About
scheduler
I. PENDAHULUAN
Pembangunan sektor pertanian baik dunia maupun kawasan bertujuan untuk
menaikkan produksi pertanian guna meningkatkan pendapatan petani dan
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, terutama kebutuhan pangan bagi
penduduk yang populasinya meningkat dengan cepat. Meningkatnya jumlah
penduduk, berkembangnya budaya bangsa, transportasi, komunikasi, dan ilmu
pengetahuan dan teknologi, manusia menuntut adanya kebutuhan pangan yang
berkualitas tinggi, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, dangayahidup
yang semakin meningkat. Hal tersebut berarti diperlukan lahan pertanian yang
semakin luas, produksi lahan pangan, sandang, dan papan yang semakin
meningkat baik jumlah maupun mutunya.
Di Indonesia peningkatan produksi pertanian diupayakan melalui ektensifikasi,
intensifikasi, dan deversifikasi. Upaya ekstensifikasi dilakukan antara lain dengan
perluasan daerah irigasi, pembukaan lahan pasang-surut di Kalimantan dan
Sumatera, serta pembukaan lahan 1.000.000 hektar persawahan di lahan gambut
di Sumatera. Upaya-upaya tersebut belum mampu mengatasi masalah pangan bagi
negara kita yang laju pertumbuhan penduduknya sangat cepat. Upaya lain adalah
dengan intensifikasi, yaitu meningkatkan produksi pertanian per satuan luas.
Intensifikasi dilakukan melalui panca-usaha pertanian sebagai berikut : (1)
Pemilihan bibit unggul yang berpenghasilan tinggi, sedapat mungkin yang tahan
terhadap hama dan penyakit, serta memiliki rasa enak; (2) Penggunaan pupuk
berimbang dan rasional; (3) Mengusahakan irigasi yang teratur; (4) Meningkatkan
teknik bercocok tanam yang lebih menguntungkan; (5) Pengendalian terhadap
OPT melalui higenis pertanaman, dan penggunaan bahan kimia pestisida yang
rasional. Upaya deversifikasi dilakukan dengan meningkatkan keragaman
pertanaman, bukan monokultur.
Upaya intensifikasi telah dirasakan memberikan peningkatan hasil positip, ini
ditandai dengan meningkatnya produksi pertanian secara nyata sehingga mampu
memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Puncak produksi pangan khususnya
beras dicapai pada tahun 1996 dikenal sebagai swa sembada beras. Namun pada
tahun 1999Indonesiatelah mengimpor beras kembali dari luar negeri. Mengapa
demikian ?; Karena peningkatan produksi pertanian masih merupakan hal yang
cukup rawan, mengingat banyak hal yang dihadapi. Kendala tersebut antara lain
pengaruh dari dua faktor yang sangat dominan, yaitu faktor abiotik dan faktor
biotik.
__________________________________________________________________
______
penyakit, maupun gulma. Jadi tolok ukurnya adalah nilai ekonomik kerusakan
tanaman tersebut.
Sebagai ilustrasi dapat disampaikan beberapa contoh kejadian-kejadian sebagai
berikut : serangan ulat kipat pada tanaman kedondong dan jambu mete
mengakibatkan daun-daun kedondong dan mete meranggas bahkan habis dimakan
oleh ulat tersebut yang populasinya ratusan sampai ribuan ekor per tanaman.
Serangan ulat tersebut tidak pernah dihiraukan oleh pemiliknya, karena
pemiliknya tahu bahwa dampak serangan itu akan membawa keuntungan ganda,
yaitu setelah ulat menjadi kepompong maka kepompong tersebut bernilai
ekonomik karena kandungan proteinnya tinggi. Sedang keuntungan kedua adalah
tidak lama lagi tanaman akan bersemi kembali sambil muncul bunga-bunga yang
cukup lebat. Dan tentunya hasil panennya lebih tinggi dibanding bila tidak terjadi
serangan ulat tersebut. Apakah ulat kipat dapat dikategorikan sebagaihama?.
Kelapa kopyor adalah penyimpangan buah akibat terserang virus, namun kelapa
kopyor memiliki nilai ekonomik lebih tinggi dibanding kelapa biasa. Demikian
juga bunga tulip yang terserang virus akan terjadi trotol-trotol yang membawa
bunga tulip tersebut bernilai ekonomik lebih tinggi. Apakah patogen tersebut
dapat dikategorikan sebagai penyakit tanaman ?
Ditinjau dari segi ekonomik ada beberapa istilah yang perlu diketahui, yaitu : Aras
Luka Ekonomik (Economic Injury Level) adalah aras populasi hama terendah
yang telah dapat menimbulkan kerugian secara ekonomik. Oleh karena itu tugas
perlindungan tanaman adalah menjaga tingkat populasi hama agar tidak pernah
sampai pada aras tersebut. Tidak kalah pentingnya adalah Ambang Ekonomik
(Economic Threshold) adalah aras populasihama atau tingkat kerusakan tanaman
yang pada aras tersebut telah dibenarkan penggunaan taktik pestisida untuk
menekan populasihama agar tidak pernah sampai ke Aras Luka Ekonomik. Nilai
ALE dan AE senantiasa berubah (dinamis) karena dipengaruhi oleh faktor
pendukung yang tidak tetap seperti harga komoditi, biaya pengendalian OPT,
kepekaan komoditi tersebut terhadap OPT, dan minat masyarakat terhadap
komoditi tersebut.
