Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH EARNIG PER-SHARE DAN DIVIDEN

PER-SHARE TERHADAP HARGA SAHAM


Bidang Ilmu
Akuntansi Keuangan

DISUSUN OLEH:
RAFSANDI RAJAK
NPM: 02271311068

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2016

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masaalah.....................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................5
BAB II KERANGKA TEORITIK...................................................................6
2.1
2.2
2.3
2.4

Landasan Teori............................................................................6
Penelitian Terdahulu....................................................................13
Kerangka Pemikiran....................................................................13
Hipotesis......................................................................................14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................15


3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6

Rancangan Penelitian.................................................................15
Penentuan Sampel......................................................................15
Teknik Pengambilan Sampel.......................................................16
Jenis dan Sumber data................................................................16
Teknik analisis data.....................................................................17
Definisi Operasioal......................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi investor, pasar modal merupakan tempat untuk menyalurkan
dananya dalam bentuk berupa saham. Investasi saham mempunyai daya tarik
bagi investor karena dengan investasi berupa saham investor mempunyai
harapan untuk memperoleh keuntungan berupa capital gain ataupun dividen
saham yang tinggi. Pasar modal dapat digunakan oleh investor untuk
memperoleh tingkat penghasilan yang tinggi dan juga memiliki risiko yang tinggi
terhadap investasi tersebut. Sedangkan bagi perusahaan yang go public, pasar
modal merupakan tempat untuk memperoleh tambahan dana untuk kegiatan
operasional perusahaan agar kelangsungan hidup perusahaan dapat bertahan
dan agar dapat mampu bersaing dengan perusahaan lain.
Investor mempunyai berbagai pertimbangan untuk memutuskan sebuah
investasi saham di pasar modal. Fluktuasi harga saham yang tidak menentu dan
mengandung risiko menyebabkan ketidakpastian investor dalam menentukan
keputusan investasinya. Tinggi rendahnya minat seorang investor dalam
melakukan investasi saham di pengaruhi oleh kualitas dari nilai saham di pasar
modal. Penilaian terhadap investasi saham dapat dilakukan dengan berbagai
cara seperti dengan menggunakan analisis teknikal maupun dengan analisis
fundamental. Analisis fundamental menyatakan bahwa saham memiliki nilai
intrinsik tertentu (nilai yang seharusnya). Analisis fundamental membandingkan
nilai intrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah
harga pasar saham mencerminkan nilai intrinsiknya atau belum.

Earning Per Share (EPS) merupakan komponen penting pertama yang


harus diperhatikan dalam analisis perusahaan. Informasi EPS suatu perusahaan
menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan untuk
semua pemegang saham perusahaan. EPS merupakan rasio yang menunjukkan
berapa besar keuntungan(return) yang diperoleh investor atau pemegang saham
per lembar saham (Tjiptono dan Hendry, 2001, dalam dorothea dkk, 2013).
Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan
calon pemegang saham sangat tertarik pada Earning Per Share (EPS), karena
hal ini menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham
biasa dan menggambarkan prospekearning perusahaan. di masa depan.
Para calon pemegang saham tertarik dengan earning per share yang
besar, karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu
perusahaan (Lukman Syamsudin, 1992, dalam andrianik 2012). Secara singkat
dapat peneliti simpulkan bahwa semakin tinggi nilai EPS tentu saja akan
menyenangkan pemegang saham, karena semakin besar laba yang disediakan
untuk pemegang saham.
Besarnya Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan. bisa diketahui dari
informasi

laporan

keuangan

perusahaan langsung

atau

dapat

dihitung

berdasarkan laporan neraca dan laporan rugi laba perusahaan. Earning per
share atau laba per lembar saham adalah suatu analisis yang penting di dalam
laporan keuangan perusahaan. Earning per share memberikan informasi kepada
para pihak luar (ekstern) seberapa jauh kemampuan perusahaam menghasilkan
laba untuk tiap lembar yang beredar.
Sebagai indikator keberhasilan di masa yang lalu dan harapan di masa
yang akan datang, earning per share memberikan gambaran yang penting dari

