Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk yang dinamis, ketidakterbatasan kebutuhan manusia dan


keterbatasan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhannya telah menghadapkan manusia
untuk hidup berorganisasi. Hal ini didukung pula dengan karakteristik manusia sebagai
makhluk sosial yang tidak memungkinkan hidup tanpa bantuan dari orang lain atau
berorganisasi. Organisasi telah dibentuk sejak manusia pertama hidup di muka bumi,
sekelompok manusia yang mempunyai orientasi dan tujuan yang relatif sama berkumpul dan
berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Organisasi berasal dari bahasa Yunani dari akar
kata organon yang artinya alat, adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah untuk
tujuan bersama.
Organisasi adalah bentuk formal dari sekelompok manusia dengan tujuan
individualnya masing-masing yang mengenai kepuasan kerja, gaji, dan sebagainya yang
bekerjasama dalam suatu proses tertentu untuk mencapai tujuan bersama. Agar tujuan
organisasi dan tujuan individu dapat tercapai secara selaras dan harmonis maka diperlukan
kerjasama dan usaha yang sungguh-sungguh dari kedua belah pihak (pengurus organisasi dan
anggota organisasi) untuk bersama-sama berusaha saling memenuhi kewajiban masingmasing secara bertanggung jawab, sehingga pada saat masing-masing mendapatkan haknya
dapat memenuhi rasa keadilan baik bagi anggota organisasi/pegawai maupun bagi pengurus
organisasi/pejabat yang berwenang.
Berbagai bentuk organisasi yang terdapat di masyarakat, misalnya negara, partai
politik, perkumpulan masyarakat, bahkan bentuk organisasi yang paling kecil yaitu keluarga
dan lain sebagainya. Kata organisasi mempunyai dua pengertian umum, yaitu sebagai suatu
lembaga atau fungsional, seperti perguruan tinggi, rumah sakit, perwakilan pemerintah,
perwakilan dagang, perkumpulan olah raga, dan lain sebagainya. Hal yang lainnya yaitu
sebagai proses pengorganisasian pengalokasian dan penugasan para anggotanya untuk
mencapai tujuan yang efektif. Maka dengan ini akan dibahas mengenai :
1. Organisasi Rasional
2. Organisasi Politik
3. Organisasi yang Penuh Perhatian

PEMBAHASAN
1

2.1 Organisasi Rasional


Bertujuan mencapai tujuan teknis atau ekonomis dengan efisiensi maksimal. E.H
Schein memberikan satu definisi ringkas tentang organisasi dari perspektif tersebut:
Organisasi adalah koordinasi rasional atas aktivitas-aktivitas sejumlah individu untuk
mencapai tujuan atau sasaran eksplisit bersama, melalui pembagian tenaga kerja dan fungsi
dan melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.
Model organisasi rasional mengasumsikan bahwa sebagian besar informasi
dikumpulkan dari tingkat operator, naik melewati sejumlah tingkat manajemen formal, yang
masing-masing mengumpulkan informasi serupa, sampai akhirnya mencapai manajemen
tertinggi.
Tanggung jawab etis dasar yang muncul dari aspek-sapek rasional organisasi
difokuskan pada dua kewajiban moral : a) kewajiban pegawai untuk mematuhi atasan dalam
organisasi, mencapai tujuan-tujuan organisasi, dan tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang
mengancam tujuan tersebut. b) kewajiban atasan untuk memberikan gaji yang adil dan
kondisi kerja yang baik.
2.1.1 Kewajiban Pegawai terhadap Perusahaan
Kewajiban moral utama pegawai adalah untuk bekerja mencapai tujuan
perusahaan dan menghindari kegiatan-kegiatan yang mungkin mengancam tujuan
tersebut. Pandangan pandangan tradisional tentang kewajiban pegawai pada
perusahaan membentuk apa yang disebut hukum agensi atau dengan kata lain,
peraturan yang menetapkan kewajiban-kewajiban dari agen (pegawai) kepada
pimpinan mererka.
Ada sejumlah situasi dimana pegawai gagal melaksanakan kewajiban untuk
mencapai tujuan perusahaan: Pegawai melakukan tindakan yang mengakibatkan
terjadinya konflik kepentingan, mencuri dari perusahaan atau menggunakan
jabatannya sebagai sarana untuk memperoleh keuntungan dari orang lain melakukan
pemerasan atau suap. Masalah-masalah etis yang muncul dari tindakan tersebut :
1. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan muncul saat kepentingan pribadi pegawai
mendorongnya melakukan tindakan yang mungkin bukan melakukan tindakan
yang terbaik bagi perusahaan. Konflik kepentingan juga bisa muncul apabila
pejabat atau pegawai suatu perusahaan juga bekerja atau menjadi konsultan
perusahaan luar yang menjadi rekan atau pesaing perusahaan pertama.
Konflik kepentingan bisa bersifat aktual atau potensial. Konflik
kepentingan aktual terjadi saat seeseorang melaksanakan kewajibannya dalam
2

