Ekonomi Islam
Ekonomi Islam
Disusun Oleh :
1. Iqbal Hamdi
( 41187001140059 )
2. Ito Suteja
( 41187001140013 )
3. Rizal Firdaus
( 41187001140093 )
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK MESIN S1 Pagi
UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI
2014/2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah membimbing kami menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan dan petunjuk-NYA, penyusun tidak akan
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kelancaran.
Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memahami tentang Ekonomi Dalam
Islam. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat memberi wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca.
Penyusun menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga kami
masih mengharap kritik dan saran dari para pembaca.
Terima kasih.
( Ito Suteja )
( Iqbal Hamdi )
( Rizal Firdaus )
Daftar Isi
Kata Pengantar ....................................................................................................................................... 1
BAB I........................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 3
a) Latar Belakang.................................................................................................................. 3
b) Rumusan Masalah............................................................................................................ 4
c) Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 4
d) Manfaat Penulisan ........................................................................................................... 4
BAB II....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN. ....................................................................................................................................... 5
EKONOMI DALAM ISLAM ....................................................................................................................... 5
A. Pengertian Ekonomi Dalam Islam ........................................................................................... 5
B.
: 29 ................................................................................................................. 7
J.
SARAN ................................................................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sistem Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang
kapitalis, tidak dari sudut pandang sosialis, dan juga tidak merupakan gabungan dari
keduanya. Islam memberikan
untuk
sementara
memperbolehkan
Islam menghendaki
adanya
seseorang
mencari
kekayaan
sebanyak
mungkin.
Kegiatan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak harta
dikuasai pribadi. Di dalam bermuamalah, Islam menganjurkan untuk mengatur muamalah
di antara sesama manusia atas dasar amanah, jujur, adil, dan memberikan kemerdekaan
bermuamalah
melarang
terjadinya
adanya masyarakat
muslim
yang
dilakukan
dengan
oleh
sadar
para
ahli,
menunjukkan
B.
Rumusan Masalah
Dari paparan pendahuluan diatas, untuk itu dalam pembuatan makalah ini
penulis mengambil sebuah judul EKONOMI DALAM ISLAM. Maka penulis mengemukakan
pokok Masalah Berikut :
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan utama penulisan pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut :
1)
2)
D. Manfaat Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
EKONOMI DALAM ISLAM
Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh seni
kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur
dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan
milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah SWT agar dimanfaatkan sebaikbaiknya demi kepentingan
Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang
beriman akan melihat pekerjaan itu.
Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabada Rasulullah Muhammad saw:
Barang siapa di waktu sore nya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore
itu ia mendapat ampunan. ( HR.Thabrani dan Baihaqi )
Jual
beli
yang menawarkan/menjual
barang)
dan
Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan
nilai-nilai islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Ini telah dinyatakan
dalam surat al maidah ayat (3). Sistem ekonomi islam berbeda dengan sistem ekonomi
kapitalis maupun sosialis, sistem ekonomi islam memiliki sifat-sifat baik dari sistem ekonomi
sosialis dan kapitalis, namun terlepas dari sifat buruknya.
Sistem ekonomi islam adalah sebuah system yang tidak lahir dari ahsil akal manusia,
akan tetapi sebuah system yang berdasarkan ajaran islam yang bersumber dari al-quran
dan Hadits yang dikembangkan oleh pemikiran manusia yang memenuhi syarat dan ahli
dalam bidangnya.
Sistem ekonomi Islam mempunyai perbedaan yang mendasar dengan sistem
ekonomi yang lain, dimana dalam sistem ekonomi Islam terdapat nilai moral dan nilai
ibadah dalam setiap kegiatannya.
Prinsip ekonomi Islam adalah:
a) Kebebasan individu.
b) Hak terhadap harta.
c) Kesamaan sosial.
d) Keselamatan sosial.
e) Larangan menumpuk kekayaan.
f) Larangan terhadap institusi anti-sosial.
g) Kebajikan individu dalam masyarakat.
