Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1
1.
2.
3.
4.
1.2

Tujuan Percobaan
Menjelaskan pengaruh variabel terhadap produk fraksionasi biomassa.
Menghitung neraca massa pada sistem fraksionasi biomassa.
Menghitung yield sistem fraksionasi biomassa.
Menghitung persentase recovery lignin.
Defenisi Biomassa
Biomassa merupakan limbah dan residu pertanian, kehutanan yang dapat

didegradasi secara biologis dari produk. Biomassa dalam industri merupakan


produksi energi yang merujuk pada bahan biologis yang hidup atau baru mati yang
dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar . Energi biomassa menjadi penting bila
dibandingkan dengan energi terbarukan karena proses konversi menjadi energi listrik
memiliki investasi yang lebih murah bila di bandingkan dengan jenis sumber energi
terbarukan lainnya. Hal inilah yang menjadi kelebihan biomassa dibandingkan
dengan energi lainnya
Biomassa dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung. Contoh
penggunaan biomassa secara langsung yaitu menggunakan kayu sebagai kayu bakar,
sedang penggunaan biomassa secara tidak langsung yaitu penggunaan kertas dalam
kehidupan sehari-hari. Kayu terlebih dahulu diproses untuk menjadi kertas. Didalam
biomassa terdiri dari beberapa komponen penyusun, yaitu selulosa, hemiselulosa dan
lignin.Oleh karena itu biomassa sering disebut sebagai bahan berlignoselulosa.
Biomassa terdiri atas beberapa komponen yaitu kandungan air (moisture
content), zat mudah menguap (volatile matter), karbon terikat (fixed carbon), dan abu
(ash). Mekanisme pembakaran biomassa terdiri dari tiga tahap yaitu pengeringan
(drying), devolatilisasi (devolatilization), dan pembakaran arang (char combustion).
Proses pengeringan akan menghilangkan moisture, devolatilisasi yang merupakan
tahapan pirolisis akan melepaskan volatile, dan pembakaran arang yang merupakan
tahapan reaksi antara karbon dan oksigen, akan melepaskan kalor. Laju pembakaran
arang tergantung pada laju reaksi antara karbon dan oksigen pada permukaan dan laju
difusi oksigen pada lapis batas dan bagian dalam dari arang. Reaksi permukaan

terutama membentuk CO. Diluar partikel, CO akan bereaksi lebih lanjut membentuk
CO2. Pembakaran akan menyisakan material berupa abu (Untoro, 2010).
Selama proses karbonisasi, gas-gas yang bisa terbakar seperti CO, CH4, H2,
formaldehid, methana, asam formiat dan asam asetat serta gasgas yang tidak bisa
terbakar seperti CO2, H2O dan tar cair dilepaskan. Gas-gas yang dilepaskan pada
proses ini mempunyai nilai kalor yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
kalor pada proses karbonisasi (Untoro, 2010).
1.3 Batang Jagung
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber bioetanol. Biomassa batang jagung merupakan sampah yang sejauh
ini masih belum banyak dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki nilai tambah
(added value). Batang jagung yang termasuk biomassa mengandung lignoselulosa
sangat dimungkinkan untuk dimanfaatkan menjadi bioetanol karena memiliki
kandungan selulosa yang cukup banyak (Muniroh, 2011).

Gambar 1.1 Batang Jagung

1.4

Kimiawi Lignoselulosa
1.4.1 Selulosa
Selulosa merupakan polimer dengan rumus kimia (C6H10O5)n. Dalam hal ini n

adalah jumlah pengulangan unit gula atau derajat polimerisasi yang harganya

bervariasi berdasarkan sumber selulosa dan perlakukan yang diterimanya.


