Anda di halaman 1dari 27

BAB III

LANDASAN TEORI

III.1. Pengertian Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)


Pengertian limbah menurut Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 yaitu
bahan berbahaya dan beracun (B3) yang merupakan sisa dari suatu usaha atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat atau
konsentrasi dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemari atau merusak lingkungan hidup, atau juga dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, bahkan kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain.
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai,
tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Chandra, 10 April 2011,URL) . Banyak sampah organik
masih mungkin digunakan kembali / pendaur-ulangan (re-using), walaupun akhirnya
akan tetap merupakan bahan/ material yang tidak dapat digunakan kembali (Dainur,
1995).
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1995 Limbah B3
didefinisikan sebagai setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau
beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara

14

langsung maupun secara tidak langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan


lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan manusia.
Pengertian ini selaras dengan pengertian limbah B3 sebagaimana yang
tercantum dalam UU No.32 Tahun 2009 Pasal 1 angka 21 yang menyatakan bahwa :
Bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energi,
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.
Pada bagian lain, mengacu pada PP 18 Tahun 1999 tentang pengelolaan
limbah B3, dikatakan bahwa pengertian limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat
dan/atau

konsentrasinya

dan/atau

jumlahnya,

baik

secara

langsung

dapat

mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan


lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup
lainnya.

15

III.2. Jenis - Jenis Limbah


Adapun Penggolongan dan penelompokan limbah

terdiri dari beberapa

bagian yaitu :
1)
2)
3)
4)
5)

Berdasarkan wujudnya
Berdasarkan karakteristik
Berdasarkan sumbernya
Berdasarkan sifat
Berdasarkan polimer

III.2.1 Berdasarkan Wujudnya


Menurut Ign Suharto, 2011, limbah dibedakan menjadi tiga Berdasarkan
Wujudnya yaitu:
1. Limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat bersifat
kering, tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkannya. Limbah
padat ini misalnya, sisa makanan, sayuran, potongan kayu, sobekan kertas,
sampah, plastik, dan logam
2. Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut dalam
air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh limbah cair adalah air
bekas mencuci pakaian, air bekas pencelupan warna pakaian, dan
sebagainya.
3. Limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas. Limbah gas
dapat dilihat dalam bentuk asap. Limbah gas selalu bergerak sehingga

16

penyebarannya sangat luas. Contoh limbah gas adalah gas pembuangan


kendaraan bermotor. Pembuatan bahan bakar minyak juga menghasilkan gas
buangan yang berbahaya bagi lingkungan.

cair
pada

Gas

t
Gambar 2.1
Wujud Limbah
1. Limbah Cair
Limbah cair adalah segala jenis limbah yang berwujud cairan, berupa air
beserta bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut
dalam air .
Limbah cair diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :
1. Limbah cair domestic (domestic wastewater) yaitu limbah cair hasil
buangan dari rumah tangga, bangunan perdagangan, perkantoran, dan sarana
sejenis. Misalnya air deterjen sisa cucian, air sabun, dan air tinja.
2. Limbah cair industry (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil
buangan industry. Misalnya air sisa cucian daging, buah, sayur dari industry

17

pengolahan makanan dan sisa dari pewarnaan kain/bahan dari industry


tekstil.
3. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang
berasal dari berbagai sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah
cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari permukaan.
Air limbah dapat merembes ke dalam saluran pembuangan melalui pipa
yang rusak, pecah, atau bocor sedangkan luapan dapat terjadi melalui bagian
saluran yang membuka atau terhubung ke permukaan. Contoh limbah cair
yang dapat merembes dan meluap ke dalam saluran pembuangan limbah
cair adalah air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), tempat
parker, halaman, bangunan perdagangan dan industri, serta pertanian atau
perkebunan.
4. Air Hujan (strom water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan
di atas permukaan tanah. Aliran air hujan di atas permukaan tanah dapat
melewati dan membawa partikel-partikel buangan padat atau cair sehingga
dapat disebut sebagai limbah cair.

2.

