LAPORAN KASUS
: Tn. MFA
Umur
: 26 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
1.2. ANAMNESIS
Dilakukan tanggal 25 Juli 2016 pukul 17.00 WITA, berdasarkan autoanamnesis.
Keluhan Utama : Batuk sejak 5 minggu yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan batuk sejak 5 minggu yang lalu. Batuk
semakin lama semakin bertambah berat. Batuk berlendir, warna bening, kadang
disertai darah. Pasien juga merasa sesak yang dirasakan hilang timbul seperti
tertindih beban berat. Sesak dikeluhkan jika pasien melakukan aktivitas berat dan
mereda jika pasien beristirahat. Tidak ada nyeri dada. Demam (+) dialami
bersamaan dengan keluhan batuk berlendir, demam hilang timbul, dirasakan lebih
meninggi pada malam hari, menggigil (+), keringat malam berlebih (+) tanpa
adanya aktivitas. Pasien juga mengeluh nafsu makan berkurang sejak 3 bulan
terakhir sehingga berat badannya menurun drastis. Sering kelelahan (+), mual (-),
muntah (-), nyeri ulu hati (-). Bengkak pada leher bagian kanan dialami sejak 1
minggu. BAK lancar dengan frekuensi 3-4 kali/hari, warna kuning jernih, nyeri
saat BAK (-), darah (-). BAB lancar normal.
Riwayat Penyakit Dahulu : DM (-), Hipertensi (-), asthma (-).
Riwayat Kebiasaan : merokok (+) 6 batang per hari sejak 7 tahun yang lalu,
alkohol (-).
Riwayat Penyakit Keluarga : keluhan yang sama pernah dialami oleh ayah
pasien, riwayat menderita batuk lama dalam keluarga ada (kakek pasien).
Riwayat Pengobatan : Riwayat mengkonsumsi obat OAT selama 6 bulan
disangkal oleh pasien, riwayat alergi obat (-).
Keadaan umum
: sakit ringan
Kesadaran
: compos mentis
Status gizi
: gizi kurang
Tanda vital
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 89 kali/menit
Pernapasan
: 26 kali/menit
Suhu
: 37,9C
Status general
1. Kepala
a
Bentuk
: normocephal
Rambut
Wajah
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
2. Leher
3. Dada
a. Paru-Paru
-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
b. Jantung
-
Inspeksi
Palpasi
: thrill teraba.
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi :
Timpani
peristaltik (+) kesan normal.
5. Ekstremitas
Udem ekstremitas bawah (-/-), pigmentasi normal
Hasil
12.2
4.77
12.9
39.0
82
27.1
33.1
15.6
544
7.2
0.390
11.3
Unit
10^3/mm3
10^6/mm3
g/dL
%
m3
Pg
g/dL
%
10^3/mm3
m3
%
%
Nilai rujukan
4.0-10.0
4.50-6.50
13.0-17.0
40.0-54.0
80-100
27.0-32.0
32.0-36.0
11.0-16.0
150-400
6.0-11.0
0.150-0.500
11.0-18.0
Hasil
Nilai Rujukan
Satuan
n
SGOT
SGPT
49
52
< 38
< 41
U/L
U/L
Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan
Hasil
Nilai Rujukan
Spesimen
Afinitas Gram
Bentuk dan konfigurasi
Sputum
Gram positif dan gram negative
Coccus tunggal/berantai dan bacil
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
tunggal
Kuantitas
Tidak ditemukan
Lokalisasi
Sel lain
Jamur
Ekstraseluler/ Intraseluler
Ekstraseluler/Intraseluler
Pmn: Penuh/lpk; Epitel cel; 3/lpk
Hypha jamur
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Tidak ditemukan
Jenis specimen
Sputum
Jamur
Hypha jamur
Tidak ditemukan
Jenis specimen
Sputum
Pewarnaan BTA 1
Pewarnaan BTA 2
Negatif
Positif (2+)
Negatif
Negatif
Pewarnaan BTA 3
Positif (1+)
Negatif
Hasil Pemeriksaan :
Foto thoraks PA
Bercak berawan pada kedua paru terutama lapangan atas dan tengah
dengan cavitas disertai garis-garis fibrotik yang meretraksi kedua hilus
ke kranial
Tulang-tulang normal
1.6. DIAGNOSIS
TB Paru lama aktif lesi luas
1.7. PENATALAKSANAAN
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan utama di dunia.
