Anda di halaman 1dari 9

pardjons

About

scheduler

Materi Kuliah Perlindungan Tanaman


August 27, 2012 Y.V. Pardjo Notosandjojo
0 Comment
Uncategorized
PERAN PERLINDUNGAN TANAMAN DALAM BUDIDAYA PERTANIAN
PADA ERA GLOBALISASI)
Oleh :
YV. Pardjo Notosandjojo)

I. PENDAHULUAN
Pembangunan sektor pertanian baik dunia maupun kawasan bertujuan untuk
menaikkan produksi pertanian guna meningkatkan pendapatan petani dan
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, terutama kebutuhan pangan bagi
penduduk yang populasinya meningkat dengan cepat. Meningkatnya jumlah
penduduk, berkembangnya budaya bangsa, transportasi, komunikasi, dan ilmu
pengetahuan dan teknologi, manusia menuntut adanya kebutuhan pangan yang
berkualitas tinggi, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, dangayahidup
yang semakin meningkat. Hal tersebut berarti diperlukan lahan pertanian yang
semakin luas, produksi lahan pangan, sandang, dan papan yang semakin
meningkat baik jumlah maupun mutunya.
Di Indonesia peningkatan produksi pertanian diupayakan melalui ektensifikasi,
intensifikasi, dan deversifikasi. Upaya ekstensifikasi dilakukan antara lain dengan
perluasan daerah irigasi, pembukaan lahan pasang-surut di Kalimantan dan
Sumatera, serta pembukaan lahan 1.000.000 hektar persawahan di lahan gambut
di Sumatera. Upaya-upaya tersebut belum mampu mengatasi masalah pangan bagi
negara kita yang laju pertumbuhan penduduknya sangat cepat. Upaya lain adalah
dengan intensifikasi, yaitu meningkatkan produksi pertanian per satuan luas.
Intensifikasi dilakukan melalui panca-usaha pertanian sebagai berikut : (1)
Pemilihan bibit unggul yang berpenghasilan tinggi, sedapat mungkin yang tahan
terhadap hama dan penyakit, serta memiliki rasa enak; (2) Penggunaan pupuk
berimbang dan rasional; (3) Mengusahakan irigasi yang teratur; (4) Meningkatkan
teknik bercocok tanam yang lebih menguntungkan; (5) Pengendalian terhadap

OPT melalui higenis pertanaman, dan penggunaan bahan kimia pestisida yang
rasional. Upaya deversifikasi dilakukan dengan meningkatkan keragaman
pertanaman, bukan monokultur.
Upaya intensifikasi telah dirasakan memberikan peningkatan hasil positip, ini
ditandai dengan meningkatnya produksi pertanian secara nyata sehingga mampu
memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Puncak produksi pangan khususnya
beras dicapai pada tahun 1996 dikenal sebagai swa sembada beras. Namun pada
tahun 1999Indonesiatelah mengimpor beras kembali dari luar negeri. Mengapa
demikian ?; Karena peningkatan produksi pertanian masih merupakan hal yang
cukup rawan, mengingat banyak hal yang dihadapi. Kendala tersebut antara lain
pengaruh dari dua faktor yang sangat dominan, yaitu faktor abiotik dan faktor
biotik.
__________________________________________________________________
______

)Makalah Pengantar Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian UNS Surakarta