B.
a) Al Baqarah : 198
Artinya : Tidak
perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat,
berdzikirlah kepada Allah di Masyarilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut)
Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu
sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.
b) Al Baqarah : 275
Artinya :Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalal kan jual beli dan mengharam kanriba. Orang-orang
yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
c) An Nisa : 29
Artinya : Hai orang-orang
yang beriman,
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
Maka, bila mengacu pada ayat- ayat Al-Quran dan Hadis. Hukum jual beli adalah
mubah (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itu bisa berubah menjadi
sunnah, wajib, haram, dan makruh.
Berakal
Baligh
Barang itu ada ditempat, atau tidak ada tetapi sudah tersedia di tempat lain.
Barang tersebut diketahui oleh pihak penjual dan pembeli dengan jelas.
Apabila jual beli dengan cara barter, nilai tukar barang jangan sama dengan
barang haram misalnya, Babi.
a) Bai al mutlaqah
yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang. Uang berperan sebagai alat
tukar. semacam ini menjiwai semua produk-produk
lembaga
keuangan
yang
b) Bai al muqayyadah
yaitu jual-beli di mana pertukaran terjadi antara barang dengan barang (barter).
Aplikasi jual-beli semacam ini dapat dilakukan sebagai jalan keluar bagi transaksi
ekspor yang tidak dapat menghasilkan valuta asing (devisa). Karena itu dilakukan
pertukaran barang dengan barang
yang
dinilai
dalam
valuta
asing. Transaksi
c) Bai al sharf
yaitu jual-beli atau pertukaran antara saw mata uang asing dengan mata uang
asing lain, seperti antara rupiah dengan dolar, dolar dengan yen dan sebagainya.
Mata uang asing yang diperjual belikan itu dapat berupa uang kartal (bank notes)
ataupun dalam bentuk uang giral (telegrafic transfer atau mail transfer).
d) Bai al murabahah
akad jual-beli barang tertentu. Dalam transaksi jual-beli tersebut penjual
menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan, termasuk harga pembelian
dan keuntungan yang diambil.
e) Bai al musawamah
jual-beli biasa, di mana penjual tidak memberitahukan harga pokok dan keuntungan
yang didapatnya.
f) Bai al muwadhaah
jual-beli di mana penjual melakukan penjualan dengan harga yang lebih rendah dari
pada harga pasar atau dengan potongan (discount). Penjualan semacam ini biasanya
hanya dilakukan untuk barang-barang atau aktiva tetap yang nilai bakunya sudah
sangat rendah.
g) Bai as salam
akad jual-beli di mana pembeli membayar uang (sebesar harga) atas barang yang
telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang yang diperjualbelikan itu akan
diserahkan kemudian,
yaitu
pada
tanggal
h) Bai al istishna
hampir sama dengan bai as salam, yaitu kontrak jual-beli di mana harga atas
barang tersebut dibayar lebih dulu tapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan
syarat-syarat yang disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan
diserahkan kemudian.
Jual beli seperti akad salam. Jual beli barang atas dasar pesanan antara
nasabah/pembeli dan bank/penjual dengan spesifikasi tertentu yang diminta nasabah.
Bank akan meminta produsen/kontraktor untuk membuatkan barang pesanan sesuai
permintaan nasabah/pembeli, nasabah akan membeli barang tersebut dari bank/penjual
dengan harga yang telah disepakati diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan
rekontruksi.
2) Landasan Syariah
3) Ketentuan Umum
Spesifikasinya harus jelas seperti; jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlah.
Harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad dan tidak boleh
berubah selama berlakunya akad.
Jika terjadi perubahan kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah
akad ditandatangani, maka seluruh biaya tambahan tetap ditanggung
nasabah.
Diantara jenis-jenis jual beli tersebut, yang lazim digunakan sebagai modal
pembiayaan syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bai al murabahah, bai as
salam dan bai al istishna.
"Penjual dan pembeli memiliki kebebasan memilih selama mereka belum beranjak
dari lokasi transaksi.