Kebanyakan serat untuk pembuat pulp mempunyai harga derajat polimerisasi 600
1500.
Selulosa terdapat pada sebagian besar dalam dinding sel dan bagian-bagian
berkayu dari tumbuh-tumbuhan. Selulosa mempunyai peran yang menentukan
karakter serat dan memungkinkan penggunaannya dalam pembuatan kertas. Dalam
pembuatan pulp diharapkan serat-serat mempunyai kadar selulosa yang tinggi. Sifatsifat bahan yang mengandung selulosa berhubungan dengan derajat polimerisasi
molekul selulosa. Berkurangnya berat molekul di bawah tingkat tertentu akan
menyebabkan berkurangnya ketangguhan.
Serat selulosa menunjukkan sejumlah sifat yang memenuhi kebutuhan
pembuatan kertas. Kesetimbangan terbaik sifat-sifat pembuatan kertas terjadi ketika
kebanyakan lignin tersisih dari serat. Ketangguhan serat terutama ditentukan oleh
bahan mentah dan proses yang digunakan dalam pembuatan pulp. Molekul selulosa
seluruhnya berbentuk linier dan mempunyai kecenderungan kuat membentuk ikatanikatan hidrogen, baik dalam satu rantai polimer selulosa maupun antar rantai polimer
yang berdampingan. Ikatan hidrogen ini menyebabkan selulosa bisa terdapat dalam
ukuran besar, dan memiliki sifat kekuatan tarik yang tinggi (Azhary,2010).
Gambar 1.2 Struktur Selulosa (Muladi, 2013)

Selulosa dapat larut dalam asam pekat yang mengakibatkan terjadinya

pemecahan rantai selulosa secara hidrolisis. Pemecahan rantai selulosa ini dapat
terhalang oleh lignin dan hemiselulosa yang ada di sekitar selulosa. Namun laju
hidrolisis selulosa akan meningkat seiring kenaikan temperatur dan tekanan. Selulosa
secara alami diikat oleh hemiselulosa dan dilindungi oleh lignin. Adanya ikatan eter

senyawa pengikat lignin ini menyebabkan bahan-bahan lignoselulosa sulit untuk


dihidrolisa.
Selulosa digunakan secara luas dalam industri tekstil, deterjen, pulp dan kertas.
Selulosa juga digunakan dalam pengolahan kopi dan kadang-kadang digunakan
dalam industri farmasi sebagai zat untuk membantu sistem pencernaan. Selulosa juga
dimanfaatkan dalam proses fermentasi dari biomassa menjadi biofuel, seperti
bioetanol. Saat ini, enzim selulosa juga digunakan sebagai pengganti bahan kimia
pada proses pembuatan alkohol dari bahan yang mengandung selulosa.
1.4.2 Hemiselulosa
Hemiselulosa adalah bagian dari kelompok polisakarida yang memiliki rantai
pendek dan bercabang. Pada tumbuhan, hemiselulosa berfungsi sebagai bahan
pendukung dinding sel. Hemiselulosa juga merupakan senyawa polimer yang terdapat
pada biomassa. Pada berbagai jenis tanaman, jumlah dan jenis monomer penyusun
hemiselulosa berbeda-beda.
Hemiselulosa merupakan polimer amorf yang berasosiasi dengan selulosa dan
lignin. Sifatnya mudah mengalami depolimerisasi, hidrolisis oleh asam, basa, mudah
larut air. Memiliki ikatan dengan lignin lebih kuat dari pada ikatan dengan selulosa
dan mudah mengikat air. Kadar hemiselulosa berbeda pada jenis kayu daun jarum dan
kayu daun lebar.
Hemiselulosa merupakan polimer karbohidrat amorf yang berasosiasi dengan
selulosa dan lignin. Fraksi hemielulosa pada kayu terdiri dari kumpulan polimer
polisakarida dengan derajat polimerisasi sekitar 100-200. Dalam pembuatan kertas
terutama pada waktu penggilingan bubur kayu, peran hemiselulosa sangat penting
karena sifat gelatinnya memudahkan terbentuknya sifat hidrofilik pulp sehingga
memudahkan terjadinya ikatan antar serat.