suatu cara yang mengganggu perusahaan dan melakukannya demi kepentingan


pribadi. Konflik kepentingan potensial terjadi saat seseorang, karena didorong
oleh kepentingan pribadi, bertindak dalam suatu cara yang merugikan
perusahaan.
Untuk menghindari masalah, banyak perusahaan melakukan : a)
menentukan jumlah saham perusahaan pemasok yang boleh dibeli pegawai b)
menentukan hubungan dengan pesaing, pemasok, atau pembeli yang dilarang
perusahaan, c) mewajibkan pejabat penting untuk mengungkapkan semua
investasi finansial luar mereka.
Ada dua jenis situasi dan aktivitas yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
suap dan pemberian. Suap dan pemerasan komersial adalah sesuatu yang
diberikan atau ditaearkan pada seseoprang pegawai oleh orang dari luar
perusahaan dengan tujuan agar saat pegawain itu melakukan transaksi bisnis
perusahaan, dia akan melakukan sesuatu yang menguntungkan orang tersebut
atau perusahaan tersebut. Biasanya berupa uang, barang-barang, tambahan gaji,
dll. Pemberian adalah menerima pemberian bisa menjadi tindakan yang etis
atau[pun tidak etis.
2. Pencurian Pegawai dan Komputer
Tindakan pegawai yang mencari tambahan keuntungan pribadi atau
menggunkan sumber daya perusahaan untuk dirinya sendiri merupakan tindakan
pencurian karena keduanya berarti mengambil atau menggunakan properti milik
orang lain (perusahaan) tanpa persetujuan pemilik yang sah.
Pencurian yang dilakukan pegawai sering merupakan pencurian kecilkecilan, misalnya mencuri alat-alat kecil, peralatan kantor, atau pakaian. Contoh
lain: menggunakan komputer untuk membobol bank data suatu perusahaan,
mengkopi program-program komputer suatu perusahaan, menggunakan atau
menyalin data-data komputer perusahaan,dll merupakan tindakan pencurian yang
tidak etis karena semuanya melibatkan penggunaan atau pengambilan properti
milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya yang sah. Disebut pencurian
karena informasi yang dikumpulkan dalam bank data komputer oleh suatu
perusahaan dan program komputer yang dikembangkan atau dibeli perusahaan
merupakan properti dari perusahaan yang bersangkutan
3. Insider Trading
Insider trading sebagai tindakan membeli dan menjual saham perusahaan
berdasarkan informasi orang dalam. Informasi dari orang dalam tentang suatu
perusahaan merupakan informasi rahasia yang tidak dimiliki publik di luar
3

perusahaan, namun memiliki pengaruh material pada harga saham perusahan.