keberhasilan itu. Namun demikian earning per share bukan satu-satunya alat
penilai keberhasilan perusahaan. Alat ini masih harur dikombinasikan dengan
alat yang lain dan diinterpretasikan lebih jauh.
Pada umumnya dalam menanamkan modalnya investor mengharapkan
manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar saham (EPS).
Sedangkan jumlah laba per lembar saham (EPS) yang didistribusikan kepada
para investor tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran
deviden. Laba per lembar saham (EPS) dapat menunjukan tingkat kesejahteraan
perusahaan, jadi apabila laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan kepada
para investor tinggi maka menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu
memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham,
sedangkan laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan rendah maka
menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan kemanfaatan
sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham.
Menurut Larson dkk (2000) laba per lembar saham ( ESP )
adalah :Earning Per Share, also called net income per share, is the amount of
income earned per each share of companys outstanding common stock. (Laba
Per Saham, juga disebut laba bersih per saham, adalah jumlah pendapatan yang
diterima per setiap saham biasa yang beredar perusahaan).
Menurut Besley dan Brigham (2000) laba per lembar saham (EPS),
adalah : Earning Per Share is called the bottom line, denoting that of all the
items of on the income statement. (Laba Per Saham disebut garis bawah yang
menunjukkan bahwa dari semua item pada laporan laba rugi).
Dengan

demikian,

laba

per

lembar

saham

(EPS)

menunjukan

kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba

yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham
(EPS) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per
lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur
keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemiliki saham dalam
perusahaan.
Perusahaan mempunyai berbagai macam usaha dalam menarik jumlah
investor dan meningkatkan harga sahamnya, salah satunya yaitu dengan
mengevaluasi faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan
harga saham suatu perusahaan. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (2002)
harga saham di pasar adalah merupakan perhatian utama dari perhatian manajer
keuangan untuk memberikan kemakmuran kepada para pemegang saham atau
pemilik perusahaan.
Selain kebijakan mengenai kegiatan investasin, harga saham juga dapat
dipengaruhi oleh usaha perusahaan dalam meningkatkan laba per lembar saham
perusahaan. Menurut Zaki Baridwan (2004) yang dimaksud dengan Earning per
Share (EPS) atau laba per saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh
dalam satu periode untuk setiap lembar saham yang beredar. Laba per lembar
saham

dapat

memberikan

informasi

bagi

investor

untuk

mengetahui

perkembangan dari perusahaan.


Dividen per Share (DPS) adalah dividen per lembar saham. Dividen per
lembar saham merupakan keuntungan yang dibagikan kepada pemegang saham
oleh perusahaan sebanding atau sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki dan
dapat berupa dividen tunai atau dividen saham, tetapi yang lebih sering
dibagikan adalah dividen tunai. Dalam bird in the hand theory menyatakan
bahwa nilai perusahaan akan dimaksimalkan oleh rasio pembayaran dividen

tunai yang tinggi, karena investor mengganggap dividen tunai sebagai hal yang
kurang berisiko dari pada potensi keuntungan modal. Dalam hal ini perusahaan
perlu melakukan pertimbangan dalam pembagian dividen pada rapat umum
pemegang saham tentang komposisi jumlah dividen yang akan dibagikan
dengan jumlah laba ditahan.

1.2

Rumusan Masaalah

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan:


1. Apakah earnig per share berpengaruh terhadap harga saham
2. Apakah dividen per share berpengaruh terhadap harga saham

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari apakah earnig per share dan
dividen per share memiliki pengaruh terhadap harga saham

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inormasi bagi para
pemegang saham dalam mengambil keputusan beinvestasi.

BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 signalling theory
Signalling theory atau teori sinyal mengarah atau menekankan
kepada pentingnya sebuah informasi dari perusahaan kepada pihak luar
guna membuat keputusan investasi atau kepentingan lainnya yang
berhubungan dengan kelangsungan perusahaan. Teori ini menunjukan
adanya asimetri informasi yaitu kondisi diamana salah satu atau suatu
pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain.
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis,
hal ini dikarenakan informasi menyajikan keterangan, catatan atau
gambaran masalalu, saat ini maupun keadaan dimasa yang akan datang
terhadap kalangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran
efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, dan tepat waktu sangat
diperlukan oleh invetor guna membuat keputusan.
Teori signal ini menjelaskan bahwa suatu informasi mengenai
dividen yang dibayarkan oleh perusahaan invormasi ini deigunakan oleh
investor sebagai suatu sinyal perusahaan dimasa mendatang. Peningkatan
dividen akan membuat pasar bereaksi positif bila pasar menderung
menginterprestasikan bahwa peningkatan dividen dianggap sebagai sinyal
tentang preospek cerah perusahaan dimasa mendatang, demikian juga
sebaliknya pasar akan bereaksi nigatif jika terjadi penurunan dividen, yang

