Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

EKONOMI DALAM ISLAM


Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah PAI
Dosen Pembimbing:
Ismail Ibrahim, S.Pd.i

Disusun Oleh :

1. Iqbal Hamdi

( 41187001140059 )

2. Ito Suteja

( 41187001140013 )

3. Rizal Firdaus

( 41187001140093 )

FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK MESIN S1 Pagi
UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI
2014/2015

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah membimbing kami menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan dan petunjuk-NYA, penyusun tidak akan
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kelancaran.
Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memahami tentang Ekonomi Dalam
Islam. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat memberi wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca.
Penyusun menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga kami
masih mengharap kritik dan saran dari para pembaca.

Terima kasih.

Bekasi,13 April 2015


Penyusun Makalah

( Ito Suteja )

( Iqbal Hamdi )

( Rizal Firdaus )

Daftar Isi
Kata Pengantar ....................................................................................................................................... 1
BAB I........................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 3
a) Latar Belakang.................................................................................................................. 3
b) Rumusan Masalah............................................................................................................ 4
c) Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 4
d) Manfaat Penulisan ........................................................................................................... 4
BAB II....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN. ....................................................................................................................................... 5
EKONOMI DALAM ISLAM ....................................................................................................................... 5
A. Pengertian Ekonomi Dalam Islam ........................................................................................... 5
B.

Hukum dan Dalil Jual Beli ....................................................................................................... 6


a) Al Baqarah : 198 ............................................................................................................... 6
b) Al Baqarah : 275 ............................................................................................................... 7
c) An Nisa

: 29 ................................................................................................................. 7

C. Rukun dan Syarat Jual Beli ...................................................................................................... 7


D. Macam- macam bentuk jual beli ............................................................................................ 8
E. Jual beli istisna ........................................................................................................................ 9
F. Khiyar ( hak pilih ) dalam jual beli ......................................................................................... 10
G. Jual beli yang dilarang ........................................................................................................... 14
H. Jual beli salam ....................................................................................................................... 16
I.

Tujuan Ekonomi Islam............................................................................................................ 16

J.

Prinsip-Prinsip Ekonomi Dalam Islam ................................................................................... 17

K. Sumber - sumber Ekonomi Islam .......................................................................................... 17


L. Konsep Ekonomi Islam ......................................................................................................... 178
M. Karakteristik Ekonomi Islam ............................................................................................... 179
N. Politik Ekonomi Islam ............................................................................................................. 23
BAB III ................................................................................................................................................... 25
PENUTUP .............................................................................................................................................. 25
A. KESIMPULAN.......................................................................................................................... 25
B.

SARAN ................................................................................................................................... 26

Daftar Pustaka ...................................................................................................................................... 27

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sistem Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang
kapitalis, tidak dari sudut pandang sosialis, dan juga tidak merupakan gabungan dari
keduanya. Islam memberikan
untuk

perlindungan hak kepemilikan individu,

sementara

kepentingan masyarakat didukung dan diperkuat, dengan tetap menjaga

keseimbangan kepentingan publik dan individu serta menjaga moralitas.


Dalam ekonomi Islam, penumpukan kekayaan oleh sekelompok orang dihindarkan
dan secara otomatis tindakan untuk memindahkan aliran kekayaan kepada anggota
masyarakat harus dilaksanakan. Sistem ekonomi Islam merupakan sistem yang adil,
berupaya menjamin kekayaan tidak terkumpul hanya kepada satu kelompok saja,
tetapi tersebar ke seluruh masyarakat.
Islam

memperbolehkan

Islam menghendaki

adanya

seseorang

mencari

kekayaan

sebanyak

mungkin.

persamaan, tetapi tidak menghendaki penyamarataan.

Kegiatan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak harta
dikuasai pribadi. Di dalam bermuamalah, Islam menganjurkan untuk mengatur muamalah
di antara sesama manusia atas dasar amanah, jujur, adil, dan memberikan kemerdekaan
bermuamalah

serta jelas-jelas bebas dari unsur riba. Islam

melarang

terjadinya

pengingkaran dan pelanggaran larangan-larangan dan menganjurkan untuk memenuhi


janji serta menunaikan amanat.
Berbagai

hasil penelitian yang

adanya masyarakat

muslim

yang

perekonomian dalam perbankan shariah

dilakukan
dengan

oleh
sadar

para

ahli,

menunjukkan

memilih berintegrasi pada

sebagai implementasi ketaatan beragama,

sekaligus sebagai usaha memenuhi kebutuhan ekonomi.

B.

Rumusan Masalah

Dari paparan pendahuluan diatas, untuk itu dalam pembuatan makalah ini
penulis mengambil sebuah judul EKONOMI DALAM ISLAM. Maka penulis mengemukakan
pokok Masalah Berikut :

1. Apa pengertian ekonomi dalam islam?


2. Apa hukum dan dalil jual beli?
3. Apa rukun dan syarat jual beli?
4. Apa Itu Jual Beli Istisna' ?
5. Apa itu jual beli salam ?
6. Apa tujuan ekonomi islam?
7. Apa prinsip-prinsip ekonomi dalam islam?
8. Apa Sumber Sumber Ekonomi Islam ?
9. Apa Konsep Ekonomi Islam ?
10. Apa Karaktersitik Ekonomi Islam ?
11. Apa Politik Ekonomi Islam ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan utama penulisan pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut :
1)

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PAI.