Tuberkulosis menyebabkan masalah kesehatan bagi jutaan orang di dunia setiap
tahunnya bersama dengan human immunodeficiency virus (HIV) sebagai
penyebab kematian tertinggi di seluruh dunia. Pada tahun 2014, diperkirakan ada
sekitar 9,6 juta kasus TB baru: 5,4 juta pada pria, 3,2 juta di kalangan wanita, dan
1,0 juta pada anak-anak. Dimana ditemukan 1,5 juta kematian akibat TB (1,1 juta
pada orang dengan HIV negative, dan 0,4 juta pada orang dengan HIV positif),
dimana sekitar 890 000 adalah laki-laki, 480 000 adalah perempuan dan 140 000
anak-anak. (WHO, 2015)
Prevalensi TB di Indonesia dan negaranegara sedang berkembang lainnya
cukup tinggi. Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan
beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar
660,000 (WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per
tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.
(Kemenkes, 2011)
2.2 Definisi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis yang biasanya menyerang paru serta dapat
menginfeksi organ atau jaringan dalam tubuh, yang ditandai dengan jaringan
2.3 Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Yang
tergolong dalam kuman Mycobacterium tuberculosae complex adalah: (Amin,
2009)
1. M. tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis
Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian
pepridoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam (asam alcohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia
juga lebih tahan terhasap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup
pada udara kering maupun dalam keadaan dingin. Hal ini terjadi karena kuman
berada dalam sifat dormant sehingga kuman dapat menginfeksi kembali dan
menjadikan penyakit tuberculosis menjadi aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah
aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal
paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberculosis. (Amin, 2009)
dari organ-organ yang terletak di dalam rongga dada (trakea, bronkus, bronkiolus,
ductus alveolar, alveoli). (J. Tu, 2013)
Gambar 2. Gambaran skematik sistem respirasi yang menampilkan traktus respirasi atas
dan bawah. (sumber: J. Tu et al., Computational Fluid and Particle Dynamics in the Human
Respiratory Sistem,Biological and Medical Physics, Biomedical
Engineering,DOI
10.1007/978-94-007-4488-2_2, Springer Science+Business Media Dordrecht 2013)
Trakea terbagi menjadi bronkus primer pada carina, dengan bronkus kanan
lebih lebar, pendek dan lebih vertical dibanding bronkus kiri. Hal ini
meningkatkan resiko terhirupnya partikel-partikel asing yang terkumpul pada
bronkus kanan. Bronkus primer kanan terbagi dalam 2 cabang posterior dan
inferior menjadi bronkus lobus kanan atas dan bronkus intermediat. Percabangan
lebih cepat pada bronkus primer kanan dibanding kiri. (J. Tu, 2013)
Bronkus primer kiri berjalan inferolateral, terletak didepan esophagus dan
aorta thoracicus dan dibawah arkus aorta. Masing-masing bronkus primer masuk
paru-paru sesuai masing-masing sisi. Bronkus primer kanan membagi menjadi
tiga bronkus sekunder yakni bronkus lobus kanan atas, bronkus lobus kanan
10
media dan lobus kanan bawah, sementara bronkus primer kiri membagi menjadi
dua bronkus sekunder yakni bronkus lobus kiri atas dan bronkus lobus kiri bawah.
(J. Tu, 2013)
\
Gambar 3. Segmental bronkus kanan dan kiri dan attachment pada segmen paru-paru.
