KSN - Bab 3 Tinjauan Teori
KSN - Bab 3 Tinjauan Teori
LAPORAN
ANTARA
Penyusunan Kebijakan
dan Strategi Perwujudan
dan Pengelolaan
Kawasan Strategis
Nasional
2015
BAB 3
TINJAUAN TEORI
Latar Belakang
serta pusat kegiatan dan jaringan prasarana yang tidak berada di Badan Danau,
Daerah Tangkapan Air, dan Cekungan Air Tanah yang terkait dengan perairan Danau
Toba dan mendukung pengembangan perairan Danau Toba.
Adapun tujuan penataan ruang Kawasan Danau Toba adalah untuk mewujudkan:
1.
Pelestarian Kawasan Danau Toba sebagai air kehidupan (Aek Natio) masyarakat,
ekosistem, dan kawasan kampung masyarakat adat Batak; dan
2.
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 1
Pada dasarnya semua jenis kerusakan lingkungan berakar pada sebuah fakta, bahwa
permintaan total manusia terhadap SDA dan jasa-jasa lingkungan (seperti fungsi
ekosistem perairan sebagai penetralisir limbah, atmosfer sebagai asimilator CO2 dan
gas rumah kaca lain, dan sumber plasma nutfah) telah melampaui daya dukung
lingkungan suatu wilayah (desa, kabupaten/kota, provinsi, negara, atau bumi) untuk
menyediakannya dalam kurun waktu tertentu.
Menurut hasil pengkajian tim peneliti dari Universitas Harvard (2002) dalam (Dahuri,
2012), bahwa total permintaan umat manusia terhadap SDA dan jasa-jasa lingkungan
pertama kali melewati daya dukung lingkungan bumi terjadi pada 1980. Selanjutnya,
pada 1999 total permintaan manusia itu 20 persen lebih besar dari pada daya dukung
lingkungan bumi.
Berdasarkan fenomena yang terjadi dan dalam rangka mewujudkan masa depan dunia
yang lebih baik, sejahtera, dan sustainable (berkelanjutan) sebagaimana diharapkan
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 2
dari Konferensi Lingkungan Sedunia keempat (Rio+20), menurut Dahuri (2012), secara
teknis dapat dilakukan dua prakarsa terobosan (breakthrough) secara simultan pada
tingkat negara dan global. Dua terobosan yang diusulkan adalah:
III | 3
bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor
pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai.
Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas
penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative
capacity). Dalam Permen LH No 17/2009, telaahan daya dukung lingkungan hidup
terbatas pada kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan dengan
kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air dalam suatu
ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya alam tergantung pada
kemampuan, ketersediaan, dan
ruang
harus
mengindahkan
kemampuan
lahan.
Sementara
perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah
menentukan keadaan surplus atau defisit dari lahan dan air untuk mendukung
kegiatan pemanfaatan ruang.
Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam penyusunan
rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung lingkungan hidup tidak dapat
dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan rencana tata ruang harus
memperhatikan aspek keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan
ruang, serta dalam pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar daerah.
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 4
pertanian yang dikategorikan dalam bentuk kelas, subkelas dan kemampuan lahan
pada tingkat unit pengelolaan.
Dengan metode ini dapat diketahui lahan yang sesuai untuk pertanian, lahan yang
harus dilindungi dan lahan yang dapat digunakan untuk pemanfaatan lainnya. Aspek
yang ditentukan alokasi pemanfaatan ruangnya adalah aspek fisik lahan, adapun aspek
lain seperti keanekaragaman hayati, dipertimbangkan dengan memperhatikan kriteria
kawasan lindung.
Kemampuan lahan merupakan karakteristik lahan yang mencakup sifat tanah (fisik dan
kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain. Berdasarkan
karakteristik lahan tersebut, dapat dilakukan klasifikasi kemampuan lahan ke dalam
tingkat kelas, sub kelas, dan unit pengelolaan.
kerusakan
dan
hambatan
penggunaan
meningkat,
spektrum
Salah satu upaya mempertahankan luas kawasan hutan melalui penetapan kawasan
lindung yang diatur ketentuannya dalam Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 5
Pengelolaan Kawasan Lindung. Dalam ketentuan ini dan juga menurut Perpres No 81
Tahun 2014, yang dimaksud dengan kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi umum melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan.
