Keuangan BUMN Bukan Keuangan Negara
Keuangan BUMN Bukan Keuangan Negara
Istilah Badan Hukum sudah merupakan istilah yang resmi. Istilah ini dapat
dijumpai dalam perundang-undangan, antara lain1 :
1. Dalam hukum pidana ekonomi istilah Badan Hukum disebut dalam Pasal 12
Hamsterwet (UU Penimbunan Barang) L.N. 1951 No. 90 jo. L.N. 1953 No. 4.
Keistimewaan Hamsterwet ini ialah Hamsterwet menjadi peraturan paling pertama di
Indonesia yang memberi kemungkinan menjatuhkan hukuman menurut hukum
pidana terhadap Badan Hukum. Kemudian kemungkinan tersebut secara umum
ditentukan dalam Pasal 15 L.N. 1955 No. 27.
2. Dalam Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 antara lain Pasal 4 ayat
(1).
3. Dalam Perpu No. 19 Tahun 1960 dan lain sebagainya.
Pendapat para sarjana, antara lain, Meijers menyatakan Badan Hukum itu adalah
meliputi yang menjadi pendukung hak dan kewajiban. Begitu juga pendapat Logemann,
dan E. Utrecht.2
Yang menjadi penting bagi pergaulan hukum ialah Badan Hukum itu mempunyai
kekayaan (vermogen) yang sama sekali terpisah dari kekayaan anggotanya. Hak dan
kewajiban Badan Hukum sama sekali terpisah dari hak dan kewajiban anggotanya. Bagi
bidang perekonomian, terutama lapangan perdagangan, hal ini sangat penting.3
Sama dengan pendapat itu, menurut R. Subekti, Badan Hukum pada pokoknya
adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan
perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri (huruf tebal dari
penulis), dapat digugat atau menggugat didepan hakim.
Dalam
pada
itu
R.
Rochmat
Soemitro
mengatakan,
Badan
Hukum
(rechtspersoon) ialah suatu badan yang dapat mempunyai harta, hak serta kewajiban
seperti orang pribadi.
Sarjana Hukum lainnya, Sri Soedewi Maschum Sofwan menjelaskan, bahwa
manusia adalah badan pribadi itu adalah manusia tunggal. Selain dari manusia tunggal,
dapat juga oleh hukum diberikan kedudukan sebagai badan pribadi kepada wujud lain
disebut Badan Hukum, yaitu kumpulan dari orang-orang bersama-sama mendirikan suatu
badan (perhimpunan) dan kumpulan harta kekayaan, yang ditersendirikan untuk tujuan
tertentu (yayasan). Kedua-duanya merupakan Badan Hukum.
1
Chidir Ali, Badan Hukum (Bandung : Penerbit P.T. Alumni, 2005), h. 17.
Ibid, h. 18.
3
Ibid, h. 19.
2
H.Th.Ch. Kal dan V.F.M. Den Hartog menerangkan, bahwa manusia ialah subjek
hukum. Akan tetapi lain daripada manusia, ada juga subjek hukum yang lain, Organisasi
yang memperoleh sifat subjek hukum itu ialah Badan Hukum. Ia boleh mempunyai hak
milik, boleh berunding, boleh mengikat perjanjian, boleh bertindak dalam persengketaan
hukum dan sebagainya serta memikul tanggung jawab dalam arti hukum tentang segala
perbuatannya.
Wirjono Prodjodikoro mengemukakan pengertian suatu Badan Hukum, yaitu
badan yang di samping menusia perseorangan juga dianggap dapat bertindak dalam
hukum dan yang mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dalam perhubungan hukum
terhadap orang lain atau badan lain.
Sudiman Kartohadiprodjo menjelaskan, tiap manusia (natuurlijk persoon), adalah
lawan subjek hukum lainnya, ialah Badan Hukum (rechtpersoon).
Menurut J.J. Dormeier istilah Badan Hukum dapat diartikan sebagai berikut :
a. persekutuan orang-orang, yang di dalam pergaulan hukum bertindak selaku seorang
saja;
b. yayasan, yaitu suatu harta atau kekayaan, yang dipergunakan untuk suatu maksud
yang tertentu.
Dari pendapat-pendapat di atas, dapatlah disimpulkan tentang pengertian Badan
Hukum sebagai subjek hukum itu mencakup hal berikut, yaitu4 :
a. perkumpulan orang (organisasi);
b. dapat melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dalam hubungan-hubungan
hukum (rechtsbetrekking);
c. mempunyai harta kekayaan tersendiri;
d. mempunyai pengurus;
e. mempunyai hak dan kewajiban;
f. dapat digugat atau menggugat di depan Pengadilan.