dianggap sebagai sinyal yang kurang bagus, yang dianggap sebagai sinyal
yang kurang bagus tentang perusahaan dimasa mendatang
2.1.2 Dividend Per Share
Menurut Weston dan Copeland (2001,dalam Rescyana Putri Hutami
2012) menyatakan bahwa Dividend per Share merupakan total semua
dividen tunai yang dibagikan kepada pemegang saham dibandingkan
dengan jumlah saham yang beredar. Jadi dividen dapat diartikan sebagai
pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan atas
keuntungan

yang

diperoleh,

dan

besarnya

tergantung

kebijakan

masingmasing perusahaan, sehingga memerlukan pertimbangan yang


lebih serius dari manajemen perusahaan. Keputusan akan besarnya
dividen diputuskan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2.1.3 Hubungan antara Dividend Per Share dengan Harga Saham
Menurut Halim (2005,) pengaruh penurunan besarnya dividen yang
dibayar dapat menjadi informasi yang kurang baik bagi perusahaan karena
dividen merupakan tanda tersedianya laba perusahaan dan besarnya
dividen yang dibayar sebagai informasi tingkat pertumbuhan laba saat ini
dan masa mendatang. Dengan anggapan tersebut, harga saham menjadi
turun, karena banyak pemegang saham akan menjual sahamnya.
2.1.4 Earning Per Share
Laba

per

lembar

saham

(EPS)

menunjukkan

kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba. Laba per lembar saham (EPS) dapat
dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar
saham (EPS) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur
keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham dalam

perusahaan. Hasil yang lain menyatakan bahwa informasi terpenting bagi


investor dan analisis sekuritas adalah laba per lembar saham.
Menurut Halim (2005) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
laba per lembar saham (earning per share) adalah perbandingan antara
keuntungan bersih setelah pajak yang diperoleh emiten dengan jumlah
saham yang beredar. menurut Zaki Baridwan (2000) laba per lembar
saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam satu periode untuk
setiap lembar saham yang beredar. Informasi mengenai pendapatan per
lembar saham dapat digunakan oleh pemimpin perusahaan untuk
menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi
investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan. Apabila dividen
yang dibayarkan pada setiap lembar saham dibandingkan dengan
pendapatan per lembar saham dalam periode yang sama, maka akan
diperoleh prosentase pembayaran (pay-out percentage).
EPS merupakan salah satu ukuran profitabilitas yang sering kali
dikutip dari laporan keuangan. Ukuran ini umumnya juga dilaporkan dalam
laporan laba rugi pada laporan tahunan perusahaan. Jika perusahaan
hanya menerbitkan satu jenis saham, maka earnings per share dihitung
dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham biasa yang beredar.
Jika yang beredar adalah saham preferen dan saham biasa, maka pertama
kali laba bersih dikurangkan dengan jumlah dividen saham preferen
(Warren, Reeve, dan Fess, 2006).
2.1.5 Hubungan antara Earning Per Share dengan Harga Saham
Menurut Tandelilin (2001), bagi para investor, informasi EPS
merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena

bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa mendatang.


Apabila EPS yang dihasilkan sesuai dengan harapan investor, maka
keinginan investor untuk menanamkan modalnya juga meningkat dan akan
meningkatkan harga saham seiring dengan tingginya permintaan akan
saham. Menurut Stice dan Skousen (2005,), terdapat hubungan yang
signifikan antara perubahan earning dan perubahan saham. Apabila EPS
tinggi, investor menganggap perusahaan mempunyai prospek yang baik di
masa yang akan datang, karena investor percaya bahwa nilai suatu saham
akan bergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
setiap lembar saham. Apabila EPS yang dihasilkan sesuai dengan harapan
investor, maka keinginan investor untuk menanamkan modalnya juga
meningkat dan akan meningkatkan harga saham seiring dengan tingginya
permintaan akan saham, menurut (Darmadji & Fakhruddin 2006, h.195)
mengemukakan semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan
semakin besar laba sehingga mengakibatkan harga pasar saham naik
karena permintaan dan penawaran meningkat.
Penelitian di Indonesia mengenai factor-faktor yang berhubungan
dengan harga saham sudah banyak dilakukan. Penelitian tentang
pentingnya laporan keuangan menghasilkan bahwa 52,86% responden
mengandalkan laporan keuanagn. Hasil yang lain menyatakan bahwa
informasi terpenting bagi investor dan analisis sekuritas adalah laba
perlembar saham (Triyono dan Jogiyanto,2004:24).
Triyono (1998) menguji informasi arus kas dari aktivitas pendanaan,
investasi, operasi, dan laba akuntansi dengan harga dan return saham.
Sampel pada penelitian yang di lakukan adalah 34 perusahaaan

