Anda di halaman 1dari 6

TUGAS FARMASI

Latar belakang
Senyawa bahan alam atau senyawa kimia yang bersumber dari alam (ramuan yang berasal dari
tanaman, bagian dari hewan dan dari mineral anorganik) dapat dipergunakan sebagai obat. Obat
pada prinsipnya pemberian senyawa kimia yang berasal dari alam dan berpengaruh positif
terhadap penyembuhan suatu penyakit. Demikian pula dengan narkotika dan psikotropika,
apabila digunakan secara benar dan sesuai dengan petunjuk dokter maka dapat digunakan
sebagai obat.
Pengertian narkotika menurut Undang Undang Nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika Pasal 1,
yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Sedangkan yang dimaksud
ketergantungan narkotika menurut UU tersebut adalah gejala dorongan untuk menggunakan
narkotika secara terus menerus, toleransi dan gejala putus narkotika apabila penggunaan
dihentikan.
Narkotik berarti segala bahan kecuali makanan, air dan oksigen, yang jika masuk ke dalam tubuh
akan mengubah fungsinya secara fisik atau psikologis. Istilah narkotik mencakup berbagai jenis
bahan sebagai berikut.
obat terlarang, seperti kafeina, tembakau dan alkohol
obat yang dapat dibeli di apotek atau pasar swalayan, seperti analgesik, misal aspirin, kodin
dan parasetamol serta obat anti-radang non-steroid
obat resep seperti obat penenang, missal Valium, Rohypnol dan Serepax
obat terlarang, seperti ganja, heroin, halusinogen dan amfetamina
bahan lain yang disalahgunakan, seperti pelarut dan bensin.
Istilah narkotik dalam pengobatan merujuk kepada bahan candu dan turunannya atau bahan
sintetik yang bertindak seperti candu. Berdasarkan definisi tersebut maka bahan narkotik hanya
boleh digunakan dalam bidang pengobatan, yaitu sebagai sejenis obat penahan sakit. Misalnya,
akibat patah tulang ataupun pada saat pembedahan. Penggunaan narkotik selain untuk tujuan
pengobatan, dikatakan sebagai penyalahgunaan.
1. Zat Narkotik
Senyawa kimia yang ada pada berbagai bagian tanaman yang bersifat narkotik berupa alkaloid
atau glikosida. Beberapa tanaman juga diduga mengandung aprodisiac/senyawa kimia untuk
dapat mengkhayal, misalnya tanaman kecubung (Solanum sp, Argemon sp) mengandung
alkaloid paradin (terdapat pada biji dan daging buah, khasiatnya sama dengan opium asli), daun
ganja atau Papaver somniferum L atau P. album, Mill, keluarga Papavera ceae. Senyawa alkaloid
terbesar tetap morfin 10 16%, noscapine 4 8%, codeine 0,8 2,5%, papaverine 0,5 2,5%,

tebaine 0,5 2,0% dan lainnya, semuanya tidak kurang dari 20 jenis. Senyawa kokain, suatu
alkaloid pada daun Erythroxylon coca Lam dan Erythroxylon spp lainnya, juga bersifat narkotik.
2. Sumber Zat Narkotik
Semula sumber bahan narkotik adalah pohon popi Papaver somniferum. Apabila buah popi muda
disadap (menggores) maka akan mengeluarkan getah (sejenis alkaloid) berwarna putih dan
dinamai Lates Getah ini dibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat
kehitaman dan sesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah
yang dinamakan candu mentah atau candu kasar. Candu kasar mengandung bermacam-macam
zat-zat aktif yang sering disalahgunakan. Candu mentah ini juga dapat diperoleh dalam bentuk
cair, padat atau serbuk. Saat ini candu mentah ini juga dapat dihasilkan secara sintetik dengan
cara mengeluarkan alkaloid tersebut dari pohon popi tua yang kering. Candu dapat menghasilkan
sedikitnya dua kelompok alkaloid. Pertama bahan seperti morfin dan kodeina, dan kelompok
kedua yaitu bahan yang terdiri dari papaverin dan noskapin. Kelompok kedua ini tidak banyak
memberi dampak pada otak dibandingkan dengan narkotik kelompok pertama khususnya morfin.
Morfin merupakan bahan dasar awal dari alkaloid ini, untuk dapat dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk pengobatan. Sebagai bahan dasar morfin, dapat disintesis bahan narkotik baru
yang nilai pengobatannya lebih baik dari bahan dasarnya. Sintesis kimia ini mencakup
menambah gugus-gugus yang akan menembah bioaktifitasnya, misalnya dengan menambahkan
gugus metil, asetil, metoksi ataupun bentuk ester berbagai asam organik karboksilat. Demikian
pula berbagai derivat dari kokain sebagai bahan dasar untuk sintesis kimia. Bahan dasar kokain
terdapat pada ekstrak daun Erythraxyloncoca lain dan Erythroxylon spp lainnya.
3. Jenis Narkotik
Jenis-jenis narkotik umumnya dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu: jenis semula jadi (morfin dan
kodeina); separuh-tiruan (heroin dan hidromorfon), dan tiruan (meperidin, metadon).
a. Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupakan Alkaloida utama dari
opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau
dalam bentuk cairan
b. Kodeina
Kodeina termasuk garam/turunan dari opium/candu. Efek kodeina lebih lemah daripada heroin,
dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungan rendah. Biasanya dijual dalam bentuk pil
atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan
c. Heroin ( putaw )
Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis opiat
yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir-akhir ini. Heroin, yang secara
farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi mengantuk dan perubahan mood