Insider tradnig merupakan tindakan yang ilegal.
2.1.2 Kewajiban Perusahaan terhadap Pegawai
Ada dua masalah yang berkaita dengan kewajiban ini: Kelayakan gaji dan
Kondisi kerja pegawai.
1. Kelayakan Gaji
Dari sudut pandang pegawai, gaji merupakan sarana untuk memenuhi
kebutuhan ekomoni pegawai dan keluarganya. dari sudut pandang pengusaha atau
perusahaan, gaji adalah biaya produksi yang harus ditekan agar harga produk
tidak terlalu tinggi dari kemampuan pasar. Kelayakan gaji sebagian bergantung
pada dukungan yamg diberikan masyarakat (jaminan sosial, perawatan kesehatan,
kompensasi pengangguran, pendidikan umum, kesejahteraan,dll), kebebasan
pasar kerja, kontribusi pegawai, dan posisi kompetitif perusahaan.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalan menentukan gaji:
a. Gaji dalam industri dan wilayah tempat seseorang bekerja
b. Kemampuan perusahaan
c. Sifat pekerjaan
d. Peraturan upah minimum
e. Hubungan dengan gaji lain
f. Kelayakan negosiasi gaji
g. Biaya hidup lokal
2. Kondisi Kerja : Kesehatan dan Keamanan
Bahaya di tempat kerja tidak hanya kategori-kategori ancaman yang jelas
seperti kecelakaan, tersengat listrik, dan terbakat namun juga suhu yang sangat
panas atau sangat dingin, suara yang keras dari mesin, deebu batuan, radiasi,dll.
Risiko memang bagian dari risiko pekerjaan yang tak terpisahkan.Misalnya
pembalap dan pemain sirkus menerima risiko dari pekerjaan mereka.Mereka
memperoleh a) kompensasi penuh dalam menghadapi risiko tersebut dan b)
secara sukarela dan sadar menerimanya dan memperoleh kompensasi sebagai
imbalannya, maka kita dapat mengasumsikannya bahwa pengusaha atau
perusahaan telah bartindak secar etis.
Akan tetapi, masalahnya adalah dalam pekerjaan yang berbahaya, syaratsyarat berikut tidak terpenuhi:
a. Gaji atau upah dikatakan gagl memberikan kompensasi yang proposional
terhadap risiko pekerjaan jika pasar tenaga kerja dalam suatu industri tidak
kompetitif atau bila pasar tidak mempertimbangkan risiko-risiko tersebut
karena memang belum diketahui
b. Pegawai mungkin menerima risiko tanpa mengetahuinya karena mereka
tidak memiliki akses ke informasi tentang risiko-risiko tersebut.

