Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

I.

INFARK MIOKARD

DEFINISI
Infark miokard adalah kematian/nekrosis jaringan miokard akibat penurunan secara
tiba-tiba aliran darah arteri koronaria ke jantung atau terjadinya peningkatan
kebutuhan oksigen secara tiba-tiba tanpa perfusi arteri koronaria yang cukup.
ETIOLOGI
Infark miokard dapat disebabkan oleh :penyempitan kritis arteri koroner akibat
ateriosklerosis atau oklusi arteri komplit akibat embolus atau trombus. Penurunan
aliran darah koroner dapat juga disebabkan oleh syok dan hemoragi.
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard.
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAGE ) adalah :
1. Klinis
a.Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus-menerus tidak mereda,
biasanya diatas region sternal bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala
utama.
b.Keparahan nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan
lagi.
c.Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu
dan terus ke bawah menuju lengan (biasanya lengan kiri).
d.Nyeri mulai secara spontan (tidak terjadi setelah kegiatan atau gangguan
emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan
istirahat atau nitrogliserin (NTG).
e.Nyeri dapat menjalar ke arah rahang dan leher.
f.Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening
atau kepala terasa melayang dan mual muntah.
g.Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena
neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu neuroreseptor (menumpulkan
pengalaman nyeri)
2.Laboratotium
Pemeriksaan Enzim jantung
CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak
dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam, memuncak dalam 24 jam,
kembali normal dalam 3 atau 4 hari
3.EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan simetris.
Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang terjadi kemudian ialah
adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
DIAGNOSTIK
` Diagnosis AMI dapat ditegakkan secara :
Anamnesis

Keluhan nyeri dada yang disebabkan oleh IMA ialah sebagai berikut :
Nyeri substernal, prekordial, epigastrium. Nyeri menjalar ke lengan kiri , leher dan
rahang.
Nyeri dada lebih dari 30 menit
Kualitas nyeri dada seperti ditekan, diremas, terasa berat
Nyeri dada tidak hilang dengan istirahat atau pemberian nitrat sublingual
Dapat disertai palpitasi , sesak nafas, banyak keringat dan
pucat ( Schneider & Seckler, 1981 )
Skor nyeri menurut White
0: Tak mengalami nyeri
1: Nyeri pada satu sisi, tanpa mengganggu aktifitas
2: Nyeri lebih pada satu tempat & mengakibatkan terganggunya aktifitas, misalnya
kesulitan bangun dari tempat tidur, sulit menekuk kepala dll.
Pemeriksaan EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi dan
simetris.Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang terjadi kemudian
ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
Pemeriksaan Enzim jantung
CPK-MB/CPK
Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak
dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam memuncak dalam 24 jam
kembali normal dalam 3 atau 4 hari
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan medis adalah untuk meminimalkan kerusakan miokard
dengan: menghilangkan nyeri, memberikan istirahat dan mencegah timbulnya
komplikasi seperti disritmia letal dan syok kardiogenik.
1.Pemberian oksigen dilakukan saat awitan nyeri dada.
2.Analgesik (morfin sulfat).
Farmakoterapi :
Vasodilator untuk meningkatkan sulpai oksigen (NTG).
Antikoagulan (Heparin).
Trombolitik (streptokinase, aktivator plasminogen jenis jaringan , anistreplase)
hanya akan efektif bila diberikan dalam 6 jam awitan nyeri dada, selama terjadi
neurosis jaringan transmural.
II. LANDASAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Tetapkan penatalaksanaan dasar untuk mendapatkan informasi tentang status
terakhir pasien sehingga semua penyimpangan yang terjadi dapat segera diketahui.
1.Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko :
Penyakit pembuluh darah arteri.
Serangan jantung sebelumnya.
Riwayat keluarga atas penyakit jantung/serangan jantung positif.
Kolesterol serum tinggi (diatas 200 mg/L).
Perokok
Diet tinggi garam dan tinggi lemak.