Klas AB-3 C & D
)Dosen Pengampu MK Perlindungan Tanaman

Kendala faktor abiotik seperti adanya musim kering berkepanjangan,


berkurangnya lapisan ozon mengakibatkan ribuan bahkan jutaan hektar
pertanaman padi kering dan tidak dapat dipanen. Bencana banjir sering melanda
ribuan bahkan jutaan hektar pertanaman, yang mengakibatkan tanaman puso.
Angin puyuh sering mengakibatkan tanaman roboh, patah, defoliasi, aborsi bunga
atau buah, dan kerusakan lain pada tanaman. Logam berat yang berasal dari
limbah industri sering mengganggu pertumbuhan tanaman. Bencana alam gunung
berapi, seperti lava (panas atau dingin), awan panas, dan hujan abu dapat
menurunkan produksi tanaman atau bahkan memusnahkan tanaman pertanian.
Kendala yang berasal dari faktor biotik adalah gangguan dari organisme
pengganggu tanaman (OPT), yang terdiri atashama, penyakit, dan gulma.
Gangguan adalah setiap perubahan pertanaman yang mengarah kepada
pengurangan kuantitas dan atau kualitas dari hasil yang diharapkan. Pengurangan
kuantitas dan atau kualitas berdampak pada kerugian ekonomik.
Perlindungan tanaman perlu dilakukan dalam rangka mengeliminasi gangguan
OPT. Perlindungan dapat dilakukan melalui cara preventif (mencegah OPT masuk
ke pertanaman) dan cara kuratif (mengendalikan OPT yang telah ada pada
pertanaman). Perlindungan tanaman terhadap OPT dapat dilakukan dengan

menggunakan berbagai taktik pengendalian secara terpadu, dengan


memperhatikan terhadap kelestarian lingkungan hidup, sosial, ekonomik, dan
kesehatan masyarakat. Dengan demikian taktik pengendalianhamadengan
pestisida merupakan pilihan terakhir apabila taktik pengendalian lain tidak mampu
membendung laju populasihamaatau tingkat kerusakan tanaman. Sebagai dasar
penggunaan pestisida adalah Ambang Ekonomi, atau Ambang Kendali. Mengingat
pestisida merupakan sumber pencemaran bahan kimia beracun baik pada tanaman
atau produknya, air, tanah, maupun udara. Pengendalian semacam itu lebih
dikenal sebagai Sistem Pengendalian atau Pengelolaan Hama Terpadu (PHT).
Kedudukan Perlindungan Tanaman dalam budidaya tanaman adalah sangat
penting dan mutlak dilakukan, mengingat Perlindungan Tanaman merupakan
jaminan dalam mempertahankan produksi tanaman terhadap gangguan OPT.
Tanpa dilakukan Perlindungan Tanaman pada budidaya tanaman sulit dipastikan
bahwa petani akan mampu panen sesuai dengan harapan mereka.
II. PENGERTIAN DAN ARTI PENTING ORGANISME
OPT, terdiri atas binatang, mikro-organisme, dan tumbuhan liar (gulma). Binatang
yang berperan sebagai OPT dapat berasal dari binatang menyusui (Klas
Mammalia), binatang lunak (Klas Mollusca), binatang cacing parasit tanaman
(Klas Nematoda), dan binatang Serangga (Klas Insekta dan Klas Arachnida). Dari
binatang menyusui misalnya babi hutan, kera, dan rusa yang menjadi musuh
petani di luar Jawa terutama di kawasan pemukiman transmigrasi. Gajah bahkan
sering merusak ladang petani maupun perkebunan tebu di Sumatera Selatan dan
Lampung. Tidak kalah pentingnya adalahhamatikus sawah yang mampu
menyerang dan membinasakan ribuan bahkan jutaan hektar pertanaman padi yang
sudah siap panen. Tidak hanya pertanaman padi yang diserang tetapi pertanaman
pangan lain, palawija, dan tebu. Tidak hanya tikus sawah yang menimbulkan
masalah, tetapi juga tikus rumah yang sering menimbulkan masalah pada bahan
dan produk pertanian yang disimpan di dalam gudang. Disamping itu sangat
mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia. Tikus pohon juga banyak
menimbulkan masalah pada perkebunan kelapa atau kelapa sawit, salak, padi, dan
jagung. Demikian juga tupai yang banyak menimbulkan masalah pada pertanaman
kelapa, mengerat buah kakao, mangga, dan durian. Kalong dan codhot (bangsa
kelelawar) banyak menimbulkan masalah karena menyerang buah-buahan di
pedesaan. Burung (bangsa Aves) juga sering dijumpai mengganggu tanaman
budidaya pertanian terutama burung-burung pemakan biji-bijian seperti burung
gelatik, burung pipit, burung gereja. Namun beberapa jenis burung memakan
buah-buahan.
Binatang lunak yang sering menimbulkan masalah adalah bangsa siput seperti
siput Singapura (bekecot), keong emas, dan jenis siput lain baik yang
bercangkang maupun tidak bercangkang. Cacing parasit tanaman (bangsa
Nematoda) banyak menimbulkan masalah baik lokal, nasional, maupun
internasional. Nematoda puru akar banyak menimbulkan permasalahan pada
pertanaman terutama dari familia Solanaceae, seperti tanaman tembakau, kentang,
tomat, cabai, terung. Namun sifat nematoda puru akar adalah polifag sehingga

