Pembimbing :
dr. Endang Army, Sp. KK
disusun oleh :
Ritaningsih Purbaningrum
1. 207. 5555
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Tinea
cruris
dapat
ditemui
diseluruh
dunia
dan
paling
tropis. Angka kejadian lebih sering pada orang dewasa, terutama laki
perempuan.
Tidak
ada
kematian
yang
berhubungan
banyak
laki
dengan
di
daerah
dibandingkan
tinea
cruris.
Jamur ini sering terjadi pada orang yang kurang memperhatikan kebersihan diri atau lingkungan
sekitar yang kotor dan lembab (Jeffrey, 2010).
Berdasarkan penelitian di RSUP Prof. DR R.D Kandou Manado, didapatkan jumlah
penderita Tinea cruris tahun 1998-2002 sebanyak 1.424 penderita dari 33.553 pasien rawat jalan
di poliklinik (Londok, 2011). Di negara maju, sekitar 10 20 %
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINEA CRURIS
2.1. Definisi Tinea Cruris
Tinea Cruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum dan sekitar anus.
Kelainan
ini
dapat
bersifat
akut
atau
menahun,
bahkan
penyakit yang berlangsung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada
dapat
merupakan
daerah
genito-
krural saja,atau bahkan meluas ke daerah sekitar anus,daerahgluteus dan perut bagian bawah
atau bagian tubuh yang lain. Tinea cruris mempunyai nama lain eczema marginatum, jockey
itch, ringworm of the groin, dhobie itch (Djuanda et al., 2006).
d. Daerah
g. Keturunan
: Tidak berpengaruh
h. Lingkungan
Trichopyhton
rubrum
(90%) dan
Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia,
binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi
jamur, pakaian debu. Agen penyebab juga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan
pakaian, handuk atau sprei penderit aatau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan
tinea manum. Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat
memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang
cabangnya didalam jaringan keratin yangmati. Hifa ini menghasilkan enzimkeratolitik yang
berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksiperadangan.
Pertumbuhannya denganpola radial di stratum korneummenyebabkan timbulnya lesi kulit de
ngan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang
berkembang menjadi suatu reaksi peradangan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
timbulnya kelainan di kulit adalah:
a. Faktor virulensi dari dermatofita Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah
jamur antropofilik, zoofilik,geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda
pula satu dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian - bagian
dari tubuh
misalnya:
Trichopyhton
rubrum
jarang
menyerang
rambut,
c. Faktor suhu dan kelembapan. Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi
jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat
paha, sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur.
d. Keadaan
sosial
serta
kurangnya
kebersihan.
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat
insiden
penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan
daripada golongan ekonomi yang baik.
e. Faktor umur dan jenis kelamin (Boel, 2003).
bagian
bawah.
Rasa
gatal
akan
semakin
meningkat jika banyak berkeringat. Riwayat pasien sebelumnya adalah pernah memiliki
keluhan yang sama. Pasien berada pada tempat yang beriklim agak lembab, memakai
pakaian
ketat,
bertukar
pakaian
dengan
orang
lain,
aktif
berolahraga,
dan
menderita diabetes mellitus. Penyakit ini dapat menyerang pada tentara, atlit olahraga dan
individu yang beresiko terkena dermatophytosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan
sekunder.
Makula
eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari papula atau pustula. Jika
kronis
atau
menahun
maka
efloresensi
yang
tampak hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai likenifikasi.
Garukan kronis dapat menimbulkan gambaran likenifikasi. Manifestasi Tinea cruris yaitu:
1. Makula eritematus dengan central healing di lipatan inguinal, distal lipat paha, dan
proksimal dari abdomen bawah dan pubis
2.Daerah bersisik
(Wiederkehr
Kerok skuama menggunakan pisau bedah atau scalpel dari bagian tepi lesi.
Kemudian kerokan tersebut ditaruh di objek glass, dan ditetesi dengan larutan KOH
10 20 % 1- 2 tetes dan ditutup dengan kaca penutup. Tunggu 10 15 menit untuk
melarutkan jaringan. Proses ini dapat dipercepat dengan memanaskan slide atau
dengan penambahan sulfoksida keratolitik atau dimetil untuk perumusan KOH.
Penambahan 1 tetes larutan lactophenol cotton blue atau tinta parker superchroom
blue black. pada preparat basah mempertinggi kontras dan membantu dalam
diagnosis.
Dilihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 - 40 kali dan akan didapatkan
hifa, sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang ,maupun
spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit yang lama atau sudah diobati, dan
miselium.
2. Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud agar
Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada medium saboraud
dengan ditambahkan chloramphenicol dan cyclohexamide
untuk menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur
(mycobyotic-mycosel)
kontaminan.
Identifikasi
klinis
dan
lokasi
terjadinya
lesi
serta
pemeriksaan
penunjangseperti yang telah disebutkan dengan menggunakan mikroskop pada sediaan yang
ditetesi KOH 10-20%, sediaan biakan pada medium Saboraud, punch biopsi,
atau
3. Kandidosis Intertriginosa
Kandidosis intertriginosa merupakan suatu penyakit kulit akut atau subakut, yang
disebabkan jamur Candida albicans. Kandidiasis dapat menyerang segala umur, baik laki
laki maupun perempuan. Lebih banyak pada daerah tropis dengan kelembaban tinggi.