Kegemukan.( BB idealTB 100 10 % )


Wanita pasca menopause karena terapi estrogen.
2.Pemeriksaan fisik berdasarkan pengkajian kardiovaskuler dapat menunjukan :
Nyeri dada berkurang dengan istirahat atau pemberian nitrat (temuan yang paling
penting) sering juga disertai :
Perasaan ancaman pingsan dan atau kematian
Diaforesis.
Mual dan muntah kadang-kadang.
Dispneu.
Sindrom syok dalam berbagai tingkatan (pucat, dingin, kulit lembab atau basah,
turunnya tekanan darah, denyut nadi yang cepat, berkurangnya nadi perifer dan
bunyi jantung).
Demam (dalam 24 48 jam ).
3.Kaji nyeri dada sehubungan dengan :
Faktor perangsang. Kualitas. Lokasi. Beratnya.
4.Pemeriksaan Diagnostik
EKG, menyatakan perpindahan segmen ST, gelombang Q, dan perubahan gelombang
T.
Berdasarkan hasil sinar X dada terdapat pembesaran jantung dan kongestif paru.
Enzim jantung (Gawlinski, 1989)
Kreatinin kinase (CK) isoenzim MB mulai naik dalam 6 jam, memuncak dalam 18 24
jam dan kembali normal antara 3 4 hari, tanpa terjadinya neurosis baru. Enzim CK
MB ssering dijadikan sebagai indikator Infark Miokard.
Laktat dehidrogenase (LDH) mulai meningkat dalam 6 12 jam, memuncak dalam 3
4 hari dan normal 6 12 hari.
Aspartat aminotransferase serum (AST) mulai meningkat dalam 8 12 jam dan
bertambah pekat dalam 1 2 hari. Enzim ini muncul dengan kerusakan yang hebat
dari otot tubuh.
Test tambahan termasuk pemeriksaan elektrolit serum, lipid serum, urinalisis,
analisa gas darah (AGD).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
koroner .
Kriteria hasil :- Pasien menyatakan nyeri dada hilang/ terkontrol
- Mendemonstrasikan penggunaan tehnik relaksasi
- Menunjukkan menurunnya tegangan, rileks, mudah bergerak
Intervensi :
a. Pantau/ catat karakteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk nonverbal, dan
respon hemodinamik (contoh, meringis, menangis, gelisah, berkeringat,
mencengkeram dada, nafas cepat, TD/ frekuensi jantung berubah.
b. Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi ; intensitas
(0-10) ; lamanya ; kualitas (dangkal/ menyebar) dan penyebaran.
c. Kaji ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina, diskusikan
riwayat keluarga.
d. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
e. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
f. Ajarkan dan bantu melakukan tehnik relaksasi, misal : nafas dalam \/ perlahan,
distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi.
g. Monitor perubahan EKG
h. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah obat narkotik

i. Kolaborasi pemberian obat analgetik-narkotik, dan pemberian O2 tambahan.


