PENGURANGAN RISIKO
PASIEN JATUH
Tim Akreditasi
RS PUSAT JANTUNG NASIONAL HARAPAN KITA
JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan penysunan pedoman pencegahan risiko jatuh ini. Penyusunan
pedoman ini dilaksanakan agar semua petugas kesehatan di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita
(PJNHK)mengetahui cara mencegah resiko pasien jatuh dalam rangka peningkatan pelayanan
pada pasien yang dirawat PJNHK.
Semoga pedoman ini bermanfaat dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
khususnya dalam hal menciptakan patient safety dilingkungan rumah sakit PJNHK, kritik dan
saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan agar pedoman ini menjadi lebih baik lagi.
Jakarta,
Januari 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
i
ii
1
1
2
2
11
11
13
16
Pasien dengan penyakit jantung sering kali menimbulkan berbagai masalah keperawatan
yang tentu saja berpengaruh terhadap kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya. Masalah keperawatan yang sering muncul pada pasien-pasien dengan gangguan
jantung salah satunya adalah masalah intoleransi aktivitas, masalah ini muncul tidak hanya
akibat langsung dari masalah gangguan jantung yang dialami pasien namun dapat terjadi
sebagai akibat dari efek samping dari program pengobatan seperti obat-obatan relaksan,
sedative dan anti nyeri golongan narkotika. Secara patofisiologis etiologi dari masalah
intoleransi aktivitas pada pasien dengan penyakit jantung diantaranya adalah menurunnya
fungsi sirkulasi dan pernafasan (Herdman, 2009).
Intoleransi aktivitas adalah kondisi dimana pasien mengalami ketidakcukupan energi secara
psikologis maupun fisiologis untuk dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang
harus atau yang ingin dilakukan (Herdman, 2009). Batasan karakteristik dari intoleransi
aktivitas antara lain: 1) respon tidak normal dari tekanan darah terhadap aktifitas; 2) respon
tidak normal dati heart rate terhadap aktifitas; 3) EKG menunjukan perubahan irama/aritmia;
4) EKG menunjukan tanda-tanda ischemia; 5) ketidaknyamanan saat aktifitas; 6) dyspnea
saat beraktifitas; 7) melaporkan adanya fatigue; 8) melaporkan adanya weakness.
Pada pasien dengan penyakit jantung yang menjalani perawatan di rumah sakit tidak jarang
mendapatkan terapi medis berupa diuretik yang mengakibatkan pasien mengalami diuresis
dan sering ke toilet, pada kondisi ini pasien yang telah mengalami intoleransi aktivitas sangat
berisiko mengalami cedera akibat terjatuh, oleh sebab itu intervensi keperawatan yang
diberikan kepada pasien tidak hanya bertujuan menangani masalah-masalah aktual yang
terjadi pada pasien, namun juga bertujuan menangani masalah-masalah yang mungkin terjadi
atau masalah-masalah berisiko terjadi salah satunya adalah risiko terjatuh. Guna mencegah
terjadinya masalah cedera pasien akibat terjatuh perlu dikembangkan model pengelolaan
pencegahan risiko jatuh pada ruang rawat. Salah satu instrumen yang digunakan untuk
mengkaji risiko jatuh yang sering digunakan dan sudah teruji validitasnya adalah dengan
menggunakan Fall Morse Scale (FMS).
Pencegahan pasien jatuh merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh perawat
sebagai upaya menjamin keselamatan pasien (patient safety) selama dirawat di rumah sakit,
untuk itu perlu adanya pedoman tentang Pengelolaan Pencegahan Pasien Jatuh. Penerapan
pedoman ini diharapkan berdampak terhadap terjaminnya keselamatan pasien selama dirawat
dan dapat berdampak terhadap kepuasan pasien sebagai pengguna layanan, sehingga dapat
dijadikan sebagai prosedur tetap dalam menjamin keselamatan pasien, dimana patient safety
merupakan salah satu indikator penjamin mutu pelayanan di rumah sakit.