2)

Untuk memberikan penjelasan tentang ekonomi dalam islam.

D. Manfaat Penulisan

1) Dapat menambah pengetahuan tentang ekonomi dalam islam


2) Dapat mengetahui tentang apasaja hukum dan dalil jual beli
3) Dapat mengetahui rukun dan syarat jual beli
4) Dapat mengetahui tujuan ekonomi dalam islam
5) Dapat mengetahui prinsip-prinsip ekonomi dalam islam
4

BAB II
PEMBAHASAN
EKONOMI DALAM ISLAM

A. Pengertian Ekonomi Dalam Islam

Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh seni
kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur
dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan
milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah SWT agar dimanfaatkan sebaikbaiknya demi kepentingan

umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali

kepada Allah SWT untuk dipertanggung jawabkan.


Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia
yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan di dasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Bekerja merupakan suatu
kewajiban karena Allah SWT memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam Surat At
Taubah ayat 105:

Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang
beriman akan melihat pekerjaan itu.

Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabada Rasulullah Muhammad saw:

Barang siapa di waktu sore nya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore
itu ia mendapat ampunan. ( HR.Thabrani dan Baihaqi )
Jual

beli

ialah persetujuan saling mengikat antara penjual (yakni pihak

yang menawarkan/menjual

barang)

dan

pembeli (sebagai pihak yang membayar/

membeli barang yang dijual)

Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan
nilai-nilai islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Ini telah dinyatakan

dalam surat al maidah ayat (3). Sistem ekonomi islam berbeda dengan sistem ekonomi
kapitalis maupun sosialis, sistem ekonomi islam memiliki sifat-sifat baik dari sistem ekonomi
sosialis dan kapitalis, namun terlepas dari sifat buruknya.
Sistem ekonomi islam adalah sebuah system yang tidak lahir dari ahsil akal manusia,
akan tetapi sebuah system yang berdasarkan ajaran islam yang bersumber dari al-quran
dan Hadits yang dikembangkan oleh pemikiran manusia yang memenuhi syarat dan ahli
dalam bidangnya.
Sistem ekonomi Islam mempunyai perbedaan yang mendasar dengan sistem
ekonomi yang lain, dimana dalam sistem ekonomi Islam terdapat nilai moral dan nilai
ibadah dalam setiap kegiatannya.
Prinsip ekonomi Islam adalah:
a) Kebebasan individu.
b) Hak terhadap harta.
c) Kesamaan sosial.
d) Keselamatan sosial.
e) Larangan menumpuk kekayaan.
f) Larangan terhadap institusi anti-sosial.
g) Kebajikan individu dalam masyarakat.

B.

Hukum dan Dalil Jual Beli


Di dalam Islam terdapat dasar hukum dari Al Quran dan Hadis. Al-Quran yang
menerangkan tentang jual beli antara lain:

a) Al Baqarah : 198
Artinya : Tidak

ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil

perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat,
berdzikirlah kepada Allah di Masyarilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut)
Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu
sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.

b) Al Baqarah : 275
Artinya :Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalal kan jual beli dan mengharam kanriba. Orang-orang

yang telah

sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

c) An Nisa : 29
Artinya : Hai orang-orang

yang beriman,

janganlah kami saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Maka, bila mengacu pada ayat- ayat Al-Quran dan Hadis. Hukum jual beli adalah
mubah (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itu bisa berubah menjadi
sunnah, wajib, haram, dan makruh.

C. Rukun dan Syarat Jual Beli

a. Orang yang melaksanakanakan jual beli (penjual dan pembeli) :

Berakal

Baligh

Berhak menggunakan hartanya

b. Tata ucapan ijab dan kabul.


Kerelaan hati antara penjual dan pembeli yang diwujud kan melalui ucapan ijab
(dari pihak penjual) dan kabul (dari pihak pembeli)
c. Barang yang diperjual belikan.
7

Barang yang halal.

Barang tersebut ada manfaatnya.

Barang itu ada ditempat, atau tidak ada tetapi sudah tersedia di tempat lain.

Barang itu merupakan milik sipenjual atau dibawah kekuasaannya.

Barang tersebut diketahui oleh pihak penjual dan pembeli dengan jelas.

d. Nilai tukar barang yang dijual

Harga jual disepakati penjual dan pembeli

Nilai tukar barang dapat diserahkan pada waktu transaksi.

Apabila jual beli dengan cara barter, nilai tukar barang jangan sama dengan
barang haram misalnya, Babi.