(Doenges, ME. 1999: 86)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard dan kebutuhan.
Kriteria hasil :Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas yang dapat
diukur/ maju dengan frekuensi jantung/ irama dan TD dalam batas normal pasien
dan kulit hangat, merah muda dan kering. Melaporkan tak adanya angina/
terkontrol dalam tentang waktu selama pemberian obat.
Intervensi :
a. Catat/ dokumentasikan frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD sebelum,
selama, sesudah aktivitas sesuai indikasi.
b. Tingkatkan istirahat di tempat tidur batasi aktivitas.
c. Batasi pengunjung atau kunjungan oleh pasien
d. Anjurkan pasien menghindari peningkatan tekanan abdomen, contoh mengejan
saat defekasi.
e. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas, contoh bangun dari
kursi bila tak ada nyeri, ambulasi dan istirahat selama 1 jam setelah makan.
f. Kaji ulang tanda/ gejala yang menunjukkan tidak toleran terhadap aktivitas
atau memerlukan pelaporan pada perawat atau dokter.
g. Kolaborasi, rujuk ke program rehabilitasi jantung.
(Doenges, ME. 1999: 88)
3. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.
Kriteria hasil : - Pasien dapat menyatakan kecemasan status kesehatan.
- Pasien dapat beristirahat dengan tenang
- Nadi dalam batas normal
- Ekspresi wajah ceria/ rileks
Intervensi :
a. Berikan dorongan terhadap tahap-tahap proses kehilangan status kesehatan
yang timbul.
b. Berikan privacy dan lingkungan yang nyaman.
c. Batasi staf perawatan/ petugas kesehatan yang menangani pasien.
d. Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan
e. Temani pasien bila gejala-gejala kecemasan timbul.
f. Berikan kesempatan bagi pasien untuk mengekspresikan perasaan
g. Hindari konfrontasi dengan pasien
h. Berikan informasi tentang program.
i. Hargai setiap pendapat dan keputusan pasien.
j. Anjurkan istirahat sesuai dengan yang diprogramkan
k. Lakukan komunikasi terapotik
(FKUI, 1993: 12)
4. Resiko tinggi penurunan curah jantung b/d penyumbatan pembuluh darah arteri
koronaria, perubahan frekuensi suplai O2 ke jantung.
Kriteria hasil : - Mempertahankan stabilitas hemodinamik, contoh TD, curah
jantung dalam tentang normalhaluaran urine adekuat, tidak ada disritmia/
menurun.
- Melaporkan penurunan episode dispnea, angina.
- Mendemonstrasikan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.
Intervensi :

a. Auskultasi TD, bandingkan kedua tengan dan ukur dengan tidur, duduk dan
berdiri bila bisa.
b. Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi sesuai indikasi
c. Catat terjadinya S3, S4.
d. Adanya murmur/ gesekan.
e. Auskultasi bunyi nafas.
f. Pantau frekuensi jantung dan irama. Catat distritmia melalui telemetri.
g. Kolaborasi O2 tambahan, hepatin-tak sesuai indikasi.
h. Kaji ulang seri EK 6, pantau data laboratorium.
(Doenges, ME. 1999: 92)
5. Resiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan iskemia pembuluh darah.
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan berkurang/ tidak terjadi / tidak meluas
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan perfusi adekuat secara individual, contoh kulit
hangat dan kering, ada nadi pesifer/ kuat, tanda vital dalam batas normal, pasien
sadar/ berorientasi, keseimbangan pemasukan/ pengeluaran, tak ada edema,
batas nyeri/ ketidaknyamanan.
Intervensi :
a. Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu contoh, cemas,
bingung, lethargi, pingsan.
b. Lihat pusat, sianosis, belang, kulit dingin/ lembab. Catat kekuatan nadi perifer
c. Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi),esitema, edema.
d. Dorong latihan kaki aktif/ pasif, hindari latihan isometik.
e. Anjurkan pasien dalam melakukan/ melepas kaus kaki antiembelik bila
digunakan.
f. Pantau pernafasan, catat kerja pernafasan
g. Kaji fungsi gastrointestinal, catat anoeksia, penurunan / tak ada bising usus,
mual atau muntah, distensi abdomen, konstipasi.
h. Kolaborasi, pantau data laboratorium, contoh GDA, BUN, kreatinin, elektrolit,
pemberian obat sesuai indikasi (hepanin, ranitidin, antasida, dll).
(Doenges, ME. 1999: 94)
6. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang
informasi.
Tujuan : - Pasien dapat menjelaskan kembali tentang proses penyakit dan
pengobatan.
- Pasien tidak bertanya lagi tentang keadaan penyakit dan program pengobatan.
- Pasien kooperatif dalam program pengobatan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan pengobatannya.
b. Berikan penjelasan tentang penyakit, tujuan pengobatan dan program
pengobatan.
c. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan mengajukan
pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami.
d. Diskusikan pentingnya istirahat sesudah makan, hindari bekerja terlalu lelah.
e. Diskusikan tentang faktor resiko penyakit jantung seperti : obesitas dan
merokok.
f. Jelaskan pentingnya mencari pertolongan segera bila sakit dada muncul,dan
tindakan yang harus dilakukan bila sakit dada.
(FKUI. 1993: 11)