Limbah Padat

18

Biasanya limbah padat disebut sebagai sampah. Klasifikasi limbah padat


(sampah) menurut istilah teknis ada 6 kelompok, yaitu :
1. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah,
berupa bahan-bahan organik yang mudah busuk atau terurai
mikroorganisme. Sampah ini umumnya berasal dari sector pertanian dan
makanan, misalnya sisa dapur, sisa makanan, sampah sayuran, dan kulit
buah-buahan.
2. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat
anorganik

atau

organik

cukup

kering

yang

sulit

terurai

oleh

mikroorganisme, sehingga sulit membusuk, misalnya kertas, plastic, kaca


dan logam.
3. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil
pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan dan tidak
mudah membusuk.
4. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa
bangkai Hewan/binatang (selain tumbuhan).
5. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan
yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, seperti dedaunan,
kertas, dan plastik.

19

6. Sampah industry (industrial waste), semua limbah padat buangan industry.


Komposisi sampah ini tergantung dari jenis industrinya .
Merupakan limbah yang terbanyak dilingkungan. Biasanya limbah padat
disebut sebagai sampah. Klasifikasi limbah padat (sampah) menurut istilah teknis ada
6 kelompok, yaitu :
1. Sampah organik mudah busuk (garbage), yaitu limbah padat semi basah,
berupa

bahan-bahan

organik

yang

mudah

busuk

atau

terurai

mikroorganisme. Sampah ini umumnya berasal dari sector pertanian dan


makanan, misalnya sisa dapur, sisa makanan, sampah sayuran, dan kulit
buah-buahan.
2. Sampah anorganik dan organik tak membusuk (rubbish), yaitu limbah padat
anorganik

atau

organik

cukup

kering

yang

sulit

terurai

oleh

mikroorganisme, sehingga sulit membusuk, misalnya kertas, plastic, kaca


dan logam.
3. Sampah abu (ashes), yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil
pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angina karena ringan dan tidak
mudah membusuk.
4. Sampah bangkai binatang (dead animal), yaitu semua limbah yang berupa
bangkai Hewan/binatang (selain tumbuhan).

20

5. Sampah sapuan (street sweeping), yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan
yang berisi berbagai sampah yang tersebar di jalanan, seperti dedaunan,
kertas, dan plastic.
6. Sampah industry (industrial waste), semua limbah padat buangan industry.
Komposisi sampah ini tergantung dari jenis industry.
3. Limbah Gas
Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil
aktivitas manusia. Pada umumnya pencemaran yang diakibatkan oleh sumber alami
sukar diketahui besarnya, walaupun demikian masih mungkin kita memperkirakan
banyaknya polutan udara dan aktivitas ini. Polutan udara sebagai hasil aktivitas
manusia, umumnya lebih mudah diperkirakan banyaknya, terlebih lagi jika diketahui
jenis bahan, spesifikasi bahan, proses berlangsungnya aktivitas tersebut, serta
spesifikasi satuan operasi yang digunakan dalam proses maupun pasca prosesnya. Di
udara pada umumnya terkandung unsur-unsur kimia seperti : O2, N2, NO2, CO2, H2
dan lain-lain. Penambahan gas ke udara yang melampaui kandungan udara alami
akan menurunkan kualitas udara. Tingkat kualitas udara tergantung pada jenis limbah
gas, volume yang lepas, dan lamanya limbah berada di udara. Jangkauan pesebaran
limbah gas melalui udara dapat meluas karena faktor cuaca dan iklim turut
mempengaruhi. Jenis limbah gas yang berada di udara terdiri dari bermacam-macam

21

senyawa kimia. Beberapa macam limbah gas tersebut dapat dilihat pada Table III.2
berikut ini :
Table III.2 Limbah Gas Yang Umumnya Ada Di Udara
No

Jenis

Keterangan

Karbon Monoksida (CO)

Gas tidak berwarna, tidak berbau

Karbon Dioksida (CO2)

Gas tidak berwarna, tidak berbau

Nitrogen Oksida (NOx)

Gas berwarna dan berbau

Sulfur Oksida (SOx)

Tidak berwarna dan berbau tajam

Asam Klorida (HCl)

