Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

ODS KATARAK IMATUR


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata RST dr. Soedjono Magelang

Disusun Oleh :
Dimas Arianto
01.208.5633

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013

BAB I
STATUS PASIEN
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap
: Tn. Radi
Umur
: 72 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Pensiunan Armed
No. RM
: 03-78-69
Tanggal pemeriksaan : 13 Juni 2013

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Penglihatan kedua mata terasa kabur
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan penglihatan kedua mata terasa kabur. Keluhan
disertai juga dengan mata terasa berair kadang-kadang. Keluhan sudah
dirasakan sejak beberapa bulan yang lalu. Sejak beberapa bulan yang lalu
hingga sekarang rasa kabur pada penglihatannya dirasakan tidak terlalu
bertambah parah. Terkadang keluhan juga disertai dengan rasa gatal pada
kedua mata. Pasien merasa penglihatannya lebih kabur pada siang hari dan
lebih jelas pada siang hari. Pasien memiliki riwayat memakai kacamata baca,
akan tetapi sekarang merasa lebih enak membaca jika tanpa kacamata.
Keluhan seperti mata merah, gatal, belekan, silau disangkal. Keluhan rasa
sakit pada mata, sakit kepala, mual muntah juga disangkal oleh pasien. Pasien
mengaku tidak suka terbangun dimalam hari untuk BAK , nafsu makan
normal.
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak tahun 2003 dan terkontrol secara
rutin. Pasien juga memiliki riwayat kolesterol.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengalami gangguan penglihatan dekat sejak 25tahun yang lalu


Pasien memiliki riwayat memakai kacamata plus

Riwayat penyakit gula (DM) disangkal


Riwayat alergi disangkal
Riwayat operasi mata disangkal
Riwayat kelainan mata sejak lahir disangkal
Riwayat adanya trauma pada mata seperti terkena bahan kimia, terbentur
benda tumpul atau tajam disangkal
Riwayat mengalami sakit pada mata disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
Riwayat penyakit pada keluarga tidak diketahui oleh pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien adalah seorang pensiunan Armed. Kesan ekonomi cukup.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: Composmentis
Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu

: 130/90 mmHg
: 85 kali/menit
: 22 kali/menit
: -C

B. STATUS OFTALMOLOGI
OCULUS DEXTER (OD)
4/60

PEMERIKSAAN
Visus

OCULUS SINISTER (OS)


4/60

NC
Baik ke segala arah

Koreksi
Gerakan Bola

NC
Baik ke segala arah

Normal

Mata
Suprasilia

Normal

Hiperemis (-)
-

Edema (-)

Hematom (-)

Hiperemis (-)

Palpebra

Edema (-)

Hematom (-)

Benjolan (-)

Benjolan (-)

Entropion (-)

Entropion (-)

Ektropion (-)

Ektropion (-)

Trikiasis (-)
-

Blefarospasme (-)
-

Injeksi konjungtiva

Blefarospasme (-)
-

Lagoftalmus (-)
- Hiperemi (-)

Lagoftalmus (-)
- Hiperemi (-)

Konjungtiva

Trikiasis (-)

Injeksi konjungtiva

(-)
-

(-)
-

Injeksi siliar (-)


-

Sekret (-)
- Bulat

Kornea

Kejernihan (+)

Kejernihan (+)

Mengkilat (+)

Mengkilat (+)

Edema (-)

Edema (-)

Infiltrat (-)

Infiltrat (-)

- Sikatrik (-)
Jernih, kedalaman

Camera Oculi

- Sikatrik (-)
Jernih, kedalaman

dangkal

Anterior

dangkal

hipopion (-)

hipopion (-)

hifema (-)
Kripta (+)

hifema (-)
Kripta (+)
Iris

edema (-)

sinekia (-)
Reguler
di sentral

sinekia (-)
Reguler
Pupil

di sentral

diameter: 3mm,

diameter: 3mm,

refleks pupil +
Keruh tidak merata

refleks pupil +
Keruh tidak merata

iris shadow (+)


Jernih
Papil: warna merah

jambu, bulat, CDR 0,3


Vasa: AVR 2:3,
Crossing sign (-)
Ekskavasasi (-)
Medialisasi (-)
Makula: fovea reflek

Lensa
Corpus Vitreum
Funduskopi

iris shadow (+)


Jernih
Papil: warna merah

(+)
-

Sekret (-)
- Bulat

edema (-)

Injeksi siliar (-)

jambu, bulat, CDR 0,3


Vasa: AVR 2:3,
Crossing sign (-)
Ekskavasasi (-)
Medialisasi (-)
Makula: fovea reflek
(+)

Cotton wool patched

Cotton wool patched

(-)
-

(-)
Flame shaped (-)
Sedikit suram
Normal

IV.