ASUHAN KEPERAWATAN
Pada Pasien Dengan Penyakit Infark Miokard

A. PENGKAJIAN DATA
I. Identitas Klien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaaan
Pendidikan
Alamat
Agama
Tgl Masuk
Tgl Pengkajian
Ruangan
No. Register
Diagnosa Medis
Nama Penanggung Jawab
Hubungan dengan klien
Pekerjaan

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Tn. rt
45 Tahun
laki-laki
PNS
D3
Asrama Batu Merah
Islam
1-06-2009 Jam: 19.00 WIT
2-06-2009 Jam: 14.00 WIT
Yudh
98796
infark miokard
Ny. ds
istri
PNS

II. Riwayat Keperawatan


1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama
b. Keluhan yang menyertai

: nyeri dada terus menerus


: mual, muntah, pusing,pucat,sesak nafas
keringat dingin, kepala terasa melayang
demam, batuk
Sifat keluhan
: menyebar
Lokasi penyebaran
: nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya
kiri), bahu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium.
Skala keluhan
: 6-8 (berat)
Hal yang meringankan : tidak hilang dengan istirahat
Hal yang memberatkan : saat beraktivitas
c. Catatan Kronologis
Pada tanggal 1-06-2009, sore pasien sedang siap-siap untuk ibadah tiba-tiba pasien
mendengar suara gelas jatuh, pasien langsung kaget dan shock, di sertai dengan
keluhan sesak nafas, denyut jantung cepat, selang 5 detik pasien langsung pingsan
dan oleh keluarganya pasien langsung di bawa ke RST ambon, Sesampainya di UGD
pasien di terima oleh dokter dan perawat jaga serta mendapat tindakan :
- IVFD RL 20 tts/mnt
- Injeksi cefotaxim 1 gr/12 jam/ IV
- Injeksi phetidine 1 amp/12 jam/ IV
- Injeksi tramadol 1 amp/12 jam/IV
- Oksigen 2 ltr/mnt
Setelah itu pasien di bawa ke ruangan Yudha pukul 21.00 WIT, dalam keadaan sadar
dengan infuse terpasang pada tangan kiri pasien, kemudian di bangsal di beri
teraphy:
- Injeksi dolana 1 amp/12 jam/IV
- Injeksi tramadol 1 amp/12jam/IV

Injeksi cefotaxim 1 gr/12 jam/IV


Oksigen 2 ltr/mnt jika diperlukan (pada saat pasien kambuh)
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Genogram 3 generasi

x
x

6
5

45

3
5

Keterangan :
: Laki Laki
: Perempuan
: Pasien
: Tinggal serumah
: Ikatan Perkawinan
3. Riwayat Kesehatan Masa lalu
- Pasien sebelumnya pernah dirawat di RS dengan penyakit yang sama
- Pasien tidak pernah mengalami pembedahan terjadi bahaya tidak ada
- Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun obat
4. Riwayat Kesehatan Lingkungan
- Pasien tinggal didaerah yang bersih
- Pasien kemungkinan terjadi bahaya tidak ada
III. Keadaan Psikososial Klien
- Pasien nampak cemas dan takut dengan keadaan penyakitnya.
- Pasien sering bertanya tentang keadaan penyakitnya
- Pasien nampak gelisah dengan penyakitnya.
- Harapan pasien agar cepat sembuh dari penyakitnya.

IV. Keadaan Spiritual


- Sebelum sakit pasien selalu melakukan sholat 5 waktu
- Saat sakit pasien tidak melaksanakan sholat 5 waktu
- Pasien yakin semua yang dialami merupakan suatu ujian dari Tuhan
PENGKAJIAN OKSIGENASI
I.