D. Macam- macam bentuk jual beli

a) Bai al mutlaqah
yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang. Uang berperan sebagai alat
tukar. semacam ini menjiwai semua produk-produk

lembaga

keuangan

yang

didasarkan atas prinsip jual-beli.

b) Bai al muqayyadah
yaitu jual-beli di mana pertukaran terjadi antara barang dengan barang (barter).
Aplikasi jual-beli semacam ini dapat dilakukan sebagai jalan keluar bagi transaksi
ekspor yang tidak dapat menghasilkan valuta asing (devisa). Karena itu dilakukan
pertukaran barang dengan barang

yang

dinilai

dalam

valuta

asing. Transaksi

semacam ini lazim disebut counter trade.

c) Bai al sharf
yaitu jual-beli atau pertukaran antara saw mata uang asing dengan mata uang
asing lain, seperti antara rupiah dengan dolar, dolar dengan yen dan sebagainya.
Mata uang asing yang diperjual belikan itu dapat berupa uang kartal (bank notes)
ataupun dalam bentuk uang giral (telegrafic transfer atau mail transfer).

d) Bai al murabahah
akad jual-beli barang tertentu. Dalam transaksi jual-beli tersebut penjual
menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan, termasuk harga pembelian
dan keuntungan yang diambil.

e) Bai al musawamah
jual-beli biasa, di mana penjual tidak memberitahukan harga pokok dan keuntungan
yang didapatnya.

f) Bai al muwadhaah
jual-beli di mana penjual melakukan penjualan dengan harga yang lebih rendah dari
pada harga pasar atau dengan potongan (discount). Penjualan semacam ini biasanya
hanya dilakukan untuk barang-barang atau aktiva tetap yang nilai bakunya sudah
sangat rendah.

g) Bai as salam
akad jual-beli di mana pembeli membayar uang (sebesar harga) atas barang yang
telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang yang diperjualbelikan itu akan
diserahkan kemudian,

yaitu

pada

tanggal

yang disepakati. Bai as salam

biasanya dilakukan untuk produk-produk pertanian jangka pendek.

h) Bai al istishna
hampir sama dengan bai as salam, yaitu kontrak jual-beli di mana harga atas
barang tersebut dibayar lebih dulu tapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan
syarat-syarat yang disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan
diserahkan kemudian.

E. Jual Beli Istisna'

1) Pengertian Jual Beli Istisna'

Jual beli seperti akad salam. Jual beli barang atas dasar pesanan antara
nasabah/pembeli dan bank/penjual dengan spesifikasi tertentu yang diminta nasabah.
Bank akan meminta produsen/kontraktor untuk membuatkan barang pesanan sesuai
permintaan nasabah/pembeli, nasabah akan membeli barang tersebut dari bank/penjual
dengan harga yang telah disepakati diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan
rekontruksi.

2) Landasan Syariah

Landasanya secara umum sama dengan landasan jual beli salam.

3) Ketentuan Umum

Spesifikasinya harus jelas seperti; jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlah.

Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad dan tidak boleh
berubah selama berlakunya akad.

Jika terjadi perubahan kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah
akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung
nasabah.

Diantara jenis-jenis jual beli tersebut, yang lazim digunakan sebagai modal
pembiayaan syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bai al murabahah, bai as
salam dan bai al istishna.

F. Khiyar (Hak Pilih) Dalam Jual Beli

1) Hak Pilih di Lokasi Perjanjian (Khiyarul Majlis)


Yakni semacam hak pilih bagi pihak-pihak yang melakukan perjanjian untuk
membatalkan perjanjian atau melanjutkannya selama belum beranjak dari lokasi
perjanjian. Dasarnya adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam :

"Penjual dan pembeli memiliki kebebasan memilih selama mereka belum beranjak
dari lokasi transaksi.
10

Arti beranjak di sini adalah luas, dikembalikan kepada kebiasaan.


2) Hak Pilih dalam Persyaratan (Khiyar asy-Syarth)
Yakni persyaratan yang diminta oleh salah satu dari pihak-pihak yang terkait
dalam perjanjian, atau diminta masing-masing pihak untuk dirinya sendiri atau untuk
pihak lain, untuk diberikan hak menggagalkan perjanjian dalam jangka waktu
tertentu.
Dasar disyariatkannya hak pilih ini adalah hadits Habban bin Munqidz. Ia sering
kali tertipu dalam jual beli karena ketidak-jelasan barang jualan, maka Nabi
shallallahu alaihi wasallam memberikan kepadanya hak pilih. Beliau shallallahu
alaihi wasallam bersabda,
"Kalau engkau membeli sesuatu, katakanlah, 'Tidak ada penipuan'."
Dari sisi lain, terkadang memang amat dibutuhkan adanya hak pilih semacam
ini, ketika pengalaman berniaga kurang dan perlu bermusyawarah dengan orang lain,
atau karena alasan lainnya. Kemudian para ulama berbeda pendapat berkenaan
dengan masa tenggang memutuskan pilihan tersebut. Ada di antara ulama yang
membatasi hanya tiga hari saja. Ada juga yang menyatakan boleh lebih dari itu,
tergantung kebutuhan.
Hak pilih ini juga bisa dimiliki oleh selain pihak-pihak yang sedang terikat dalam
perjanjian menurut mayoritas ulama demi merealisasikan hikmah yang sama dari
disyariatkannya persyaratan hak pilih bagi pihak-pihak yang terikat tersebut.
Pendapat ini ditentang oleh Zufar dan Imam Asy-Syafi'i dalam salah satu pendapat
beliau. Namun pendapat mayoritas ulama dalam persoalan ini lebih tepat.
Hak pilih persyaratan masuk dalam berbagai perjanjian permanen yang bisa
dibatalkan. Nikah, thalaq, khulu' dan sejenisnya tidak menerima hak pilih yang satu
ini, karena semua akad tersebut secara asal tidak bisa dibatalkan.
3) Hak Pilih Melihat (Khiyar ar-Ru'yah)
Maksudnya adalah hak orang yang terikat perjanjian usaha yang belum melihat
barang yang dijadikan objek perjanjian untuk menggagalkan perjanjian itu bila ia
11