(sumber: J. Tu et al., Computational Fluid and Particle Dynamics in the Human Respiratory
Sistem,Biological and Medical Physics, Biomedical Engineering,DOI 10.1007/978-94-0074488-2_2, Springer Science+Business Media Dordrecht 2013)
(7),
arteri pulmonalis kanan (8), arteri pulmonalis kiri (9), konfluens vena pulmonalis (10) dan
11
struktur lain yang seperti di label. (Sumber: Collins J, Stern EJ. Chest Rdiology; The
Essential. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2008.p.3)
2.5 Patogenesis
Infeksi terjadi ketika seseorang menghirup nucleus droplet yang
mengandung tuberkel basilus yang kemudian sampai ke alveoli paru-paru.
Tuberkel basilus ini di ingesti oleh sel makrofag alveolus; mayoritas dari basil ini
akan dihancurkan atau dihambat. Sejumlah kecil mungkin bertambah banyak
didalam sel dan akan keluar jika makrofag mati. Jika basil ini masih hidup, basil
ini akan menyebar secara limfatik atau melalui aliran darah untuk mencapai
jaringan atau organ yang lebih jauh lagi (termasuk area dimana penyakit TB
sering menginfeksi, seperti limfonodus regional, apeks paru, ginjal, otak dan
tulang). Proses ini bergantung pada respon imun sistemik.(Ionescu, 2013)
Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrophil, kemudian baru oleh
makrofag. Kebanyakan partikel akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar
12
13
14
membungkus
diri
sehingga menjadi
tuberkuloma.
Klinis
15
16
Nyeri dada. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya. (Amin 2009)
Malaise. Penyakit tuberculosis bersifat meredang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus
(berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala
malaise semakin lama semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
(Amin,2009)
2.7 Diagnosis
Penegakan diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakan dengan berbagai
cara, namun tidak hanya bisa ditegakan dengan temuan klinis saja,tapi diperlukan
juga pemeriksaan penunjang. Hal disebabkan karena gejala klinis tuberculosis
paru amat mirip dengan pneumonia.
a) ANAMNESIS
Biasanya pasien datang dengan keluhan batuk berlendir atau batuk
berdarah yang sudah lama perlangsungannya yakni lebih dari 2 minggu,
terkadang juga beberapa pasien datang dengan keluhan sesak. Biasanya
juga pasien datang dnegan keluhan penyerta seperti demam yang terusmenerus yang berlangsung lebih dari 3 minggu. Selain itu keluhan
penyerta lain yang tidak kalah pentingnya adalah keluhan malaise,
penurunan berat badan terus-menerus serta tidak jarang juga pasien
mengeluhakan seringnya keluar keringat di malam hari. Selain itu pasien
17
suatu
18
Pada fibrosis paru yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering
ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot intercostalis. Bagian paru yang sakit
jadi menciut dan menarik sisi mediastinum atau paru lainnya. Paru yang
sehat menjadi lebih hiperinflasi. Bila jaringan fibrotik amat luas yakni
lebih dari setengah jumlah jaringan paru-paru akan terjadi pengecilan
daerah aliran darah paru dan selanjutnya meningkatkan tekanan arteri
pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya kor pulmonal dan
gagal jantung kanan. Disini akan didapatkan tanda-tanda apulmonal dan
gagal jantung kanan seperti takipneu, takikardi, sianosis, right ventricular
lift, right atrial gallop, murmur graham stell, bunyi P2 yang mengeras,
vena jugularis yang meningkat, hepatoegali. Asites dan udema.(Amin
2009)
Bila tuberculosis mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura.
Paru yang sakit terlihat tertinggal dalam pernapasan, perkusi memberikan
suara pekak. Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak
terdengar suara sama sekali. (Amin,2009)
Dalam penampilan klinis, TB paru
c) PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a
Darah
19
Pemeriksaan ini hasilnya tidak sensitif dan tidak spesifik. Pada saat
tuberkulosis baru mulai aktif akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit
meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri, limfosit dalam batas
normal, dan laju endap darah mulai meningkat. (Amin,2009)
b
Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting dengan ditemukannya kuman
20
dalam satu sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5000 kuman dalam 1 mL
sputum. (Amin,2009)
Pada pemeriksaan dengan biakan, setelah 4-6 minggu penanaman
sputum dalam medium biakan, koloni kuman tuberkuiosis mulai tampak.