Riwayat keperawatan
a. Keluhan
:
- Kelemahan
: sedang
- Dispnea
1. Di pengaruhi aktivitas : ya
2. Berkurang bila kepala ditinggikan : ya
3. Mengganggu istirahat dan ketenangan : ya
- Batuk
: ya
- Nyeri dada
:
1. Tipe
: menyebar
2. Kualitas
: berat
3. Frekuensi
: 26 x/mnt
4. Lokasi
: dada
5. Durasi
: cepat
6. Radiasi
: tidak ada
b. Lingkungan
:
- Rumah
1. Ventilasi
: tidak ada
2. Berdebu
: tidak ada
3. Berasab
: tidak ada
- Tempat kerja
1. Ventilasi
: tidak ada
2. Berdebu
: tidak ada
3. Berasab
: tidak ada
c. Riwayat penyakit
- Penyakit pernafasan yang pernah dialami : tidak ada
- Berapa lama
: tidak ada
- Pernah kontak dengan penderita TBC
: tidak ada
d. Factor resiko
- Riwayat keluarga
1. CA paru
: tidak ada
2. Penyakit kardiovaskuler : ya
- Keluarga yang menderita infeksi pernafasan : tidak ada
- Factor lain
1. Obesitas
: ya
2. Stress
: tidak ada
3. Latihan berat
: tidak ada
4. Rokok
: ya
e. Pengobatan
- Obat yang sedang/sering digunakan
: asmasolon
- Pengetahuan dan kemampuan klien menggunakan obat : kurang
- Pengetahuan klien tentang efek samping obat : kurang

II.

Pemeriksaan Fisik.
a. Inspeksi
1. Mata
- Pupil
: simetris
- Konjungtiva
a. Pucat
: ya pucat
b. Cianosis
: tidak
2. Mulut
- Membrane mukosa : pucat
- Pernafasan bibir
: tidak
3. Vena leher
: tidak ada distensi vena jugularis
4. Hidung (pernafasan cuping hidung) : ya
5. Dada
- Retraksi
: tidak ada
- Simetris
: ya simetris
6. Kulit
- Cianosis perifer
: ya
- Cianosis sentral
: tidak ada
- Pucat
: ya pucat
- Oedema
: tidak ada
7. Jari-jari dan kuku
- Cianosis
: ya
- Pucat
: ya
- Clibbing
: tidak bengkak
b. Palpasi
1. Frekuensi gerakan dada
: 26 x/mnt
2. Tactil fremitus
: simetris kanan dan kiri
3. Massa abnormal di mamae dan aksila
: tidak ada
4. Nadi perifer
: 100 x/mnt
5. Suhu
: 38 C
c. Auskultasi
1. Bunyi nafas
: tidak ada
2. Bunyi nafas tambahan
: ronki, krakles

III.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
IV.

Pemeriksaan diagnostic
EKG
Laboratorium
Enzim/Isoenzim Jantung
Radiologi
Ekokardiografi
Radioisotop
Klasifikasi data
DS
: Pasien mengatakan :
- Nyeri dada terus menerus
- Sesak nafas
- Batuk
- Keringat dingin
- Mual
- Muntah
- Kepala terasa melayang
- Demam

DO
:
- KU pasien lemah
- IVFD RL 20 tts/mnt
- TTV
:
1. TD
: 120/80 mmhg
2. N
: 100 x/mnt
3. P
: 26 x/mnt
4. S
: 38 C
- Konjungtiva pucat
- Skala nyeri 6-8 (berat)
- Terpasang oksigen 2 ltr/mnt
V.

Analisa data

No
1.

DATA
DS: Pasien mengatakan
- nyeri dada terus menerus
- mual
- muntah
DO:
- KU pasien lemah
- dispnea
- skala nyeri 6-8 (berat)
- TTV :
1. TD
: 120/80 mmhg
2. N
: 100 x/mnt
3. S
: 38 C
- Konjungtiva pucat

ETIOLOGI
MASALAH
Iskemi
jaringan Nyeri
akibat
sumbatan
arteri koroner

2.