Lebih sering terjadi pada musim hujan, sehubungan dengan daerah daerah yang
tergenang air. Terutama dapat menyerang pekerja kebun, tukang cuci, petani. Riwayat
Diabetus mellitus salah satu faktor yang mempermudah berkembangnya Candida
albicans. Gejala awalnya berupa gatal hebat disertai panas seperti terbakar, terkadang
nyeri jika ada infeksi sekunder. UKK nya yaitu eritematosa, erosif, kadang kadang
dengan papula bersisik. Pada keadaan kronik, daerah daerah likenifikasi,
hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan terkadang berfisura. Lesi didaerah lipatan kulit
ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau kaki, glans penis
dan umbilikus.
ini
digunakan
pagi
dan sore
hari
kira
kira 2
4 minggu.
diteruskan sekurang
kurangnya
2 minggu setelah lesi menyembuh. Terapi sistemik dapat diberikan jika terdapat kegagalan
dengan terapi topikal, intoleransi dengan terapi topikal. Sebelum memilih obat sistemik
hendaknya cek terlebih dahulu interaksi obat- obatan tersebut. Diperlukan juga monitoring
terhadap fungsi hepar apabila terapi sistemik diberikan lebih dari 4 mingggu.Pengobatan
anti jamur untuk Tinea cruris dapat digolongkan dalam
,tolnaftan, haloprogin. Golongan azole ini akanmenghambat enzim lanosterol 14 alpha deme
tylase (sebuah enzim yang berfungsi mengubah lanosterol ke ergosterol), dimana truktur ters
ebutmerupakankomponen penting dalam dinding sel jamur. Goongan Alynaminmenghambat
keja dari squalen epokside yang merupakan enzim yang mengubah squalene ke ergosterol
yang
berakibat
akumulasi
toksik
squalene
didalam
sel
dan
mengakibatkan
benzilamin
obat
pilihan
pertama
yang
digunakan
dalam
pengobatan
tinea
dengan
clotrimazole
ini
bisa dievaluasi
setelah
minggu jika tanpa ada perbaikan klinis. Penggunaan pada anak-anak sama seperti
dewasa.
Obat ini tersedia dalam bentuk kream 1%, solution, lotion. Diberikan 2 kali sehari selama 4
minggu. Tidakada kontraindikasi obat ini, namun tidak dianjurkan pada pasien yang
menunjukan hipersensitivitas, peradangan infeksi yang luas dan hinari kontak mata.
b.Mikonazole (icatin, Monistat-derm)
Mekanisme kerjanya dengan selaput dinding sel jamur yang rusak akan
menghambat
kali
sehari
selama
minggu.
Penggunaan
pada anak
sama dengan dewasa. Tidak dianjurkan pada pasien yang menunjukkan hipersensitivitas,
hindari kontak dengan mata.
c.Econazole (Spectazole)
Mekanisme kerjanya efektif terhadap infeksi yang berhubungan dengan kulit yaitu
menghambat RNA dan sintesis, metabolisme protein sehingga mengganggu permeabilitas
dinding
sel
jamur
dan
menyebabkan
sel
jamur
mati.
dioleskan
sebanyak 2 kali atau 4 kali dalam sediaan cream 1%.. Tidak dianjurkan pada pasien yang
menunjukkan hipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
d.Ketokonazole (Nizoral)
Mekanisme kerja ketokonazole sebagai turunan imidazole yang bersifat broadspektrum akan
menghambat sintesis ergosterol sehingga komponen sel jamurmeningkat menyebabkan
sel jamur mati. Pengobatan dengan ketokonazole dapatdilakukan selama 2-4 minggu. Tidak
dianjurkan pada pasien yang menunjukkanhipersensitivitas, hindari kontak dengan mata.
e.Oxiconazole (Oxistat)
Mekanisme oxiconazole kerja yang bersifat broad spektrum akan menghambat sintesis
ergosterol sehingga komponen sel jamur meningkat menyebabkan sel jamur mati.
Pengobatan dengan oxiconazole dapat dilakukan selama 2-4 minggu.Tersedia dalam bentk
cream 1% atau bedak kocok. Penggunaan pada anak-anak 12 tahun penggunaan sama
dengan
orang
dewasa.
Tidak
dianjurkan
pasien yang menunjukkan hipersensitivitas dan hanya digunakan untuk pemakaian luar.
f.Sulkonazole (Exeldetm)
pada
Sulkonazole merupakan obat jamur yang memiliki spektrum luas. Titik tangkapnya yaitu me
nghambat sintesis ergosterol yang akan menyebabkankebocoran komponen sel, sehingga
menyebabkan
kematian
sel
jamur.
