Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DESAIN KURIKULUM BERBASIS


KARAKTER DAN BUDAYA
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu:Mokh. Imron Rosyadi., M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Sahafudin

(2021114159)

2. Amalia Riskiyati

(2021114275)

Kelas : G

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Desain kurikulum berbasis Karakter
a.

Pengertian desain kurikulum


Desain kurikulum adalah pengembangan proses perencanaan, validasi,

implementasi dan evaluasi kurikulum. Desain kurikulum dapat didefinisikan sebagai


rencana, atau susunan dari unsur-unsur kurikulum yang terdiri atas tujuan, isi,
pengalaman belajar,, dan evaluasi.
Salah satu karakteristik terpenting dalamm desain pengambangan kurikulum
adalah konseptualisasi dan organisasi, berbagai bagian dari kurikulum tersebut.
Proses pengembangan tersebut bersifat menyeluruh, dan dilaksanakan secara
bertahap dan berkesinambungan.
Karakter (Pendidikan)
Sebagai suatu penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang
berkaitan dengan atribut kepribadian yang dapat atau ditolak oleh masyarakat.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter
Dengan demikian, definisi Pengembangan Kurikulum Berbasis Karakter
adalah usaha terencana, sistematis, metodologis, dan komprehensif yang ditujukan
untuk mengkritisi, memperbaharui, dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada

sebelumnya menuju kurikulum yang berorientasi pada penggalian, pengembangan,


dan penguatan karakter Peserta didik sebagai individu, professional, dan warga
bangsa Indonesia.
b. Prinsip Desain pengembangan kurikulum
Adapun prinsip desain kurikulum, antara lain :

Harus memudahkan dan mendorong pengembangan semua jenis pengalaman

belajar
Merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan dalam pengalaman belajar
Memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk menggunakan

prinsip-prinsip belajar
Guru dapat menyesuaikan pengalaman belajar dengan kebutuhan, kapasitas,

dan tingkat kematangan siswa


Guru mendorong dan mempertimbangkan berbagai pengalaman belajar anak

diluar sekolah
Pengalaman belajar yang berkesinambungan
Desain harus dapat membantu siswa untuk mengembangkan watak,

epribadian, pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai kultur.


Harus realistis, layak dan diterima.1
Implementasi Kurikulum berbasis Karakter

Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia

dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa


Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan

sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius
Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa

Oemar Hamalik, dasar- dasar pengembangan kurikulum,(Bandung :


Remaja Rosdakarya, 2013).hlm. 193-195.

.c

Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,

.kreatif, berwawasan kebangsaan


Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar

yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity). (Sumber: Pusat
.Kurikulum Balitbang Kemendiknas)
Ciri-Ciri Kurikulum Berbasis Karakter .d
Mengadaptasi konsep Pendidikan karakter dari FW Foerster (pencetus
.pendidikan karakter dari Jerman), Kurikulum jenis ini memiliki empat ciri
Kurikulum Berbasis Karakter menekankan setiap tindakan berpedomanpada

(a

nilai-nilai normatif. Dasar pembentuka karakter adalah pengetahuan dan


.pemahaman anak tentang nilai etika atau nilai baik-buruk
Dalam Kurikulum Berbasis Karakter terdapat koherensi atau upaya membangun

(b

rasa percaya diri dan keberanian. Dengan begitu anak didik akan menjadi
pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak
.takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru
Dalam Kurikulum Berbasis Karakter terdapat otonomi, yaitu anak didik

(c

menghayati dan mengamalkan berbagai aturan dan norma yang diyakininya


hingga menjadi nilai-nilai bagi pribadinya
Dalam Kurikulum Berbasis Karakter terdapat upaya sistematis utuk membentuk

(d

Keteguhan dan kesetiaan. Kateguhan adalah daya tahan anak didik dalam
mewujudkan apa yang dipandang baik. Sedangkan kesetiaan merupakan dasar
2

.penghormatan atas komitmen yang dipilihnya

Pengembangan Kurikulum berbasis Karakter

.e

Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori, dn


praktek pendidikan serta bervariasi sesuai dengan aliran/ teoripendidikan yang

Jurnal Pendidikan Universitas Garut Mansyur Vol. 01; No. 01; 2007; 1-9

dianutnya.dari berbagai konsep tentang konsep kurikulum pada dasarnya dibedakan


menjadi empat yaitu:
Kurikulum sebagai rencana
Kurikulum sebagai proses
Kurikulum sebagai hasil
Dan kurikulum sebagai system
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
merumuskan kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum berbasis karakter dalam makalah ini diartikan sebagai proses
pengembangan kurikulum untuk penguatan nilai-nilai karakter atau budi pekerti plus
(melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan) peserta didik, dengan
mengangkat materi atau masalah-masalah yang berkaitan dengan norma atau nilainilai, ke dalam topik-topik kurikulum, dan dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks
kehidupan peserta didik sehari-hari, dan menghubungkannya dengan konsep-konsep
yang ada dalam pokok bahasan.
Nilai-nilai karakter yang dimasukkan dalam proses pengembangan kurikulum
dalam makalah ini meliputi aspek (1) berketuhanan, (2) berketerampilan, (3)
berkarya, (4) berkreasi, (5) berkepribadian, dan (6) berbudaya. Secara rinci
indikator-indikator karakter dalam makalah ini adalah seperti yang tertera dalam
bagan 1 tersebut di atas tentang aspek dan indikator karakter.
Tahap pengembangan kurikulum berbasis karakter adalah sebagai berikut : 1) needs
assesment, dengan mengidentifikasi materi atau masalah-masalah yang berkaitan
dengan norma atau nilai-nilai yang ada di masyarakat dan lingkungan peserta didik,
khususnya materi atau masalahyang terkait dengan mata pelajaran, menganalisis
kurikulum SD yang saat ini digunakan, 2) merumuskan kompetensi / tujuan

pembelajaran berbasis karakter, 3) mengembangkan materi / bahan ajar berbasis


karakter, 4) mengembangkan

kegiatan belajar berbasis karakter, dan 5)

mengembangkan evaluasi.
Pengembangan kurikulum berbasis karakter dalam makalah ini mengacu kepada
nilai-nilai karakter yang relevan dengan standar isi dan standar kompetensi lulusan
untuk satuan pendidikan dasar, yang ditetapkan dalam standar pendidikan nasional.
B. Desain kurikulum berbasis budaya
a. Pengertian kurikulum berbasis budaya
Desain kurikulum berbasis budaya merupakan sebuah desain kurikulum yang
berorientasi pada penyiapan lulusan berbudaya.berbudaya berarti setiap individu
mampu menampilkan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang di
masyarakat. Nilai-nilai kemanusiaan yang berlaku di masyarakat dijadikan acuan
menentukan materi,proses, dan system evaluasinya.
b. Ciri-ciri kurikulum berbasis budaya
Pertama:

berorientasi

pada

pembentukan

manusia

berwatak,beradab

dan

bermartabat. Kedua: materi pembelajarannya dikembangkan dari berbagai sumber.


Ketiga: menekankan pada pembudayaan segenap potensi peserta didik. Keempat:
system penilaiannya menekankan pada proses dan hasil.
Kurikulum berbasis budaya dapat juga dipahami sebagai suatu bentuk inovasi
kurikulum yang ingin mengedepankan pengembangan segenap potensi peserta didik
atas dasar watak,peradaban dan martabat. Kurikulum perlu dikaitkan dengan tatanan
nilai-nilai kemasyarakatan yang berlaku di masyarakat

c. Pendekatan Budaya Dalam Pengembangan Pendidikan

Penggunaan pendekatan budaya untuk memecahkan masalah kemanusiaan


telah dilakukan sejak jaman Aristoteles ( Djohar, 1999 ). Dalam konteks pemecahan
masalah mutu pendidikan, pendekatan budaya dipandang relevan untuk digunakan
karena pendekatan struktural disinyalir mengalami banyak kegagalan. Dengan
pendekatan budaya diharapkan peningkatan mutu pendidikan menjadi sebuah
budaya yang berkembang dikalangan warga sekolah.
d. Tahap- tahap pengembangan kurikulum berbasis budaya
Perencanaan
Kegiatan pokok yang perlu dilakukan pada tahap ini adalah merancang dan
memgembangkan silabus yang merupakan panduan penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran. Prinsip prinsip yang dipakai untuk mengembangkan silabus tak
bisa dilepaskan dari prinsip prinsip pengembangan kurikulum pada umumnya.
Hal ini dikarenakan silabus merupakan salah satu produk kurikulum. Selanjutnya
apabila disepakati bahwa silabus merupakan salah satu produk kurikulum sebagai
pedoman tertulis, tentu membawa konsekuensi terhadap aspek aspek yang
dikembangkan, artinya aspek aspek yang ada dalam silabus haruslah merupakan
aspek aspek yang terdapat dalam kurikulum. Beberapa aspek pokok yang perlu
ada dalam silabus sebagaimana aspek yang tercangkup dalam kurikulum berbasis
budaya adalah rumusan kompetensi, hasil belajar, indikator keberhasilan, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, evaluasi, alokasi waktu dan sumber bahan.
Nilai-nilai pendidikan budaya dan karakater bangsa dikembangkan dalam setiap
pokok bahasan dalam mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam
silabus. Pengembangan nilai-nilai tersebut dalam silabus ditempuh melalui caracara berikut ini:

Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan

karakter bangsa yang tercantum di atas sudah tercakup didalamnya.


Menggunakan tabel yang memperlihatkan keterkaitan antara SK/KD dengan
nilai dan indikator.

Mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam tabel tersebut


ke dalam silabus mengembangkan RPP berdasarkan silabus yang sudah
disusun.

Implementasi
Beauchamp (1975 : 164 ) mengartikan implementasi kurikulum sebagai a
process of futting the curriculum to work. Fullan ( Miller dan Seller, 1985 :246 )
mengartikan implementasi kurikulum sebagai The futting into practice of an
idea, prgram or set of activities which is new to the individual or organization
using it . Berdasarkan atas dua pendapat tersebut, sesungguhnya implementasi
kurikulum merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan atau
melaksanakan kurikulum (dalam arti rencana tertulis) kedalam bentuk nyata
dikelas, yaitu terjadinya proses transmisi dan transformasi segenap pengalaman
belajar kepada pesrta didik.
Dua pola penerapan kurikulum berbasis budaya
Pertama, mengembangkan desain kurikulum ( silabus atau rancangan
pelaksanaan pembelajaran ) dengan berwawasan budaya. Artinya aspek aspek
kurikulum yang terkait dalam desain kurikulum dikembangkan dengan
mengacu pada wawasan budaya bangsa, misalnya : pengembangan materi
pembelajaran dikaitkan dengan nilai nilai luhur yang berlaku dimasyarakat.
Konsekuensinya, implementasinya tentu menggunakan model model
pembelajarn berbasis budaya.
Kedua,

menggunakan

desain

kurikulum

berbasis

budaya

dalam

implementasi kurikulum yang sedang berjalan. Disini yang perlu ditekankan


adalah penggunaan model model pembelajaran bebasis budaya dalam kegiatan
pembelajaran sehari hari. Model model pembelajaran berbasis bdaya yang
bisa digunakan adalah model pembelajaran pemecahan masalah, model
pembelajaran inkuiri, model pembelajaran kontektual dan model yang lainnya.
Evaluasi

Evaluasi kurikulum berbasis budaya, sebagaimana yang berlaku pada desain


kurikulum lainnya bertujuan untuk mengetahui tentang kelayakan kurikulum
berbasis budaya, baik dalam bentuk rancangan, maupun hasil. Hasil evaluasi
digunakan untuk menetapkan nilai dan arti terhadap kurikulum berbasis budaya
yang sedang berjalan. Sasaran kegiatan evaluasi kurikulum berbasis budaya, sesuai
dengan tujuannya, meliputi : evaluasi terhhadap rancangan, implementasi, dan hasil
belajar. Pendekatan evaluasi yang digunakan bisa dalam bentuk pendekatan
kuantitatif dan atau kualitatif.
Evaluasi terhadap rancangan kurikulum ingin melihat kualitas substansi dan
format rancangan. Evaluasi terhadap substansi rancangan kurikulum menitik
beratkan pada aspek aspek esensial rancangan kurikulum dan keterkaitannya
diantara aspek aspek evaluasi tersebut. Evaluasi terhadap implementasi kurikulum
berbasis budaya bertujuan untuk mengetahui kualitas proses implementasi
kurikulum ( kegiatan pembelajaran ) di sekolah (kelas dan luar kelas). Fokus
evaluasi diarahkan pada langkah langkah pembelajarna dan dinamika interaksi
pendidik dengan peserta didik.
Penilaian pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter didasarkan pada indikator.
Sebagai contoh, indikator untuk nilai jujur di suatu semester dirumuskan dengan
mengatakan dengan sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa yang
dilihat/diamati/ dipelajari/dirasakan maka guru mengamati (melalui berbagai
cara) apakah yang dikatakan seorang peserta didik itu jujur mewakili perasaan
dirinya. Mungkin saja peserta didik menyatakan perasaannya itu secara lisan tetapi
dapat juga dilakukan secara tertulis atau bahkan dengan bahasa tubuh. Perasaan
yang dinyatakan itu mungkin saja memiliki gradasi dari perasaan yang tidak
berbeda dengan perasaan umum teman sekelasnya sampai bahkan kepada yang
bertentangan dengan perasaan umum teman sekelasnya.

Anda mungkin juga menyukai