10
melihatnya (dan tidak ber-kenan). Untuk keabsahan hak pilih ini, dipersyaratkan dua
hal: Yang menjadi objek perjanjian hendaknya merupakan benda tertentu, seperti
rumah, mobil dan sejenisnya. Kedua, hendaknya benda itu memang belum dilihat
saat akad.
Hak pilih melihat ini memang masih diperselisihkan oleh para ulama
berdasarkan perselisihan mereka terhadap boleh tidaknya menjual barang-barang
yang tidak terlihat wujudnya. Sebagian ulama membolehkannya secara mutlak. Ada
juga yang justru melarangnya secara mutlak. Sebagian ulama ada yang
membolehkan dengan satu persyaratan, dan bila tanpa persya-ratan itu mereka
melarangnya. Nanti akan diulas secara rinci dalam pembahasan tentang jual beli
"kucing dalam karung", insya Allah.
4) Hak Pilih Karena Cacat Barang (Khiyar Aib)
Hak pilih ini dimiliki oleh masing-masing dari pihak-pihak yang terikat
perjanjian untuk menggagalkan perjanjian tersebut bila tersingkap adanya cacat
pada objek perjanjian yang sebelumnya tidak diketahui.
Hikmah disyariatkannya hak pilih ini sangat jelas sekali. Karena kerelaan pada
berlangsungnya perjanjian usaha juga didasari keberadaan objek perjanjian yang
tidak ada cacatnya. Adanya cacat yang tersingkap menunjukkan rusaknya kerelaan
tersebut. Oleh sebab itu disyariatkan hak pilih terhadap cacat, sehingga bisa
mengantisipasi adanya cacat yang menghilangkan kerelaan.
Cacat yang bisa ditolak dengan hak pilih ini adalah cacat yang bisa mengurangi
harga barang di kalangan para pedagang. Yang menjadi barometer di sini tentu saja
orang-orang yang berpengalaman di bidang perniagaan barang tersebut. Juga dipersyaratkan bahwa cacat itu sudah ada sebelum serah terima, dan hendaknya orang
yang melakukan perjanjian tidak mengetahui cacat itu. Persyaratan ini sudah dapat
dimaklumi secara aksio-matik.
Hak pilih terhadap cacat ini memberikan hak kepada orang yang terikat
perjanjian untuk melanjutkan perjanjian tersebut atau membatalkannya. Yakni
apabila pembatalan perjanjian itu me-mungkinkan. Tetapi kalau perjanjian itu tidak
mungkin dibatal-kan karena objek perjanjian bertambah atau berkurang sebelum
12
diketahui cacatnya, pihak yang dirugikan hanya berhak adanya cacat tersebut.
Tetapi kalau orang tersebut sudah rela dengan adanya aib itu secara terus terang
atau ada indikasi ke arah hal itu, maka hak pilih itu dengan sendirinya gugur.
5) Hak Pilih Takhbir Bitsaman
Menjual barang dengan harga pembelian, kemudian dia mengkhabarkan kadar
barang tersebut yang ternyata tidak sesuai dengan hakikat dari barang tersebut.
Seperti harga itu lebih banyak atau lebih sedikit dari yang dia sebutkan, atau dia
berkata Aku sertakan engkau dengan modalku di dlam barang ini atau dia
mengatakan Aku jual kepadamu barang ini dengan lba sekian dari modalku. Atau
dia mengatakan Aku jual barang ini kepadamu kurang dari harga yang aku beli.
Dari keempat gambaran ini jika ternyata modalnya lebih dari yang dia khabarkan,
maka
bagi
pembeli
boleh
untuk
memilih
antara
tetap
membeli
atau
13
14
Allah melarang menjual hamba sahaya muslim kepada seorang kafir jika ia
tidak membebaskannya. Karena hal tersebut akan menjadikan budak tersebut hina
dan rendah si hadapan orang kafir.
