Anda di halaman 1dari 10

KadjieKampret

Senin, 29 Oktober 2012

Manajemen Zakat dan Wakaf


Menurut Islam, alam semesta dan seluruh isinya adalah milik Allah SWT,
termasuk yang menjadi hak milik manusia sendiri. Alam semesta dan seluruh isinya itu
di siapkan Allah SWT untuk manusia, agar di urus, di ambil manfaatnya sebanyak
mungkin dan di budayakan. Manusia hanyalah suruhan Alaah belaka untuk menjadi
seorang khalifah. Maksudnya manusia adalah khalifah-khalifah Allah dalam
mempergunakan dan mengatur harta ini. Kedudukan manusia sebagai khalifah Allah
pada hakikatnya menunjukkan bahwa manusia itu sebagai penerima amanat dan tugas
untuk kebaikan masyarakat seluruhnya.
Pada harta yang kita milikki di dalamnya terdapat hak orang lain. Untuk itu
Islam menganjurkan dengan sangat agar manusia suka bersedekah, berqurban,
berwakaf, berinfaq, aqiqah, menghormati tamu, dan menghormati tetangga, serta
mengeluarkan hartanya untuk merealisasikan kemaslahatan umum dan kekuatan
Negara.
Di antara salah satu rukun Islam yang menjadi tulang punggung agama Islam
yaitu mengeluarkan zakat, mewajibkan seseorang yang mempunyai harta lebih untuk
mendermakan hartanya kepada para kaum dhuafa. Baik itu berupa biji-bijian,
binatang ternak, hasil bumi (emas dan perak) dan barang dagangan. Oleh karena itu,
di zaman khalifah Abu Bakar as Siddiq menetapkan orang-orang yang mengingkari
zakat harus di perangi, demi kejayaan islam dan umatnya.
Selain berzakat, islam juga menganjurkan untuk berwakaf, yaitu menyerahkan
harta milik pribadi kepada pihak lain untuk kepentingan umum dengan tujuan
keridlaan Allah serta dapat di manfaatkan dengan ketentuan tidak mengalami
perubahan. Wakaf sendiri biasa di sebut dengan shodaqoh jariyah seperti
menyerahkan sebidang tanah untuk kepentingan masjid, pondok pesantren, musholla,
dan sarana pendidikan.

ZAKAT
A)

PENGERTIAN ZAKAT

Zakat menurut bahasa ialah suci dan tumbuh dengan subur dan berarti pula
suci dari dosa. Hal itu sesuai dengan manfaat zakat baik bagi orang yang berzakat
(muzakki) maupun bagi penerima zakat (mustahiq). Bagi muzakki, zakat berarti
membersihkan hartanya dari hak-hak mustahiq, khususnya para fakir miskin.
Sedangkan bagi mustahiq, zakat dapat membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela
seperti iri dan dengki terhadap muzakki. Sesuai dengan firman Allah pada surat AtTaubah, 9:103.
Pengertian zakat dalam arti tumbuh dengan subur karena orang yang
mengeluarkan zakat di jamin hartanya tidak habis, bahkan akan berkembang berkat
pertolongan Allah serta doa kaum dhuafa. Adapun pengertian zakat dalam arti suci
dari dosa karena orang yang mengeluarkan zakat (muzakki) telah melepaskan diri dari
sifat tamak, iri dan dengki. Sehingga mau memperhatikan kepentingan orang lain yang
di amanatkan oleh Allah kepadanya.
Sedangkan pengertian zakat menurut istilah syara, zakat ialah mengeluarkan
sebagian harta benda sebagai sedekah wajib, sesuai perintah Allah SWT kepada orangorang yang sudah memenuhi syarat-syaratnya dan sesuai pula dengan ketentuan
hukum Islam.
B)
HUKUM ZAKAT
Hukum mengeluarkan zakat yaitu fardlu ain bagi setiap muslim/muslimah yang
telah memenuhi syarat-syaratnya dan sesuai dengan ketentuan hukum Islam. Karena
zakat merupakan salah satu dari rukun Islam. Yaitu rukun Islam yang ketiga.
Di dalam alquran cukup banyak ayat yang menjelaskan tentang kewajiban
mengeluarkan zakat. Yang pada umumnya selalu beriringan dengan kewajiban
mendirikan sholat. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah sholat dan zakat mempunyai
persamaan dalam keutamaanya. Sholat merupakan ibadah badaniyah yang paling
utama. Sedangkan zakat merupakan ibadah maliyah yang paling utama.
Ibadah zakat ini di wajibkan oleh Allah kepada kaum muslimin pada tahun 2 H
dengan turunnya firman Allah SWT dalam surat At-Taubah,9:103. Orang yang
mengaku Islam , apabila mengingkari kewajiban zakat dianggap murtad (keluar dari
Islam).
C)
MACAM-MACAM ZAKAT DAN KETENTUANNYA
Berdasarkan ayat Al-quran dan hadits Rasulullah SAW, zakat itu terbagi
menjadi dua yaitu zakat fitrah (harta pribadi) dan zakat mal(zakat harta).
a)
ZAKAT FITRAH
Zakat fitrah adalah zakat yang di keluarkan seusai bulan Ramadhan atau
menjelang Idul Fitri bagi setiap muslim maupun yang menjadi tanggungannya dengan
beberapa syarat dan ketentuan. Syarat-syarat wajib zakat fitrah yaitu :
Islam