Negara-negara Common Law sebagaimana legislasi di Eropa Kontinental (Civil
Law) mengenal teori yang sophisticated mengenai konsep Badan Hukum (legal
personality) termasuk :
1. Badan Hukum sebagai Fiksi Hukum.
Ibid, h. 19-21.
Menurut konsep ini Badan Hukum adalah selain dari manusia, artificial, yaitu hasil
dari fiksi. Kapasitas hukum dari legal personality adalah berdasarkan hukum
positif dan tidak a predetermined standard as in case of natural person.
2. Corporate realism.
Menurut konsep ini, badan hukum bukan artifisial atau fiksi, tetapi nyata dan
alamiah seperti pribadi manusia. Menurut Ziweckvermogen, Badan Hukum terdiri
dari seperangkat kekayaan (assets) yang ditujukan untuk keperluan tertentu.
Istilah Badan Hukum (legal personality) sekarang ini selalu didefinisikan :
in the sense of a unit separate from its members in such away that it has gained
legal capacity and litigation capacity. To be a legal person means therefore to be
the subject of rights and duties capable of owning real property, entering into
contracts, and suing and being such in its own name separate and distinct from
its shareholders.5
Sebagai kesimpulan Badan Hukum sama dengan manusia sebagai subjek hukum
yang mempunyai harta kekayaan sendiri. Sebagai contoh, saya sebagai pensiunan guru
besar mendapat gaji dari APBN setiap bulan. Ketika belanja di Pasar Senen uang gaji
saya itu dicopet. Pertanyaannya adalah, apakah pencopet mencopet uang saya atau uang
negara? Tentu ia mencopet uang saya, bukan uang negara.
Begitu juga BUMN yang mendapat modal dari APBN, ketika sudah dimasukan
sebagai modal, uang tersebut bukan uang negara lagi; negara memiliki saham BUMN
tersebut karena memasukan modal itu; tetapi kekayaan BUMN bukanlah kekayaan
negara, melainkan kekayaan BUMN itu sendiri sebagai Badan Hukum.
Kerancuan pengertian Keuangan Negara dimulai oleh definisi keuangan negara
dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan
keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut (Pasal 1 angka
1).
Pasal 2g Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan :
Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak
lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang
5
Daniel Zimmer, LEGAL PERSONALITY dalam Ella Gepken Jager (Eds) VOC 1602-2002,
400 Years of Company Law (Nijmegen : Kluwer Legal Publishing, 2005), h. 267-269.
Pasal I, ketentuan Pasal 19 dan Pasal 20 dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah, dihapus.
Pasal II :
1. Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
a. Pengurusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah untuk selanjutnya dilakukan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang Perseroan
Terbatas dan Badan Usaha Milik Negara beserta peraturan pelaksanaannya.
b. Pengurusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah yang telah diserahkan kepada
Panitia Urusan Piutang Negara c.q. Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara
dan usul penghapusan Piutang Perusahaan Negara/Daerah yang telah diajukan
kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Piutang dan Lelang Negara
tetap dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960
tentang Panitia Urusan Piutang Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun
2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah beserta peraturan
pelaksanaannya.
2. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Fatwa Mahkamah Agung bukanlah sumber hukum menurut peraturan perundangundangan Indonesia, fatwa hanya merupakan pendapat Mahkamah Agung sehingga tidak
mengikat
secara
hukum.
Begitu
juga
Peraturan
Pemerintah
tidak
bisa
BUMN bukanlah piutang negara dan hutang Bank BUMN bukanlah hutang negara.
Akan tetapi putusan Mahkamah Konstitusi ini tidak bisa diterapkan sebagaimana
mestinya, karena ada pihak yang masih berpendapat bahwa keuangan BUMN adalah
keuangan negara sebagaimana pengertiannya atas Pasal 2 huruf g Undang-Undang
Keuangan Negara yang masih berlaku kini.
Bila kekayaan BUMN bulanlah kekayaan negara, tindak pidana korupsi tetap dapat
diterapkan kepada BUMN. KPK, Kejaksaan, dan Kepolisian tetap mempunyai
wewenang untuk menyelidiki korupsi di BUMN, karena berdasarkan United Nations
Convenstion Against Corruption 2003 yang kita ratifikasi dengan Undang-Undang No. 7
8
Tahun 2006, menyatakan bahwa korupsi berlaku terhadap keuangan siapa saja, termasuk
keuangan swasta. Dengan demikian korupsi bukan terhadap keuangan negara saja.