Fundus Refleks
TIO

Flame shaped (-)


Sedikit suram
Normal

DIAGNOSA DIFFERENSIAL

1. ODS Katarak imatur Ditegakkan karena dari hasil pemeriksaan


didapatkan lensa sedikit keruh (+), Iris shadow (+), COA dangkal
2. ODS Katarak insipien Disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan
didapatkan lensa sedikit keruh (+), iris shadow (+) dan COA dangkal
3. ODS Katarak matur Disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan tidak
seluruh lensa keruh
4. ODS Katarak hipermatur Disingkirkan karena dari hasil pemeriksaan
didapatkan kekeruhan pada lensa yang tidak masif, Iris Shadow (+), COA
dangkal
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
b. Pemeriksaan GDS, GDP, GDPP

VI. DIAGNOSA KERJA

ODS Katarak Imatur

Dasar diagnosis:

ODS lensa sedikit keruh dengan COA dangkal dan iris shadow +
Penglihatan jauh maupun dekat kabur
Usia pasien > 60 tahun

VII. TERAPI
Terapi
Topikal :
Cendo Lyteers ED BT.1 S.3dd.gtt.1 ODS
Oral :
Neurodex
S 0-0-1
Terapi Operatif (usulan) :

EKEK
Dengan merobek kapsul anterior lensa sehingga massa dan
korteks lensa dapat keluar.
indikasi : pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,

perencanaan implantasi IOL


penyulit : komplikasi katarak sekunder
EKIK
Dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama dengan kapsul.
indikasi : pasien dengan zonula zinn yang rapuh dan mudah putus
kontraindikasi : pasien < 40 tahun
penyulit : glukoma, uveitis , perdarahan, endoftalmitis
FAKOEMULSIFIKASI
Tehnik operasi katarak dengan membuat sayatan kecil pada
kornea < dari 3mm dengan menghancurkan katarak menggunakan
getaran ultrasonik yang selanjutnya mesin phaco akan menyedot
massa katarak yang telah hancur tersebut sampai bersih kemudian
sebuah lensa Intra Ocular (IOL) yang dapat dilipat (foldable lens)
dimasukkan melalui irisan tersebut.

VIII. PROGNOSIS
OCULUS DEXTER
Quo Ad Visam:
Quo Ad Sanam
Quo Ad Functionam
Quo Ad Kosmetikam
Quo Ad Vitam

OCULUS SINISTER

Dubia Ad bonam
Dubia Ad bonam
:
bonam
bonam
:
Dubia Ad bonam
Dubia Ad bonam
:
bonam
bonam
:
bonam
bonam

IX. EDUKASI
Berikan penjelasan bahwa pada Katarak kekeruhan yang ada pada lensa
semakin lama akan semakin berat seiring berjalannya waktu, Obat-obatan
hanya diberikan sementara untuk mengurangi gejala-gejala yang ada tanpa
membantu dalam perbaikan penglihatan kembali.
Tidak ada jalan lain selain Operasi agar dapat membantu dalam perbaikan
penglihatan kembali.
Jangan memaksakan diri untuk membaca terlalu lama, agar tidak pusing.
Kontrol visus secara berkala setiap tahun

Menjelaskan bahwa visusnya berkurang disebabkan karena daya


akomodasi mata yang melemah akibat pertambahan usia dan pada pasien
ini sudah sampai pada tahap tidak dapat dikoreksi dengan kacamata.
Menjelaskan komplikasi yang terjadi bisa terjadi akibat penyakitnya.
X. RUJUKAN
Dalam kasus ini tidak dilakukan Rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran
Lainnya, karena pasien sudah melakukan pemeriksaan rutin ke Departemen
Penyakit Dalam untuk mengobati hipertensinya.