yang tidak menentu. Walaupun pembuatan, penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi
diusahakan heroin tetap tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena efek
analgesik dan euforik-nya yang baik.
d. Hidromorfon
Hidomorfon juga ialah sejenis narkotik separa-tiruan yang diperbuat daripada morfin. Kegunaan
perubatannya agak banyak dan oleh itu mudah disalahgunakan. Ia didapati dalam bentuk tablet
dan cair.
e. Meperidin
Meperidin ataupun petidin adalah narkotik tiruan sepenuhnya. Ia diperbuat keseluruhannya
dalam makmal dengan tujuan menggantikan kegunaan morfin. Ini kerana ia boleh mengurangkan
kesan buruk berbanding morfin, khususnya kesan tolerans dan pergantungan. Meperidin juga
boleh berfungsi menahan sakit dan didapati dalam bentuk pil serta cecair. Meperidin masih
mempunyai kesan tolerans dan pergantungan jika digunakan berpanjangan dan meluas.
f. Methadon
Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opioid.
Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid.
Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol),
methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Kelas obat tersebut
adalah nalaxone (Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine.
Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa
tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine (Buprenex). Beberapa
penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk
ketergantungan opioid. Nama popoler jenis opioid : putauw, etep, PT, putih.
Jenis narkotik lain yang perlu diketahui yaitu demerol. Nama lain dari Demerol adalah pethidina.
Pemakaiannya dapat ditelan atau dengan suntikan. Demerol dijual dalam bentuk pil dan cairan
tidak berwarna.
4. Pengaruh Narkotik terhadap Kesehatan
Narkotik sifatnya yang membius tentunya mengurangi rasa sakit dan dikendalikan dari syaraf
otak. Sifat pasrah tanpa berbuat sesuatu, tanpa pedulikan sekitarnya, bahkan melukai dirinya
sendiri tidak merasa sakit. Sifat ini sangat berbahaya, bila kecanduannya sudah memuncak maka
tidak segan-segan mengambil darahnya sendiri yang mengandung morfin untuk disuntikkan
kembali atau disuntikkan ke orang lain yang juga kecanduan. Hal tersebut dapat menyebabkan
tertularnya penyakit antar pengguna narkotik. Sifat kecanduan ini juga berpengaruh pada
kinerjanya sebagai anggota masyarakat.
Sifat kecanduan yang berlebihan dapat berakibat memperoleh bahan narkotik dengan membeli
berapapun harga dan jumlahnya. Untuk memperoleh uang pembeli narkotik, tidak segan-segan

untuk mencuri, merampas, membunuh, dan melakukan tindakan kriminal lainnya. Tindakan
kriminal merupakan bagian masyarakat yang tidak sehat dan perlu dicegah serta diberantas
keberadaanya.
Rumusan masalah

ISI
Senyawa metadon

(RS)-6-(Dimethylamino)-4,4-diphenylheptan-3-one
Saat ini Methadone banyak digunakanorang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis
opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Sejumlah besar
narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine),
pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini Methadone banyak digunakan orang
dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati
overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat tersebut adalah nalaxone (Narcan),
naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane, dan apomorphine. Sejumlah senyawa dengan
aktivitas campuran agonis dan antagonis telah disintesis, dan senyawa tersebut adalah
pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine (Buprenex). Beberapa penelitian telah
menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu pengobatan yang efektif untuk ketergantungan
opioid.
Metadon adalah opiat (narkotik) sintetis yang kuat seperti heroin (putaw) atau morfin, tetapi
tidak menimbulkan efek sedatif yang kuat. Metadon biasanya disediakan pada Program Terapi
Rumatan Metadon (PTRM), yaitu program yang mengalihkan pengguna heroin pada obat lain
yang lebih aman.