Orang tersebut memilikki kelebihan harta untuk keperluan makan malam hari
raya dan siang harinya, baik untuk diri sendiri dan keluarganya maupun untuk
hewaan peliharaannya.
Pada waktu terbenam matahari hari terakhir bulan Ramadhan orang tersebut
sudah lahir atau masih hidup. Orang yang lahir sesudah terbenam matahari atau
meninggal sebelum matahari di hari terakhir bulan Ramadhan tidak wajib membayar
zakat.
Sesuatu hal yang harus di keluarkan untuk zakat fitrah adalah makanan pokok,
seperti beras, jagung dan gandum. Menurut madzhab Syafii, besaran makanan pokok
yang di keluarkan untuk zakat fitrah itu senilai 1 shok (2,5 kg) untuk setiap pribadi.
Zakat fitrah boleh di bayar dengan uang asalkan senilai dengan harga makanan pokok
yang telah di tentukan itu.

b)
ZAKAT MAL
Zakat mal atau zakat harta yang wajib di keluarkan zakatnya adalah :
Emas, perak dan mata uang.
Hewan ternak, jenis hewan ternak yang wajib di keluarkan zakatnya
yaitu unta, sapi, kerbau dan kambing.
Biji-bijian atau makanan pokok, seperti beras, jagung dan gandum.
Buah-buahan meliputi kurma dan anggur.
Harta perniagaan.
Barang tambang dan harta rikaz (harta terpendam).
Syarat wajib untuk zakat mal ini terbagi menjadi dua. Ada syarat umum yang
meliputi semua harta dan syarat khusus untuk zakat emas, perak, mata uang dan harta
perniagaan.
1)
Syarat umum :
Islam.
Merdeka.
Milik yang sempurna.
Mencapai satu nishob.
2)
Syarat khusus zakat emas, perak, mata uang dan harta perniagaan :
Pemiliknya orang Islam yang merdeka (bukan hamba sahaya/budak).
Haul (mencapai satu tahun) Harta tersebut telah di milikki genap satu
tahun.
Harta milik pribadi dan hak penuh pemiliknya.

D) NISHOB ZAKAT
Yang di maksud dengan nishob adalah ukuran atau kadar banyaknya harta
yang wajib di bayar zakatnya. Nishob zakat beraneka ragam ukurannya sesuai dengan
harta yang di zakatinya.
Tabel nishob zakat
No
1

Jenis harta

Nishob

Syarat

Zakatnya

Binatang ternak
a. Unta

5-9 ekor
25-35
36-45
46-60
61-75

1 tahun

1 ekor kambing (2 tahun)


1 ekor anak unta (1 tahun)
1 ekor anak unta (2 tahun)
1 ekor anak unta (3 tahun)
1 ekor anak unta (4 tahun)

b. Sapi dan kerbau

30-39 ekor
40-59
60-69
70-.

1 tahun

1 ekor anak sapi (1 tahun)


1 ekor anak sapi (2 tahun)
2 ekor anak sapi (1 tahun)
2 ekor anak sapi (2 tahun)

c. Kambing

40-120 ekor
121-200
201-399
400

1 tahun

1 ekor anak kambing (2 tahun)


2 ekor anak kambing (2 tahun)
3 ekor anak kambing (2 tahun)
4 ekor anak kambing (2 tahun)

93,6 gram (20 dinar)


672 gram (200 dirham)

1 tahun

2.5%
2.5%

Emas dan perak


a. Emas
b. Perak

Biji-bijian (padi,
jagung, gandum)

1323.132 kg

Selesai
panen

10%/5%

Buah-buahan (kurma
dan anggur)

1323.132 kg

Selesai
panen

10%/5%

Harta perniagaan

93,6 gram emas

1 tahun

2.5%

E) ORANG YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT (MUSTAHIQ)