Gambar 1.3 Struktur Monomer Pembentuk Hemiselulosa (Isroi, 2008)


Hemiselulosa bukan merupakan serat-serat panjang seperti selulosa. Hasil
hidrolisis selulosa akan menghasilkan D-glukosa, sedangkan hasil hidrolisis
hemiselulosa menghasilkan D-xilosis dan monosakarida. Kandungan hemiselulosa
yang tinggi memberikan kontribusi pada ikatan antara serat, karena hemiselulosa
bertindak sebagai perekat dalam setiap serat tunggal.
1.4.3 Lignin
Lignin merupakan komponen kayu ketiga yang berikatan secara kovalen
dengan selulosa dan hemiselulosa. Distribusi lignin di dalam dinding sel dan
kandungan lignin bagian pohon yang berbeda tidak sama. Contohnya yaitu
kandungan lignin yang tinggi adalah khas untuk bagian batang yang paling rendah,
paling tinggi dan paling dalam untuk cabang kayu lunak, kulit, dan kayu
tekan(Masdayani, 2013)
Lignin merupakan makromolekul ketiga yang terdapat dalam biomassa,
berfungsi sebagai pengikat antar serat. Lignin dapat dihilangkan dari bahan dinding

sel yang tak larut dengan klor dioksida. Struktur molekul lignin sangat berbeda bila
dibandingkan dengan polisakarida, karena terdiri dari sistem aromatik yang tersusun
atas unit-unit fenil propane. Sifat-sifat lignin yaitu tidak larut dalam air dan asam
mineral kuat, larut dalam pelarut organik, dan larutan alkali encer. Lignin yang terikut
dalam produk pulp menurunkan kekuatan kertas dan menyebabkan kertas menguning.
Pulp akan mempunyai sifat fisik atau kekuatan yang baik apabila mengandung sedikit
lignin. Hal ini karena lignin bersifat menolak air dan kaku sehingga menyulitkan
dalam proses penggilingan (Azhary, 2010).
Unit-unit pembentuk lignin terdiri dari p-koumaril alkohol, koniferil alkohol,
dan sinapil alkohol yang merupakansenyawa induk pembentuk makromolekul lignin
dan terikat satusama lain baik dengan ikatan ester maupun dengan ikatan karbon
seperti yang ditampilkan dalam Gambar 1.4.

Gambar 1.4 Struktur Lignin


Distribusi lignin di dalam dinding sel dan kandungan lignin bagian pohon yang
berbeda tidak sama. Contohnya yaitu kandungan lignin yang tinggi adalah khas untuk

bagian batang yang paling rendah, paling tinggi dan paling dalam untuk cabang kayu
lunak, kulit, dan kayu tekan.
Lignin berbentuk non-kristal, mempunyai daya absorpsi yang kuat dan di alam
bersifat thermoplastic, sangat stabil, sulit dipisahkan dan mempunyai bentuk yang
bermacam-macam sehingga struktur lignin pada tanaman bermacam-macam. Lignin
pada tanaman dapat dibagi menjadi 3 tipe:
1. Lignin dari kayu lunak (Gymnospermae).
2. Lignin dari kayu keras (Angiospermae dycotyle).
3. Lignin dari rumput-rumputan, bambu, dan palmae (Angiospermae monocotyle).
Kadar kandungan lignin pada tumbuhan sangat bervariasi. Pada spesies kayu
kandungan lignin berkisar antara 20-40%. Lignin menyebabkan pulp berwarna gelap.
Pada proses pembuatan pulp, kadar lignin harus rendah. Apabila kadar lignin pada
tanaman tinggi, maka zat pemutih yang ditambahkan pada proses bleaching akan
cukup banyak. Pulp akan mempunyai sifat fisik yang baik apabila mengandung
sedikit lignin. Hal ini dikarenakan lignin bersifat menolak air dan kaku, sehingga
menyulitkan dalam proses penggilingan. Kadar lignin pulp pada bahan baku kayu 2035%, sedangkan pada bahan baku non kayu kadarnya lebih kecil lagi.
Pada industri pulp dan kertas, lignin dipisahkan dari selulosa untuk
menghasilkan pulp. Lignin memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap pulp,
yaitu warna maupun sifat fisik pulp, lamanya waktu penggilingan pulp berbanding
terbalik dengan jumlah lignin yang dikandung oleh pulp. Apabila pulp mengandung
kadar lignin tinggi akan sukar digiling dan menghasilkan lembaran dengan kekuatan
rendah.
Pada proses pembuatan pulp akan terjadi delignifikasi (penyisihan lignin).
Reaksi ini terjadi dengan cara mengubah polimer lignin menjadi monomer-monomer
penyusunannya dan melarutkannya ke dalam larutan pemasak, Selain terjadi reaksi
pemutusan polimer, dalam pembuatan pulp juga terjadi reaksi repolimerisasi lignin
yang telah larut.
1.5 Fraksionasi Biomassa