c. Pegawai mungkin menerima risiko karena putus asa, karena mereka tidak
dapat memperoleh pekerjaan dalam industri-industri yang kurang berisiko
atau karena mereka tidak memiliki informasi tentang alternatif-alternatif
yang tersedia.
2.2 Organisasi Politik
Dalam model organisasi politik, individu dilihat berkumpul membentuk koalisi yang
selanjutnya saling bersaing satu sama lain memperebutkan sumber daya, keuntungan, dan
pengaruh. Dengan demikian, "tujuan" organisasi menjadi tujuan yang dibentuk oleh koalisi
yang paling kuat dan paling dominan. Tujuan tidak ditetapkan oleh otoritas yang "sah",
namun ditetapkan melalui tawar menawar antara berbagai koalisi. Realita dasar organisasi,
menurut model ini, bukanlah otoritas formal atau hubungan kontraktual, namun kekuasaan:
kemampuan individu (atau kelompok individu) untuk mengubah perilaku pihak lain menuju
cara yang diinginkan tanpa harus mengubah perilaku mereka sendiri menuju cara yang tidak
diinginkan.
Jika kita memfokuskan pada kekuasaan sebagai dasar realita organisasional, maka
permasalahan etis utama yang akan kita temui saat kita mengamati suatu organisasi adalah
masalah yang berkaitan dengan akuisisi dan pelaksanaan kekuasaan. Masalah etis utama
difokuskan bukan pada kewajiban kontraktual perusahaan dan pegawai, namun pada
hambatan-hambatan moral terhadap penggunaan kekuasaan di dalam organisasi. Etika
perilaku organisasional yang dilihat dari perspektif model politik difokuskan pada
pertanyaan: Apa batasan moral, jika ada, pada pelaksanaan kekuasaan dalam organisasi.
2.3 Organisasi yang Penuh Perhatian
Aspek kehidupan organisasional tidak cukup baik digambarkan dalam model
kontraktual yang merupakan dasar dari organisasi rasional ataupun dengan model kekuasaan
yang mendasari organisasi politik. Aspek tersebut paling tepat digambarkan sebagai
organisasi penuh perhatian (caring), di mana konsep-konsep moral utamanya sama dengan
konsep yang mendasari etika memberi perhatian. Jeanne M. Lied menggambarkan organisasi
semacam itu sebagai organisasi atau bagian organisasi di mana tindakan memberi perhatian
merupakan :
1. Difokuskan sepenuhnya pada individu (pribadi), bukan kualitas, keuntungan, atau
gagasan-gagasan lain yang saat ini banyak dibicarakan.

2. Dilihat sebagai tujuan dalam dan dari dirinya sendiri, serta bukan hanya sarana untuk
mencapai kualitas, keuntungan, dan sebagainya.
3. Bersifat pribadi, dalam artian bahwa hal tersebur melibatkan individu-individu
tertentu yang memberikan perhatian, pada tingkat subjektif, pada individu tertentu
lainnya.
4. Pendorong pertumbuhan bagi yang diberi perhatian, dalam artian bahwa tindakan ini
menggerakkan mereka menuju pemanfaatan dan pengembangan kemampuan
seutuhnya, dalam konteks kebutuhan dan aspirasi mereka sendiri.
Dalam organisasi caring, kepercayaan tumbuh subur karena orang merasa wajib saling
mempercayai jika mereka melihat diri mereka sebagai pihak-pihak yang saling membutuhkan
dan saling terkait. Karena kepercayaan tumbuh subur dalam organisasi semacam itu, maka
organisasi tidak perlu melakukan banyak investasi untuk mengawasi para pegawainya dan
memastikan bahwa mereka tidak melanggar perjanjian kontraktual.

KESIMPULAN
1. Model organisasi rasional mengasumsikan bahwa sebagian besar informasi
dikumpulkan dari tingkat operator, naik melewati sejumlah tingkat manajemen formal,
yang masing-masing mengumpulkan informasi serupa, sampai akhirnya mencapai
manajemen tertinggi. Tanggung jawab etis dasar yang muncul dari aspek-sapek
rasional organisasi difokuskan pada dua kewajiban moral : a) kewajiban pegawai
untuk mematuhi atasan dalam organisasi, mencapai tujuan-tujuan organisasi, dan tidak
melakukan aktivitas-aktivitas yang mengancam tujuan tersebut. b) kewajiban atasan
untuk memberikan gaji yang adil dan kondisi kerja yang baik.
A. Kewajiban Pegawai terhadap Perusahaan
Kewajiban moral utama pegawai adalah untuk bekerja mencapai tujuan
perusahaan dan menghindari kegiatan-kegiatan yang mungkin mengancam tujuan
tersebut.
B. Kewajiban Perusahaan terhadap Pegawai
Ada dua masalah yang berkaitan dengan kewajiban ini: Kelayakan gaji dan
Kondisi kerja pegawai.
a. Kelayakan Gaji
Kelayakan gaji sebagian bergantung pada dukungan yamg diberikan
masyarakat

