PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Ginjal adalah organ yang sangat penting bagi tubuh yang berfungsi untuk
mengekskresikan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh serta zat-zat beracun.
Selain itu ginjal juga berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan pada tubuh.
Zat-zat yang tidak lagi diperlukan oleh tubuh kemudian dibuang bersama dengan
urine. Jika terjadi kerusakan pada ginjal, zat-zat yang berbahaya bagi tubuh dapat
kembali diserap oleh tubuh karena ginjal gagal mengekskresi, atau zat-zat yang
diperlukan oleh tubuh malah terbuang bersama urine.
Nefrotik sindrom merupakan penyakit yang ditandai dengan proteinuria,
yaitu urine yang mengandung protein. Hal ini merupakan tanda bahwa ada
kerusakan pada ginjal, karena protein adalah zat yang diperlukan oleh tubuh
namun malah terbuang bersama dengan urine. Penderita tidak menyadari tanda
awal ini karena proteinuria hanya dapat terdeteksi dengan pemeriksaan
mikroskopis. Penderita datang ke dokter setelah muncul gejala sistemik seperti
edema.
Nefrotik sindrom pada pasien dengan nefropati diabet adalah kasus yang
paling sering. Selain itu, nefrotik sindrom juga banyak terjadi pada anak-anak.
Pada tahun 2016 didapatkan 50 kasus nefropati diabetes dari 1 juta populasi dan
20 kasus nefrotik sindrom pada anak-anak dari 1 juta populasi. Hal ini
menunjukkan bahwa nefrotik sindrom tidak jarang terjadi.
Tujuan
1. Mengetahui etiologi, patofisiologi dan gejala klinis dari sindroma nefrotik
agar dapat dilakukan deteksi dini pasien dengan sindrom nefrotik.
2. Mengetahui penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis sindrom nefrotik agar
dapat dilakukan tindak lanjut yang tepat untuk pasien sindrom nefrotik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Filtrasi : Mengekskresi zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh serta zat-
zat beracun
Reabsorbsi : Berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh
pada kadar yang tepat. Cairan didalam tubuh meliputi garam, elektrolit
Ginjal memiliki bagian yang disebut unit fungsional yaitu nefron, karena
proses filtrasi dan reabsorbsi terjadi di nefron. Nefron terletak di korteks renalis
dan medulla renalis. Nefron terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian-bagian
yang berada di korteks yang terdiri dari : glomerulus, kapsula bowman, tubulus
kontortus proksimal, tubulus kontortus distal dan tubulus kolektivus. Serta
bagian dari nefron yang berada di medulla renalis yaitu lengkung henle yang
berada diantara tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal.
Bagian dari nefron yang berfungsi untuk filtrasi adalah glomerulus.
Glomerulus memfiltrasi darah dari arteri renalis yang bercabang menjadi arteriol
afferent, yang kemudian melewati glomerulus dan berlanjut menjadi arteriol
efferent, dimana hasil dari filtrasi dari glomerulus akan masuk ke kapsula
bowman. Kapsula bowman adalah semacam kantong yang membungkus
glomerulus dan berfungsi untuk mengumpulkan cairan hasil filtrasi dari
glomerulus. Endotel glomerulus memiliki pori-pori kecil yang dapat dilewati
oleh partikel-partikel kecil seperti Na+, asam amino dan glukosa. Setelah
melewati endotel, partikel tersebut menembus melewati membrana basalis, lalu
melewati podosit. Partikel yang besar seperti protein tidak dapat menembus
melewati lapisan-lapisan ini.
Bagian dari nefron yang lainnya berfungsi untuk reabsorbsi adalah Tubulus
kontortus proksimal. Tubulus kontortus proksimal berfungsi untuk menyerap
partikel kecil seperti glukosa, Na+, air dan asam amino yang dibutuhkan oleh
tubuh yang ikut terfiltrasi tadi dan terbentuklah urine primer. Urine primer
kemudian melewati lengkung henle menuju ke tubulus kontortus distal yang
merupakan tempat untuk melepaskan zat-zat yang tidak berguna lagi untuk tubuh
ataupun zat-zat yang berlebihan dalam tubuh. Kemudian terbentuklah urine
sekunder. Urine kemudian masuk ke tubulus kolektivus dan disalurkan ke calyx
renalis lalu pelvis renalis untuk diekskresi menuju ureter ke kandung kemih.
Tujuan ginjal melakukan filtrasi dan reabsorbsi adalah untuk mempertahankan
homeostasis. Sistem homeostasis pada ginjal meliputi :
2.2.
Sindroma Nefrotik
2.2.1. Definisi
Nefrotik sindrom
merupakan
salah
satu
manifestasi
klinik
diakibatkan
oleh
hypoalbuminemia.
Hyperlipidemia
dapat
anak.
Hipoalbuminemia < 20-30 mg/dl.
Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia > 250mg/dl
10
11
ditemukan pada infeksi saluran kencing, nekrosis tubular ginjal dan gagal
ginjal kronis (GGK).
Urinalisis adalah tes awal diagnosis sindromk nefrotik. Proteinuria
berkisar 3+ atau 4+ pada pembacaan dipstik, atau melalui tes
semikuantitatif dengan asam sulfosalisilat, 3+ menandakan kandungan
protein urin sebesar 300 mg/dL atau lebih, yang artinya 3g/dL atau lebih
yang masuk dalam nephrotic range.