nematoda tersebut mampu menyerang berbagai komoditi pangan, palawija,


hortikultura, bahkan tanaman perkebunan. Nematoda dari marga Pratylenchus,
Radopholus, dan Radinaphelenchus mampu merusak tanaman kopi, lada, pisang,
dan kelapa/kelapa sawit. Marga lain misalnya Aphelenchoides, Ditylenchus, dan
Anguina mampu menyerang padi, gandum, tanaman hias, dan hortikultura. Pada
tahun 2000 an Indonesia heboh dengan masuknya golden nematode dari Marga
Globodera, jenis nematoda ini menyerang pertanaman kentang, pada hal nematoda
tersebut merupakan masalah besar di Amerika dan Eropa. Masuknya nematoda
tersebut menunjukkan bahwa sistem perlindungan tanaman kita terutama Dinas
Karantina Tumbuhan masih lemah.
Binatang serangga menduduki sekitar 75% dari seluruh binatang yang ada di
dunia ini. Dengan demikian peran serangga dalam sektor pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, dan perikanan sangat penting. Serangga yang memiliki
dua klas, yaitu klas insekta dan klas arachnida memiliki anggota yang besar yang
berperan sebagai OPT. Dari klas insekta dikenal Bangsa-Bangsa penting, antara
lain, Bangsa kupu-kupu (Lepidoptera), bangsa kumbang (Coleoptera), bangsa
lalat (Diptera), bangsa lebah (Hymenoptera), bangsa belalang (Orthoptera),
bangsa kepik atau kepinding (Hemiptera), bangsa kutu & wereng (Homoptera),
bangsa trip (Thysanoptera), bangsa rayap (Isoptera), dan bangsa capung
(Odonata). Dari klas arachnida dikenal bangsa tungau (Mite). OPT binatang
tersebut untuk selanjutnya disebut binatanghamaatauhamasaja.
OPT mikro-organisme dapat berupa jamur patogen tanaman, bakteri, virus,
mikoplasma, protozoa. Dikenal jamur embun tepung yang menyerang pertanaman
apel di daerah Batu, Pujon (Malang, Jatim) meluas sampai daerah Nongkojajar
(Pasuruan, Jatim). Jamur Fusarium dan Phytophthora yang sangat berbahaya pada
tanaman tembakau, kentang, tomat, teh, dan lain-lain. Bakteri busuk batang sangat
berbahaya pada tanaman panili, bakteri lanas berbahaya pada tanaman tembakau,
kentang dan tomat. Virus CVPD telah terbukti mampu menghancurkan ribuan
bahkan jutaan tanaman jeruk diIndonesia. Virus mozaik sangat menurunkan
kualitas daun tembakau dan teh. Masih banyak lagi peran mikro-organisme
sebagai OPT terlebih bila mikro-organisme tersebut ditularkan via serangga
vektor. OPT mikro-organisme tersebut untuk selanjutnya disebut penyakit
tanaman.
OPT berasal dari tumbuhan liar (gulma) mengganggu pertanaman budidaya
pertanian dalam berbagai hal, antara lain : persaingan (kompetisi) dalam
memperoleh unsur hara, tempat tinggal, cahaya matahari, kadang terjadi alelopati.
Rumput alang-alang merupakan masalah di lahan pertanian luar Jawa, baik di
Sumatera danKalimantan. Enceng gondok yang dahulu sebagai tanaman hias di
kolam-kolam telah berubah menjadi gulma baik di persawahan maupun di waduk,
dam, atau rawa-rawa. Hampir setiap lahan pertanian, perkebunan, maupun tegalan
pasti selalu tumbuh gulma baik berupa rumput-rumputan, gulma berdaun sempit,
maupun berdaun lebar, yang tentunya sebagai pesaing berat bagi tanaman
budidaya. OPT tumbuhan liar tersebut untuk selanjutnya disebut gulma.