(jaminan

sosial,

perawatan

kesehatan,

kompensasi

pengangguran, pendidikan umum, kesejahteraan,dll), kebebasan pasar kerja,


kontribusi pegawai, dan posisi kompetitif perusahaan.
b. Kondisi Kerja : Kesehatan dan Keamanan
Risiko memang bagian dari risiko pekerjaan

yang

tak

terpisahkan.Misalnya pembalap dan pemain sirkus menerima risiko dari


pekerjaan mereka.Mereka memperoleh a) kompensasi penuh dalam
menghadapi risiko tersebut dan b) secara sukarela dan sadar menerimanya
dan memperoleh kompensasi sebagai imbalannya, maka kita dapat
mengasumsikannya bahwa pengusaha atau perusahaan telah bartindak secar
etis.
2. Dalam model organisasi politik, individu dilihat berkumpul membentuk koalisi yang
selanjutnya saling bersaing satu sama lain memperebutkan sumber daya, keuntungan,
dan pengaruh. Tujuan organisasi menjadi tujuan yang dibentuk oleh koalisi yang paling
kuat dan paling dominan. Tujuan tidak ditetapkan oleh otoritas yang sah, namun
ditetapkan melalui tawar menawar antara berbagai koalisi. Masalah etis utama
difokuskan bukan pada kewajiban kontraktual perusahaan dan pegawai, namun pada
hambatan-hambatan moral terhadap penggunaan kekuasaan di dalam organisasi.
7

3. Dalam organisasi yang penuh perhatian, kepercayaan tumbuh subur karena orang
merasa wajib saling mempercayai jika mereka melihat diri mereka sebagai pihak-pihak
yang saling membutuhkan dan saling terkait. Karena kepercayaan tumbuh subur dalam
organisasi semacam itu, maka organisasi tidak perlu melakukan banyak investasi untuk
mengawasi para pegawainya dan memastikan bahwa mereka tidak melanggar
perjanjian kontraktual.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Sutrisna. 2011. Etika Bisnis. Konsep Dasar Implementasi & Kasus. Denpasar :
Udayana University Press.
Keraf, Sonny A. 1998. Etika Bisnis. Tuntunan dan Relevansinya. Yogyakarta : Kanisius.
Thalib,

Gustin.

2012.

Individu

dalam

Organisasi.

http://gustintithy.blogspot.co.id/2012/04/resume-6-individu-dalam-organisasi.html.
Diakses pada tanggal 26 November 2016.
Velasquez Manuel G. 2005. Etika Bisnis. Konsep dan Kasus. Yogyakarta : ANDI.
Individu Dalam Organisasi
http://bamzofimagination.blogspot.co.id/2013/05/organisasi-rasional.html
Diakses pada tanggal 27 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai

  • Sap 8 Tugas
    Sap 8 Tugas
    Dokumen4 halaman
    Sap 8 Tugas
    Nanda Yuliana Putri
    Belum ada peringkat
  • Sap 5 Pembahasan
    Sap 5 Pembahasan
    Dokumen7 halaman
    Sap 5 Pembahasan
    Nanda Yuliana Putri
    Belum ada peringkat
  • Aak Bab 11
    Aak Bab 11
    Dokumen7 halaman
    Aak Bab 11
    Nanda Yuliana Putri
    Belum ada peringkat
  • Sap 10
    Sap 10
    Dokumen11 halaman
    Sap 10
    Nanda Yuliana Putri
    Belum ada peringkat
  • Sap 10
    Sap 10
    Dokumen11 halaman
    Sap 10
    Nanda Yuliana Putri
    Belum ada peringkat
  • Tugas AAK Bab 10
    Tugas AAK Bab 10
    Dokumen3 halaman
    Tugas AAK Bab 10
    Nanda Yuliana Putri
    Belum ada peringkat
  • Teori Etika Utilitarianisme
    Teori Etika Utilitarianisme
    Dokumen21 halaman
    Teori Etika Utilitarianisme
    Naomi Simanjuntak
    100% (1)