LENSA MATA
ANATOMI LENSA

Jaringan ini berasal dari ectoderm permukaan yang berbentuk lensa di


dalam mata dan bersifat being. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris
yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal
dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.
Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik
mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat
lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-

menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa


sehingga membentuk nucleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa
yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di
dalam lensa dapat dibedakan nucleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar
nucleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa.
Korteks yang terletak di sebelah depan nucleus lensa disebut sebagai korteks
anterior, sedang di belakangnya korteks posterior. Nucleus lensa mempunyai
konsistensi lebih keras disbanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian
perifer kapsul lensa terdapat zonula zinn yang menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar.
Lensa terdiri dari :
-

Kapsul lensa
o Suatu membrane yang membungkus seluruh lensa, transparan dan
halus
o Tebal ; 2 28 m
o Fungsi ;

Bentuk lensa pada akomodasi

Membrane semipermeable

Epitel lensa
o Letak : anterior lensa equator antara kapsul dan serat lensa
o Satu lapis sel epitel

Apical dalam lensa

Basal sel kapsul lensa

Lateral interdigitasi

o Zona sentral merupakan tempat yang stabil, jumlah sel menurun


sesuai umur.
o Pada zona intermediate sel-sel kecil dengan proses mitosis yang
jarang.
o Pada zona germinatif terjadi mitosis sel serat lensa
-

Korteks lensa

o Serat lensa yang terbentuk selanjutnya dan terletak di lapisan luar.


-

Nucleus lensa
o Serat lensa yang terbentuk paling awal dan letaknya di sentral

FISIOLOGI LENSA
Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm tebalnya dan
berdiameter 9 mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih
melengkung daripada bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada
tepi lensa yang dinamakan ekuator. Lensa mempunyai kapsul yang bening dan
pada ekuator difiksasi oleh zonula Zinn pada badan siliar. Lensa pada orang
dewasa terdiri atas bagian inti (nukleus) dan bagian tepi (korteks). Nukleus lebih
keras daripada korteks.

Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang korteks


makin menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus.
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :
Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam
akomodasi untuk menjadi cembung
Jernih

atau

transparan

karena

diperlukan

sebagai

media

penglihatan,
Terletak di tempatnya.
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :
Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan
presbiopia,
Keruh atau spa yang disebut katarak,
Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Lensa
memiliki kemampuan untuk menyesuaikan kekuatan membiaskan cahaya
sehingga baik sumber cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina atau
sering dikenal sebagai fngsi akomodasi lensa.
Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris.

Ketika otot siliaris melemas, lig.suspensorium tegang dan menarik


lensa lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi minimal.

Ketika berkontraksi, garis tengah otot ini berkurang dan tegangan


di lig.suspensorium mengendur lensa menjadi bentuk lebih sferis
(bulat).

Semakin besar kelengkungan lensa, semakin besar kekuatannya,


sehingga berkas cahaya lebih dibelokkan.

Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot


siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter
anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya paralel atau terfokus ke retina.

Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris


berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang

elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh


peningkatan daya biasnya.

KATARAK
Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun
dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat
juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal menahun.
Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak seperti glaukoma,
ablasi, uveitis dan retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan proses
penyakit intraokuler lainnya.
Katarak dapat disebabkan bahan toksik khusus (kimia dan fisik). Keracunan
beberapa jenis obat dapat menimbulkan katarak seperti eserin (0,25-0,5%),
kortikosteroid, ergot, antikolinesterase topikal.
Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak adalah
diabetes melitus, galaktosemi dan distrofi miotonik. Katarak dapat ditemukan

dalam keadaan tanpa adanya kelainan mata atau sistemik (katarak senil, juvenil,
herediter) atau kelainan kongenital mata.
Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

Fisik
Kimia
Penyakit predisposisi
Genetik dan gangguan perkembangan
Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
Usia

Penglihatan normal
Penglihatan pada orang dengan katarak
http://www.nei.nih.gov/health/cataract/cataract_facts.asp
II.1 KLASIFIKASI KATARAK
A. Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan dalam
Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun
Katarak Infantile
Katarak juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
Katarak Pre-senilis
Katarak senil, katarak setelah usia 50 tahun
Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik maka hal ini biasanya
terdapat pada hampir semua katarak senil, katarak herediter dan kongenital.
Katarak kongenital
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya
yang kurang tepat.