1.2 Tujuan
a. Tujuan umun
Tujuan penyusunan pedoman ini adalah memberikan panduan kepada perawat RS
PJNHK agar dapat menerapkan pengkajian risiko jatuh pada setiap pasien yang dirawat.
b. Tujuan khusus
1.3 Manfaat
Pedoman pencegahan risiko jatuh ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pelayanan
keperawatan melalui peningkatan kompetensi perawat dalam melakukan pengkajian
khususnya pada pengkajian dengan menggunakan Fall Morse Scale dan hasil penerapan
pengkajian risiko jatuh dapat dijadikan data base dan menjadi dasar pengembangan
intervensi keperawatan khususnya pada pasien sakit jantung untuk meningkatkan patient
safety yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
BAB 2
PENGELOLAAN PENGURANGAN RISIKO JATUH
2.1 Definisi
Jatuh didefinisikan sebagai suatu kondisi yang tiba-tiba, tidak terkontrol yang menyebabkan
tubuh berpindah tempat ke bagian yang lebih rendah, yang dapat mengakibatkan cidera.
2.2 Pengkajian risiko jatuh (Fall risk Assesment)
Pengkajian risiko jatuh merupakan komponen penting untuk mengurangi kejadian jatuh pada
pasien termasuk di dalamnya program pencegahan. Tujuan pengkajian risiko jatuh yaitu
untuk mengidentifikasi lebih awal pasien-pasien yang berisiko jatuh agar dapat mengatasi
masalahnya dan pada akhirnya tidak terjadi kondisi jatuh. Pengkajian risiko jatuh ini dapat
menggunakan format screening yang sederhana untuk semua pasien baik anak maupun
dewasa pada saat masuk ke rumah sakit.
Pasien dapat dilakukan pengkajian risiko jatuh pada kondisi:
Pada saat dipindahkan dari unit perawatan satu ke unit perawatan lainnya dengan
menggunakan fasilitas transportasi
Interval rutin misalnya sebulan sekali, dua kali seminggu atau setiap hari.
Instrumen pengkajian risiko jatuh yang digunakan di RS Jantung dan Pembuluh Darah
Harapan Kita, yaitu:
-
Pasien anak memakai formulir: checklist penilaian risiko pasien anak: skala Humpty
Dumpty
Pasien dewasa memakai formulir: Skala Jatuh Morse (Morse Fall Scale/ MFS)
Pasien geriatri memakai formulir: Penilaian risiko jatuh pada pasien geriatri
2. Lakukan screening pada semua pasien terhadap faktor risiko jatuh dan kondisi status
kesehatan pasien yang berisiko untuk jatuh
3. Assessment risiko jatuh menggunakan format penilaian risiko jatuh yang telah disusun
dan tentukan skor yang diperoleh dari penilaian terhadap pasien.
4. Tegakkan diagnosa risiko jatuh sesuai tingkatan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh
5. Berikan hand banded fall risk (gelang risiko jatuh) pada pasien yang berisiko tinggi
jatuh
6. Tatalaksana sesuai risiko
7. Assessment ulang keefektifan penatalaksanaan risiko jatuh
8. Edukasi: pencegahan
Ya
Screening semua pasien untuk risiko jatuh:
- Riwayat jatuh
- Perubahan status mental
- Gangguan eliminasi
- Gangguan mobilisasi
- Pengg. obat penenang/Hipnotik
(Kondisi rawan utk jatuh)
Melaksanakan pengelolaan
keamanan lingkungan
(untuk pencegahan
jatuh)
Ya
Tidak
Assessment fokus risko jatuh
(Morse Fall Scale)
Ya
Implementasi:
Pengawasan, Pendampingan
& Edukasi
Tidak
2.
3.
Lakukan pengkajian pada orang dewasa menggunakan Morse Fall Scale (MFS)
Morse Fall Scale merupakan instrumen pengkajian risiko jatuh yang digunakan untuk
memprediksi kondisi jatuh pada pasien. Reliabilitas Morse Fall Risk Scale r= 0.98
(Morse, 1997). Instrumen ini dapat digunakan di tiga tipe perawatan klinik yaitu
perawatan akut, long-term care dan unit rehabilitasi.