Berupa Uap

Amonia (NH3)

Gas tidak berwarna, berbau

Metan (CH4)

Gas berbau

Hidrogen Fluorida (HF)

Gas tidak berwarna

Nitrogen Sulfida (NS)

Gas berbau

10

Klorin (Cl2)

Gas berbau

22

Limbah gas yang dibuang ke udara biasanya mengandung partikel-partikel bahan


padatan (misalnya abu) atau cairan (misalnya tetesan asam sulfat) yang berukuran
sangat kecil dan ringan sehingga tersuspensi dengan gas-gas tersebut. Partikel
padatan atau cairan ini disebut sebagai materi partikulat.

III.2.2 Berdasarkan Karakteristik


Limbah B3 didefinisikan sebagai suatu limbah yang mempunyai satu atau lebih
sifat-sifat sebagai berikut:
1.

Mudah meledak (Explosive)


Mudah terbakar (flammable)
Menimbulkan korosi (korosif )
Pengoksidasi (oxidijers)
Beracun (toxsit)
Limbah mudah meledak ( explosive waste)
Limbah

ini

berbahaya

selama

penanganannya

baik

pada

saat

pengangkutannya maupun saat pembuangannya karena limbah jenis ini dapat


menimbulkan reaksi hebat dan dapat melukai manusia serta dapat merusak
lingkungan. Limbah mudah meledak didefinisikan sebagai : Limbah yang melalui
reaksi gas dengan cepat, suhu dan tekanan yang tinggi yang mampu merusak
lingkungan sekitarnya.
Contoh :
a. Limbah dari pabrik yang menghasilkan bahan explosif
b. Limbah kimia khusus dari laboratorium seperti asam perikat (picrice acid)

23

2. Limbah mudah menyala/terbakar (flammable)


Limbah ini berbahya jika terjadi kontak dengan buangan (gas) yang panas
dari kendaraan,rokok atau sumber api lain karena dapat menimbulkan kebakaran
yang tidak terkendalikan baik didalam kendaraan berangkut maupun lokasi
penanaman limbah (lenfill). Limbah mudah menyala atau terbakar ini didefinisikan
sebagai : Limbah apabila didekatkan dengan api,percika api,gesekan atau sumber
nyala lain akn mudah menyala atau terbakar dan apabila telah menyala akan terus
terbakar hebat dalam waktu yang lama.
Contoh umum dari limbah ini adalah :
Pelarut seperti benzena toluena atau aseton limbah-limbah ini bersal dari
pabrik cat pabrik tinta dan kegiatan lain yang menggunakan pabrik tersebut antara
lain pembersihan metal dari lemak atau minyak serta laboratorium kimia.
3. Limbah yang menimbulkan korosi /karat (corosive waste)
Limbah jenis ini berbahaya karena dapat melukai,membakar kulit dan mata
terutama pekerja dilokasi pengolahan atau dapat terlepas dari limbah B3 lain
kelingkungan melalui drum berkarat yang berisi limbah jenis ini. Limbah yang
menimbulkan korosi /karat didefenisikan sebagai : Limbah yang dalam kondisi asam
atau basa (ph,2atau ph>12,5) dapat menyebabkan nekrosis atau terbakar pada kulit
atau dapat mengkaratkan (mengkrosikan )baja.
Contoh :

24

a. Sisa-sisa asam /cuka,asam sulfat yang bisa digunakan dalam pembuatan baja
terutama untuk membersihkan kerak dan karat. sisa-sisa asam ini memerlukan
pembuangan.
b. Limbah pembersih yang bersifat basa (alkaline),limbah ini dihasilkan dari kegiatan
pembersihan dari sodisium hidroksida yang digunakan untuk membersihkan produk
metal yang akan dicat atau dilapisi bahan lain(elektroplated).
4. Limbah pengoksidasi (oxidijing waste)
Limbah ini berbahaya karena dapat menghasilkan oksigen sehingga
dapat menyebabkan kebakaran.
Limbah pengoksidasi didefinisikan sebagai :
a. Limbah yang menyebabkan atau menimbulkan kebakaran karena melepaskan
oksigen.
b. Limbah peroksida (organik) yang tidak stabil dalam keadaan suhu tinggi.
Contoh : Zat-zat kimia tertentu yang digunakan dilaboratorium seperti
magnesium ,peklorat,dan metil,etil keton peroksida. Limbah yang dapat
menimbulkan penyakit (infektiouns waste) limbah ini berbahay karena
mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan
pada para pekerja ,pembersih jalan dan masyarakat disekitar lokasi
pembuangan limbah. Limbah ini didefinisikan sebagai : Bagian tubuh
manusia ,cairan dari tubuh orang yang terkena infeksi dan limbah dari
laboratorium yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular.
Contoh limbah jenis ini :

