Keduapuluh empat. H. 106-107

21

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,


2007), h. 144-155.

22

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rieneka Cipta,


2006), Cet. Kelim, h. 113-121

23

Evaline Siregara dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran,


(Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 14

24

Yusi Rosdiana dan Lis setiawati, Pengembangan kurikulum dan


pembelajaran bahasa Indonesia , (Jakarta: Universitas Terbuka,
2007) , h. 1.27-1.30

25

Mamur Saadie, dkk. Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia,


(Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 7.3-7.4

26

M. Umar muslim, KTSP dan Pembelejaran Bahasa Indonesia,


http://www.scribd.com. Kamis, 28 Juli 2011

27

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010)

Cet. Ke 9, h. 107.
28

Subanam, Moersetyo Rahadi, dan Sudrajat.

Statistik Pendidikan,

(Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 29.


29

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidkan,

(Jakarta: Bumi

Aksara, 2010), Edisi Revisi. Cet. 11.

Jakarta, 3 November 2011


Pembimbing

Drs. H. Cecep Suhendi, M.Pd.

Anda mungkin juga menyukai