DS : pasien mengatakan
- Kepala terasa melayang
- Keringat dingin
- demam
DO :
- Terpasang oksigen 2 ltr/mnt
- IFVD 20 RL
- tts/mnt

Ketidakseimbangan Intoleransi
suplai oksigen ke aktivitas
miokard

3.

Obstruksi
nafas

3.
DS : pasien mengatakan
- Sesak nafas
- batuk
DO :
- adanya pernafasan cuping hidung
- pergerakan dada cepat
- bunyi tambahan krakles, ronki
- pernafasan 26 x/mnt

jalan

Pola nafas tidak


efektif

Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. nyeri b/d iskemi jaringan akibat sumbatan arteri koroner yang ditandai
dengan :
DS : Pasien mengatakan
- nyeri dada terus menerus
- mual
- muntah
DO :
-

KU pasien lemah
Dispnea
Skala nyeri 6-8 (berat)
TTV :
1. TD : 120/80 mmhg
2. N : 100 x/mnt
3. S : 38 C
Konjungtiva pucat

2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan


kebutuhan tubuh yang ditandai dengan :
DS : Pasien mengatakan
- Kepala terasa melayang
- Keringat dingin
- Demam
DO :
- Terpasang IVFD RL 20 tts/mnt
- Terpasang oksigen 2 ltr/mnt
3. Pola nafas tidak efektif yang b/d obstruksi jalan nafas yang ditandai
dengan :
DS : pasien mengatakan :
- Sesak nafas
- batuk
DO :
- Adanya pernafasan cuping hidung
- Pergerakan dada cepat
- Pernafasaan 26 x/mnt
- Bunyi nafas tambahan krakles

IMPLEMENTASI
Pukul : 10.00 WIT
Tanggal 2-3-2009
1. Mengkaji penyebab nyeri
Hasil : menunjukkan menurunya
tegangan, rileks dan mudah bergerak
Pukul : 10.10 WIT

EVALUASI
S : Pasien mengatakan
- nyeri berkurang
- tidak lagi mual dan muntah
O:
- KU masih lemas
- Suhu badan menurun

2. Menciptakan lingkungan yang tenang A : masalah belum sepenuhnya teratasi


serta perhatian yang tulus kepada
pasien
P : intervensi 1,2,3,4 dilanjutkan
Hasil : pasien dapat istirahat tanpa
ada gangguan
Pukul : 10.20 WIT
3. Mengkaji posisi semi fowler
Hasil : rasa sesak yang di alami pasien
berkurang
Pukul : 10.30 WIT
4. Kolaborasi dengan dokter
Hasilnya : pasien nyeri berkurang 4-6
(sedang), S : 37 C,

IMPLEMENTASI
Pukul : 10.35 WIT
2-3-2009
1. Mengkaji perubahan irama TD
sebelum, selama dan sesudah aktivitas
Hasil : terkontrol selama waktu
pemberian obat
Pukul 10.40 WIT
2. Meningkatkan istirahat pasien di
tempat tidur dan membatasi gerak
pasien
Hasil : pasien dapat istirahat dengan
tenang tanpa gangguan
Pukul 10.50 WIT
3. Kaji ulang tanda/gejala yang
menunjukkan tidak toleran terhadap
aktivitas yang dilakukan oleh pasien
Hasilnya : semua kegiatan pasien
termonitor dengan baik
Pukul : 11.00 WIT

EVALUASI
S :Pasien mengatakan :
Kepala pasien terasa ringan
Badan pasien hangat
O :KU masih lemah
Tidak terpasang oksigen
A :masalah belum teratasi
P :Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4

IMPLEMENTASI
TGL 2-03-2009
Pukul : 11.15 WIT
1. Mengkaji
bunyi
jantung
dengan
auskultasi
Hasil : tidak ada indikasi edema paru
sekunder
Pukul : 21.25 WIT
2. Mengkaji
pernafasan
(frekuensi,
kedalaman dan bunyi nafas)
Hasil : pasien tidak ada lagiada nafas
tambahan.
Pukul : 11.30 WIT