Bila setelah 8 minggu penanaman koloni tidak juga tampak, biakan
dinyatakan negative.medium biakan yang sering dipakai yaitu lowenslein
Jensen, kudoh atau ogawa. Untuk pemerksaan BTA sediaan mikroskopis
biasa dan sediaan biakan. Bahan-bahan selain sputum dapat juga diambil
dari bilasan bronchus, jaringan paru, pleura, cairan pleura, cairan lambung,
jaringan kelenjar, cairan serebrospinal, urin dan tinja. (Amin,2009)
Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen ini dapat dilakukan dengan
cara mikroskopik maupun biakan.(PDPI,2006)
Interpretasi dari hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan
adalah :
: mikroskopik positif
: mikroskopik positif
: mikroskopik negatif
Tes Tuberkulin
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakkan
21
(Hodgkin)
22
Pemberian
kortikosteroid
yang
lama,
pemberian
obat-obat
imunosupresi lainnya
Usia tua, malnutrisi, uremia, penyakit keganasan.
d) PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang
praktis untuk menemukan lesi tuberkulis. Lokasi lesi tuberkulis umumnya
didaerah apeks paru (segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus
bawah), tetapi juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau didaerah
hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada tuberculosis endobronkhial).
(Amin,2009)
Interpretasi foto thorax normal antara lain :
1. Perhatikan posisi foto, posisi Posterior-anterior (PA) atau lateral.
2. Batas kanan jantung dibentuk oleh atrium kanan.
3. Batas kiri jantung dibentuk oleh ventrikel kiri.
4. Diafragma kanan biasanya lebih tinggi 1,5-2 cm dibandingkan diafragma
kiri.
5. Bagian fissura mayor biasanya terlihat pada posisi lateral sebagai garis
obliq dari diafragma anterior keatas corpus vertebra torakal ke setinggi
level arcus aorta.
6. Fissura minor pada bagian kanan memisahkan lobus kanan atas dari lobus
tengah kanan.
23
7. Hilus normal tampak opak disebabkan oleh arteri pulmonal dan harus
simetris ukuran dan densitasnya.
8. Arcus aorta atau knob biasanya terletak diatas hilus kiri.
9. Trakea letak ditengah tetapi dapat deviasi kekanan atau kedepan dari arcus
aorta.
10. Sudut costofrenikus harus berbentuk tajam pada kedua sisi foto, kecuali
pada pasien emfisema berat akan memberikan gambaran flattening dari
hemidiafragma.
11. Dengan inspirasi maksimal ukuran jantung pada posisi foto PA
cardiothorachic indeksnya 50%.
12. Dikatakan inspirasi maksimal maka tampak costa VI anterior dan costa X
posterior.
13. Opasitas paru harus simetris.
14. Udara pada lambung terletak di hemidiafragma kiri.
15. Perhatikan tulang dan jaringan lunak.(Collins,2008)
24
Gambar 6. Struktur anatomi normal thorax pada posisi Postero-anterior (PA) dan lateral.
A : Foto thorax posisi PA menunjukkan trakea (1), cabang bronkus kanan (2), cabang
utama bronkus kiri (3), arcus aorta (4), vena azygos ke vena cava superior (5), arteri
pulmonalis kanan (6), arteri pulmonalis kiri (7), lobus kanan atas, arteri pulmonalis
(trunkus anterior) (8), inferior kanan, vena pulmonalis (9), atrium kanan (10), ventrikel
kiri (11) dan struktur lain seperti yang dilabel. B : foto thorax posisi lateral menunjukkan
traktus alur keluar pulmonal (1), aorta ascendens (2), arkus aorta (3), pembuluh darah
brachiocphalic (4), trakea (5), bronkus lobus kanan atas (6), bronkus lobus kiri atas
(7), arteri pulmonalis kanan (8), arteri pulmonalis kiri (9), konfluens vena pulmonalis
(10) dan struktur lain yang seperti di label. (Sumber: Collins J, Stern EJ. Chest Rdiology;
The Essential. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2008.p.3)
Gambar 7.