Katarak kongenital digolongkan dalam katarak :

Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular

dan katarak polaris


Lentikular, yang termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai
korteks atau nukleus lensa
Dalam kategori ini termasuk kekeruhan lensa yang timbul sebagai kejadian

primer atau berhubungan dengan penyakit ibu dan janin lokal atau umum.
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan
riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan
pemakaian obat selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat
riwayat kejang, tetani, ikterus atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai uji
reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia.
Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem
saraf seperti retardasi mental. Hampir 50% dari katarak kongenital adalah
sporadik dan tidak diketahui penyebabnya.
Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada
hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, kalsium dan fosfor.
Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral, adanya kelainan mata
lain dan saat terjadinya katarak. Katarak kongenital prognosisnya kurang
memuaskan karena bergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada
mata tersebut telah terjadi ambliopia. Bila terdapat nistagmus maka keadaan ini
menunjukkan hal yang buruk pada katarak kongenital.3
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak
putih atau suatu leukokoria. Penyulit yang dapat terjadi adalah makula lutea yang
tidak cukup mendapat rangsangan. Makula tidak akan berkembang sempurna
hingga walaupun dilakukan ekstraksi katarak maka visus biasanya tidak akan
mencapai 5/5. Hal ini disebut ambliopia sensoris (amblyopia ex anopsia). Katarak
kongenital dapat menimbulkan komplikasi lain berupa nistagmus dan strabismus.
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu
yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuria, diabetes melitus,
hipoparatiroidism, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik dan
histoplasmosis. Penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya

merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma


iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina dan
megalokornea.
Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah operasi. Operasi
katarak kongenital dilakukan bila refleks fundus tidak tampak. Biasanya bila
katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan usia 2 bulan atau lebih muda bila
telah dapat dilakukan pembiusan. Tindakan bedah pada katarak kongenital yang
umum dikenal adalah disisio lensa, ekstraksi liliar, ekstraksi dengan aspirasi.
Katarak juvenil
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai
terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. katarak juvenil
biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital.
Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun
metabolik dan penyakit sistemik lainnya seperti :
1. Katarak metabolik
o Katarak diabetik dan galaktosemik
o Katarak hipokalsemik (tetanik)
o Katarak defisiensi gizi
o Katarak aminoasiduria (termasuk

sindrom

homosistinuria)
o Penyakit Wilson
o Katarak berhubungan dengan penyakit metabolik lain
2. Otot
Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)
3. Katarak traumatik
4. Katarak komplikata
Kelainan kongenital dan herediter (siklopia,

Lowe

dan

koloboma,

mikroftalmus, aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia

iridis)
Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal,

seperti Wagner dan retinitis pigmentosa dan neoplasma)


Katarak anoksik
Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein,
dinitrofenol, triparanol (MER-29), antikolinesterase, klorpromazin,
miotik, klorpromazin, busulfan dan besi)

Lain-lain kalinan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan


kulit, tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis imperfecta,

khondrodistrofia kalsifikans kongenital pungtata) dan kromosom


Katarak radiasi

Katarak Senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut
yaitu usia di atas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara
pasti.
Perubahan lensa pada usia lanjut :
1. Kapsul
Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
Mulai presbiopia
Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
Terlihat bahan granular
2. Epitel makin tipis
Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
Lebih ireguler
Pada korteks jelas kerusakan serat sel
Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah
protein nukleus (histidin, triptofan, metionin, sistein dan tirosin)
lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung
sedikit histidin dan triptofan dibanding normal
4. Korteks tidak berwarna karena :
Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Pada katarak senil sebaiknya
disingkirkan penyakit mata lokal dan penyakit sistemik seperti diabetes melitus
yang dapat menimbulkan katarak komplikata.
B. Berdasarkan Maturitas2
Katarak insipien. Pada stadium ini akan terlihat kekeruhan mulai dari tepi
ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal).
Vakuol mulai terlihat di dalam korteks.