melihatnya (dan tidak ber-kenan). Untuk keabsahan hak pilih ini, dipersyaratkan dua
hal: Yang menjadi objek perjanjian hendaknya merupakan benda tertentu, seperti
rumah, mobil dan sejenisnya. Kedua, hendaknya benda itu memang belum dilihat
saat akad.
Hak pilih melihat ini memang masih diperselisihkan oleh para ulama
berdasarkan perselisihan mereka terhadap boleh tidaknya menjual barang-barang
yang tidak terlihat wujudnya. Sebagian ulama membolehkannya secara mutlak. Ada
juga yang justru melarangnya secara mutlak. Sebagian ulama ada yang
membolehkan dengan satu persyaratan, dan bila tanpa persya-ratan itu mereka
melarangnya. Nanti akan diulas secara rinci dalam pembahasan tentang jual beli
"kucing dalam karung", insya Allah.
4) Hak Pilih Karena Cacat Barang (Khiyar Aib)
Hak pilih ini dimiliki oleh masing-masing dari pihak-pihak yang terikat
perjanjian untuk menggagalkan perjanjian tersebut bila tersingkap adanya cacat
pada objek perjanjian yang sebelumnya tidak diketahui.
Hikmah disyariatkannya hak pilih ini sangat jelas sekali. Karena kerelaan pada
berlangsungnya perjanjian usaha juga didasari keberadaan objek perjanjian yang
tidak ada cacatnya. Adanya cacat yang tersingkap menunjukkan rusaknya kerelaan
tersebut. Oleh sebab itu disyariatkan hak pilih terhadap cacat, sehingga bisa
mengantisipasi adanya cacat yang menghilangkan kerelaan.
Cacat yang bisa ditolak dengan hak pilih ini adalah cacat yang bisa mengurangi
harga barang di kalangan para pedagang. Yang menjadi barometer di sini tentu saja
orang-orang yang berpengalaman di bidang perniagaan barang tersebut. Juga dipersyaratkan bahwa cacat itu sudah ada sebelum serah terima, dan hendaknya orang
yang melakukan perjanjian tidak mengetahui cacat itu. Persyaratan ini sudah dapat
dimaklumi secara aksio-matik.
Hak pilih terhadap cacat ini memberikan hak kepada orang yang terikat
perjanjian untuk melanjutkan perjanjian tersebut atau membatalkannya. Yakni
apabila pembatalan perjanjian itu me-mungkinkan. Tetapi kalau perjanjian itu tidak
mungkin dibatal-kan karena objek perjanjian bertambah atau berkurang sebelum
12

diketahui cacatnya, pihak yang dirugikan hanya berhak adanya cacat tersebut.

Tetapi kalau orang tersebut sudah rela dengan adanya aib itu secara terus terang
atau ada indikasi ke arah hal itu, maka hak pilih itu dengan sendirinya gugur.
5) Hak Pilih Takhbir Bitsaman
Menjual barang dengan harga pembelian, kemudian dia mengkhabarkan kadar
barang tersebut yang ternyata tidak sesuai dengan hakikat dari barang tersebut.
Seperti harga itu lebih banyak atau lebih sedikit dari yang dia sebutkan, atau dia
berkata Aku sertakan engkau dengan modalku di dlam barang ini atau dia
mengatakan Aku jual kepadamu barang ini dengan lba sekian dari modalku. Atau
dia mengatakan Aku jual barang ini kepadamu kurang dari harga yang aku beli.
Dari keempat gambaran ini jika ternyata modalnya lebih dari yang dia khabarkan,
maka

bagi

pembeli

boleh

untuk

memilih

antara

tetap

membeli

atau

mengembalikannya menurut pendapat suatu mazhab. Menurut pendapat kedua


dalam kondisi yang seperti ini tak ada khiyar bagi pembeli, dan hukum berlaku bagi
harga yang hakiki, sedang tambahan itu akan jatuh darinya (tidak bermakna).
Wallahu alam
6) Khiyar Takhluf
Khiyar yang terjadi apabila penjual dan pembeli berselisih dalam sebagian
perkara, seperti berselisih dalam kadar harga atau dalam barang itun sendiri, atau
ukurannya, atau berselisih dalam keadaan tidak ada kejelasan dari keduanya, maka
ketika itu terjadi perselisihan. Ketika keduanya saling berbeda terhadap apa yang
diinginkan maka keduanya boleh untuk membatalkan jika dia tidak ridha dengan
perkataan yang lainnya.
7) Khiyar Ruyah
Khiyar bagi pembeli jika dia membeli sesuatu barang bedasarkan penglihatan
sebelumnya, kemudian ternyata dia mendapati adanya perubahan sifat barang
tersebut, maka ketika itu baginya berhak untuk memilih antara melanjutkan
pembelian atau membatalkannya.

13

G. Jual Beli Yang Dilarang


Dalam jual beli tidaklah semua hal diperbolehkan, tentu ada yang dilarang. Allah
taala membolehkan jual beli selama tidak lalai terhadap kewajibannya. Seperti
melalaikannya dari ibadah yang wajib atau membuat mudharat terhadap kewajiban
lainnya.
Contoh jual beli yang dilarang:
1) Jual Beli Ketika Adzan
Jual beli tidak sah dilakukan bila telah masuk kewajiban untiuk melakukan
shalat jumat. Yaitu setelah terdengar panggilan adzan yang kedua, berdasarkan
firman Allah SWT : Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat pada hari jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.(Qs. Al Jumuah : 9)
Demikian juga shalat fardhu lainnya, tidak boleh disibukkan dengan aktivitas jual beli
ataupun yang lainnya setelah ada panggilan untuk shalat. Allah taala berfirman
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk memuliakan
dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki
yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat
Allah, mendirikan shalat, dan membayarkan zakat. Mereka takut pada suatu hari
yang di hari itu hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang
demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka kerjakan, dan supaya
Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada
siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.(Qs. 24:36-37-38).
2) Jual beli untuk kejahatan
Janganlah kalian tolong menolongdalam perbuatan dosa(Al-Maidah : 2)
Kita tidak dibolehkan menjual sesuatu dimana maksud pembeli untuk berbuat
kejahatan.
3) Menjual budak muslim kepada non Muslim

14

Allah melarang menjual hamba sahaya muslim kepada seorang kafir jika ia
tidak membebaskannya. Karena hal tersebut akan menjadikan budak tersebut hina
dan rendah si hadapan orang kafir.
4) Jual beli di atas jual beli saudaranya
Di haramkan menjual barang di atas penjualan saudaranya, seperti seseorang
berkata kepada orang yang hendak membeli barang seharga sepuluh, Aku akan
memberimu barang yang seperti itu dengan harga sembilan... atau perkataan Aku
akan memberimu lebih baik dari itu dengan harga yang lebih baik pula. Nabi
shalallahu alaihi wassalam bersabda:
Tidaklah sebagian diantara kalian diperkenankan untuk menjual(barang) atas
(penjualan) sebagian lainnya.(Mutafaq ilaihi). Juga sabdanya: Tidaklah seorang
menjual di atas jualan saudaranya.
5) Samsaran
Termasuk jual beli yang diharamkan adalah jual belinya orang yang bertindak
samsaran, (yaitu seorang penduduk kota menghadang orang yang datang dari
tempat lain (luar kota), kemudian orang itu meminta kepadanya untuk menjadi
perantara dalam jual belinya, begitupun sebaliknya).
Begitu pula tidak boleh bagi orang kota yang datang kekampung dan berkata Saya
akan membelikan barang untuk mu atau menjualkan. Kecuali bila pendatang itu
meminta kepada penduduk kotauntuk membelikan atau menjualkan barang
miliknya, maka ini tidak dilarang.
6) Jual beli dengan inah
Diantara jual beli yang juga terlarang adalah jual beli dengan cara inah. Yaitu
menjual sebuah barang kepada seseorang dengan harga kredit, kemudian dia
membelinya lagi dengan harga kontan akan tetapi lebih rendah dari harga kredit.
Contoh, ani menjual buku seharga Rp 50.000 kepada ayu dengan cara kredit. Lalu ani
membeli kembali buku tersebur dengan harga 40.000 secara kontan, akan tetapi ayu
tetap memiliki hutang 10.000 ke ani. Itulah yang dilarang.

15

H. Jual Beli Salam

1) Pengertian Jual Beli Salam


Pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayaran
dilakukan dimuka
2) Landasan Syariah

Al-Quran, Al-Baqrah: 282

Ibnu Abbas, Barang siapa yang melakukan salam, hendaknya ia melakukan


dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu
yang diketahui

3) Rukun

Musallam atau Pembeli

Muslam ilaih atau Penjual

Modal atau Uang

Muslam fihi atau barang

Sighat atau Ucapan

Ketentuan umum

Spesifikasinya harus jelas seperti; jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlah.

Apabila tidak sesuai dengan pesanan maka penjual/Bank harus bertanggung


jawab

Adanya keridoan yang utuh dari kedua belah pihak, terutama dalam
menyepakati harga.

I.

Tujuan Ekonomi Islam


Segala aturan yang diturunkan Allah SWT dalam system Islam mengarah
pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan,
kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh

ciptaan-Nya. Demikian

pula

dalam

hal

ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di


akhirat.