4) Jual beli di atas jual beli saudaranya
Di haramkan menjual barang di atas penjualan saudaranya, seperti seseorang
berkata kepada orang yang hendak membeli barang seharga sepuluh, Aku akan
memberimu barang yang seperti itu dengan harga sembilan... atau perkataan Aku
akan memberimu lebih baik dari itu dengan harga yang lebih baik pula. Nabi
shalallahu alaihi wassalam bersabda:
Tidaklah sebagian diantara kalian diperkenankan untuk menjual(barang) atas
(penjualan) sebagian lainnya.(Mutafaq ilaihi). Juga sabdanya: Tidaklah seorang
menjual di atas jualan saudaranya.
5) Samsaran
Termasuk jual beli yang diharamkan adalah jual belinya orang yang bertindak
samsaran, (yaitu seorang penduduk kota menghadang orang yang datang dari
tempat lain (luar kota), kemudian orang itu meminta kepadanya untuk menjadi
perantara dalam jual belinya, begitupun sebaliknya).
Begitu pula tidak boleh bagi orang kota yang datang kekampung dan berkata Saya
akan membelikan barang untuk mu atau menjualkan. Kecuali bila pendatang itu
meminta kepada penduduk kotauntuk membelikan atau menjualkan barang
miliknya, maka ini tidak dilarang.
6) Jual beli dengan inah
Diantara jual beli yang juga terlarang adalah jual beli dengan cara inah. Yaitu
menjual sebuah barang kepada seseorang dengan harga kredit, kemudian dia
membelinya lagi dengan harga kontan akan tetapi lebih rendah dari harga kredit.
Contoh, ani menjual buku seharga Rp 50.000 kepada ayu dengan cara kredit. Lalu ani
membeli kembali buku tersebur dengan harga 40.000 secara kontan, akan tetapi ayu
tetap memiliki hutang 10.000 ke ani. Itulah yang dilarang.
15
3) Rukun
Ketentuan umum
Spesifikasinya harus jelas seperti; jenis, macam, ukuran, mutu dan jumlah.
Adanya keridoan yang utuh dari kedua belah pihak, terutama dalam
menyepakati harga.
I.
ciptaan-Nya. Demikian
pula
dalam
hal
16
Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada
tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi
seluruh umat manusia, yaitu:
1) Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat
dan
lingkungannya.
mencakup
J.
K.
1) Alquranul Karim
Alquran adalah sumber utama, asli, abadi, dan pokok dalam hukum ekonomi Islam
yang Allah SWT turunkan kepada Rasul Saw guna memperbaiki, meluruskan dan
membimbing Umat manusia kepada jalan yang benar. Didalam Alquran banyak
tedapat ayat-ayat yang melandasi hukum ekonomi Islam, salah satunya dalam Surat
An-Nahl ayat 90 yang mengemukakan tentang peningkatan kesejahteraan Umat Islam
dalam segala bidang termasuk ekonomi.
3) Ijma'
Ijma' adalah sumber hukum yang ketiga, yang mana merupakan konsensus baik
dari masyarakat maupun cara cendekiawan Agama, yang tidak terlepas dari Alquran
dan Hadis.
L.
dan keperluan rohani/etika yang diperlukan manusia. Sumber pedoman ekonomi Islam
adalah al-Qur'an dan sunnah Rasul, yaitu dalam:
M.
Manusia adalah khalifah atas harta miliknya. Seperti tercantum dalam surat alHadiid ayat 7. Terdapat pula sabda Rasulullah yang juga menjelaskan bahwa segala
bentuk harta yang dimiliki manusia pda hakikatnya adalah milik Allah SWT semata dan
manusia diciptakan untuk menjadi khalifah Dunia ini hijau dan manis. Allah telah
19
menjadikan kamu khalifah (penguasa) di dunia. Karena itu hendaklah kamu membahas
cara berbuat mengenai harta di dunia ini.