Tuberculosis
Aktif dengan
Cavitas di
Pulmo Dextra (Sumber :Sutton D. 2003. Textbook of Radiology and Imaging Volume
1 7th Ed)
25
Menurut
American
Thoracic
Society
and
National
Tuberculosis
Association luasnya proses yang tampak pada Foto Thoraks dapat dibagi
sebagai berikut. (Rasad,2009)
1. Tuberculosis minimal (minimal tuberculosis) yaitu luas sarang-sarang
yang kelihatan tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median,
apeks, dan iga 2 depan; sarang-sarang soliter dapat berupa di mana saja,
tidak harus berada dalam daerah tersebut di atas. Tidak ditemukan adanya
lubang (kavitas).
2. Tuberkulosis lanjut sedang (moderately advanced tuberculosis) yaitu luas
sarang-sarang yang bersifat bercak-bercak tidak melebihi luas satu paru,
sedangkan bila ada lubang, diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau sifat
bayangan sarang-sarang tersebut berupa awan-awan yang menjelma
26
27
28
Gambar 11. Pada foto thoraks tampak airspace opacity (panah kecil) pada lobus inferior
dextra dan pembesaran hilus (panah besar). Ini adalah gambaran dari primary complex
(Ghon focus dan pembesaran hilus ipsilateral) yang khas pada tuberculosis primer pada
anak. (Francis J. 2011. Radiographic Manifestation of Tuberculosis in Curry National
Tuberculosis Center. San Francisco; Curry International Tuberculosis Center publishing)
Gambar 12. TB paru aktif tampak bercak halus pada lapangan atas paru disertai cavitas
(Francis J. 2011. Radiographic Manifestation of Tuberculosis in Curry National
Tuberculosis Center. San Francisco; Curry International Tuberculosis Center publishing).
30
Abses Pulmonal
31
Gambar 14. Abses Paru pada foto PA (Sumber : Rasad S.2009. Radiologi Diagnostik
Edisi Kedua. Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)
ii.
Karsinoma Bronkus
Selain abses paru, gambaran kavitas pada TB paru dapat
didiagnosa banding dengan karsinoma bronkus, hal ini disebabkan karena
pada temuan radiologi karsinoma bronkus terdapat gambaran kavitas,
32
namun dengan tepi ireguler, dan tidak memiliki air fluid level.
(Rasad,2009)
Gambar 15. Karsinoma Bronkus sel skuamosa dengan kavitas tepi irregular,
nampak pada lobus atas paru kanan. (Sumber: Holling P.Shaw. 2002.
Diagnostic Imaging of Lung Cancer Vol 19. No. 7. European Respiratory
Journal.)
2.9 Terapi
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama dan tambahan.(WHO, 2010; Kemenkes, 2014)
A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
33
34
a. TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi luas
Paduan obat yang dianjurkan :
1) 2 RHZE / 4 RH atau
2) 2 RHZE / 4R3H3 atau
3) 2 RHZE/ 6HE.
Paduan ini dianjurkan untuk
1) TB paru BTA (+), kasus baru
2) TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologik lesi luas
Pada evaluasi hasil akhir pengobatan, bila dipertimbangkan untuk
memperpanjang fase lanjutan, dapat diberikan lebih lama dari waktu yang
ditentukan. (Bila perlu dapat dirujuk ke ahli paru). Bila ada fasilitas biakan dan uji
resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil uji resistensi
-
35
36
37
38
digunakan untuk memantau kemajuan pengobatan karena tidak spesifik untuk TB.
Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan dua contoh uji
dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 contoh
uji dahak tersebut negatif. Bila salah satu contoh uji positif atau keduanya positif,
hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif. Hasil dari pemeriksaan
mikroskopis semua pasien sebelum memulai pengobatan harus dicatat.