Pada katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior


subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua
bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.
Katarak intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat
lensa yang degeneratif menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa
mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris
sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. 3 Keadaan
ini bisa menyababkan glaukoma sekunder pada orang-orang yang mempunyai
predisposisi, contoh bilik mata dangkal, sudut sempit, karena dengan perubahan
lensa sedikit saja bisa menutup sudut sehingga secara akut bisa terjadi gangguan
filtrasi dan meyebabkan tekanan meningkat secara mendadak. 2 Katarak intumesen
biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia
lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan
mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi.
Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak
lamel serat lensa.
Katarak imatur. Pada stadium ini kekeruhan belum mengenai seluruh
lapisan lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif.
Katarak matur. Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh
masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.
Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan
keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan
seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata
depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.
Katarak hipermatur. Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami
proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa
lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi
mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata

dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus


sehingga hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak
berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi
dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk
sebagaisekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks
lensa karena lebih berat.
Katarak Morgagni

Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di

mana korteks benar-benar mencair, sehingga nukleus seolah-olah tenggelam


dalam masa korteks. Nukleus biasa lebih di bawah sehingga saat korteks mencair
nukleus tampak tenggelam. Kapsul sudah berkerut.
Perbedaan stadium katarak senil
Kekeruhan

Insipien
Ringan

Imatur
Sebagian

Matur
Seluruh

Hipermatur
Masif

Cairan lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

Iris

(cairan

(air+masa lensa

masuk)

keluar)

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik

mata

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

depan
Sudut

bilik

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

mata
Shadow test

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopositif

Penyulit

Negatif

Glaukoma

Negatif

Uveitis &
glaukoma

C. Berdasarkan morfologi
1. Katarak kapsular
a. Kapsular Anterior
Kongenital ada membran di depan pupil yang persisten
sehingga lensa menjadi keruh.
Acquired ( didapat ) berhubungan dengan sinekhia posterior
akibat

uveitis,

Chlorpromazine

pseudoexfoliation syndrome.

intoksikasi

),

b. Kapsular Posterior
Kongenital
2. Katarak Subkapsular
Biasanya dimulai dengan kekeruhan yang sedikit persis di bawah kapsul,
biasa di bagian belakang sehingga akan sangat mengganggu cahaya yang masuk
melalui lensa ke retina dan umumnya terjadi pada dua mata walaupun mungkin
ada satu mata yang lebih parah dibanding mata yang lain dan sangat mengganggu
pada saat membaca. Katarak jenis ini keluhannya paling banyak.
a. Subkapsular Posterior
Komplikasi dari penyakit metabolik seperti DM, penggunaan
steroid, radiasi, dan lain-lain.
Berhubungan dengan usia ( pada orang tua )
b. Subkapsular Anterior
Pasca glaukoma akut, intoksikasi amiodarone, pemakaian
miotik terlalu lama, dan Wilsons disease.
3. Katarak Nuklear
Berhubungan dengan proses degeneratif, namun bisa juga kongenital karena
infeksi dari Rubella dan karena Galaktosemia. Menjadi lebih rabun jauh sehingga
mudah melihat dekat, pasien lebih enak membaca. Melihat pada malam hari atau
lampu redup akan terganggu.
4. Katarak kortikal
Umumnya bersifat kongenital. Penglihatan jauh dan dekat terganggu.
Biasanya tidakberhubungan dengan tajam penglihatan.
5. Katarak Lamelar
6. Katarak Sutural
Karena letak kekeruhan ini tidak tepat mengenai media penglihatan maka
tidak mengganggu penglihatan. Bersifat kongenital.
Katarak Sekunder
Katarak sekunder terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa
lensa yang tertinggal, paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK.
Bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder berupa
mutiara Elschnig dan cincin Soemmering. Katarak sekunder merupakan fibrin
sesudah suatu peradangan dan hasil degenerasi atau degenerasi lensa yang

tertinggal sesudah suatu operasi katarak ekstra kapsular atau sesudah suatu trauma
yang memecah lensa.
Cincin Soemmering mungkin akan bertambah besar oleh karena daya
regenerasi epitel yang terdapat di dalamnya. Cincin Soemmering terjadi akibat
kapsul anterior yang pecah dan traksi ke arah pinggir-pinggir melekat pada
kapsula posterior meninggalkan daerah yang jernih di tengah dan membentuk
gambaran cincin. Pada pinggir cincin ini tertimbun serabut lensa epitel yang
berproliferasi.
Mutiara Elschnig adalah epitel subkapsular yang beproliferasi dan
membesar sehingga tampak sebagai busa sabun atau telur kodok. Mutiara ini
mungkin akan menghilang dalam beberapa tahun oleh karena pecah dindingnya.
Pengobatan katarak sekunder adalah pembedahan seperti disisio katarak
sekunder, kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan seluruh membran
keruh.
Katarak Komplikata
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti
radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa,
glaukoma, tumor intra okular, iskemia okular, nekrosis anterior segmen,
buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata. Katarak komplikata dapat
juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin (diabetes melitus, hipoparatiroid,
galaktosemia dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (tiotepa intravena, steroid
lokal lama, steroid sistemik, oral kontrasepsi dan miotika antikolinesterase).
Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak
selamanya di daerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus,
pungtata ataupun linear. Dapat berbentuk rosete, retikulum dan biasanya terlihat
vakuol. Ada 2 bentuk yaitu bentuk yang disebabkan kelainan pada polus posterior
mata dan akibat kelainan pada polus anterior bola mata.
Katarak pada polus posterior terjadi akibat penyakit koroiditis, retinitis
pigmentosa, ablasi retina, kontusio retina dan miopia tinggi yang mengakibatkan
kelainan pada badan kaca. Biasanya kelainan ini berjalan aksial yang biasanya
tidak berjalan cepat di dalam nukleus, sehingga sering terlihat nukleus lensa tetap

jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi retina memberikan gambaran agak
berlainan.
Katarak akibat kalainan polus anterior bola mata biasanya akibat kelainan
kornea berat, iridosiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada iridosiklitis
akan mengakibatkan katarak subkapsularis anterior. Pada katarak akibat glaukoma
akan terlihat katarak disimanata pungtata subkapsularis anterior (katarak Vogt).
Katarak Traumatik
Paling sering disebabkan oleh trauma benda asing pada lensa atau trauma
tumpul pada bola mata. Peluru senapan angin dan petasan merupakan penyebab
tersering. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena
lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang vitreus
masuk ke dalam struktur lensa.
II.2 GEJALA KATARAK2
Gejala Subjektif
Penglihatan seperti berasap dan visus menurun secara progresif.
Visus mudur tergantung lokalisasi dan tebal tipisnya kekeruhan, Bila
Kekeruhan tipis kemunduran visus sedikit dan bila Kekeruhan terletak
diequator, tak ada keluhan apa-apa.
silau saat melihat cahaya
Penderita mengeluh adanya bercak-bercak putih yang tak bergerak.
Diplopia monocular yaitu penderita melihat 2 bayangan yang disebabkan
oleh karena refraksi dari lensa sehingga benda-benda yang dilihat
penderita akan menyebabkan silau.
Pada stadium permulaan penderita mengeluh miopisasi, hal ini terjadi
karena proses pembentukan katarak sehingga lensa menjadi cembung dan
refraksi mata meningkat, akibatnya bayangan jatuh dimuka retina.
Melihat pada malam hari lebih jelas daripada siang
Gejala Objektif
Pada oblique illumination(mata disinar dari samping):
Lensa tampak keruh keabuan seperti asap

Pada fundus reflex dengan opthalmoscope:


kekeruhan tersebut tampak hitam dengan background orange. Dan
pada stadium matur hanya didapatkan warna putih atau tampak
kehitaman tanpa background orange, hal ini menunjukkan bahwa lensa
sudah keruh seluruhnya.
Kamera anterior menjadi dangkal dan iris terdorong kedepan, sudut
kamera anterior dapat menyempit sehingga tekanan intraokuler
meningkat, akibatnya dapat terjadi glaukoma.
II.3 DIAGNOSIS
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah slitlamp,
funduskopi pada kedua mata bila mungkin, tonometer, selain itu pemeriksaan
prabedah yang diperlukan lainnya seperti adanya infeksi pada kelopak mata,
konjungtiva, karena dapat merupakan penyulit yang berat berupa panoftalmitis
pascabedah.
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum
dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan
turunnya tajam penglihatan

II. 4 DIFFERENTIAL DIAGNOSIS


- Leukokoria
- Fibroplasti retrolensa
- Ablasi retina
- Membrana pupil iris persistans
- Oklusi pupil
- Retinoblastoma
II. 5 KOMPLIKASI KATARAK
Komplikasi yang sering timbul akibat katarak adalah:
Glaukoma
Ada beberapa fase dari katarak yang bisa menimbulkan glaukoma,
yaitu:

1. Phocomorpic Glaucoma
Lensa lebih besar karena menyarap air sehingga pada orang dengan
predisposisi tertentu akan menyebabkan bilik matanya menjadi
dangkal dan jaringan trabekulum bisa tertutup akibat irisnya maju.
Bisa

menimbulkan

glaukoma

sekunder

sudut

tertutup.

Glaukomanya mirip dengan glaukoma akut, tapi glaukomanya


sekunder.
2. Phacolytic Glaucoma
Terjadi pada katarak hipermatur di mana protein lensa keluar dari
kapsul, bisa ke bilik mata depan dan menyumbat trabekulum
sehingga menyebabkan tekanan intraokular meningkat. Pada kasus
ini glaukomanya sudut terbuka, tetapi tersumbat oleh proteinprotein lensa.
3. Phacotoxic Glaucoma
Lensa sudah keriput sehingga bisa maju ke depan atau ke belakang.
Kalau lebih ke arah anterior maka keadaan ini bisa menyebabkan
blokade pupil yang bisa menyebabkan glaukoma sekunder sudut
tertutup.

Uveitis
Protein lensa keluar dan dianggap benda asing, sehingga tubuh
berusaha menghancurkannya. Keadaan ini menimbulkan reaksi
uveitis.

Subluksasi dan Dislokasi lensa


Terjadi pada stadium hipermatur, di mana pada stadium ini zonulnya
menjadi kaku dan rapuh sehingga bisa lepas dari lensa. Lensa bisa
subluksasi atau dislokasi.

II.6 PENATALAKSANAAN
Pengobatan medikamentosa hanya memperlambat proses degenerasi lensa
namun tidak menghentikannya.
Contoh :
Vitamin dosis tinggi
Iodium tetes

Tujuan terapi medikamentosa :


1. Untuk memperlambat kecepatan progresifitas kekeruhan (mencegah rusaknya
protein dan lemak penyusun lensa, misalnya dengan menstabilkan molekul
protein dari denaturasi) sehingga pasien dapat lebih lama menikmati tajam
penglihatan sebelum proses opasitas memburuk.
Contoh: obat iodine yang memiliki efek antioksidan seperti potassium iodine,
natrium iodine.
2. Untuk menjaga kondisi elemen mata misalnya

pembuluh darah

dan

persyarafan mata. Contoh:


Suplemen vitamin A

(berfungsi penting dalam menjaga kondisi retina),

contoh: vitamin A 6000 IU, beta carotene (pro-vitamin A) 12.000 IU


Suplemen vitamin B (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi saraf), contoh
: vitamin B-2 (riboflavin) 20 mg, vitamin B-6 (pyridoxine hydrochloride) 11
mg,vitamin B complex
Vitamin C (berfungsi penting dalam penjagaan kondisi pembuluh darah),
contoh : asam askorbat 600 mg
Vitamin E (mengurangi resiko degenerasi makular dan katarak)

Operatif
Teknik operasi katarak :
EKEK (Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular)
Dengan merobek kapsul anterior lensa sehingga massa dan korteks lensa
dapat keluar.
indikasi : pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
perencanaan implantasi IOL
penyulit : komplikasi katarak sekunder
EKIK (Ekstraksi Katarak Intra Kapsular)
Dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama dengan kapsul.
indikasi : pasien dengan zonula zinn yang rapuh dan mudah putus

kontraindikasi : pasien < 40 tahun


penyulit : glukoma, uveitis , perdarahan, endoftalmitis
FAKOEMULSIFIKASI
Tehnik operasi katarak dengan membuat sayatan kecil pada kornea < dari
3mm dengan menghancurkan katarak menggunakan getaran ultrasonik
yang selanjutnya mesin phaco akan menyedot massa katarak yang telah
hancur tersebut sampai bersih kemudian sebuah lensa Intra Ocular (IOL)
yang dapat dilipat (foldable lens) dimasukkan melalui irisan tersebut.
II.7 PROGNOSIS
Prognosis

penglihatan

untuk

pasien

anak-anak

yang

memerlukan

pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis. Adanya


ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat
pencapaian pengelihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan
ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital
unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang
proresif lambat. Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan EKEK
atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat
hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan snellen chart.
II.7 PENCEGAHAN
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak
dapat dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui
adanya katarak. Bila telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun.
Pada saat ini dapat dijaga kecepatan berkembangnya katarak dengan:
- Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas
dalam tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah
- Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur
- Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak
pada mata
- Menjaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya.

Anda mungkin juga menyukai