Pembagian harta zakat harus di berikan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya, yang sering di sebut dengan mustahiq zakat. Berdasarkan ketentuan
ayat Al-quran surat At-Taubah ayat 60, mustahiq zakat itu sebanyak 8 orang (alashnafu al-tsamaniyah). Antara lain :
1. Fakir, yaitu orang yang tidak mempunyai harta dan usaha/pekerjaan untuk
mencukupi kebutuhannya.
2. Miskin, yaitu orang yang mempunyai usaha/pekerjaan tetapi tidak dapat mencukupi
kebutuhannya.
3. Amil, yaitu orang yang bertugas mengurus zakat yang mendapat upah kecuali dari
zakat tersebut.
4. Muallaf, yaitu orang yang baru masuk islam sedangkan imannya masih belum kuat.
5. Budak, yaitu hamba sahaya yang di janjikan kemerdekaannya oleh majikannya
apabila dapat menebus dirinya (budak mukatab).
6. Gharim, yaitu orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya sendiri atau keperluan
yang mubah kemudian tidak bisa membayar.
7. Sabilillah, yaitu para pejuang pembela agama Allah yang tidak mendapatkan gaji
sebagai imbalan pekerjaannya.
8. Ibnu sabil, yaitu orang yang sedang dalam keadaan bepergian bukan untuk maksiat
dan kehabisan bekal dalam perjalanannya.
Di samping adanya mustahiq zakat tersebut, ada juga 5 orang yang tidak boleh
menerima pembagian zakat yaitu :
1. Orang kaya (muzakki).
2. Hamba sahaya.
3. Bani Hasyim dan Bani Mutholib (keturunan Rasulullah).
4. Orang kafir.
5. Orang yang menjadi tanggungan muzakki.

F) PENGOLAAN ZAKAT DI INDONESIA


Di Negara Kesatuan Republik Indonesia, zakat mendapat perhatian dari
pemerintah dan para ulama. Hal ini terbukti antara lain dengan lahirnya UndangUndang No.38 Th.1999 tentang pengolaan zakat. Undang-Undang itu kemudian di susul
oleh Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia tanggal 13 Oktober 1999,
Nomor 581 Th.1999 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Th.1999 tentang
pengolaan zakat.

Berdasarkan Undang-Undang No.38 Th.1999 dan Surat Keputusan Menteri


Agama No.581 Th.1999 tentang pengolaan zakat tersebut dapat di kemukakan
beberapa hal yaitu :
a. Azas dan Tujuan Pengolaan Zakat
Dalam bab II, Pasal 4 dan 5 Undang-Undang no.38 Th.1999 di sebutkan bahwa
pengolaan zakat berdasrkan iman dan takwa, keterbukaan, dan kepastian hukum
sesuai Pancasila dan UUD 1945, sedangkan pengolaan zakat bertujuan :
o Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan
tuntunan agama.
o Meningkatkan peran dan fungsi keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan keadilan sosial.
o Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.
b. Organisasi Pengolaan Zakat
Organisasi pengolaan zakat terdiri dari dua jenis, yaitu : Badan Amil Zakat
(BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZ di dirikan oleh pemerintah terdiri unsur
masyarakat dan pemerintah. Sedangkan LAZ adalah institusi pengolaan zakat yang
sepenuhnya di bentuk oleh prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di
bidang dakwah, pendidikan, sosial, dan kemaslahatan umat Islam.
BAZ terdapat berbagai tingkatan yang mempunyai dewan dan komisi, serta
memilikki tugas, wewenang dan tanggung jawab pada Badan Pelaksanaan Zakat pada
tiap tingkatan dalam prinsipnya adalah sama. Tugas dari BAZ itu sendiri terdiri dari:
- Menyelenggarakan tugas administratif dan teknis pengumpulan.
- Mengumpulkan dan mengolah data yang di perlukan dalam menyusun rencana
pelaksanaan zakat.
- Menyelenggarakan bimbingan di berbagai bidang.
- Menyelenggarakan tugas penelitian dan pengembangan, komunikasi, informasi, dan
edukasi pengolaan zakat.
Mengenai LAZ keberadaanya di kukuhkan oleh pemerintah apabila telah
memenuhi beberapa persyaratan seperti : memilikki badan hukum sendiri, memilikki
data muzakki dan mustahiq, memilikki pembukuan, dan melampirkan surat
pernyataan bersedia di audit. Sama halnya dengan BAZ, LAZ juga terdapat beberapa
tingkatan.
c. Persyaratan dan ProsedurPendayagunaan Hasil Pengumpulan Zakat
Dalam Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia, Nomor 581
Th.1999, Bab V Pasal 28 ayat satu dan dua di sebutkan :
(1) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahiq di lakukan berdasrkan
persyaratan :
Hasil pendataan, penelitian kebenaran mustahiq delapan golongan.

Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi kebutuhan dasar


ekonomi dan sangat memerlukan bantuan.
Mendahulukan mustahiq dalam wilayahnya masing-masing.
(2) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha yang produktif dilakukan
berdasarkan persyaratan :
Apabila pendayagunaan zakat sebagaimana pada ayat (1) sudah terpenuhi dan ternyata
masih terdapat kelebihan.
Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan.
Mendapat persetujuan tertulis dari dewan.
G) HIKMAH ZAKAT
Ibadah zakat memilikki hikmah baik yang berhubungan vertikal dengan Allah
SWT, maupun hubungan horizontal dengan manusia. Hikmah-hikmah zakat antara
lain :
Perwujudan nilai-nilai iman kepada Allah SWT. Dengan mensyukuri nikmatnya dan
menumbuhkan rasa kemanusiaan yang tinggi.
Sebagai pertolongan dan bantuan kepada fakir miskin di dalam mewujudkan
kehidupan sejahtera dengan memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat terhindar
dari kekufuran.
Sebagai sistem pembangunan sistem kemasyarakat Islam yang terdir di atas persatuan,
persamaan derajat dan hak, persaudaraan, saling membantu.
Sebagai sumber dana pembangunan sarana dan pra sarana agama Islam seperti sarana
ibadah, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Serta pengembangan kualitas sumber daya
manusia muslim.

WAQAF
1. PENGERTIAN WAQAF DAN HUKUMNYA
Menurut istilah bahasa waqaf berarti menahan atau berhenti tetapi menurut
istilah fuqaha menyerahkan harta atau benda milik pribadi yang kekal zatnya ke

pihak lain untuk kepentingan umum supaya bisa bermanfaat dengan bertujuan
mendapat keridlaan Allah. Waqaf biasanya di sebut dengan sodaqoh jariyah seperti
menyerahkan sebidang tanah untuk kepentingan masjid, pondok pesantren, musholla,
dan sarana pendidikan.
Waqaf ini sangat di anjurkan oleh Allah SWT. Anjuran tersebut terdapat dalam
Al-quran surat Al-Hajj ayat 77 dan juga surat Ali Imron ayat 92. Hukum waqaf
sendiri adalah jaiz atau boleh tetapi karena nilainya yang sangat potensial maka dapat
di katakan sunnah.
2. RUKUN DAN SYARAT WAQAF
Rukun waqaf ada 4 yaitu :
Orang yang mewaqafkan ( al-waqif) syaratnya : baligh, berakal, atas dasar kemauan

sendiri, memilikki hak membelanjakan terhadap benda yang di waqafkan.


Orang yang menerima waqaf (al-mauquf alaih) syaratnya : berhak memilikki selama-

lamanya, bila waqaf perorangan maka berhak memilikki sesuatutersebut, mampu dan
sanggup mengelola benda yang di waqafkan.
Benda yang di waqafkan (al-mauquf) syaratnya : benda tetap, tidak mudah rusak bila

di manfaatkan, milik orang yang mewaqafkan, barang yang di waqafkan berlaku


selamanya tidak di batasi waktunya, bbarang yang di waqafkan harus tunai.
Lafadz waqaf (sighat). Yaitu ikrar serah terima waqaf dengan syaratnya : dengan
bahasa yang jelas atau kinayah yang di sertai dengan niat waqaf, jika di berikan
kepada orang tertentu maka harus di jawab. Sedangkan untuk umum tidak di
syaratkan untuk di jawab.

3. MACAM-MACAM WAQAF
Di dalam ajaran Islam waqaf terbagi menjadi 2 macam yaitu :
Waqaf Dzurri, yaitu waqaf yang di berikan oleh seseorang khusus untuk kerabatnya,
anak cucu, orang tua dan saudara. Menurut pandangan agama waqaf ini bertujuan
untuk membentengi kehidupan mereka dari kesengsaraan.
Waqaf Khairi, yaitu waqaf yang di berikan untuk amal kebaikan secara umum.
4. HARTA YANG DI WAQAFKAN
Harta yang di waqafkan syaratnya :
Kekal zatnya, walaupun manfaatnya di ambil. Contoh harta yang memenuhi syarat

untuk di waqafkan : tanah, bangunan, masjid, rumah sakit, jam dinding, tikar sholat,
dan sebagainya.
Kepunyaan yang berwaqaf dan hak miliknya dapat berpindah-pindah.
Ketentuan lain mengenai harta waqaf, yakni harta waqaf itu terlepas dari milik
orang yang berwaqaf. Harta waqaf itu tidak boleh di jual, tidak boleh di berikan
(hibah), dan tidak boleh di wariskan.