Variabel risiko jatuh yang diidentifikasi berdasarkan MFS dan pemberian
skor yaitu:
Riwayat jatuh
Diberikan skor 25 jika pasien sudah pernah mengalami kondisi jatuh sebelum masuk
rumah sakit atau jika mengalami riwayat jatuh fisiologikal yang disebabkan karena
kejang atau gangguan berjalan saat masuk rumah sakit. Jika pasien tidak mengalami
kondisi jatuh maka diberi skor 0.
Diagnosa sekunder
Diberikan skor 15 jika pasien memiliki lebih dari satu diagnosa medis sesuai catatan
medis pasien. Jika tidak, diberi skor 0.
Cara berjalan
Terdapat tiga karakteristik tipe berjalan tergantung jenis keterbatasan fisik atau
penyebabnya, yaitu:
Gangguan cara berjalan diberi skor 20, jika pasien mengalami kesulitan untuk
berdiri dari kursi, mencoba berdiri dengan bantuan topangan tangan pada lengan
kursi. Kepala terkulai dan pandangan selalu ke bawah. Karena pasien mengalami
gangguan keseimbangan maka sangat tergantung pada bantuan orang lain atau
menggunakan alat bantu jalan dan tidak dapat berjalan sendiri tanpa bantuan.
Melangkah perlahan dan kaki diseret.
Cara berjalan mengalami kelemahan diberi skor 10, jika pasien membungkuk dan
menegakkan kepala sambil berjalan tanpa kehilangan keseimbangan. Melangkah
perlahan dengan kaki diseret.
Status mental
Variabel status mental diukur dengan memberikan kesempatan pasien melakukan
pengkajian diri terhadap kemampuan bergerak dan beraktivitas. Tanyakan pada pasien
apakah pasien berjalan sendiri ke kamar mandi atau membutuhkan bantuan.
Jika pasien merespon tidak konsisten dengan catatan aktivitas pasien dalam status
atau pasien berespon tidak realistik dengan mengatakan bahwa ia mampu melakukan
sesuatu tanpa bantuan padahal ia tidak mampu dan melupakan keterbatasan fisiknya
maka diberi skor 15. Jika pasien konsisten menjawab sesuai dengan catatan
pengkajian aktivitas dalam status pasien maka pasien berada dalam kondisi normal
dan diberi skor 0.
DAFTAR PUSTAKA
Gray-Miceli, D. (2008). Preventing Falls in Acute Care. Evidence Based Geriatric Nursing
Protocols for Best Practice. 3rd ed. New York: Springer Publishing Company, Inc
Herdman T.H. (2009). NANDA International Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hook, M.L., Devine, E.C., Lang, N.M. (2005) Using a Computerized Fall Risk Assessment
Process to Tailor Interventions in Acute Care. Aurora Cerner University of Wisconsin
Milwaukee (ACW) Knowledge Based Nursing Initiative (KBNI)
Morse, J.M. (2009). Preventing Patient Falls: Establishing a Fall intervention Program. 2nd ed.
Springer Publishing Company.
Pearson, K.B & Coburn, A.F. (2011). Evidence-based Falls Prevention in Critical Access
Hospitals. Flex Monitoring Team University of Minnesota.