V. RANGKUMAN
Semakin sempitnya lahan pertanian karena terjadinya alih fungsi dari lahan
pertanian ke perumahan, gedung-gedung, pabrik-pabrik industri, jalan-jalan bebas
hambatan, depo penyediaan BBM (premium, solar, premix), stadion-stadion,
terminal-terminal angkutan, pasar-pasar, dan lain-lain, maka dalam proses
budidaya tanaman perlu diupayakan intensifikasi dan ekstensifikasi. Upaya
tersebut juga dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan penduduk yang
meningkat secara cepat, dan meningkatkan penghasilan petani.
Dalam budidaya pertanian selalu ada kendala-kendala baik secara abiotik, yaitu
terjadinya bencana alam yang tak mungkin kita kuasai seperti banjir dimusim
penghujan, turunnya hujan es, sambaran petir, terjadinya tanah longsor, banjir
lahar dingin, serangan angin puyuh, bencana kekeringan pada musim kemarau,
hujan abu, gunung meletus, awan domba (awan panas), terjadinya fros. Tidak
kalah pentingnya adalah kendala biotik yang dikenal sebagai OPT. OPT pada garis
besarnya terbagi menjadi tiga golongan besar, yaitu golongan binatang (Vertebrata
dan Avertebrata), golongan mikro-organisme, dan golongan tumbuhan liar.
Gangguan yang ditimbulkan dari golongan binatang dinamakanhama, dari mikroorganisme dinamakan penyakit, dan dari tumbuhan liar dinamakan gulma.
Tidak semua binatang berperan sebagai OPT, tetapi banyak juga yang berperan
sebagai OB (Organisme Benefisial) misalnya berperan sebagai predator,
parasitoid, pollinator, penghasil madu, lak. Demikian juga dari golongan mikroorganisme tidak selalu sebagai OPT, tetapi banyak juga yang bersifat sebagai OB
seperti sebagai patogen hama, patogen gulma, membantu proses fermentasi, ragi
tape, ragi tempe, penghasil zat antibiotika, perombak bahan organik dan masih
banyak lagi. Tumbuhan liar juga tidk selalu sebagai OPT, tetapi banyak juga yang
berperan sebagai OB seperti gulma penahan longsor, penahan air, memperindah
taman, lapangan bola, golf, pakan ternak, penggembalaan ternak, tempat
berlindung musuh alami hama, menyediakan pakan bagi parasitoid imago seperti
nektar, polen, madu, dan sebagai ramuan obat-obatan. Oleh karena itu suatu
kewajiban untuk mengenal organisme secara mendalam, mana yang berperan
sebagai OPT dan mana OB. Dengan demikian memudahkan dalam pengendalian
OPT, dan selalu berorientasi untuk pelestarian OB.
Perlindungan tanaman terhadap OPT perlu dilakukan untuk mengeliminasi
gangguan tersebut sehingga tidak berdampak pada kerugian ekonomik. Berbagai
cara dapat dilakukan baik secara preventif (mencegah masuknya gangguan)
maupun kuratif (mengendalikan gangguan yang ada). Baik mencegah maupun
mengendalikan OPT dikenal berbagai taktik pengendalian yang pada garis
besarnya dibagi menjadi dua, yaitu taktik non-pestisida dan taktik pestisida. Taktik
non-pestisida meliputi taktik mekanis, fisis, kultur teknis, penanaman varietas
tahan, taktik pemanfaatan musuh alami (biologis), taktik pemanfaatan senyawa
atraktan, repellen, tatik rekayasa genetik, dan taktik regulasi (peraturan,
perundang-undangan). Taktik pestisida adalah taktik yang berisiko tinggi,
berbahaya terhadap manusia, berbahaya terhadap lingkungan hidup, mengurangi
bahkan menghilangkan fungsi OB. Taktik-taktik tersebut digunakan secara
terpadu dalam satu tindakan pengendalian OPT yang dikenal sebagai
Pengendalian atau Pengelolaan Hama Terpadu (PHT). Karena taktik pestisida
berisiko tinggi maka taktik tersebut merupakan pilihan terakhir bila taktik nonpestisida tidak mampu menanggulangi OPT sasaran. Batas diperbolehkan
menggunakan taktik pestisida dinamakan Ambang Ekonomi.
Dalam rangka mengikuti dinamika populasi OPT atau tingkat kerusakan tanaman
maka perlu dilakukan pemantauan atau monitoring secara rutin dan cermat. Hal
tersebut perlu dilakukan agar langkah-langkah perlindungan tanaman dapat
dilakukan secara cepat, tepat, dan efisien. Dengan demikian penurunan hasil
tanaman akibat gangguan OPT dapat dieliminasi, produksi dapat diselamatkan,
dan pendapatan petani akan meningkat.