Metadon bukan penyembuh untuk ketergantungan opiat: selama memakai metadon,


penggunanya tetap tergantung pada opiat secara fisik. Tetapi metadon menawarkan kesempatan
pada penggunanya untuk mengubah hidupnya menjadi lebih stabil dan mengurangi risiko terkait
dengan penggunaan narkoba suntikan, dan juga mengurangi kejahatan yang sering terkait dengan
kecanduan. Dan karena diminum, penggunaan metadon mengurangi penggunaan jarum suntik
bergantian, perilaku yang sangat berisiko penularan HIV dan virus lain.
PTRM sering mempunyai dua tujuan pilihan. Tujuan pertama adalah untuk membantu pengguna
berhenti penggunaan heroin, diganti dengan takaran metadon yang dikurangi tahap-demi-tahap
selama jangka waktu tertentu. Tujuan kedua adalah untuk mengurangi beberapa dampak buruk
akibat penggunaan heroin secara suntikan. Pilihan ini menyediakan terapi rumatan, yang
memberikan metadon pada pengguna secara terus-menerus dengan takaran yang disesuaikan
agar pengguna tidak mengalami gejala putus zat (sakaw) atau sedasi.
Metadon biasanya diberikan pada klien program dalam bentuk cairan (larutan sirop) yang
diminum di bawah pengawasan di PTRM setiap hari. Setiap klien membutuhkan takaran yang
berbeda, akibat perbedaan metabolisme, berat badan dan toleransi terhadap opiat. Beberapa
waktu dibutuhkan untuk menentukan takaran metadon yang tepat untuk setiap klien. Pada
awalnya, klien harus diamati setiap hari dan reaksi terhadap dosisnya dinilai. Jika klien
menunjukkan tanda atau gejala putus zat, takaran harus ditingkatkan. Umumnya program mulai
dengan takaran 20mg metadon dan kemudian ditingkatkan 5-10mg per hari. Biasanya klien
bertahan dalam terapi dan mampu menghentikan penggunaan heroin dengan takaran metadon
sedang hingga tinggi (60-100mg).
Walaupun metadon biasanya ditoleransi dengan baik, kadang kala klien mengalami efek
samping:
mual
muntah: 10-15% mengalami efek samping ini, yang biasanya hilang setelah beberapa hari
sembelit: seperti opiat lain, gizi dan olahraga dapat membantu
keringat: dapat muncul sebagai efek samping, atau karena takaran metadon tidak sesuai
amenore: masa haid terlambat, atau kadang kala lebih teratur
libido: penurunan pada gairah seksual
kelelahan: dapat dikurangi dengan mengurangi takaran
gigi busuk: disebabkan oleh sirop dan mulut kering
Penggunaan metadon tidak berisiko pada hati.
Informasi mengenai efek samping yang mungkin akan muncul harus diberikan pada klien.
Apakah Metadon Berinteraksi dengan Obat Lain?

Metadon dapat berinteraksi dengan obat lain atau suplemen yang dipakai bersamaan (lihat
Lembaran Informasi (LI) 407). Untuk informasi khusus mengenai interaksi antara metadon dan
obat yang umumnya dipakai oleh Odha, lihat tabel di bawah.
Dapat disimpulkan bahwa metadon tidak berpengaruh pada tingkat obat antiretroviral (ARV)
atau obat TB dalam darah, kecuali ddI (lihat LI 413) versi dapar (buffered) dan AZT (LI 411).
Bila ada klien metadon yang memakai ddI, mungkin takaran ddI harus dinaikkan atau sebaiknya
ddI versi dapar diganti dengan ddI EC (bila tersedia). Bila dipakai AZT (atau pil kombinasi yang
mengandung AZT, mis. Duviral), mungkin efek samping AZT timbul kembali. Karena efek
samping ini dapat serupa dengan sakaw, harus hati-hati membedakannya. Hal serupa terjadi
setelah mulai terapi untuk hepatitis C.
Sebaliknya, beberapa obat dapat berpengaruh pada efek metadon. Bila setelah mulai atau
berhenti penggunaan obat lain klien mengalami sakaw atau sedasi, takaran metadon harus
disesuaikan.
Metadon adalah opiat sintetis yang dapat dipakai oleh pengguna narkoba suntikan untuk
mengganti heroin bila dia tidak dapat berhenti memakainya akibat kecanduan.
Karena ada interaksi antara metadon dengan beberapa obat yang dipakai oleh Odha, petugas
PTRM harus mengetahui bila klien mulai memakai obat baru, atau berhenti memakainya, agar
takaran metadon dapat disesuaikan bila dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai