DISUSUN OLEH :
Azamat Agus Sampurna
G99151049
PEMBIMBING :
dr. Widyanti Soewoto, Sp.B(K)Onk
AMELOBLASTOMA
I.
DEFINISI
Ameloblastoma adalah jenis tumor jinak odontogenik epithelial, tanpa perubahan
pada jaringan penghubung yang disertai adanya pengapuran.1 Jadi Ameloblastoma
adalah suatu tumor berasal dari sel sel embrional dan terbentuk dari selsel
berpontesial bagi pembentukan enamel. Tumor ini biasanya tumbuh dengan lambat,
secara histologis jinak tetapi secara klinis merupakan neoplasma malignan, terjadi
lebih sering pada badan atau ramus mandibula dibanding pada maksila dan dapat
berkapsul atau tidak berkapsul.2
Sifat yang mudah kambuh dan penyebarannya yang ekspansif dan infiltratif ini
memberikan kesan malignancy dan oleh karena sifat penyebarannya maupun
kekambuhannya secara lokal maka tumor ini sering disebut sebagai locally
malignancy. Ameloblastoma memiliki angka kejadian rekurensi yang tinggi bila
II.
Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur mikroskopis dari
beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang terlihat pada perifer
berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan ameloblast yang pada bagian
III.
pituitary.
PATOFISIOLOGI
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul, berdiferensiasi baik.
Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya region molar dan sisanya terjadi
akibat adanya kista folikular. Tumor ini muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel
normal yang disebabkan oleh zat-zat karsinogen tadi. Karsinogenesisnya terbagi
menjadi 3 tahap :5
a. Tahap pertama merupakan Inisiasi yaitu kontak pertama sel normal dengan zat
karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi ganas.
b. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon melalui
pembelahan (poliferasi).
c. Tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi mendapatkan
IV.
kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang serta menginvasi jaringan lunak.
Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan yang progresif, biasanya pada bagian
bukal mandibula, juga dapat mengalami perluasan ke permukaan lingual, suatu
gambaran yang tidak umum pada kista odontogenik. Ketika menembus mukosa,
permukaan tumor dapat menjadi memar dan mengalami ulserasi akibat penguyahan.
Pada tahap lebih lanjut, kemungkinan ada rasa sakit didalam sekitar gigi dan gigi
tetangga dapat goyang bahkan tanggal.8
Mandibula ameloblastoma yang besar menyebabkan deformitas wajah yang parah
yang faktanya memperburuk kondisi dengan masalah sosial yang menyakitkan. Selain
distres karena asimetris wajah yang parah dan disfungsi regional, pasien dengan
ameloblastoma yang besar dapat meninggal karena obstruksi nafas, kelaparan dan
komplikasi hipoproteinemi. Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah
V.
Sedangkan
istilah
ameloblastic
carcinoma
digunakan
untuk
dengan
mandibula.
Tanda-tanda
yang
paling
umum
adalah
pembengkakan, termasuk rasa nyeri yang terkait, pertumbuhan yang cepat, trismus
dan disfonia.
VI.
DIAGNOSA
a. Pemeriksaan klinis
Secara klinis, karsinoma ini lebih agresif dari ameloblastoma biasa. Perforasi
tulang kortikal, perluasan ke jaringan lunak sekitarnya, banyaknya lesi rekuren
dan metastasis, biasanya ke kelenjar getah bening, dapat dikaitkan dengan
ameloblastik karsinoma.
b. Pemeriksaan radiologis
Tampak radiolusen unilokular atau multilokular dengan tepi berbatas tegas.
Tumor ini juga dapat memperlihatkan tepi kortikal yang berlekuk, suatu gambaran
multilokular dan resobsi akar gigi yang berkontak dengan lesi tanpa pergeseran
gigi yang parah dibanding pada kista. Tulang yang terlibat digantikan oleh
berbagai daerah radiolusen yang berbatas jelas dan member lesi suatu bentuk
seperti sarang lebah atau gelembung sabun. Kemungkinan juga ada radiolusen
berbatas jelas yang menunjukkan suatu ruang tunggal.10
Gambaran radiografi ameloblastik karsinoma sesuai
dengan
gambaran
tumor.
Tidak
ada
bukti
yang
terdokumentasi
mengenai
radioresponsivitas tumor ini. Penulis ragu pada efektivitas radioterapi tapi Atkinson
et al. meninjau sepuluh pasien dengan ameloblastomas yang diobati dengan iradiasi
megavoltage dan menyimpulkan bahwa ameloblastoma bukanlah tumor yang
radioresisten dan penerapan iradiasi megavoltage yang tepat memiliki peran penting
dalam
perawatan.
Dia
juga
menyimpulkan
bahwa
radiasi
primer
harus
dipertimbangkan apabila dilakukan bedah eksisi penuh yang secara teknis sulit karena
invasi lokal atau karena faktor medis. Dosis yang direkomendasikan untuk
pengobatan adalah antara 3.000 cGy dan 5.000 cGy. Sebagian besar ameloblastik
karsinoma
adalah
intraosseous,
sehingga
efektivitas
radiasi
terapi
harus
yang
bermanfaat.
Metotreksat
dan
leucovorin
juga
telah
DAFTAR PUSTAKA
1. Avon, S. L., McComb, J., & Clokie, C. 2003. Ameloblastic Carcinoma: Case Report and
Literature Review. Journal of the Canadian Dental Association 2003
2. Archer WH. Oral and Maxillofacial Surgery. Vol I; 5th ed. Philadelphia : W B. Saunders
Co. 1975.
3. Kahairi, A., Ahmad, R. L., Islah, W., & Norra, H. 2008. Management of Large
Mandibular Ameloblastoma - A Case Report and Literature Reviews. Archives of
Orofacial Sciences
4. Belal, M. S., Safar, S. Rajacic, N., Yassin, I. M. Schtz, P. Yassin, S. M., & Zohaire, N.
1998. Ameloblastoma of the Mandible Treated by Hemimandibulectomy with Immediate
Autogenous Bone Graft Reconstruction. Dental News, Volume V, Number I, 1998.
5. Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC.
KC,
Oginni