EVALUASI
S : Pasien mengatakan
- pasien tidak lagi sesak nafas
- pasien tidak batuk
- pernafasan pasien normal
O : KU membaik
Pernafasan 24 x/mnt
Tidak ada bunyi nafas tambahan
A : masalah sebagian teratasi
P : intervensi tetap dilanjutkan

Diagnosa
keperawatan
1.Nyeri b/d iskemi
jaringan
akibat
sumbatan
arteri
koroner
yang
ditandai dengan :
DS
:
pasien
mengatakan
Nyeri dada terus
menerus
Mual
muntah
DO :
KU pasien lemah
Skala nyeri 6-8
(berat)
TTV
TD
:
120/80
mmhg
N
: 100 x/mnt
S
: 38 C
konjungtiva
pucat
2.
Intoleransi
aktivitas
b/d
ketidakseimbangan
suplai
oksigen
miokard
dengan
kebutuhan
tubuh
yang
ditandai
dengan :
DS
:
pasien
mengatakan
Kepala
terasa
melayang
Keringat dingin
DO :
Terpasang oksigen
2 ltr/mnt
IVFD 20 tts/mnt
3. Pola nafas tidak
efektif
b/d
obstruksi
jalan
nafas yang ditandai
dengan :
DS
:
pasien
mengatakan
Sesak nafas
Batuk
DO :

Tujuan

Intervensi

Rasional

Nyeri
teratasi 1.Pantau nyeri 1. Nyeri
adalah
dengan criteria :
(karakteristik
pengalaman
- Nyeri
dada
,
lokasi,
subyektif yang
ber
intensitas,
tampil
dalam
kur
durasi) catat
respon verbal
ang
setiap
maupun
/hil
perubahan
nonverbal
ang 2.
Berikan
2. Menurunkan
- Tidak ada mual
lingkungan
rangsang
- Tidak muntah
yang
eksternal yang
- KU
pasien
tenangdan
dapat
me
tunjukkan
memperburuk
mba
perhatian
keadaan nyeri
ik
yang tulus
3. membantu
- Badan
tidak 3.Bantu pasien
menurunkan
lem
untuk
persepsi respon
as
melakukan
nyeri
dengan
tehnik
memanipulasi
relaksasi
adaptasi
4.Kolaborasi
fisiologis tubuh
pemberian
obat dengan
dokter

Intoleransi
aktivitas teratasi
dengan kriteria :
1. Pantau irama
- Tidak keringat
dan
ding
perubahan
in
TD sebelum,
- Pasien
kepala
selama dan
ring
sesudah
an
aktivitas
- Kebutuhan
2. Tingkatkan
oksi
istirahat,
gen
batasi
ter
aktivitas
pen 3. Bantu
uhi
aktivitas
sesuai
dengan
keadaan
pasien

1. menentukan
respon pasien
terhadap
aktivitas
2. menurunkan
kerja
miokard/konsu
msi
oksigen,
menurunkan
resiko
komplikasi
3. mencegah
aktivitas
berlebihan
sesuai
kemampuan
kerja jantung

1. indikasi
terjadinya
edema
paru

Adanya pernafasan
cuping hidung
Pernafasan cepat
Bunyi
nafas
tambahan krakles
Pernafasan
26
x/mnt

Pola nafas tidak 1. Auskultasi


efektif teratasi
bunyi nafas
dengan criteria :
terhadap
- Pasien
tidak
bunyi krekels
bat 2. Pantau
uk
fungsi
- Pasien
tidak
pernafasan
ses
(frekuensi,
ak
kedalaman,
- Pernafasan
kerja otot,
nor
bunti nafas)
mal

sekunder
akibat
dekompensasi
jantung
2. kegagalan
pompa jantung
dapat
mengakibatkan
distress
pernafasan

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8, 1997, EGC,
Jakarta.
Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.
Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, 1997, EGC Jakarta
Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta
Nursalam. M.Nurs, Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Profesional, 2002, Salemba Medika, Jakarta
Russel C Swanburg, Pengantar keparawatan, 2000, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai