Anda di halaman 1dari 10

PP DIY no 20 tahun 2008

LAMPIRAN
KRITERIA MUTU AIR BERDASARKAN KELAS
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001
TANGGAL 14 DESEMBER 2001
TENTANG
PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

Kriteria mutu air berdasarkan kelas


PARAMETER

SATUAN

FISIKA
Temperatur
Residu Terlarut
Residu
Tersuspensi

mg/L
mg/L

KIMIA ORGANIK
pH

KELAS
III

KETERANGAN

II

IV

Deviasi
3
1000
50

Deviasi
3
1000
50

Deviasi
3
1000
400

Deviasi
5
5000
400

6-9

6-9

6-9

5-9

BOD
COD
DO
Total Fosfat
sebagai P
NO3 sebagai N
NH3-N

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

2
10
6
0.2

3
25
4
0.2

6
50
3
1

12
100
0
5

mg/L
mg/L

10
0.5

10
(-)

20
(-)

20
(-)

Arsen
Kobalt
Barium
Boron
Selenium
Kadmium
Khrom (VI)
Tembaga

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0.05
0.2
1
1
0.01
0.01
0.05
0.02

1
0.2
(-)
1
0.05
0.01
0.05
0.02

1
0.2
(1)
1
0.05
0.01
0.05
0.02

1
0.2
(1)
1
0.05
0.01
1
0.2

Besi

mg/L

0,3

(-)

(-)

(-)

Deviasi temperatur
keadaan alamiah

dari

Bagi pengolahan air minum


secara konvesional, residu
5000 mg/L
Apabila secara alamiah di
luar rentang tersebut, maka
ditentukan
berdasarkan
kondisi alamiah

Angka batas minimum

Bagi perikanan,kandungan
amonia bebas untuk ikan
yang peka 0,02 mg/L
sebagai NH3

Bagi pengolahan air minum


secara konvesional Cu 1
mg/L
Bagi pengolahan air minum
secara konvesional Fe 5
mg/L

Timbal

mg/L

0.03

0.03

0.03

Mangan
mg/L
KIMIA ANORGANIK
Khlorida
mg/L
Air Raksa
mg/L
Seng
mg/L

0.1

(-)

(-)

(-)

600
0.001
0.05

(-)
0.002
0.05

(-)
0.002
0.05

(-)
0.005
2

Sianida
Flourida
Nitrit sebagai N

mg/L
mg/L
mg/L

0.02
0.5
0.06

0.02
1.5
0.06

0.02
1.5
0.06

0.005
(-)
(-)

Sulfat
Khlorin bebas

mg/L
mg/L

400
0.03

(-)
0.03

(-)
0.03

(-)
(-)

Belerang sebagai
H2S

mg/L

0.002

0.002

0.002

(-)

Fecal coliform

Jml/mL

100

1000

2000

2000

Total coliform

Jml/mL

1000

5000

10000

10000

0.1
1

0.1
1

0.1
1

0.1
1

Bagi pengolahan air minum


secara konvesional Pb 0,1
mg/L

Bagi pengolahan air minum


secara konvesional Zn 5
mg/L

Bagi pengolahan air minum


secara
konvesional
N
sebagai NO2 1 mg/L
Bagi
ABAM
tidak
dipersyaratkan
Bagi pengolahan air minum
secara
konvesional
H
sebagai H2S 0.1 mg/L

MIKROBIOLOGI

RADIOAKTIVITAS
Groos - A
Bq/L
Groos - B
Bq/L
KIMIA ORGANIK
Minyak
dan
lemak
Deterjen sebagai
MBAS
Senyawa fenol
sebagai fenol
BHC
Aldrin/Dieldrin
Chlordane
DDT

g/L

1000

1000

1000

(-)

g/L

g/L

1000

1000

1000

(-)

g/L
g/L
g/L
g/L

210
17
3
2

210
(-)
(-)
2

210
(-)
(-)
2

(-)
(-)
(-)
2

Heptachlor dan
heptachlor
epoxide
Lindane
methoxychlor
Endrin
Toxaphan

g/L

18

(-)

(-)

(-)

g/L
g/L
g/L
g/L

56
35
1
5

(-)
(-)
4
(-)

(-)
(-)
4
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)

KETERANGAN

Bagi pengolahan air minum


secara konvesional Fecal
coliform 2000 jml/100
mL dan 10000 Total
coliform jml/100mL

mg
: miligram
g
: mikrogram
ml
: mililiter
L
: Liter
Bq
: Bequerel
MBAS
: Methylene Blue Active Subtance
ABAM : Air Baku Untuk Air Minum
Logam berat merupakan logam terlarut
Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO
Bagi pH merupakan nilai rentang yang tidak boleh kurang atau lebih dari nilai yang tercantum
Nilai DO merupakan batas minimum
Arti (-) di atas menyatakan bahwa untuk kelas tersebut, parameter tersebut tidak dipersyaratkan
Tanda adalah lebih kecil atau sama dengan
Tanda < adalah lebih kecil

LAMPIRAN
BAKU MUTU AIR DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 20 TAHUN 2008
TENTANG
BAKU MUU AIR DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ng :

a. Bahwa dalam upaya melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang
serta keseimbangan ekologis;
b.