16

Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada
tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi
seluruh umat manusia, yaitu:
1) Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat
dan

lingkungannya.

2) Tegaknya keadilan dalam

masyarakat. Keadilan yang dimaksud

mencakup

aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.


3) Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa
masalah yang menjadi puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar:
a) Keselamatan keyakinan agama ( al din)
b) Kesalamatan jiwa (al nafs)
c) Keselamatan akal (al aql)
d) Keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl)
e) Keselamatan harta benda (al mal)

J.

Prinsip-Prinsip Ekonomi Dalam Islam

Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:


1) Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah SWT
kepada manusia.
2) Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
3) Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama.
4) Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh
segelintir orang saja
5) Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan
untuk kepentingan banyak orang.
6) Seorang mulsim harus takut kepada Allah SWT dan hari penentuan di akhirat nanti.
7) Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab)
8) Islam melarang riba dalam segala bentuk.

K.

Sumber Sumber Ekonomi Islam


Adapun sumber-sumber hukum dalam ekonomi Islam adalah:
17

1) Alquranul Karim
Alquran adalah sumber utama, asli, abadi, dan pokok dalam hukum ekonomi Islam
yang Allah SWT turunkan kepada Rasul Saw guna memperbaiki, meluruskan dan
membimbing Umat manusia kepada jalan yang benar. Didalam Alquran banyak
tedapat ayat-ayat yang melandasi hukum ekonomi Islam, salah satunya dalam Surat
An-Nahl ayat 90 yang mengemukakan tentang peningkatan kesejahteraan Umat Islam
dalam segala bidang termasuk ekonomi.

2) Hadis dan Sunnah


Setelah Alquran, sumber hukum ekonomi adalah Hadis dan Sunnah. Yang mana
para pelaku ekonomi akan mengikuti sumber hukum ini apabila didalam Alquran tidak
terperinci secara lengkap tentang hukum ekonomi tersebut.

3) Ijma'
Ijma' adalah sumber hukum yang ketiga, yang mana merupakan konsensus baik
dari masyarakat maupun cara cendekiawan Agama, yang tidak terlepas dari Alquran
dan Hadis.

4) Ijtihad atau Qiyas


Ijtihad merupakan usaha meneruskan setiap usaha untuk menemukan sedikit
banyaknya kemungkinan suatu persoalan syariat. Sedangkan qiyas adalah pendapat
yang merupakan alat pokok ijtihad yang dihasilkan melalui penalaran analogi.

5) Istihsan, Istislah dan Istishab


Istihsan, Istislah dan Istishab adalah bagian dari pada sumber hukum yang lainnya
dan telah diterima oleh sebahagian kecil oleh keempat mazhab.

L.

Konsep Ekonomi Islam


Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang ekstrim
(kapitalis dan komunis) dan mencoba untuk membentuk keseimbangan di antara
keduanya (kebendaan dan rohaniah). Keberhasilan sistem ekonomi Islam tergantung
kepada sejauh mana penyesuaian yang dapat dilakukan di antara keperluan kebendaan
18

dan keperluan rohani/etika yang diperlukan manusia. Sumber pedoman ekonomi Islam
adalah al-Qur'an dan sunnah Rasul, yaitu dalam:

Qs.al-Ahzab:72 ( Manusia sebagai makhluk pengemban amanat Allah ).


Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gununggunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh

Qs.Hud:61 ( Untuk memakmurkan kehidupan di bumi ).


Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan
kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah
ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat
(rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)".

M.

Karaktersitik Ekonomi Islam

a) Harta kepunyaan Allah dan Manusia merupakan Khalifah atas harta.


Semua harta baik benda maupun alat-alat produksi adalah milik Allah SWT.
Seperti tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 284.
Artinya :
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu
menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang
perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa
siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Manusia adalah khalifah atas harta miliknya. Seperti tercantum dalam surat alHadiid ayat 7. Terdapat pula sabda Rasulullah yang juga menjelaskan bahwa segala
bentuk harta yang dimiliki manusia pda hakikatnya adalah milik Allah SWT semata dan
manusia diciptakan untuk menjadi khalifah Dunia ini hijau dan manis. Allah telah
19

menjadikan kamu khalifah (penguasa) di dunia. Karena itu hendaklah kamu membahas
cara berbuat mengenai harta di dunia ini.

b) Ekonomi Terikat dengan akidah, Syariah (Hukum), dan Moral


Bukti-bukti hubungan ekonomi dan moral dalam islam:
1) Larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan
kerugian atas harta orang lain atau kepentingan masyarakat. Sabda Rasulullah
Tidak boleh merugikan diri sendiri dan juga orang lain (HR. Ahmad)
2) Larangan melakukan penipuan dalam transaksi, ditegaskan dalam Sabda
Rasulullah Orang-orang yang menipu kita bukan termasuk golongan kita.
3) Larangan menimbun emas, perak atau sarana moneter lainnya sehingga dapat
mencegah peredaran uang dan menghambat fungsinya dalam memperluas
lapangan produksi. Hal ini sperti tercantum dalam QS 9:34.
4) Larangan melakukan pemborosan karena dapat menghancurkan individu dalam
masyarakat.

c) Keseimbangan antara Kerohanian dan Kebendaan


Aktivitas keduniaan yang dilakukan manusia tidak boleh bertentangan atau
bahkan mengorbankan kehidupan akhirat. Apa yang kita lakukan hari ini adalah untuk
mencapai tujuan akhirat kelak. Prinsip ini jelas berbeda dengan ekonomi kapitalis
maupun sosialis yang hanya bertujuan untuk kehidupan duniawi saja. Hal ini jelas
ditegaskan oleh surat al-Qashash ayat 77:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

d) Ekonomi Islam Menciptakan Keseimbanagan Antara Kepentingan Individu dengan


Kepentingan umum.