Pemeriksaan ulang dahak pasien TB BTA positif merupakan suatu cara
terpenting untuk menilai hasil kemajuan pengobatan. Setelah pengobatan tahap
awal, tanpa memperhatikan hasil pemeriksaan ulang dahak apakah masih tetap
BTA positif atau sudah menjadi BTA negatif, pasien harus memulai pengobatan
tahap lanjutan (tanpa pemberian OAT sisipan apabila tidak mengalami konversi).
Pada semua pasien TB BTA positif, pemeriksaan ulang dahak selanjutnya
dilakukan pada bulan ke 5. Apabila hasilnya negatif, pengobatan dilanjutkan
hingga seluruh dosis pengobatan selesai dan dilakukan pemeriksaan ulang dahak
kembali pada akhir pengobatan.
39
2.10 Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi yaitu pleuritis, efusi pleura, empyema, laringitis,
atelektasis, penyebaran ke organ lain (usus TB usus, tulang spondylitis TB,
otak MeningitisTB). (Amin, 2009)
40
41
42
2.11 Prognosis
Resolusi penuh umumnya diharapkan dalam kasus-kasus TB non-MDR
ketika pengobatan dengan obat anti TB telah selesai. Dari penelitian-penelitian
yang diterbitkan yang melibatkan DOTS sebagai strategi pengobatan TB, tingkat
kekambuhan berkisar 0-14%. Di negara-negara dengan tingkat TB yang rendah,
kekambuhan biasanya terjadi dalam waktu 12 bulan setelah pengobatan TB
selesai. Di negara-negara dengan tingkat TB yang lebih tinggi, sebagian besar
kambuh setelah pengobatan yang tepat. Yang terjadi lebih banyak adalah kasus
reinfeksi daripada kasus kekambuhan.(Herchline, 2015)
Prognosis yang buruk ditandai dengan adanya keterlibatan TB
ekstrapulmoner, pada orang tua, dan riwayat pengobatan sebelumnya yang buruk.
Untuk kasus pasien dengan resistensi hanya rifampisin saja mempunyai prognosis
yang lebih baik daripada kasus MDR-TB, tetapi mempunyai risiko yang lebih
tinggi terjadinya kegagalan pengobatan.(Herchline, 2015)
43
DAFTAR PUSTAKA
Amin Z, Bahar A. 2009. Tuberculosis paru. In: Sudoyo AW, Setiyohadi S,
Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S, editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Edisi 5. Jilid III. Jakarta: InternaPublishing;. p. 2231-8
Burrill J. 2007. Tuberculosis in A Radiologic Review Radiographics Volume
27 Number 5.United states; Burrill et al publishing
Collins J, Stern EJ. Chest Radiology; The Essential. 2nd ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins, 2008. p.2,3
Francis J. 2011. Radiographic Manifestation of Tuberculosis in Curry National
Tuberculosis Center. San Francisco; Curry International Tuberculosis Center
publishing.
Herchline TE. Tuberculosis. [Online]. 2015 Oct 22 [cited 2016 July 27];[5
screens].Available from:
URL:http://emedicine.medscape.com/article/230802-overview#a7
Holling P.Shaw. 2002. Diagnostic Imaging of Lung Cancer Vol 19. No. 7.
European Respiratory Journal. P.722-42
Ionescu CM. 2013. Transmission and Pathogenesis of Tuberculosis In Core
Curriculum on Tuberculosis What the Clinician Should Know. CDC sixth
edition; p. 26
J. Tu et al. 2013. Computational Fluid and Particle Dynamics in the Human
Respiratory Sistem,Biological and Medical Physics, Biomedical
Engineering,DOI
10.1007/978-94-007-4488-2_2,
Springer
Science+Business Media Dordrecht; p. 19-20, 32-35
Kemenkes. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014.
Jakarta: Kementerian Kesehatan REPUBLIK INDONESIA Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pedoman Nasional
pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;. h.20-25,30
Ostensen H, Petterson H. 2006. The WHO Manual of Diagnostic Imaging.
Published by the World Health Organization In collaboration with the
International Society of Radiology;.p.7
44
45