Bahwa untuk melestarikan fungsi air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana dimaksud
huruf a, Gubernur berwenang menetapkan Baku Mutu Air;

c.

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan
Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.

gat

1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1955.
2.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3699).

3.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

4.

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang berlakunya Undang-Undang Nomor 2,3,10 dan 11
Tahun 1950;

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupate/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nom or
4737);

7.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/1990 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air;

8.

Peraturan Daerah Provinsi Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pembentukan dan
Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN GUBERNUR TENTANG BAKU MUTU AIR DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA


YOGYAKARTA

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :
1. Gubernur adalah Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta
2.

Bupati/Walikota adalah Walikota Yogyakarta, Bupati Bantul, Bupati Gunung kidul, Bupati Kulonprogo
dan Bupati Sleman.

3. Provinsi adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.


4.

Kabupaten/Kota adalah kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten
Kulonprogo dan Kabupaten Sleman.

5. Air adalah semua air peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan
tertentu;
6.

Kelas Air adalah Peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan
tertentu;

7.

Mutu Air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter tertentu
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

8. Klasifikasi Mutu Air adalah pengelompokan air ke dalam kelas air berdasarkan mutu air;
9. Baku Mutu Air adalah ukuran batas atau kadar mmahluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau
harus ada dan atau unsur pencemar yang ditanggung keberadaannya di dalam air.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1)

Maksud ditetapkannya Peraturan ini hdala untuk menentukan Baku Mutu Air di Provinsi.

(2)

Tujuan ditetapkannya Peraturan ini hdala untuk memberikan batasan mutu air sesuai peruntukannya dan
untuk mencegah terjadinya pencemaran air.

BAB III
BAKU MUTU AIR DAN METODE ANALISA
Pasal 3
Baku Mutu Air di Provinsi ditetapkan untuk masing-masing kelas sesuai dengan peruntukkannya
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini.
Pasal 4
Metode analisa yang digunakan untuk pengujian parameter mutu air adalah metode analisa yang sudah
tervalidasi atau terakreditasi.

BAB IV
KLASIFIKASI MUTU AIR
Pasal 5
Klasifikasi Mutu Air dalam Peraturan ini ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :
a.

Air kelas satu adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

b.

Air kelas dua adalah air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c.

Air kellas tiga adalah air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air
yang sama dengan kegunaan tersebut.

d.

Air kelas empat adalah air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
BAB V
PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN MUTU AIR
Pasal 6

(1) Pemantauan dan Pengawasan Mutu Air dilaksanakan oleh instansi yang ditugasi mengelola kualitas air
dan mengendalikan pencemaran air baik di Provinsi maupun di Kabupaten/Kota.
(2) Pemantauan Mutu Air dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun mewakili
musim kemarau dan musim penghujan.
(3)

Hasil Pemantauan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Bupati/Walikota untuk pemantauan yang dilakukan oleh instansi yang ditugasi mengelola kualitas air dan
mengendalikan pencemaran air di Tingkat Kabupaten/Kota dan kepada Gubernur untuk pemantauan yang
dilakukan oleh instansi yang ditugasi mengelola kualitas air dan mengendalikan pencemaran air di
Tingkat Provinsi.

(4) Pemantauan dan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat meminta bantuan kepada
Laboratorium yang ditunjuk oleh Gubernur.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 7
Baku mutu air sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini ditinjau kembali paling lama 5 (lima) tahun.
Pasal 8
Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
214/KPTS/1991 tenteng Baku Mutu Lingkungan Daerah untuk wilayah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta sepanjang yang mengatur Baku Mutu Air Badan Air, dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 9
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan
penempatannya dalam Berita Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ditetapkan di Yogyakarta
Pada tanggal 14 Agustus 2008
GUBERNUR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
HAMENGKU BUWONO X
Diundangkan di Yogyakarta
Pada tanggal 14 Agustus 2008
SEKERTARIS DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA


NOMOR 20 TAHUN 2008
TANGGAL 14 AGUSTUS 2008
TENTANG
BAKU MUTU AIR DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Parameter
Baku Mutu
Air DIY
FISIKA
Temperatur