Fraksionasi biomassa adalah pemisahan biomassa menjadi penyusun-penyusun


utamanya, yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin tanpa banyak merusak atau
mengubah ketiga komponen tersebut menjadi senyawa lain. Selanjutnya hasil
pemisahan dapat diolah dengan berbagai proses menjadi senyawa yang dapat
dipasarkan. Proses fraksionasi biomassa dilakukan berdasarkan perbedaan sifat kimia
dan sifat fisika dari komponen pembentuk biomassa.
Fraksionasi dengan menggunakan pelarut organik banyak dikembangkan karena
lebih ramah lingkungan dan pelarutnya mudah di recovery serta cocok untuk proses
pilot scale.
Hidroksimetil Furfural

Dehidrasi
Furfural

Hidrogenolisis
Glikol
Silitol
Gula Hemiselulosa

Hidrogenasi
Sorbitol
Ragi Torula

Hemiselulosa

Fermentasi
Gliserol
Aseton
Etanol
Kertas

Biomassa (lignoselulosa))

Selulosa

Serat
Bahan Kimia selulosa

Film
Bahan Peledak
Polimer
Bahan Bakar

Pirolisis atau Hidrogenolisis


Lignin
Oksidasi

Gambar1.5Pohon Industri Fraksionasi


Biomassa (Tanskanen, 2007)
Sulfonasi

Fenol
Vanilin
Fenol
Dispersan

Gambar 1.5 Pohon Industri Fraksionasi Biomassa (Tanskanen, 2007)


1.6 Proses Organosolv
Proses organosolv merupakan proses fraksionasi yang menggunakan pelarut
organik. Pelarut organik yang sering digunakan adalah asam formiat. Proses
Organosolv Pulping adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan
kimia organik seperti misalnya methanol, etanol, aseton, asam asetat, asam formiat,
dan lain-lain. Proses ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi
lingkungan. Dengan menggunakan proses ini diharapkan permasalahan lingkungan
yang dihadapi oleh industri pulp dan kertas dapat diatasi. Hal ini disebabkan karena
Proses Organosolv memiliki beberapa keuntungan di antaranya yaitu, yield pulp yang
dihasilkan tinggi, daur ulang black liquor dapat dilakukan dengan mudah dan tidak
menggunakan unsur sulfur, sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dan dapat
menghasilkan by-product (hasil samping) berupa lignin dan hemiselulosa dengan
tingkat kemurnian yang tinggi.
Organosolv ekstraksi diakui sebagai metode alternatif yang efektif untuk
delignifikasi. Sebagai proses yang murah dan mudah tersedia pelarut organik, asam
formiat menunjukkan potensi sebagai agen kimia untuk fraksionasi biomassa. Selama
terjadi proses pembentukan pulp dengan pelarut asam formiat, lignin larut ke dalam
black liquor, sementara hemiselulosa terdegradasi menjadi monosakarida dan
oligosakarida, meninggalkan padatan selulosa dalam residu. Ketika air ditambahkan
ke cairan, lignin mengendap dan memisahkan dari black liquor. Setelah
menghasilkan pulp, asam formiat dapat di-recycle dengan proses distilasi untuk
digunakan kembali. Dalam sebuah proses organosolv, penghilangan lignin dari
matriks padat dapat dicapai dengan menggantikan senyawa sulfur oleh pelarut
organik. Senyawa organik ini menghasilkan delignifikasi dari bahan baku yang lebih
baik daripada proses kraft. Dengan kata lain, proses organosolv dapat dirancang
sebagai metode fraksionasi lebih dari metode pulping. Artinya, proses fraksionasi ini
dapat dioperasikan pada hampir semua bahan baku untuk menghasilkan komponen