Ruang lingkup Konvensi ini antara lain, perbuatan-perbuatan yang diklarifikasikan
sebagai tindak pidana korupsi yaitu penyuapan pejabat-pejabat publik nasional,
penyuapan pejabat-pejabat asing dan pejabat-pejabat organisasi internasional publik.
Tindakan lainnya adalah penggelapan, penyalahgunaan atau penyimpangan lain
kekayaan oleh pejabat publik, memperdagangkan pengaruh, penyalahgunaan fungsi,
memperkaya diri secara tidak sah. Penyuapan disektor swasta, penggelapan kekayaan di
sektor swasta, pencucian hasil-hasil kejahatan (money laundering), termasuk juga ruang
lingkup Konvensi ini.
Tindak pidana korupsi bukan saja berlaku terhadap keuangan negara, tetapi juga
kepada keuangan siapa saja termasuk keuangan swasta. Guna mencegah korupsi,
masing-masing Negara Anggota wajib mengambil tindakan-tindakan sedemikian
sebagaimana mungkin diperlukan, sesuai dengan hukum dan peraturan internalnya
mengenai penyimpanan buku-buku dan catatan-catatan, pengungkapan-pengungkapan
laporan keuangan dan standar-standar akuntansi dan audit, untuk melarang tindakantindakan berikut yang dilakukan untuk tujuan pelaksanaan pelanggaran-pelanggaran
yang dilakukan sesuai dengan Konvensi ini :
(a) Penyelenggaraan akuntansi ekstra pembukuan;
(b) Penyelenggaraan transaksi-transaksi ekstra pembukuan atau yang tidak cukup jelas;
(c) Pencatatan pengeluaran yang tidak nyata;
(d) Pemasukan kewajiban-kewajiban dengan identifikasi tujuan yang tidak benar;
(e) Penggunaan dokumen-dokumen palsu; dan
(f) Perusakan sengaja atas dokumen-dokumen pembukuan terlebih dahulu dari yang
direncanakan oleh undang-undang.7
Masing-masing Negara Anggota wajib untuk tidak mengizinkan pengurangan pajak
atas biaya-biaya yang merupakan korupsi, yang disebut belakangan ini adalah satu dari
unsur utama dari pelanggaran yang dilakukan sesuai dengan pasal-pasal 15 dan 16
Konvensi ini dan, sebagaimana layaknya, pengeluaran-pengeluaran lain yang terhimpun
dalam kelanjutan tindakan korup.8
7
8
10
i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
PPh Pekerja Sektor Padat Karya bakal Dihapus, Media Indonesia, 12 Agustus 2013.
Insentif Fiskal Diperbanyak, Bisnis Indonesia, 1 Agustus 2013.
10
11
Leonard J. Theberger, Law and Economic Development, Journal of International Law and
Policy, Vol. 9:231 (1980)
12
12
14
Internasional Operations Company Inc. akan menyediakan spare part, repair, field
engineer and technical engineering untuk perbaikan rotor tersebut, karena CV. Sumi
Jaya Utama telah memperbaiki stator (bagian tidak bergerak) dari Gas Turbin Generator.
Kemudian berdasarkan Letter of Support tersebut Panitia Lelang A menunjuk
langsung CV. Sumi Jaya Utama untuk memperbaiki rotor tersebut sesuai Order
Pembelian Nomor : 2088-I-04-BE-ZAC tanggal 06 Mei 2004. Untuk perbaikan rotor
tersebut, kemudian CV. Sumi Jaya Utama membawa rotor tersebut ke General Electric
Keppel di Singapura dan memperoleh hasil yaitu biaya perbaikan rotor sebesar USD
2,678,098.30 dengan delivery time 30 minggu sesuai dengan surat penawaran harga dari
saudara M selaku Direktur CV. Sumi Jaya Utama kepada Kepala Biro Pengadaan yakni
saksi Ir. AA, SPPH Nomor : 2278-SJD1-T4-0208 tanggal 02 Agustus 2004 mengenai
spare parts rotor.
Atas balasan surat dari CV. Sumi Jaya Utama tersebut Kepala Biro Pengadaan
PT. Pupuk Kaltim yaitu saksi Ir. AA membuat surat kepada Direktur Teknik yaitu saksi
Ir. RD, IPM Nomor : 1244/DAAN/VIII/2004 tanggal 03 Agustus 2004 untuk
menginformasikan :
1. Harga perbaikan rotor tersebut ex work Singpore senilai US$ 2,678,098.30 dengan
delivery time 30 minggu.
2. Sedangkan untuk rotor baru senilai US$ 3,900,000 dengan delivery time 2 bulan.
Oleh karena harga rotor Assembly for Gas Turbine Generator (GTG-KDM) lebih
dari Rp. 500.000.000,-, maka saksi Ir. AA menyampaikan penawaran tersebut kepada
saksi Ir. RD, selaku Direktur Tehnik dan selanjutnya Ir. RD meneruskan penawaran
tersebut kepada terdakwa Drs. H. OKW, selaku Direktur Utama PT. Pupuk Kaltim untuk
mendapatkan persetujuannya selaku pejabat yang memiliki kewenangan dalam
menentukan pembelian barang diatas Rp. 500.000.000,-. Kemudian terdakwa Drs. H.
OKW. selaku Direktur Utama PT. Pupuk Kaltim menyetujui usulan yang disampaikan
oleh saksi Ir. RD dan meminta penurunan harga serta meminta penawaran harga untuk
pembelian dengan cara trade in (tukar tambah).
Atas persetujuan terdakwa Drs. H. OKW selanjutnya saksi Ir. AA membuat surat
Nomor : 169/Daan/VIII/04 tentang Penurunan dan Diskon Pembelian Rotor Baru dan
dibalas oleh CV. Sumi Jaya Utama dengan suratnya Nomor : 080/SJU-PKT/LET-2004
tanggal 5 Agustus 2004 yang menyatakan bahwa CV. Sumi Jaya Utama bisa
memberikan diskon harga sebesar 3% dari harga barang, yang oleh saksi Ir. AA surat
tersebut disampaikan kepada Kepala Kompartemen Pemeliharaan sesuai dengan surat
15
dalam keadaan darurat yang tidak bisa ditunda pengadaan barang/jasanya. Dalam hal ini
selalu diperhitungkan kerugian yang lebih besar akan terjadi bila penunjukan langsung
tidak diadakan. Begitu juga penunjukan langsung bisa diadakan dengan alasan teknologi
yang diperlukan. Saya menerangkan pula bahwa PT. Pupuk Kaltim bukanlah BUMN,
begitu juga anak perusahaan PT. Pupuk Kaltim yaitu PT. Karya Daya Mandiri.
Keuangan perusahaan-perusahaan tersebut bukanlah keuangan negara. Begitu juga
keuangan PT. Pusri (Persero) sebagai BUMN bukanlah keuangan negara. Pendapat saya
16
ini didasarkan kepada doktrin Badan Hukum, Undang-Undang Perseroan Terbatas, dan
Fatwa Mahkamah Agung.
Jaksa Penuntut Umum menyatakan dalam tuntutannya, bahwa terdakwa telah
menguntungkan PT. Karya Daya Mandiri, dengan demikian telah merugikan PT. Pupuk
Kaltim, selanjutnya merugikan PT. Pusri (Persero), karena keuangan PT. Pusri (Persero)
adalah keuangan negara, maka perbuatan terdakwa merugikan keuangan negara, berarti
melanggar Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi.
Menurut pendapat saya, anak perusahaan BUMN, bukanlah BUMN melainkan
Perseroan Terbatas (PT) biasa. Keuangan BUMN bukanlah keuangan negara, melainkan
keuangan BUMN itu sendiri sebagai Badan Hukum. Keuangan negara adalah pajak yang
dibayar BUMN dan dividen yang diterima negara sebagai pemagang saham. Keuangan
anak perusahaan BUMN bukanlah keuangan negara. Majelis Hakim Pengadilan Negeri
dalam perkara ini dalam putusannya membebaskan para terdakwa dari segala tuntutan.
Dalam Tindak Pidana Korupsi No. : 39/PID.SUS/TIPIKOR/2013/PN.PBR. di
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Pekanbaru, saya memberikan
keterangan ahli bahwa keuangan bank milik Pemerintah Daerah yang berbentuk
Perseroan Terbatas adalah bukan keuangan negara. Dasar hukumnya adalah, pertama,
bank milik Pemerintah Daerah tersebut adalah suatu Badan Hukum. Suatu Badan Hukum
sebagai subyek hukum mempunyai harta kekayaan sendiri terpisah dari kekeyaan direksi,
harta kekayaan komisaris, dan harta kekayaan pemegang sahamnya atau pemiliknya.
Bank milik Pemerintah Daerah yang berbentuk Persroan Terbatas, berdasarkan Pasal 1
angka 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Perseroan
Terbatas adalah Badan Hukum. Kedua, keuangan BUMD adalah bukan keuangan negara
dalam hal ini keuangan Pemerintah Daerah. Putusan Mahkamah Konstitusi No. 77/PUUIX/2011 tanggal 25 September 2012 menyatakan piutang Bank BUMN setelah
berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN serta Undang-Undang No. 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas adalah bukan lagi piutang negara.