Satuan
Kelas I
0

Bau
Kekeruhan
Warna
Residu Terlarut
(TDS)
Residu
Tersuspensi
(TSS)
KIMIA
Ph
BOD
COD
DO
Fosfat
Nitrat
Amoniak
(NH3)

NTU
TCU
mg/L

Arsen

KANDUNGAN
Kelas II Kelas III Kelas IV

Keterangan

3 0C
30C
30C
30C Deviasi temperatur dari
Terhadap Terhadap Terhadap Terhadap keadaan alamiah
suhu udara suhu udara suhu udara suhu udara
Tidak
berbau
5
50
100
1000
1000
1000
2000

mg/L

50

400

400

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

6 8.5
2
10
6
0.2
10
0.5

6 8.5
3
25
5
0.2
10
-

6-9
6
50
4
1
20
-

5-9
12
100
0
5
20
-

mg/L

0.05

Angka batas minimum


Bagi
perikanan,kandungan
amonia bebas untuk
ikan yang peka 0,02
mg/L sebagai NH3

Kobalt
Barium
Boron
Selemium
Kadmium
Krom (VI)
Tembaga

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

0.2
1
1
0.01
0.01
0.05
0.02

0.2
1
0.05
0.01
0.05
0.02

0.2
1
0.05
0.01
0.05
0.02

0.2
1
0.05
0.01
1
0.2

Besi

mg/L

0,3

Timbal

mg/L

0.03

0.03

0.03

Mangan
Raksa (Hg)
Seng (Zn)

mg/L
mg/L
mg/L

0.1
0.001
0.05

0.002
0.05

0.002
0.05

0.005
2

Klorida (Cl)
Sianida
Flourida
Nitrit

mg/L
mg/L
mg/L
mg/L

600
0,02
0.5
0.06

800
0,02
1.5
0.06

1000
0,02
1.5
0.06

1200
-

Sulfat
Klorin (Cl2)

mg/L
mg/L

400
0,03

0,03

0,03

Sulfida

mg/L

0.002

0.002

0.002

SAR (Sodium
Adsorption
Ratio)*)

mg/L

MIKROBIOLOGI
Fecal coliform MPN/100
mL

100

1000

2000

2000

Total coliform

1000

5000

10000

10000

MPN/100
mL

Bagi pengolahan air


minum
secara
konvesional Cu 1
mg/L
Bagi pengolahan air
minum
secara
konvesional Fe 5
mg/L
Bagi pengolahan air
minum
secara
konvesional Pb 0,1
mg/L
Bagi pengolahan air
minum
secara
konvesional Zn 5
mg/L

Bagi pengolahan air


minum
secara
konvesional N02-N 1
mg/L

Bagi ABAM tidak


dipersyaratkan
Bagi pengolahan air
minum
secara
konvesional H2S 0,1
mg/L
10 - 18 Maksimum 10 untuk
tanaman
peka
maksimum 18 untuk
tanaman kurang peka
Bagi pengolahan air
minum secara
konvesional Fecal
coliform 2000
MPN/100 mL
Bagi pengolahan air
minum
secara

konvesional
coliform

MPN/100 mL
Total coliform MPN/100
200
(untuk
mL
pemandian
umum)
Jumlah kuman Koloni/
200
kolam renang
mL
RADIOAKTIFITAS
Gross - Alfa
Bq/L
0.1
0.1
Gross Bq/L
1
1
Gross Bq/L
1
1
SENYAWA ORGANIK DAN PESTISIDA
Minyak/lemak
g/L
1000
1000
Minyak bumi
g/L
nihil
Deterjen
g/L
200
200
Fenol
g/L
1
1
BHC
g/L
nihil
nihil
Aldrin/Dieldrin
g/L
nihil
nihil
Chlordane
g/L
nihil
nihil
DDT
g/L
nihil
nihil
Heptachlor dan
g/L
nihil
nihil
heptachlor
epoxide
Lindane
g/L
nihil
nihil
methoxychlor
g/L
nihil
nihil
Endrin
g/L
nihil
nihil
Toxaphan
g/L
nihil
nihil
Pestisida Total
g/L
nihil
nihil
KETERANGAN
(-)
mg
g
ml
L
Bq

: tidak dipersyaratkan
: milligram
: mikrogram
: mililiter
: Liter
: Bequerel

0.1
1
1

0.1
1
1

1000
200
1
nihil
nihil
nihil
nihil
nihil

nihil
nihil
nihil
nihil
nihil

nihil
nihil
nihil
nihil
nihil

nihil
nihil
nihil
nihil
nihil

Fecal
10000

Anda mungkin juga menyukai