manufaktur yang Go Public di BEJ, hasil penelitian menyatakan bahwa


tidak terdapat hubungan antara arus kas, maupun ketiga komponen adalah
return saham.
Dalam prakteknya, para investor di pasar modal mempunyai
beberapa motif atau tujuan dalam membeli saham bank yang telah
melakukan emisi sahamnya. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh deviden berdasarkan keputusan RUPS.
2. Mengejar Capital Gain jika bermain di bursa efek.
3. Menguasai perusahaan melalui pencapaian mayoritas saham.
2.1.6 Harga Saham
Harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada saat
tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan
dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Harga saham
mengalami perubahan naik atau turun dari satu waktu ke waktu lain.
Perubahan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran,
apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga
cenderung naik. Sebaliknya jika terjadi kelebihan penawaran, maka harga
saham cenderung turun. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda
penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu
perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut,
maka pihak tersebut memiliki klaim (hak tagih) atas pendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat
Umum Pemegang Saham
Definisi harga pasar saham menurut Halim (2005,) adalah Harga
pasar saham adalah harga jual dari investor yang satu kepada investor

10

yang lain setelah saham tersebut dicatatkan di bursa. Menurut (Martono


2007,h.13) harga saham merupakan refleksi dari keputusan-keputusan
investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan asset.
Terdapat beberapa nilai yang berhubungan dengan saham menurut
(Jogiyanto, 2008:118), yaitu:
1. Nilai Buku dan Nilai-nilai Lain yang Berhubungan
a. Nilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan nilai
kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham.
b. Agio saham (additional paid in capital atau in excess of par value)
merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada
perusahaan dengan nilai nominal sahamnya.
c. Nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar
oleh pemegang saham

kepada

perusahaan

emiten untuk

ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa.


Nilai modal disetor merupakan penjumlahan total nilai nominal
ditambah dengan agio saham.
d. Laba ditahan (retained earnings) merupakan laba yang tidak
dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagikan ini
diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana
internal.
e. Nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva
bersih (net assets) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan
memiliki satu lembar saham.
2. Nilai Pasar (market value) adalah harga dari saham di pasar bursa
pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar

11

berbeda dengan nilai buku. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan
dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.
3. Nilai Intrinsik (intrinsic value) merupakan nilai sebenarnya dari saham
atau nilai seharusnya dari suatu saham.
2.1.7 Terbentuknya Harga Saham.
Terbentuknya harga saham tidak hanya disebutkan saja, melainkan
dibentuk berdasarkan suatu dasar tertentu. Saat perusahaan didirikan,
harga sahamnya tercermin dari jumlah modal sendiri (equity) per
sahamnya. Setelah perusahaan berdiri, kemudian beroperasi dan
berkembang baik, tentunya perusahaan mulai memberikan hasil yaitu
antara lain berupa dividen tunai. Jika perusahaan berkembang pesat,
maka laba dan dividen juga akan meningkat, sehingga nilai perusahaan
akan meningkat.
Harga saham terbentuk dari proses demand dan supply yang
terjadi di bursa. Jika supply lebih besar daripada demand, maka akan
menyebabkan pergerakan harga yang menurun. Dan demikian juga
sebaliknya, jika supply lebih kecil dari pada demand, maka harga akan
bergerak naik. Harga saham berfluktuasi sesuai dengan informasi baik
dari dalam (faktor internal) maupun dari luar perusahaan (faktor
eksternal). Informasi yang berasal dari dalam perusahaan adalah
penilaian

kinerja

perusahaan,

pengumuman

laba

perusahaan,

pergantian pengurus perusahaan, pengumuman pembagian dividen,


dan informasi lain yang menyangkut operasi perusahaan. Informasi
yang berasal dari luar perusahaan adalah isu-isu politik, situasi

12

keamanan negara, perkembangan perusahaan pesaing, dan informasi


lainnya.