Badan Usaha Milik Daerah adalah suatu BUMN yang dimiliki oleh Pemerintah
Daerah, Pemerintah Daerah adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945). Namun, keuangan BUMD adalah juga
bukan keuangan negara dalam hal ini keuangan Pemerintah Daerah.
BPKP tidak mempunyai wewenang untuk memeriksa keuangan Bank BUMD,
karena :
17
1). Pasal 1 butir 4 Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, yang selanjutnya disingkat BPKP, adalah aparat pengawasan
intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
2). Pasal 49 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah menyatakan BPKP melakukan pengawasan
intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang
meliputi:
a. kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
b. kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara; dan
c. kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
Bank BUMD bukanlah instansi Pemerintah dan tidak ada Keputusan Presiden
yang memberikan wewenang kepada BPKP untuk memeriksa keuangan Bank BUMD.
Keuangan BUMD diperiksa oleh akuntan publik berdasarkan Pasal 66 Undang-Undang
No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Apabila suatu Bank Pembangunan Daerah mengalami satu kredit macet, bank
tersebut belum dapat dikatakan menderita kerugian; karena kerugian bank tersebut
dihitung dalam satu tahun buku, bukan dari satu kredit macet, atau satu bulan kredit
macet, atau satu triwulan kredit macet, atau satu semester kredit macet.
Dasar hukumnya adalah Pasal 66 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas, antara lain menyatakan, laporan keuangan atas sekurang-kurangnya
necara akhir buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku
sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan; wajib diaudit dan
mendapat pengesahan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
Sebelumnya Putusan Mahkamah Agung dalam Bambang Riyadi Sugomo v.
Handi Sujanto, No. 2743 K/Pdt/1995 (1996), berpendapat sama. Mahkamah Agung,
antara lain menyatakan, bahwa persoalan untung rugi suatu Perseroan Terbatas haruslah
diputuskan dan disahkan terlebih dahulu dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Mahkamah Agung juga berpendapat agar hasil neraca untung rugi Perseroan Terbatas
haruslah diaudit terlebih dahulu oleh seorang Akuntan Publik.
Bila ternyata dalam tahun buku bank milik Pemerintah Daerah yang berbentuk
PT tersebut dinyatakan mengalami kerugian, kerugian tersebut bukan merupakan
kerugian negara dalam hal ini Pemerintah Daerah.
18
21
tersebut; yaitu Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Pimpinan PT PLN (Persero) tidak dapat dituduh melakukan tindak pidana
korupsi karena ia tidak terbukti menerima suap atau memberi suap, menggelapkan atau
mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri. Tindakannya tidak memenuhi unsurunsur tindak pidana korupsi seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No. 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Konvesi Anti Korupsi
PBB Tahun 2003 yang sudah diratifikasi oleh Republik Indonesia dengan UndangUndang No. 7 Tahun 2006.
22
1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah).
Dengan demikian merugikan keuangan BUMN adalah tindak pidana korupsi.
Seperti yang saya katakan di atas tadi uang BUMN bukanlah uang negara.
Kesimpulan
Direksi karena keputusannya telah merugikan suatu P.T., tetapi karena keputusan
tersebut telah diambil melalui prosedur yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar P.T.,
tidak mempunyai pertentangan kepentingan dengan dirinya, dan telah mengambil
keputusan tersebut dengan hati-hati; maka ia tidak dapat dimintai pertanggung jawab
pribadi atas kerugian tersebut. Kerugian suatu P.T. didasarkan kepada transaksi dalam
satu tahun buku, bukan transaksi dalam enam bulan, atau tiga bulan, atau satu transaksi.
Pemegang Saham yang merasa dirugikan oleh Direksi, antara lain, dapat menggugatnya
atas nama pribadi atau atas nama perseroan.
Gugatan tersebut adalah gugatan perdata. Kerugian P.T. menjadi tindak pidana
kalau Direksi terbukti memberi atau menerima suap, memutar balikkan pembukuan, atau
menghilangkan bukti-bukti pembukuan tersebut.
Sebaiknya Presiden segera mengeluarkan PERPU (Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang) yang menyatakan Pasal 2 huruf g Undang-Undang No. 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara tidak berlaku.
Karangan ini saya peruntukan kepada Prof. Dr. Valerine J.L. Kriekhoff, SH. MA.
dalam rangka hari ulang tahunnya yang ke-70. Sahabat saya sejak masa remaja, ketika
kami bertetangga sebagai anak kramat. Saya tinggal di Kompleks Pegadaian Kramat
Raya No. 162 dan beliau tinggal di Kramat VIII Jakarta. Semoga panjang usia serta
mulia.
______
23