20
Islam tidak mengakui hak mutlak dan atau kebebasan mutlak, tetapi mempunyai
batasan-batasan tertentu termasuk dalam hak milik. Hal ini tercantum dalam surat Al
Hasyr ayat 7, al maauun ayat 1-3, serta surat al-Maarij ayat 24-25.
g) Bimbingan konsumsi
Dalam hal konsumsi, islam melarang hidup berlebih-lebihan, terlalu hidup
kemewahan dan bersikap angkuh. Hal ini tercermin dalam surat al-Araaf ayat 31 seta
Al-Israa ayat 16.
h) Petunjuk investasi
Kriteria yang sesuai dalam melakukan investasi (proyek yang baik menurut islam )
ada 5 :
1) Memberikan Rezeki Seluas Mungkin Pda Masyarakat
2) Memberantas Kekafiran,Memperbaiki Pendapatan Dan Kekayaan
3) Memelihara Dan Menumbuhkembangkan Harta
4) Melindungi Kepentingan Anggota Masyaakat.
21
i) Zakat
Adalah karakteristik khusus yang tidak terdapat daalm system ekonomi lainnya
manapun, penggunaannya sangat efektif guna melakukan distribusi kekayaan di
masyarakat. Zakat merupakan dasar prinsipil untuk menegakkan struktur social Islam.
Zakat bukanlah derma atau sedekah biasa, ia adalah sedekah wajib. Setiap muslim
yang memenuhi syarat tertentu, berdasarkan dalil :
Surat at-Taubah 103
Artinya :
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.
j) Larangan riba
Islam sangat melarang munculnya riba (bunga) karena itu merupakan salah satu
penyelewengan uang dari bidangnya. Seperi tercermin dalam surat al-baqarah ayat
275.
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghunipenghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Larangan riba dalam islam bertujuan membina suatu bangunan ekonomi yang
menetapkan bahwa modal itu tidak dapat bekerja dengan sendirinya, dan tidak ada
keuntungan bagi modal tanpa kerja dan tanpa penempatan diri pada resiko sama
sekali. Karena itu Islam secara tegas menyatakan perang terhadap riba dan umat islam
wajib meninggalkannya, akan tetapi islam menghalalkan mencari keuntungan lewat
perniagaan (QS. 83:1-6)
22
N.
Politik ekonomi adalah tujuan yang ingin dicapai oleh hukum-hukum yang
dipergunakan untuk memecahkan mekanisme mengatur urusan manusia. Sedangkan
politik ekonomi Islam adalah jaminan tercapainya pemenuhan semua kebutuhan primer
(bacis needs) tiap orang secara menyeluruh, berikut kemungkinan taip orang untuk
memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya sesuai dengan kadar kesanggupannya,
sebagi individu yang hidup dalam sebuah masyarakat yang memiliki gaya hidup (life style)
tertentu. Oleh karena itu, politik ekonomi Islam bukan hanya bertujuan untuk
meningkatkan taraf kehidupan dalam sebuah Negara semata, tanpa memperhatikan
terjamin tidaknya tiap orang menikmati kehidupan tersebut.
Ketika
mensyariatkan
hukum-hukum
ekonomi
pada
manusia.
Islam
telah
mencari nafkah keluargaku. Kemudian Rasulullah saw. menciumi tangan Saad dengan
bersabda: (Inilah) dua telapak tangan yang disukai oleh Allah swt. Rasulullah saw juga
bersabda:
Tidaklah seseorang makan sesuap saja yang ebih baik, selain ia makan dari hasil
kerja tangannya sendiri.
24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ekonomi Islam merupakan racikan resep ekonomi yang digali dari Al-Quran dan Hadits.
Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh meragukan kandungan ajaran Al-Quran. Namun,
kita perlu merumuskan praktik-praktik ekonomi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
tetapi tidak menyalahi prinsip-prinsip yang terkandung dalam Al-Quran.
25
B.
SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
Karim, M.A S.E, Adiwarman. Ir.,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, The International
Institut of Islamic Thought Indonesia, 2001, Jakarta
Lubis, Ibrahim, H. Drs, Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Kalam Mulia, 1995 Jakarta.
http://syahmiruddinpane.blogspot.com/2012/07/ekonomi-islam.html
http://hadicahyono.dosen.narotama.ac.id/2011/04/14/sistem-ekonomi-dalamislam/
http://suraya-atika.blogspot.com/2014/11/makalah-ekonomi-islam.html
27