2.2 Penelitia Terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu mengenai harga saham :
1. Penelitian yang dilakukan olehVice Law Ren Sia (2011) dengan judul
Pengaruh Current Ratio, Earnings per Share, dan Price Earnings Ratio
Terhadap Harga Saham
2. Penelitian yang di lakukan oleh Dorothea Ratih, Apriatni E.P dan Saryadi
Pengaruh(2013) dengan judul EPS, PER, DER, ROE Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia (Bei) Tahun 2010-2012
3.

Penelitian yang dilakukan oleh Erna Indah Sari dkk, Pengaruh FaktorFaktor Fundamental Terhadap Harga Saham PT Unilever Indonesia Tbk

4. Penelitian yang dilakukan oleh Yuyun Yuliani dan Yoyon Supriadi (2014)
Pengaruh Earning Per Share Dan Dividend Per Share Terhadap Harga
Saham Perusahaan Yang Go Public

2.3 Kerangka Pemikiran


Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Harga Saham sedangkan
variabel independen yang digunakan yaitu Dividen Per Share dan Earning Per
share.
pengaruh penurunan besarnya dividen yang dibayar dapat menjadi
informasi yang kurang baik bagi perusahaan karena dividen merupakan tanda
tersedianya laba perusahaan dan besarnya dividen yang dibayar sebagai
informasi tingkat pertumbuhan laba saat ini dan masa mendatang.

13

informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar


dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa
mendatang. Apabila EPS yang dihasilkan sesuai dengan harapan investor, maka
keinginan investor untuk menanamkan modalnya juga meningkat dan akan
meningkatkan harga saham seiring dengan tingginya permintaan akan saham.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibangun suatu hubungan antara
variabel yang akan digunakan untuk mengembangkan hipotesis sebagai berikut :

Dividen Per Share


Harga Saham
Earning Per share

2.4 Hipotesis
Dari hubungan variabel diatas dapat diajukan hipotesis berikut:
H1 : Dividen Per Share berpengaruh terhadap Harga Saham
H2 : Earning Per share berpengaruh terhadap Harga Saham

14

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Metode deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini merupakan suatu
metode penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik
satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan dengan variabel lain, dengan demikian melalui penelitian
deskriptif dapat diperoleh besarnya Earning Per Share (EPS), Dividend Per
Share (DPS), dan Harga Saham pada perusahaan Go Public yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan Metode asosiatif yang dipergunakan
dalam penelitian ini merupakan metode penelitian yang bertujuan mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih, atau metode yang digunakan untuk
menguji kebenaran dari suatu hipotesis, dengan menggunakan penelitian
verifikatif dapat mengetahui pengaruh atau bentuk hubungan Earning Per Share
(EPS), Dividend Per Share (DPS), terhadap Harga Saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Penelitian ini dilakukan di Indonesia, Maluku Utara, Kota Ternate,

3.2 Penentuan Sampel


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di BEI yang melakukan pemecahan saham pada periode 2010 sampai
2015. Periode tersebut dipilih karena perekonomian dalam kondisi stabil dan
tidak dipengaruhi oleh krisis ekonomi serta merupakan data terkini. Sehingga
hasil dari penelitian ini adalah yang terbaru tahun 2015. Pada periode ini terdapat

15

23

peristiwa

pemecahan

saham.

Pemilihan

sampel

dilakukan

dengan

menggunakan metode purposive sampling yaitu memilih sampel dengan kriteria


tertentu, sehingga sesuai dengan penelitian yang dirancang. Kriteria yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan yang terdaftar di BEI sampai dengan tahun 2015
b. Tetap terdaftar di Bursa Efek Jakarta sampai 31 Desember 2015.
c. Memberikan laporan keuangan secara periodik kepada Bursa Efek
Jakarta pada tanggal 31 Desember.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel


Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang masih terdaftar
di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian tahun 2010 hingga 2015
dengan mengambil sampel berdasarkan pertimbangan kriteria-kriteria tertentu
(purposive sampling). Kriteria-kriteria tersebut antara lain Perusahaan yang listed
di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mengumumkan laporan keuangan tahunan
selama tahun 2010-2015. Ketersediaan dan kelengkapan data selama periode
penelitian (20102015) yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.4 Jenis Dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder dalam penelitian ini berupa harga saham perusahaan manufaktur yang
berada di bursa efek Indonesia. Data yang diperoleh dalam bentuk laporan
keuangan perusahaan, harga saham, perkembangan harga saham selama
periode 2010 sampai 2015. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dalam
bentuk sudah jadi, yang telah dikumpulkan dan dicatat oleh pihak lain melalui
www.idx.co.id, www.bi.go.id dan www.yahoofinance.co.id

16

3.5 Teknik Analisis Data


Pengujian Hipotesis pada penelitian ini menggunakan regresi linear
sederhana pada pengujian hipotesis pertama dan pengujian hipotesis kedua,
Model regresi sederhana adalah suatu model analisis yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel independen.
a. Uji Asumsi Klasik
Terdapat beberapa syarat sebelum melakukan regresi yang harus
dilalui yaitu melakukan uji asumsi klasik. Model regresi harus bebas dari
asumsi klasik yaitu, data berdistribusi normal, bebas dari gejala autokorelasi,
heteroskedastisitas

dan

multikolinearitas.

Berikut

adalah

penjelasan

mengenai normalitas, autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas


yaitu :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji model regresi dan variabel
pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogrov Smirnov Test
dengan membandingkan asymptotic signyfycance dengan = 0,05.
Dasar penarikan kesimpulan uji normalitas ini adalah data dikatakan
berdistribusi normal apabila nilai asymptotic signifycancenya > 0,05
(Imam Ghozali, 2001 dalam catarina 2015)
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji model regresi mengenai
ada tidaknya korelasi antar varibel bebas. Uji ini diidentifikasi ada
tidaknya multikolinearitas dengan menghitung Variance Inflation Factor
(VIF). Jika nilai VIF < 10 dan besarnya nilai toleransi > 0,05 maka
dapat disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinearitas
3. Uji Autokorelasi

17

Uji autokorelasi bertujuan menguji model regresi linier terkait ada


tidaknya korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya)
4. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas muncul apabila kesalahan atau residual dari
model yang diamati tidak memiliki varian yang konstan dari suatu
observasi ke observasi lainnya

3.6 Definisi Operasional


Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel terikat (Y) dalam penelitan ini adalah harga saham. Sedangkan
variabel bebas dalam penelitian ini adalah factor faktor fundamental berupa
dividen per share (X1), dan earning per share (X2).
a. dividen per share

adalah merupakan total semua dividen tunai yang

dibagikan kepada pemegang saham dibandingkan dengan jumlah saham


yang beredar.
b. earning per share adalah perbandingan antara keuntungan bersih setelah
pajak yang diperoleh emiten dengan jumlah saham yang beredar.

DAFTAR PUSTAKA

Andrianik. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhiresiko Investasi


Saham Pada Perusahaanfarmasi Yang Go Public Di Bursa Efek
Indonesia. Universitas Warmadewa Denpasar

18

Alwi, Iskandar. Z. 2003. Pasar Modal, Teori dan Aplikasi, Cetakan Pertama,
Yayasan Pancur Siwah, Jakarta.
Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Salemba Empat, Jakarta.
J. Fred Weston, dan Thomas E. Copeland. 2001. Manajemen Keuangan. Jilid 2.
Erlangga, Jakarta.
Stice, dan Skousen, 2004. Akuntansi Intermediate buku 1. Salemba Empat,
Jakarta.
Tandelilin, Eduardus, 2001. Analisis Investesi dan Manajemen Portofolio, edisi
pertama. BPFE, Yogyakarta.
Ratih, Dorothea Apriatni E.P,

Saryadi. 2013. Pengaruh Eps, Per, Der, Roe

Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Pertambangan


Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2010-2012.
Diponegoro journal of social and politic.
Sari, Erna Indah dkk, Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga
Saham PT Unilever Indonesia Tbk
Yongki, Sukarman, dan Siti Khairani.

Pengaruh Devidend Per Share dan

Earning Per Share Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor


Otomotif di Bursa Efek Indonesia
Putri Mariska Isyani, Catarina. 2015. Pengaruh Return On Investment (Roi)Dan
Earning Per Share (Eps)Terhadap Harga Saham Perusahaandengan
Memperhatikan Perceived Risk Sahamsebagai Variabel Moderasi.
Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

19

Anda mungkin juga menyukai