25

a. Bagian tubuh manusia seperti anggota badan yang diamputasi dan organ
tubuh manusia yang dibuang dari rumah sakit/klinik.
b. Cairan tubuh manusia seperti darah dari rumah sakit/klinik.
c. Bangkai hewan yang ditemukan (dinyatakan resmi) terinfeksi.
d. Darah dan jaringan sebagai contoh dari laboratorium.
5. Limbah beracun (toxic waste)
Limbah ini berbahaya karena mengandung zat pencemar kimia yang beracun
bagi manusia dan lingkungan.pencemar beracun ini dapat tercuci dan masuk kedalam
air tanah sehingga dapat mencemari sumur penduduk disekitarnya dan berbahaya
bagi penduduk yang menggunakan air tersebut. selain itu, debu dari limbah dapat
terhirup oleh para petugas dan masyarakat disekitar lokasi limbah. Limbah beracun
juga dapat terserap kedalam tubuh pekerja melalui kulit. Limbah ini dikatakan
beracun apabila limbah tersebut dapat langsung meracuni manusia atau makhluk
hidup lain. Salah satu contohnya adalah pestisida, atau limbah yang mengandung
logam berat atau mengandung gas beracun. Limbah beracun ini biasanya
didefinisikan sebagai : senyawa kimia yang beracun bagi manusia atau lingkungan
hidup ,baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
Contoh limbah beracun :
a. Pestisida,sebagian besar ,pstisida yang sudah tidak diijinkan untuk digunakan
bersifat beracun seperti DDT,Aldrin,parathion.
b. Bahan farmasi,sebagian bahan-bahan farmasi yang sudah tidak memenuihi
spesifikasi atau tidak terpakai dapat bersifat beracun seperti obat anti kanker
atau narkotika.

26

c. Pelarut halogen ,pelarut seperti perchloroethylence dan methylence chloride


yuang digunakan untuk pembersihan lemak dan kegiatan lain.
d. Sludge/lumpur dari pengolahan limbah dari kegiatan elektroplating dan
sludge/lumpur dari pengolahan air limbah dari kegiatan yang menggunakan
logam berat dari sianida.
Adapun karakteristik limbah secara umum menurut Nusa Idaman Said, 2011
adalah sebagai berikut:
1. Berukuran mikro, maksudnya ukurannya terdiri atas partikel-partikel kecil
yang dapat kita lihat.
2. Penyebarannya berdampak banyak, maksudnya bukan hanya berdampak pada
lingkungan yang terkena limbah saja melainkan berdampak pada sector-sektor
kehidupan lainnya, seperti sektor ekonomi, sektor kesehatan dll.
3. Berdampak jangka panjang (antargenerasi), maksudnya masalah limbah tidak
dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Sehingga dampaknya akan ada pada
generasi yang akan datang.
III.2.3 Berdasarkan Sumbernya
Menurut A. K. Haghi, 2011, jenis limbah dapat dibedakan menjadi:
1. Limbah rumah tangga, limbah rumah tangga disebut juga limbah domestik.