2) Pemeriksaan sedimen urin
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies:
epitel sel yang mengandung butir-butir lemak, kadang-kadang dijumpai
eritrosit, leukosit, torak hialin dan torak eritrosit.
3) Protein urin kuantitatif
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan urin 24 jam atau rasio
protein/kreatinin pada urin pertama pagi hari. Pada individu sehat, total
protein urin 150 mg. Adanya proteinuria masif merupakan kriteria
diagnosis. Single spot collection lebih mudah dilakukan. Saat rasio protein
urin dan kreatinin > 2g/g, ini mengarahkan pada kadar protein urin per
hari sebanyak 3g.
4) Pemeriksaan darah
Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit,
rumus
Schwartz.
Rumus
Schwartz
digunakan
untuk
12
Keterangan :
eGFR : estimated GFR (ml/menit/1,73 m2)
L
Scr
Kadar komplemen C3
Apabila terdapat kecurigaan lupus erimatosus sistemik,
pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4, ANA (anti nuclear
antibody), dan anti ds-DNA.
5) USG renal
Terdapat tanda-tanda glomerulonefritis kronik.
6) Biopsi ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan pada anak dengan SN kongenital, onset usia >
8 tahun, resisten steroid, dependen steroid atau frequent relaps, serta
terdapat manifestasi nefritik signifikan. Pada SN dewasa yang tidak
diketahui asalnya, biopsy mungkin diperlukan untuk diagnosis.Penegakan
diagnosis patologi penting dilakukan karena masing-masing tipe memiliki
pengobatan dan prognosis yang berbeda. Penting untuk membedakan
minimal-change disease pada dewasa dengan glomerulosklerosisfokal,
karena minimal-change disease memiliki respon yang lebih baik terhadap
steroid.
13
14
15
kadar urea dan asam urat dalam plasma. Pada beberapa anak memberi
keluhan nyeri abdomen. Hipovolemia diterapi dengan pemberian
cairan fisiologis dan plasma sebanyak 15-20 ml/kg dengan cepat, atau
albumin 1 g/kg berat badan.
f. Tromboemboli
Risiko untuk mengalami tromboemboli disebabkan oleh karena
keadaan hiperkoagulabilitas. Selain disebabkan oleh penurunan
volume intravaskular, keadaan hiperkoagulabilitas ini dikarenakan
juga oleh peningkatan faktor pembekuan darah antara lain factor V,
VII, VIII, X serta fibrinogen, dan dikarenakan oleh penurunan
konsentrasi antitrombin III yang keluar melalui urin. Risiko terjadinya
tromboemboli akan meningkat pada kadar albumin plasma < 2 g/dL,
kadar fibrinogen > 6 g/dL, atau kadar antitrombin III < 70%. Pada SN
dengan risiko tinggi, pencegahan komplikasi tromboemboli dapat
dilakukan dengan pemberian asetosal dosis rendah dan dipiridamol.
Heparin hanya diberikan bila telah terjadi tromboemboli, dengan dosis
50 U/kg intravena dan dilanjutkan dengan 100 U/kg tiap 4 jam secara
intravena.
g. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia
pada
Sindrom
Nefrotik
meliputi
peningkatan
selama 3 minggu.
Rumatan :
Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 40 mg/m2/48 jam,
diberikan selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4
minggu. Setelah 4 minggu, prednison dihentikan.
18
selama 3 minggu
Rumatan
Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 60 mg/m2/48 jam,
diberikan selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4
minggu. Setelah 4 minggu, dosis prednison diturunkan menjadi 40
mg/m2/48 jam diberikan selama 1 minggu, kemudian 30
mg/m2/48 jam selama 1 minggu, kemudian 20 mg/m2/48 jam
selama 1 minggu, akhirnya 10 mg/m2/48 jam selama 6 minggu,
19
20
harus
sedapat
mungkin
dihindari
trombosis.
karena
dapat
Peningkatan
21
menimbulkan
aktivasi
trombosit
lewat
tromboksan A2.
c. Meningkatnya sintesis protein prokoagulan dan tertekannya
fibrinolisis.
2. Aktivasi sistem hemostatik di dalam ginjal dirangsang oleh faktor
jaringan monosit dan oleh paparan matriks subendotel pada kapiler
glomerolus yang selanjutnya mengakibatkan pembentukan fibrin dan
agregasi trombosit.
3. Infeksi sekunder terutama
infeksi
kulit
oleh
streptococcus,
22
23
dengan
kortikosteroid.
Terapi
antibakteri
dapat
atas 6 tahun.
Disertai oleh hipertensi
Disertai hematuria
Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder
Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal
Pengobatan yang terlambat, diberikan setelah 6 bulan dari timbulnya
gambaran klinis penyakit.
BAB III
KESIMPULAN
1. Sindrom nefrotik adalah kelainan pada ginjal yang merupakan salah satu
manifestasi klinik glomerulonephritis yang ditandai dengan edema anasarca,
proteinuria
masif
>3,5
g/hari,
hypoalbuminemia
<3,5
g/dl,
25