Tersedia
penggunaan
dengan orang dewasa (dioleskan pada daerah yang terkena selama 2-4 minggu
broad
spektrum
anti
jamur
dan merupakan
derivat
sintetik
dari
pertumbuhan
sel
amur
terhambat.
Pengobatan
dengan
naftitine
dievaluasi setelah 4 minggu jika tidak ada perbaikan klinis. Tersedia dalam bentuk
1%
sel
jamur
terhambat
pertumbuhannya.
Digunakan
dalam bentuk cream 1%, diberikan selama 2-4 minggu. Pada anak tidak dianjurkan.Untuk
dewasa dioleskan sebanyak 4 kali sehari.
4.Golongan lainnyaa.
a. Siklopiroks (Loprox)
Memiliki sifat broad spektrum anti fungal. Kerjanya berhubunan dengan sintesis DNA
b.Haloprogin (halotex)
Tersedia dalam bentuk solution atau spray, 1% cream. Digunakan selama 2-4minggu dan
dioleskan sebanyak 3kali sehari.
c.Tolnaftate
Tersedia dalam cream 1%,bedak,solution. Dioleskan 2kali sehari selama 2-4minggu.
Pengobatan
secara
sistemik
dapat
digunakan
untuk
untuk
luasatau gagal dengan pengobatan topikal, berikut adalah obat sistemik yang
lesi
yang
digunakan
sitokrom P-450
dependent
sintetis
merupakan
dikontraindikasikan
microsize
(330-375
mg
2.10 Edukasi
Edukasi kepada pasien di rumah :
1.Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering
2.Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi.
3.Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan dengan handuk dan mengganti
pakaian yang lembab
4.Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun,
tidak ketat dan ganti setiap hari.
5.Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang digunakan
penderita
penyakit
ini
baik
dengan
diagnosis
dan
terapi
yang
tepat
BAB III
CATATAN MEDIK ORIENTASI MASALAH
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. Dwiyana
Umur
: 52 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Guru SD
Alamat
: Asrama Kodam Kesatrian RT 01 / 05 Candisari, Semarang
No. CM
:B. DATA DASAR
Autoanamnesis dengan Penderita dilakukan pada tanggal 1 Mei 2013 pukul 11.15 WIB di
poli kulit RST Semarang.
1. KELUHAN UTAMA
Gatal di bagian paha belakang kanan, lipat paha kanan dan kiri serta pantat
2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke poli kulit RST Semarang dengan keluhan 1 minggu gatal di daerah
paha belakang kanan, lipat paha kanan dan kiri serta pantat. Terasa gatal sekali saat
berkeringat dan ingin menggaruk terus. Gatal tidak sampai menganggu aktivitas
pasien. Gatal berkurang bila paha belakang kanan, lipat paha kanan dan kiri serta
pantat tidak memakai celana panjang ketat dan memakai rok yang longgar. Gatal
timbul lagi saat berkeringat. Awal mula timbul gatal saat 1 minggu yang lalu
memakai celana panjang terlalu lama dan tidak ganti celana panjang selama beberapa
hari. Kemudian digaruk terus sampai meluas. Sudah diberi salep tetapi masih gatal.
3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Penderita sudah pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya dan sering kambuh
kambuhan.
H. EDUKASI
1.Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering
2.Bila gatal, jangan digaruk karena garukan dapat menyebabkan infeksi.
3.Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan dengan handuk dan mengganti
pakaian yang lembab
4.Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat menyerap keringat seperti katun,
tidak ketat dan ganti setiap hari.
5.Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang digunakan
harus segera dicuci dan direndam air panas.
6. Bila penyakit belum berkurang segera kembali ke dokter
I. PROGNOSIS
penderita
DAFTAR PUSTAKA
Boel, T, Drg. M.Kes, 2003. Tinea Kruris, Dalam : http://id.scribd.com/doc/60136080/TineaKruris. Dikutip tanggal : 3 Mei 2013
Djuanda, A. Prof.Dr.dr., Budimulja, U.dr., Hamzah, M. dr., Aisah, S. Prof.Dr.dr., 2006, Ilmu
Penyakit Kulit Kelamin, FKUI, Jakarta : 89 109
Jeffrey, H, MD., 26-05-2010, Tinea Cruris (Jock Itch), Journal of abqjournal. Dalam :
http://health.abqjournal.com/ConditionFactsheet/171_1_1_1_0_0/Jock_Itch.aspx.
Dikutip tanggal : 3 Mei 2013
Londok, J. 11-02-2011, Tinea Cruris, Dalam : http://id.scribd.com/doc/60136080/Tinea-Kruris.
Dikutip tanggal : 3 Mei 2013
Siregar, R.S. Prof.Dr.dr., 2002, Saripati Penyakit Kulit, EGC, Jakarta : 29 34
Wiederkehr, M, MD., 2008, Tinea Cruris, Journal of Medicine. Dalam :
http://emedicine.medscape.com/article/1091806-overview. Dikutip tanggal : 3 Mei 2013
Zelena, 16-11-2010, Jock Itch, Dalam : http://www.mayoclinic.com/health/jock-itch/DS00490.
Dikutip tanggal : 3 Mei 2013