utama dari jaringan tumbuhan (selulosa, hemiselulosa dan lignin) dalam bentuk yang
lebih baik.
1.6.1 Proses Acetosolv
Penggunaan asam asetat sebagai pelarut organik disebut dengan proses
acetosolv. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,
setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah,
artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat
merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Konsentrasi asam
asetat yang digunakan berkisar antara 50%-95% dengan ataupun tanpa katalis.
Kelebihan utama asam asetat sebagai pelarut organik dalam proses organosolv
adalah proses pemasakan dapat dilangsungkan pada suhu dan tekanan rendah maupun
tinggi, harganya murah, serta dapat diselenggarakan dengan ataupun tanpa bantuan
katalis. Media asam asetat dengan ataupun tanpa katalis dapat memisahkan dengan
selektif selulosa, hemiselulosa dan lignin dari berbagai biomasaa, baik kayu maupun
non-kayu. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pulp pada proses acetosolv
adalah konsentrasi asam asetat, jenis dan konsentrasi katalis, suhu, nisbah cairan
terhadap padatan dan waktu pemasakan.

1.6.2 Ester Pulping


Kayu dimasak pada suhu tinggi (sampai dengan 200 oC) dengan pelarut berupa
air, ethyl acetate, dan asam asetat dengan komposisi yang sama. Ester pulping ini
dianggap memiliki keunggulan dalam recovery bahan kimianya. Tetapi sampai saat
ini proses ester pulping ini belum dikembangkan lebih lanjut.

1.6.3Proses Milox
Proses milox merupakan proses pemasakan tiga tahap yang terdiri dari
pemasakan dengan asam formiat - asam performiat - asam formiat. Proses ini
menghasilkan pulp dengan bilangan kappa sangat rendah, yaitu 7-11 yang
memungkinkan proses pemutihan pulp hanya dengan peroksida dan atau ozon.

1.6.4 Proses Formacell


Proses formacell merupakan proses pulp yang dihasilkan oleh campuran asam
formiat dan air dengan suhu tertentu. Asam formiat merupakan salah satu pelarut
organik yang sering digunakan sebagai larutan pemasak dalam pembuatan pulp.
Fraksionasi dengan asam formiat dapat dilakukan dengan konsentrasi 60-90%, dan
suhu 80-120oC, tekanan 1-1,7 atm. Pada temperatur 80 oC asam formiat kurang reaktif
terhadap lignin dan hidrolisis hemiselulosa, sedangkan pada temperatur 107-110 oC
asam formiat sangat reaktif terhadap lignin sehingga proses delignifikasi berjalan
dengan cepat, akan tetapi hidrolisis terhadap polisakarida juga terjadi terutama
terhadap hemiselulosa dan selulosa.
Proses pembuatan pulp secara formacell memiliki keunggulan yaitu rendemen
pulp tinggi, pendauran lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, juga diperoleh
hasil samping (by product) berupa lignin dan furfural dengan kemurnian yang relatif
tinggi.

Anda mungkin juga menyukai