Berdasarkan uraian di atas tentunya dapat dibedakan secara mudah antarahama,


penyakit, dan gulma. Dari segi jasat pengganggunya, dari cara jasat tersebut
mengganggu, dan dampak dari gangguan yang ditimbulkan.
Tidak semua organisme di dunia ini selalu berperan sebagai OPT, namun ada
sebagian organisme yang berperan membantu tanaman atau membantu petani
yang lebih dikenal sebagai Organisme Benefisial (OB). Dari golongan binatang
menyusui dikenal kucing dan anjing yang merupakan pemangsa tikus dan babi
hutan. Binatang melata seperti ular sangat efektif memangsa tikus. Di perkebunan
kelapa sawit di Sumatera Utara telah dipelihara burung hantu sebagai pemangsa
tikus pohon.Adajenis-jenis nematoda yang berperan sebagai pemangsa nematoda
parasit tanaman, ada yang memangsa jamur patogen atau bakteri. Demikian pula
serangga yang banyak berperan sebagai pemangsa (predator) seperti kumbang
buas, kepik buas, lebah buas, capung, dan laba-laba buas. Namun ada jenis-jenis
serangga yang hidupnya menumpang pada serangga lain dan dapat menyebabkan
kematian pada serangga tersebut, yang lebih dikenal sebagai parasitoid. OB
serangga dapat pula membantu dalam proses penyerbukan tanaman, menghasilkan
lak sebagai bahan baku cat atau pelitur, dan menghasilkan madu serta royal jelly.
Kelompok mikro-organisme juga ada yang bermanfaat manakala mereka berperan
sebagai patogenhama, yang menyebabkanhamamenjadi sakit, dan mati. Jenis-jenis
mikro-organisme lain bermanfaat bagi proses fermentasi dalam pembuatan tape,
anggur, dan minuman keras (brem, ciu, arak), pembuatan susu asam (kefir,
yakult), juga bermanfaat dalam pembuatantempedan tauco. Bahkan dapat
dimanfaatkan sebagai obat antibiotika sepert penisilin. Demikian pula tumbuhan
liar tidak selalu sebagai gulma, tetapi ada yang bermanfaat seperti sebagai
penahan longsor, penahan air, sarana olah raga (lapangan sepak bola, golf), untuk
taman-taman, dapat menghasilkan pakan (polen, nektar, madu) bagi imago
parasitoid, dan merupakan sumber pakan bagi ternak (kambing, sapi, kerbau,
kuda, kelinci).