27

2. Limbah industri, limbah industri adalah limbah yang berasal dari industri
pabrik.
3. Limbah pertanian, limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan pertanian,
contohnya sisa daun-daunan, ranting, jerami, dan kayu.
4. Limbah konstruksi. Adapun limbah konstruksi didefinisikan sebagai
material yang sudah tidak digunakan yang dihasilkan dari proses konstruksi,
perbaikan atau perubahan.Material limbah konstruksi dihasilkan dalam
setiap proyek konstruksi, baik itu proyek pembangunan maupun proyek
pembongkaran (contruction and domolition). Limbah yang berasal dari
perobohan atau penghancuran bangunan digolongkan dalam domolition
waste, sedangkan limbah yang berasal dari pembangunan perubahan bentuk
(remodeling), perbaikan (baik itu rumah atau bangunan komersial),
digolongkan ke dalam construction waste.
5. Limbah radioaktif, limbah radioaktif berasal dari setiap pemanfaatan tenaga
nuklir, baik pemanfaatan untuk pembangkitan daya listrik menggunakan
reaktor nuklir, maupun pemanfaatan tenaga nuklir untuk keperluan industri
dan rumah sakit. Bahan atau peralatan terkena atau menjadi radioaktif dapat
disebabkan karena pengoperasian instalasi nuklir atau instalasi yang
memanfaatkan radiasi pengion.

28

Industry

Rumah tangga

Pertanian

Konstruksi

Radioaktif

Gambar 2.3
Wujud limbah
III.2.4 Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya menurut A. K. Haghi, 2011, limbah terdiri atas enam
jenis, yaitu:

29

1. Limbah mudah meledak, limbah mudah meledak adalah limbah yang


melalui proses kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu tekanan tinggi
serta dapat merusak lingkungan.
2. Limbah mudah terbakar, bahan limbah yang mudah terbakar adalah limbah
yang mengandung bahan yang menghasilkan gesekan atau percikan api jika
berdekatan dengan api.
3. Limbah reaktif, limbah reaktif adalah limbah yang memiliki sifat mudah
bereaksi dengan oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil
dalam suhu tinggi dan dapat menyebabkan kebakaran.
4. Limbah beracun, limbah beracun atau limbah B3 adalah limbah yang
mengandung racun berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah ini
mengakibatkan kematian jika masuk ke dalam tubuh, melalui pernapasan,
kulit atau mulut.
5. Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang
terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti
bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang
terkena infeksi.
6. Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada
kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0

30

untuk limbah bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat
biasa (wikipedia,3 April 2011,URL).

III.2.5. Berdasarkan Polimer


Polimer adalah rantai berulang dari atom yang panjang ,terbentuk dari
pengikat yang berupa molekul identik yang disebut monumer .biasanya merupakan
organik (memiliki rantai karbon),dan ada juga banyak polimer inorganik. Contoh
terkenal dari polimer adalah plastik dan DNA.
Berdasarkan polimer penyusun mudah dan tidak terdegradasinya menurut
Nusa Idaman Said, 2011, limbah dibagi menjadi dua golongan besar:
1. Limbah yang dapat mengalami perubahan secara alami (degradable waste =
mudah terurai), yaitu limbah yang dapat mengalami dekomposisi oleh bakteri
dan jamur, seperti daun-daun, sisa makanan, kotoran, dan lain-lain.
2. Limbah yang tidak atau sangat lambat mengalami perubahan secara alami
(nondegradable waste = tidak mudah terurai), misanya plastic, kaca, kaleng,
dan sampah sejenisnya.

31

III.3. Berdasarkan Tingkat Toksititasnya (Kadar Racun)


Berdarkan tingkat toksisitasnya (kadar racun), limbah dibedakan menjadi 2
macam yaitu :
1. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Limbah B3 merupakan limbah yang mengandung zat berbahaya dan bercun.
Pada jumlah konsentrasi tertentu limbah B3 dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan serta bahaya pada manusia. Limbah B3 yang tidak ditangani dengan baik
dan pembuangannya secara sembarangan dapat menyebabkan gangguan pada mahluk
hidup berupa kerusakan kulit, kesulitan bernapas, dan juga dapat menimbulkan
kematian dan kepunahan pada beberapa jenis organisme. Bahan yang termasuk ke
dalam limbah B3 diantaranya adalah benzena, asam sulfat, sulfur dioksida, karbon
monoksida, dan nitrogen monoksida. Limbah B3 diantaranya mempunyai

sifat

eksplosif (mudah meledak), beracun, berbahaya, mutagenik (menyebabkan perubahan


pada gen), dan teratogenik (menyebabkan gangguan pada gen).
2. Bukan LimbahB3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Bukan Limbah B3 merupakan limbah yang tidak mengandung bahan berbahaya
dan beracun. Contoh dari limbah non B3 adalah sisa-sisa sayuran dan daun yang
gugur.
III.4. Dasar Hukum