20

Islam tidak mengakui hak mutlak dan atau kebebasan mutlak, tetapi mempunyai
batasan-batasan tertentu termasuk dalam hak milik. Hal ini tercantum dalam surat Al
Hasyr ayat 7, al maauun ayat 1-3, serta surat al-Maarij ayat 24-25.

e) Kebebasan individu dijamin dalam islam


Islam memberikan kebebasan tiap individu untuk melakukan kegiatan ekonomi
namun tentu saja tidak bertentangan dengan aturan AlQuran dan AsSunnah, seperti
tercantum dalam surat al Baqarah ayat 188.

f) Negara diberi kewenangan turut campur dalam perekonomian


Dalam islam, Negara berkeawjiban melindungi kepentingan masyararakat dari
keridakadilan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang taupun dai
negara lain, berkewajiban memberikan kebebasan dan jaminan sosial agar seluruh
masyarakat dapat hidup dengan layak. Seperi sabda Rasulullah Brangsiapa yang
meninggalkan beban, hendaklah dia datang kepada-Ku, karena akulah maula
(pelindung)nya (Al-Mustadrak oelh Al-Hakim).

g) Bimbingan konsumsi
Dalam hal konsumsi, islam melarang hidup berlebih-lebihan, terlalu hidup
kemewahan dan bersikap angkuh. Hal ini tercermin dalam surat al-Araaf ayat 31 seta
Al-Israa ayat 16.

h) Petunjuk investasi
Kriteria yang sesuai dalam melakukan investasi (proyek yang baik menurut islam )
ada 5 :
1) Memberikan Rezeki Seluas Mungkin Pda Masyarakat
2) Memberantas Kekafiran,Memperbaiki Pendapatan Dan Kekayaan
3) Memelihara Dan Menumbuhkembangkan Harta
4) Melindungi Kepentingan Anggota Masyaakat.

21

i) Zakat
Adalah karakteristik khusus yang tidak terdapat daalm system ekonomi lainnya
manapun, penggunaannya sangat efektif guna melakukan distribusi kekayaan di
masyarakat. Zakat merupakan dasar prinsipil untuk menegakkan struktur social Islam.
Zakat bukanlah derma atau sedekah biasa, ia adalah sedekah wajib. Setiap muslim
yang memenuhi syarat tertentu, berdasarkan dalil :
Surat at-Taubah 103
Artinya :
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.

j) Larangan riba
Islam sangat melarang munculnya riba (bunga) karena itu merupakan salah satu
penyelewengan uang dari bidangnya. Seperi tercermin dalam surat al-baqarah ayat
275.
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghunipenghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Larangan riba dalam islam bertujuan membina suatu bangunan ekonomi yang
menetapkan bahwa modal itu tidak dapat bekerja dengan sendirinya, dan tidak ada
keuntungan bagi modal tanpa kerja dan tanpa penempatan diri pada resiko sama
sekali. Karena itu Islam secara tegas menyatakan perang terhadap riba dan umat islam
wajib meninggalkannya, akan tetapi islam menghalalkan mencari keuntungan lewat
perniagaan (QS. 83:1-6)
22

N.

Politik Ekonomi Islam

Politik ekonomi adalah tujuan yang ingin dicapai oleh hukum-hukum yang
dipergunakan untuk memecahkan mekanisme mengatur urusan manusia. Sedangkan
politik ekonomi Islam adalah jaminan tercapainya pemenuhan semua kebutuhan primer
(bacis needs) tiap orang secara menyeluruh, berikut kemungkinan taip orang untuk
memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya sesuai dengan kadar kesanggupannya,
sebagi individu yang hidup dalam sebuah masyarakat yang memiliki gaya hidup (life style)
tertentu. Oleh karena itu, politik ekonomi Islam bukan hanya bertujuan untuk
meningkatkan taraf kehidupan dalam sebuah Negara semata, tanpa memperhatikan
terjamin tidaknya tiap orang menikmati kehidupan tersebut.
Ketika

mensyariatkan

hukum-hukum

ekonomi

pada

manusia.