III. HUBUNGAN ANTARA TANAMAN DENGAN OPT


Tanaman bagi OPT binatang merupakan sumber pakan, tempat berlindung atau
tempat hidup, dan tempat melakukan kopulasi. Sedang keberadaan OPT binatang
bagi tanaman merupakan sumber gangguan, karena binatang mampu memakan
tanaman mulai dari bagian akar sampai pucuk bahkan bunga, buah, ataupun
bijinya. Beberapa binatang merusak secara mekanik seperti daun berlobanglobang karena dimakan ulat daun atau belalang atau kumbang, akar-akar rusak
bahkan terputus karena dimakan Lundi, tanaman padi nampak patah-patah porak
poranda karena dimakan tikus sawah. Binatang juga dapat mengeluarkan
semacam ludah yang bersifat toksik (beracun) bagi tanaman, seperti layu pucuk
kapas karena dicucuk dan dihisap cairan selnya oleh kepik hijau. Serangan
binatang juga mampu mempengaruhi pertumbuhan sel atau jaringan tanaman
sehingga menyimpang dari normal, terjadinya puru pada akar tanaman karena
adanya penyimpangan sel-sel akar akibat terserang nematoda Meloidogyne. Lebih

bahaya lagi apabila saat binatang memakan tanaman, sekaligus menularkan


patogen tanaman, dengan demikian terjadilah serangan ganda.
Tanaman sebagai sumber pakan sering disebut inang, inang yang paling disukai
dikenal sebagai inang utama, namun tentunya binatang tidak mau mati kelaparan
mana kala inang utamanya tidak ada dan mereka akan memakan tanaman lain
meskipun tidak suka atau sekedar untuk mempertahankan hidup saja, tanaman lain
tersebut disebut inang alternatif. Banyak sedikitnya tanaman sebagai inang
dikenal sebagai kisaran inang, bila binatang memiliki inang banyak artinya
binatang tersebut memiliki kisaran inang luas (euro-phagic), sebaliknya bila
kisaran inangnya sedikit disebut kisaran inangnya sempit (steno-phagic). Bila
binatang memiliki kisaran inang luas dan jenis-jenis tanaman tersebut berasal dari
banyak suku (familia) maka binatang tersebut disebut polifag, namun bila kisaran
inangnya sempit hanya beberapa jenis tanaman yang berasal dari beberapa marga
(genus) dinamakan oligofag, sedang bila tanaman inangnya hanya beberapa jenis
saja dari satu marga dinamakan monofag. Binatang yang mengkonsumsi tanaman
sebagai sumber pakan dinamakan herbivora, namun ada yang mengkonsumsi
ganda baik tanaman maupun binatang dinamakan omnivora, sedang bila binatang
hanya mengkonsumsi binatang saja dinamakan karnivora. Dengan demikian jelas
bahwa OPT binatang berupa herbivora dan omnivora.
Tanaman bagi OPT mikro-organisme sebagai media tumbuh dan berkembang
biak. Keberadaan OPT mikro-organisme sangat mengganggu dalam proses
fisiologi tanaman sehingga terjadi penyimpangan-penyimpangan pertumbuhan
tanaman yang mengarah kepenurunan angka hasil dan mutu hasil. Namun kadang
penyimpangan tersebut justru meningkatkan nilai ekonomi komoditi tersebut,
sepertu bunga tulip yang terserang virus kelihatan lebih indah dan lebih mahal.
Kelapa kopyor sangat digemari orang dan mahal harganya.
Tanaman bagi OPT gulma sebenarnya sebagai pesaing, sama seperti gulma bagi
tanaman. Tanaman dan gulma sama-sama tumbuhan tingkat tinggi jadi wajarlah
bila persaingan tersebut didasarkan pada kebutuhan hidup bagi tanaman, yaitu
kebutuhan akan unsur hara, kebutuhan cahaya matahari untuk proses fotosintesis,
dan kebutuhan tempat tinggal atau ruang hidup. Namun kadang akar gulma
mampu mengeluarkan senyawa yang bersifat racun bagi tanaman sehingga
terjadilah alelopati. Dengan demikian keberadaan gulma pada pertanaman
budidaya sangat mengganggu penyediaan unsur hara tanaman, berkurangnya
fotosintesa, terjadinya etiolasi, sampai pertumbuhan tanaman merana.
IV. KERUSAKAN TANAMAN DAN KERUGIAN EKONOMIK
Setiap kali terjadi serangan hamatentu akan menimbulkan luka (injury), dan luka
tersebut akan mengakibatkan kerusakan (damage) pada tanaman. Jadi luka lebih
difokuskan kepadahama dan aktifitasnya, sedang kerusakan lebih difokuskan
kepada penyimpangan dari normal dan respon tanaman tersebut terhadap
serangan. Dampak kerusakan adalah penurunan angka hasil (kuantitas) dan atau
mutu hasil (kualitas). Bila penurunan angka hasil dan atau mutu hasil dirasakan
secara ekonomik, maka OPT tersebut baru dapat dikategorikan sebagaihama,