Lampiran 1
LABEL
FORMULIR PENILAIAN
RISIKO JATUH DAN
INTERVENSI
Unit :
Kamar:
Lampiran 2
SKORE MORSE
FALL SCALE
Risiko rendah
0 24
Risiko sedang
25 44
Risiko tinggi
45
PEMBERIAN
TANDA
Pasien diberi gelang
warna kuning
TINDAKAN
Intervensi pencegahan
risiko jatuh pada level
rendah
Intervensi pencegahan
risiko jatuh pada level
sedang
Intervensi pencegahan
risiko jatuh pada level
tinggi
Terdapat diagnosa
Sekunder
Penggunaan alat
Bantu
heparin lock
Intervensi
Tingkatkan keamanan pasien
Komunikasikan status risiko jatuh pasien melalui catatan
keperawatan, laporkan perubahannya setiap shift
Dokumentasikan kondisi lingkungan yang berpotensi
pasien untuk jatuh
Tentukan faktor yang meningkatkan risiko jatuh
misalnya penyakit, pemberian obat dan efek samping
yang muncul
Pantau terus kondisi/ status kesehatan pasien
Sedapat mungkin ambulasi dilakukan di atas tempat tidur
Rujuk ke fisioterapi
Bantu pasien jika ketoilet/anjurkan keluarga pasien untuk
membantu pasien jika ke toilet
Kaji efek samping pemberian terapi intra vena/heparin
Bantu pasien jika ketoilet/anjurkan keluarga pasien untuk
membantu pasien jika ke toilet
Gangguan cara
Berjalan
Mental
terlihat
Libatkan dukungan keluarga
Kaji kondisi lingkungan pasien
tempat tidur yang cukup untuk mencegah tangan dan kaki atau bagian tubuh lain terjepit
Menggunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien yang dapat berjalan
Nilai kemampuan untuk ke kamar mandi dan bantu bila dibutuhkan
Akses untuk menghubungi petugas kesehatan mudah dijangkau. Terangkan kepada pasien
7
8
9
10
ruangan
10 Pencegahan pengamanan yang cukup, batasi di tempat tidur
11 Biarkan pintu terbuka setiap saat kecuali pada pasien yang membutuhkan ruang isolasi
12 Tempatkan pasien pada posisi tempat tidur yang rendah kecuali pada pasien yang ditunggu
keluarga
13 Semua kegiata yang dilakukan pada pasien harus didokumentasikan
1
Skor MFS
0-24
25-50
51
Tindakan
Perawatan yang baik
Lakukan intervensi jatuh standar
Lakukan intervensi jatuh risiko tinggi
biarkan pintu terbuka, gunakan lampu malam hari serta pagar tempat tidur
Monitor kebutuhan pasien secara berkala (minimalnya tiap 2 jam): tawarkan ke
4
5
6
8
9
Lampiran 3
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman: 3
Ditetapkan
Direktur Utama,
SPO
Tanggal terbit
dr. Hananto Andriantoro, SpJP(K), FIHA
NIP. 195711041986101001
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Unit Terkait
Lampiran 4
RISIKO JATUH
Lampiran5
DEPARTEMEN KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK
RS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA
Jl. Letjend S. Parman
Telp 021 568 1111
Kav 87, Slipi, Jakarta 11420
Fax 021 5684230
CHECKLIST PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN ANAK
Skala Humpty Dumpty Pasien Rawat Inap
Parameter
Umur
Jenis
kelamin
Diagnosa
Kriteria
Di bawah 3 tahun
3-7 tahun
13 ahun
>13 tahun
Laki-laki
Perempuan
Kelainan neurologi
Perubahan dalam oksigenasi (masalah
Skor
Tanggal:
Nama:
No Rekam Medik:
Umur:
Petugas yang
mengisi:
Faktor
lingkungan
anak
Pasien menggunakan alat bantu atau box
Respon
terhadap
operasi/
atau mebel
Pasien berada di tempat tidur
Di luar ruang rawat
Dalam 24 jam
Dalam 48 jam
> 48 jam
obat/
penenang
Penggunaan
Obat
DEPARTEMEN KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK
RS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA
Jl. Letjend S. Parman
Kav 87, Slipi, Jakarta 11420
Tingkat Risiko
Skor
Nilai
Skor
2
3
4
5
6
7
menghentak, berayun)
Pusing/ pingsan pada posisi tegak
Kebingungan setiap saat
Nokturia/ inkontinen
Kebingungan intermiten
Kelemahan umum
Obat-obat berisiko tinggi (diuretik,
narkotik, sedatif, anti psikotik,
laksatif, vasodilator, antiaritmia,
antihipertensi, obat hipoglikemik,
9
10
sebelumnya
Osteoporosis
Gangguan pendengaran dan atau
11
Tanggal:
Nama:
No Rekam Medik:
Umur:
Petugas yang
mengisi:
penglihatan
Usia 70 tahun ke atas
Jumlah
Cara melakukan skoring: Jumlahkan semua angka di belakang faktor risiko yang ada pada
pasien
Tingkat risiko dan tindakan yang disarankan dan ditentukan sebagai berikut
Tingkat
Sko
Risiko
Risiko
1-3
Rendah
Risiko
Tinggi
Tindakan
1
2
3
1
2
3
5
6
pengasuh
Pasien ditempatkan dekat nurse station
Monitor kebutuhan pasien secara berkala (minimalnya tiap 2 jam) :
7
8
9