Akan tetapi menurut sebagain ulama madzhab Imam Hambali, menjual harta
waqaf tersebut boleh, asalkan hasil penjualannya di belikan barang baru dan di
waqafkan kembali. Sahabat Rasulullah SAW, Umar bin Khattab, pernah menganti dan
memindah masjid kufah dengan masjid baru di tempat lain, sedangkan di bekas masjid
lama itu di bangun pasar, yang sudah tentu manfaatnya untuk kepentingan umum.
Yang menjadi rujukan dalam pengertian ini adalah firman Allah surat Al-Araf ayat 35.
Manfaat waqaf bagi yang menerima waqaf atau masyarakat adalah : dapat
menghilangkan kebodohan, dapat mengurangi kemiskinan, dapat mengurangi
kesenjangan sosial, dan dapat memajukan serta menyejahterakan umat.

5. WAQAF DI INDONESIA
Pelaksanaan waqaf di Indonesia di atur oleh Undang-Undang Republik
Indonesia No.41 Th.2004 tentang Waqaf, yang di sahkan oleh Presiden Republik
Indonesia Dr.H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 27 Oktober 2004. Selain itu
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang masalah perwaqafan tanah
milik antara lain :
UU No.5 Th.1960 tanggal 24 September 1960, tentang Peraturan Dasar PokokPokok Agraria, pasal 49 ayat 1 memberi isyarat bahwa perwaqafan tanah milik di
lindungi dan di atur dengan peraturan pemerintah.
Peraturan Pemerintah N0.28 Th.1977 tentang perwaqafan tanah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.6 Th.1977 tentang tata pendaftaran tanah
mengenai perwaqafan taman milik.
Peraturan Menteri Agama No.1 Th.1978 tentang peraturan pelaksanaan peraturan
pemerintah No.28 Th.1977 tentang perwaqafan tanah milik.
a) Pengertian, Dasar-Dasar Waqaf, Tujuan dan Fungsinya
Mengacu pada Undang-Undang RI No.41 Th.2004, yang di maksud waqaf
adalah perbuatan hukum waqif untuk melepaskan atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk di manfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu,
sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah atau kesejahteraan umum
menurut syariat.
Waqaf hukumnya sah apabila di laksankan sesuai dengan syariat. Waqaf yang
telah di ikrarkan tidak dapat di batalkan. Waqaf bertujuan untuk memanfaatkan harta
benda waqaf sesuai dengan fungsinya, sedangkan fungsi waqaf mewujudkan potensi

dan manfaat ekonomis harta benda waqaf untuk kepentingan ibadah dan memajukan
kesejahteraan umum.

b) Unsur Waqaf
Waqif (orang yang berwaqaf) meliputi perseorangan, organisasi dan badan hukum.
Nazir, yaitu pihak yang menerima waqaf dari waqif untuk di kelola dan di
kembangkan sesuai dengan peruntukkanya.
Harta benda waqaf, adalah harta benda yang memilikki daya tahan lama atau manfaat
jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariat. Ada dua macam
harta benda yang bisa di waqafkan yaitu : benda tidak bergerak dan benda bergerak.
Ikrar waqaf, adalah pernyataan kehendak waqif yang di ucapkan secara lisan atau
tulisan kepada nazir, untuk mewaqafkan harta benda miliknya dengan di saksikan oleh
dua orang saksi di hadapan Pejabat Pembuat Akta.
Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi waqaf, harta benda waqaf hanya dapat di
peruntukkan bagi : sarana kegiatan ibadah, sarana kegiatan pendidikan dan kesehatan,
bantuan untuk fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu dan beasiswa, kemajuan dan
peningkatan ekonomi umat, kemajuan dan kesejahteraan umum lainnya yang tidak
bertentangan dengan syariah.
c) Hikmah Waqaf
Di antara hikmah waqaf antara lain :
Merupakan realisasi perintah Allah agar seseorang menafkahkan sebagian hartanya di
jalan Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran ayat 92.
Sebagai tanda syukur seorang hamba Allah atas nikmat yang telah di terimanya.
Sebagai sumber dana sosial bagi keluarga yang tidak mampu.
Sebagai sumber dana, sarana dan pra sarana aktifitas agama islam.

Anda mungkin juga menyukai