penyakit, maupun gulma. Jadi tolok ukurnya adalah nilai ekonomik kerusakan
tanaman tersebut.
Sebagai ilustrasi dapat disampaikan beberapa contoh kejadian-kejadian sebagai
berikut : serangan ulat kipat pada tanaman kedondong dan jambu mete
mengakibatkan daun-daun kedondong dan mete meranggas bahkan habis dimakan
oleh ulat tersebut yang populasinya ratusan sampai ribuan ekor per tanaman.
Serangan ulat tersebut tidak pernah dihiraukan oleh pemiliknya, karena
pemiliknya tahu bahwa dampak serangan itu akan membawa keuntungan ganda,
yaitu setelah ulat menjadi kepompong maka kepompong tersebut bernilai
ekonomik karena kandungan proteinnya tinggi. Sedang keuntungan kedua adalah
tidak lama lagi tanaman akan bersemi kembali sambil muncul bunga-bunga yang
cukup lebat. Dan tentunya hasil panennya lebih tinggi dibanding bila tidak terjadi
serangan ulat tersebut. Apakah ulat kipat dapat dikategorikan sebagaihama?.
Kelapa kopyor adalah penyimpangan buah akibat terserang virus, namun kelapa
kopyor memiliki nilai ekonomik lebih tinggi dibanding kelapa biasa. Demikian
juga bunga tulip yang terserang virus akan terjadi trotol-trotol yang membawa
bunga tulip tersebut bernilai ekonomik lebih tinggi. Apakah patogen tersebut
dapat dikategorikan sebagai penyakit tanaman ?
Ditinjau dari segi ekonomik ada beberapa istilah yang perlu diketahui, yaitu : Aras
Luka Ekonomik (Economic Injury Level) adalah aras populasi hama terendah
yang telah dapat menimbulkan kerugian secara ekonomik. Oleh karena itu tugas
perlindungan tanaman adalah menjaga tingkat populasi hama agar tidak pernah
sampai pada aras tersebut. Tidak kalah pentingnya adalah Ambang Ekonomik
(Economic Threshold) adalah aras populasihama atau tingkat kerusakan tanaman
yang pada aras tersebut telah dibenarkan penggunaan taktik pestisida untuk
menekan populasihama agar tidak pernah sampai ke Aras Luka Ekonomik. Nilai
ALE dan AE senantiasa berubah (dinamis) karena dipengaruhi oleh faktor
pendukung yang tidak tetap seperti harga komoditi, biaya pengendalian OPT,
kepekaan komoditi tersebut terhadap OPT, dan minat masyarakat terhadap
komoditi tersebut.
V. RANGKUMAN
Semakin sempitnya lahan pertanian karena terjadinya alih fungsi dari lahan
pertanian ke perumahan, gedung-gedung, pabrik-pabrik industri, jalan-jalan bebas
hambatan, depo penyediaan BBM (premium, solar, premix), stadion-stadion,
terminal-terminal angkutan, pasar-pasar, dan lain-lain, maka dalam proses
budidaya tanaman perlu diupayakan intensifikasi dan ekstensifikasi. Upaya
tersebut juga dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang
meningkat secara cepat, dan meningkatkan penghasilan petani.
Dalam budidaya pertanian selalu ada kendala-kendala baik secara abiotik, yaitu
terjadinya bencana alam yang tak mungkin kita kuasai seperti banjir dimusim
penghujan, turunnya hujan es, sambaran petir, terjadinya tanah longsor, banjir
lahar dingin, serangan angin puyuh, bencana kekeringan pada musim kemarau,
hujan abu, gunung meletus, awan domba (awan panas), terjadinya fros. Tidak

kalah pentingnya adalah kendala biotik yang dikenal sebagai OPT. OPT pada garis
besarnya terbagi menjadi tiga golongan besar, yaitu golongan binatang (Vertebrata
dan Avertebrata), golongan mikro-organisme, dan golongan tumbuhan liar.
Gangguan yang ditimbulkan dari golongan binatang dinamakanhama, dari mikroorganisme dinamakan penyakit, dan dari tumbuhan liar dinamakan gulma.
Tidak semua binatang berperan sebagai OPT, tetapi banyak juga yang berperan
sebagai OB (Organisme Benefisial) misalnya berperan sebagai predator,
parasitoid, pollinator, penghasil madu, lak. Demikian juga dari golongan mikroorganisme tidak selalu sebagai OPT, tetapi banyak juga yang bersifat sebagai OB
seperti sebagai patogen hama, patogen gulma, membantu proses fermentasi, ragi
tape, ragi tempe, penghasil zat antibiotika, perombak bahan organik dan masih
banyak lagi. Tumbuhan liar juga tidk selalu sebagai OPT, tetapi banyak juga yang
berperan sebagai OB seperti gulma penahan longsor, penahan air, memperindah
taman, lapangan bola, golf, pakan ternak, penggembalaan ternak, tempat
berlindung musuh alami hama, menyediakan pakan bagi parasitoid imago seperti
nektar, polen, madu, dan sebagai ramuan obat-obatan. Oleh karena itu suatu
kewajiban untuk mengenal organisme secara mendalam, mana yang berperan
sebagai OPT dan mana OB. Dengan demikian memudahkan dalam pengendalian
OPT, dan selalu berorientasi untuk pelestarian OB.
Perlindungan tanaman terhadap OPT perlu dilakukan untuk mengeliminasi
gangguan tersebut sehingga tidak berdampak pada kerugian ekonomik. Berbagai
cara dapat dilakukan baik secara preventif (mencegah masuknya gangguan)
maupun kuratif (mengendalikan gangguan yang ada). Baik mencegah maupun
mengendalikan OPT dikenal berbagai taktik pengendalian yang pada garis
besarnya dibagi menjadi dua, yaitu taktik non-pestisida dan taktik pestisida. Taktik
non-pestisida meliputi taktik mekanis, fisis, kultur teknis, penanaman varietas
tahan, taktik pemanfaatan musuh alami (biologis), taktik pemanfaatan senyawa
atraktan, repellen, tatik rekayasa genetik, dan taktik regulasi (peraturan,
perundang-undangan). Taktik pestisida adalah taktik yang berisiko tinggi,
berbahaya terhadap manusia, berbahaya terhadap lingkungan hidup, mengurangi
bahkan menghilangkan fungsi OB. Taktik-taktik tersebut digunakan secara
terpadu dalam satu tindakan pengendalian OPT yang dikenal sebagai
Pengendalian atau Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). Karena taktik pestisida
berisiko tinggi maka taktik tersebut merupakan pilihan terakhir bila taktik nonpestisida tidak mampu menanggulangi OPT sasaran. Batas diperbolehkan
menggunakan taktik pestisida dinamakan Ambang Ekonomi.
Dalam rangka mengikuti dinamika populasi OPT atau tingkat kerusakan tanaman
maka perlu dilakukan pemantauan atau monitoring secara rutin dan cermat. Hal
tersebut perlu dilakukan agar langkah-langkah perlindungan tanaman dapat
dilakukan secara cepat, tepat, dan efisien. Dengan demikian penurunan hasil
tanaman akibat gangguan OPT dapat dieliminasi, produksi dapat diselamatkan,
dan pendapatan petani akan meningkat.

Anda mungkin juga menyukai