Anda di halaman 1dari 3

Nongkrong di pinggir jalan yuk!

Istilah `nongkrong` adalah representasi aktivitas santai. Seringkali


dilakukan beramai-ramai. Lokasinya bisa di warung kopi, kafe, mall atau
tempat umum lainnya, bukan hanya di pinggir jalan dengan jongkok
sambil ngobrol sebagaimana awalnya istilah ini muncul.
Selanjutnya, tertuju kepada siapa tulisan ini? Agaknya, kalangan ikhwan
dan akhwat tidak tertarik dengan ajakan nongkrong ini ?! Maksudnya,
mereka tidak saling mengajak nongkrong kan? Lantas, mengapa tulisan
ini harus dihadirkan? Bukankah para pembaca majalah ini tidak merasa
sebagai pelaku aktivitas nongkrong?
Baiklah, begini saja.
Selama ini kita menyaksikan aktivitas nongkrong seolah telah menjadi
budaya. 1001 alasan pernah kita dengar; (1) `refreshing ke mall
sepertinya wajib`, (2) `merencanakan prospek bisnis bakal mandek
kalau gak sambil ngopi di caf` , `memburu inspirasi lebih asyik di
keramaian`, serta 998 alasan lainnya yang entah serius atau malah
mencerminkan sikap sia-sia.
Anehnya, aktivitas nongkrong ini tidak tergantikan dengan gadget
canggih yang para penggunanya berselancar sementara mereka pun
berada di sekeliling teman-temannya. Memang, semakin sulit
membedakan antara kegemaran beraktivitas; pribadi atau publik, serius
atau santai.
Next, apa focus kita dengan tema ini?
Jika ditelisik lebih jauh, masing-masing pihak ikut bertanggung jawab.
Akan tetapi, kita langsung menyoroti peran dan tanggung jawab
keluarga. Salah siapa jika anak gemar nongkrong? Tentunya sang anak
patut dikoreksi lantaran memilih teman dengan kebiasaan tersebut.
Namun, boleh jadi orang tua tidak melakukan peran strategis berupa
bimbingan dan nasihat `keghoiban` semenjak awal tumbuh kembangnya
si anak. Bimbingan dan nasihat yang bersumber dari wahyu dan pasti
mampu membentuk jati diri mukmin sejati sejak usia dini.
Kita cuplikan sebuah nasihat Rasulullah saw kepada Abdullah bin
Abbas radhiallahu anhuma yang saat itu masih usia anak-anak.
Dari Ibnu Abbas dia berkata: Aku dibonceng Nabi saw dan beliau
berkata, Nak, aku akan mengajarimu beberapa kalimat, semoga Allah
memberimu manfaat dengannya. Aku berkata: Ya Nabi berkata,
Jagalah Allah, Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, kamu akan

menjumpai-Nya ada di hadapanmu. Kenalilah Dia dalam keadaan


lapang, Dia akan mengenalimu di waktu sempit. Jika kamu minta,
mintalah kepada Allah. Jika kamu minta pertolongan, mintalah
pertolongan kepada Allah. Pena telah kering terhadap semua yang ada,
maka jika seluruh makhluk ingin memberimu manfaat (menolongmu)
dengan sesuatu yang tidak ada dalam takdir Allah untukmu, mereka
tidak akan sanggup melakukannya. Dan jika mereka ingin
membahayakan dirimu dengan sesuatu yang tidak ada dalam takdir
Allah padamu, mereka tidak akan sanggup melakukannya. Ketahuilah,
sesungguhnya dalam kesabaran terhadap hal yang tidak kamu sukai ada
banyak sekali kebaikan. Sesungguhnya kemenangan datang bersama
dengan kesabaran. Sesungguhnya solusi datang bersama dengan
kesulitan. Dan sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (HR.
Ahmad dan Tirmidzi)
Jagalah Allah, Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, kamu akan
menjumpai-Nya ada di hadapanmu. Kenalilah Dia dalam keadaan
lapang, Dia akan mengenalimu di waktu sempit. Jika kamu minta,
mintalah kepada Allah. Jika kamu minta pertolongan, mintalah
pertolongan kepada Allah.
Tidak ada penjelasan bagaimana cara menjaga Allah. Allah perlu
penjagaan? Akan kita jumpai Allah ada di hadapan? Bagaimana cara
mengenali dia di waktu lapang?
Subhanallah, sebuah keghoiban yang ditancapkan dalam keyakinan hati
yang paling dalam dan kokoh.
Justru di sini uniknya. Seorang anak yang biasa membuat sesuatu yang
tidak diinderanya menjadi nyata, akan mampu memaknai semua kalimat
di atas lebih dahsyat dari orang tua. Mereka bisa begitu dekat dengan
Allah dalam makna yang dia munculkan dalam dirinya sendiri. Akhirnya
begitu menyatu mendarah daging.
Kecintaan, kekaguman, kerinduan, akhirnya ketaatan dan pengawasan
Allah akan meliputi seluruh kehidupan mereka.
Dengarkan kembali nasihat Nabi selanjutnya,
Jika seluruh makhluk ingin memberimu manfaat (menolongmu) dengan
sesuatu yang tidak ada dalam takdir Allah untukmu, mereka tidak akan
sanggup melakukannya. Dan jika mereka ingin membahayakan dirimu
dengan sesuatu yang tidak ada dalam takdir Allah padamu, mereka
tidak akan sanggup melakukannya!
Sebuah konsep keghoiban kembali ditancapkan. Keyakinan sedang
dibangun; bahwa tidak ada gunanya konspirasi makhluk sebanyak dan
sebesar apapun jika tidak diizinkan Allah. Begitu pula rencana baik

semua makhluk untuk membantu kita. Saat tidak bertemu dengan takdir
Allah, maka pasti tidak akan terjadi.
Pasti sudah terbayang hasil generasi yang tertancap dalam dirinya
konsep ini. Mereka tidak bersandar kepada makhluk. Sadar bahwa
makhluk hanyalah sandaran yang lemah. Mereka juga menjadi orang
yang sangat kuat dan tegar. Tidak goyah hanya oleh semua jenis tipu
daya dan konspirasi makhluk.
Karena mereka punya Allah!

Anda mungkin juga menyukai