32

1. Undang-Undang 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 juncto Peraturan Pemerintah
Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
3. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang
Tata Cara Perizian Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun;
4. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: KEP03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun; dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 128 Tahun 2003 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak
Bumi Secara Biologis.
III.5. Penanganan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)
Penanganan limbah B3 sebelum diolah setiap limbah bahan beracun dan
berbahaya (B3) harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan guna
menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut. setelah uji
analisis kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat guna
pengolahan limbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah.

33

III.6. Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3)


Pengelolaan limbah B3 adalah hal yang penting dan harus dilakukan oleh
setiap industri yang menghasilkannya. Dalam pengelolaan limbah B3 ini, prinsip
pengelolaan dilakukan secara khusus yaitu from cradle to grave. Pengertian from
cradle to grave sendiri adalah pencegahan pencemaran yang dilakukan dari sejak
dihasilkannya limbah B3 sampai dengan di timbun atau dikubur (dihasilkan, dikemas,
digudangkan atau penyimpanan, ditransportasikan, di daur ulang, diolah, dan
ditimbun atau dikubur). Pada setiap fase pengelolaan limbah tersebut ditetapkan
upaya pencegahan pencemaran terhadap lingkungan dan yang menjadi penting adalah
karakteristik limbah B3 nya, hal ini karena setiap usaha pengelolaannya harus
dilakukan sesuai dengan karakteristiknya. (sumber : Haruki Agustina, Pengelolaan
dan Pengendalian Limbah B3)
Tujuan dari penanganan dan pengolahan limbah B3 ini secara umum dapat
dikatakan adalah untuk memisahkan sifat berbahaya yang terdapat dalam limbah
tersebut. Hal ini harus dilakukan agar limbah B3 ini tidak mencemari ataupun
merusak lingkungan hidup tempat dimana mahluk hidup berada. Dengan adanya
penanganan dan pengolahan limbah B3 ini, barulah limbah tersebut dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan lebih lanjut.
Pemanfaatan limbah ini sendiri dapat berupa penggunaan kembali atau Reuse,
daur ulang atau Recycle, dan perolehan kembali atau Recovery. pemanfaatan ini

34

harus berpedoman pada prinsip agar aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan,
memiliki proses produksi yang handal serta memiliki standard produk mutu yang
baik. Untuk limbah B3 yang sudah tidak dapat dimanfaatkan atau diolah kembali
maka harus ditimbun di landfill. penimbunan limbah ini harus dilakukan oleh sebuah
badan usaha yang telah mendapatkan ijin dari KLH serta dengan melaporkan
kegiatan penimbunan tersebut.
Pengelolaan limbah tidak saja meminimisasi limbahnya saja, melainkan
memproses kembali limbah tersebut dengan menggunakan teknologi tertentu untuk
menghilangkan atau mengurangi sifat bahan dan beracun limbah agar tidak
membahayakan kesehatan manusia dan sekaligus dapat mencegah terjadinya
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan.
Membuang limbah secara langsung ke media lingkungan dapat menimbulkan
bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Mengingat resiko yang ditimbulkan dari limbah B3, maka perlu diupayakan agar
setiap kegiatan industri dapat meminimalkan limbah yang dihasilkan dengan cara
melakukan pengelolaan secara khusus.
Hirarki pengelolaan limbah B3 diantaranya dengan mengupayakan reduksi
pada sumber, pengolahan bahan, substitusi bahan, pengaturan operasi kegiatan, dan
digunakan teknologi bersih. Jika masih dihasilkan limbah B3, maka diupayakan
pemanfaatan limbah B3. Pemanfaatan limbah B3, yang mencakup daur ulang

35

(recycling), perolehan kembali (recovery) dan penggunaan kembali (reuse)


merupakan suatu mata rantai penting dalam pengelolaan limbah B3. Selajutnya,
dengan menggunakan teknologi dapat memanfaatkan limbah B3 sehingga dapat
mengurangi jumlah limbah B3 serta biaya pengolahan limbah dapat di tekan dan di
pihak lain akan meningkatkan bahan baku.
Ada beberapa prinsip yang mendasar yang harus diterapkan agar
pendayagunaan pengelolaan limbah B3 dapat berjalan dengan baik, diantaranya:
1. Polluter must be pay principle, yaitu pencemar harus membayar semua biaya
yang diakibatkannya;
2. Cradle to grave principle, yaitu pengawasan mulai dari dihasilkan sampai di
buang atau ditimbunnya limbah B3;
3. Pengolahan dan penimbunan limbah B3 diusahakan dilakukan sedekat mungkin
dengan sumbernya.
4. Nondiscriminatory principle, yaitu semua limbah B3 harus diberlakukan sesuai
dengan persyaratan penangannya;
5. Sustainable development, yaitu pembangunan berkelanjutan.
Tata cara perizinan pengelolaan limbah B3, berdasarkan ketentuan Pasal 2
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata
Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun (Permen LH No.

36

18/2009), ditetapkan: Jenis kegiatan pengelolaan limbah B3 yang wajib dilengkapi


dengan izin terdiri atas kegiatan:
a.
b.
c.
d.
e.

pengangkutan;
penyimpanan sementara;
pengumpulan;
pemanfaatan;
pengolahan; dan penimbunan.

III.7. Jenis-jenis sampah


Sebenarnya sampah banyak penggolongannya, tetapi umumnya masyarakat
mengenal ada 2 jenis sampah, yaitu sampah organik dan anorganik (non-organik).
Ada pula sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun).
1. Sampah Organik (Sampah Basah)
Sampah organik yaitu sampah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup
(material biologis) yang dapat membusuk dengan mudah, misalnya:
- sisa makanan,
- dedaunan kering,
- buah dan sayuran

37

Gambar 7.1
Wujud Sampah
2. Sampah Anorganik (Sampah Kering/Non-organik)
Sampah jenis ini berasal dari bahan baku non biologis dan sulit terurai,
sehingga seringkali menumpuk di lingkungan. Sampah anorganik atau disebut juga
sampah kering sulit diuraikan secara alamiah, sehingga diperlukan penanganan lebih
lanjut. Yang tergolong ke dalam sampah anorganik yaitu:
- plastik dalam bentuk botol, kantong, dan sebagainya,
- kaleng,
- kertas,
- kaca,
- styrofoam,
- dan lain-lain.

38

Gambar 7.2
Wujud Sampah

3. Sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)


Yaitu limbah dari bahan yang beracun dan berbahaya seperti limbah rumah
sakit, limbah pabrik, pertambangan, dan sebagainya.

Gambar 7.3
Wujud Sampah
Ketiga jenis sampah tersebut banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk menangani permasalahan sampah, biasanya sampah dipilah-pilah sesuai
jenisnya. Menggunakan tiga tempat sampah berbeda, yaitu organik, anorganik, dan
B3, masing-masing jenis sampah akan mendapat perlakuan yang berbeda.Untuk

39

sampah anorganik dapat dibuat kompos, sampah anorganik dapat didaur ulang atau
dijadikan bahan kerajinan tangan, sedangkan sampah B3 harus diolah secara khusus
menggunakan metode kimia, fisik, dan biologi dengan tujuan menghilangkan atau
mengurangi sifat berbahaya dan beracunya.
Sampah, apabila terlalu banyak akan menimbulkan berbagai masalah
lingkungan. Untuk mengatasinya, diperlukan teknik 4R (Reduce, Reuce, Recycle,
Replace) untuk mengurangi sampah. Selain itu, kepedulian kita terhadap lingkungan
turut memegang peranan penting dalam upaya pelestarian lingkungan.

40

Anda mungkin juga menyukai