Islam

telah

mensyariatkan hukum-hukum tersebut kepada pribadi. Dengan itu, hokum-hukum syara


telah menjamin tercapainya pemenuhan seluruh kebutuhan primer tiap warga Negara
Islam secara menyeluruh, sebagai sandang, pangan, dan papan. Jelaslah bahwa Islam tidak
memisahkan antara manusia dan eksistensinya sebagai manusia, serta antara
eksistensinya sebagai manusia dan pribadinya. Islam juga tidak perah memisahkan antara
anggapan tentang jaminan pemenuhan kebutuhan primer yang dituntut oleh masyarakat
dengan masalah mungkin-tidaknya terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan sekunder dan
tersier mereka. Akan tetapi Islam telah menjadikan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
tersebut dengan apa yang dituntut oleh masyarakat sebagai dua hal yang seiring, yang
tidak mungin dipisahkan antara satu dengan yang lain. Justru Islam menjandikan apa yang
ditutuntut oleh masyarakat tersebut sebagai asa (dasar pijakan) untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang ada.
Islam mendorong manusia agar bekerja, mencari rezeki dan berusaha. Bahkan Islam
telah menjadikan hukum mencari rezeki tersebut. Adalah fardhu. Allah swt. Berfirman:
Maka, berjalanlah di segala penjurunya, serta makanlah sebagian rezeki-Nya. (QS.
Al-Mulk: 15)
Banyak hadist yang mendorong agar mencari harta. Dalam sebuah hadist: Bahwa
Rasulullah saw telah menyalami tangan Saad bin Muadz r.a., dan ketika itu kedua tangan
Saad ngapal (bekas-bekas karena dipergunakan kerja). Kemudian hal itu ditanyakan oleh
Nabi saw., lalu Saad menjawab: Saya selalu mengayunkan skrop dan kapak untuk
23

mencari nafkah keluargaku. Kemudian Rasulullah saw. menciumi tangan Saad dengan
bersabda: (Inilah) dua telapak tangan yang disukai oleh Allah swt. Rasulullah saw juga
bersabda:
Tidaklah seseorang makan sesuap saja yang ebih baik, selain ia makan dari hasil
kerja tangannya sendiri.

24

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ekonomi Islam didefinisikan sebagai cabang ilmu yang membantu merealisasikan


kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang langka, yang sejalan
dengan ajaran islam, tanpa membatasi kebebasan individu ataupun menciptakan
ketidakseimbangan makro dan ekonomi logis.
Prinsip-prinsip kegiatan Ekonomi Islam adalah sebagai berikut:
1) Kekuasaan milik tertinggi adalah milik Allah dan Allah adalah pemilik yang absolute
atas semua yang ada
2) Manusia merupakan pemimpin (khalifa) Allah di bumi tapi bukan pemilik yang
sebenarnya.
3) Semua yang didapatkan dan dimiliki oleh manusia adalah karna seizing Allah, oleh
karena itu saudara-saudaranya yang kurang beruntung memiliki hak atas sebagian
kekayaan yang dimiliki saudara-saudaranya yang lebih beruntung.
4) Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.
5) Kekayaan harus diputar.
6) Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya harus dihilangkan.
7) Menghilangkan jurang perbedaan antar individu dapat menghapuskan konflik antar
golongan dengan cara membagikan kepemilikan seseorang setelah kematiannya
kepada para ahli warisnya.
8) Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua individu
termasuk bagi anggota masyarakat yang miskin.

Ekonomi Islam merupakan racikan resep ekonomi yang digali dari Al-Quran dan Hadits.
Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh meragukan kandungan ajaran Al-Quran. Namun,
kita perlu merumuskan praktik-praktik ekonomi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
tetapi tidak menyalahi prinsip-prinsip yang terkandung dalam Al-Quran.

25

B.

SARAN

Ekonomi dalam islam mengajarkan, seorang muslim harus memperhatikan


ketentuan-ketentuan syariat, hendaklah menjauhi muamalah dan usaha-usaha yang buruk
yang diharamkan. Rasulullah melarang jual beli, yang dilakukan dengan cara yang
buruk, mendatangkan madharat (bahaya) bagi orang lain, serta mengambil harta
seseorang dengan cara yang bathil. Kebenaran datang dari Allah semata dan kesalahankesalahan takkan lepas dari kami sebagai manusia yang memiliki banyak kekurangan.
Maka teruslah berusaha untuk menjauhi segala yang menjadi laranganNya dan
melaksanakan segala perintahNya, meneladani Nabi kita Nabi Muhammad SAW.

26

DAFTAR PUSTAKA

An-Nabhani,Taqyuddin, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Persektif Islam,


Risalah Gusti, 1996, Surabaya.

Karim, M.A S.E, Adiwarman. Ir.,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, The International
Institut of Islamic Thought Indonesia, 2001, Jakarta

Lubis, Ibrahim, H. Drs, Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Kalam Mulia, 1995 Jakarta.

Sholahuddin, M. S.E, M.Si., Asas-asas Ekonomi Islam, PT.Raja Grafindo Persada,


2007, Jakarta.

http://syahmiruddinpane.blogspot.com/2012/07/ekonomi-islam.html

http://hadicahyono.dosen.narotama.ac.id/2011/04/14/sistem-ekonomi-dalamislam/

http://suraya-atika.blogspot.com/2014/11/makalah-ekonomi-islam.html

27

Anda mungkin juga menyukai