3.1.4 Pariwisata
Pada dasarnya kegiatan pariwisata adalah kegiatan menjual lingkungan. Orang yang
bepergian dari suatu daerah ke daerah tujuan wisata adalah ingin menikmati
lingkungan, seperti pemandangan alam, atraksi budaya, arsitektur, makanan dan
minuman, benda seni, dan lainnya yang berbeda dengan lingkungan tempat
tinggalnya. Sehingga pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat
ditentukan oleh baik buruknya lingkungan.
Sektor wisata sebagai industri jasa merupakan sektor yang sangat peka terhadap
lingkungan. Kerusakan lingkungan seperti pencemaran limbah domestik, kumuh,
adanya gangguan terhadap wisatawan, penduduk yang kurang/tidak bersahabat,
kesemerautan lalulintas, kriminalitas, dan lain-lain, akan dapat mengurangi jumlah
wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Oleh karena itu
pengembangan pariwisata harus menjaga kualitas lingkungan. Menurut Mihalic (2000)
dalam Hakim (2004), kualitas lingkungan meliputi kualitas bentang alam atau
pemandangan alamiah itu sendiri. Kualitas ini dapat menurun karena aktivitas
manusia. Menurut hukum permintaan wisata, kualitas lingkungan merupakan bagian
integral dari suguhan-suguhan alamiah. Dengan demikian, pemeliharaan terhadap
kualitas lingkungan menjadi syarat mutlak bagi daya tahan terhadap kompetisi
pemilihan tujuan wisata oleh wisatawan. Jika kualitas lingkungan suatu daerah tujuan
wisata menurun, maka tempat tersebut cenderung diabaikan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kepariwisataan,
berkaitan dengan aspek lingkungan, yaitu:
1. Daya dukung lingkungan
Setiap daerah tujuan wisata mempunyai kemampuan tertentu dalam menerima
jumlah wisatawan. Kemampuan ini yang disebut sebagai daya dukung
lingkungan. Daya dukung lingkungan dinyatakan dalam jumlah wisatawan per
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 6
satuan luas daerah tujuan wisata (lokasi) persatuan waktu. Daya dukung
lingkungan tersebut berbeda-beda, sesuai dengan faktor psikologis tujuan
kegiatan pariwisata. Misalnya orang yang pergi ke plaza, orang merasa senang
untuk berdesak-desakan, kalau tidak bersenggolan, sepertinya tidak merasa ke
plaza. Sebaliknya orang yang pergi ke museum atau pantai yang romantis, tidak
menginginkan jumlah orang yang banyak, ramai, dan bising. Antara plaza, pasar
malam, pantai dan museum, mempunyai tujuan yang terkait dengan faktor
psikologis, sehingga daya dukungnya berbeda.
Faktor lain yang menentukan daya dukung lingkungan yaitu kondisi biofisik
daerah tujuan wisata atau lokasi wisata. Lingkungan biofisik menentukan kuat
atau rapuhnya suatu ekosistem. Ekosistem yang kuat mempunyai daya dukung
lingkungan yang tinggi. Daya dukung lingkungan yang tinggi, lebih banyak dapat
menerima sejumlah wisatawan. Daya dukung lingkungan yang kuat, tidak mudah
rusak karena gangguan wisatawan, jikalaupun rusak, maka pengembalian atau
pulihnya cepat.
2.
Keanekaragaman
Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata dengan minat,
tujuan, umur, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi, dan budaya yang
beranekaragam. Dalam pengembangan kepariwisataan harus diusahakan
adanya suatu keanekaragaman obyek sebagai daya tarik wisata serta faktor
penunjangnya. Usaha penganekragaman didasarkan pada faktor tujuan, umur,
dan mode wisatawan.
3.
Keindahan alam
Keindahan suatu bentang alam harus tetap dijaga keasliannya, sebab merupakan
aset kepariwisataan yang tinggi. Dalam pembangunan pariwisata sering diubah
bentang alam (natural landscape) dengan alasan untuk tujuan wisata. Contoh (1)
jalan berkelok di pegunungan dengan lembah yang indah, ditutup oleh papan
reklame yang sangat besar, warung-warung pinggir jalan yang tidak teratur dan
kumuh, (2) danau atau telaga yang alami pada bagian pinggirnya dibuat dalam
atau dibangun rumah peristirahatan, restoran dan hotel yang dekat ke danau,
sehingga danau berubah menjadi kolam besar (kolam raksasa). Di samping itu
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 7
badan perairan tersebut tercemar oleh limbah cair dari berbagai aktivitas dari
bangunan yang ada di sekitarnya.
4.
Pencemaran
Pencemaran merupakan musuh utama industri pariwisata. Pada sisi lain
kegiatan pariwisata merupakan pencemaran yang besar pula. Semakin sukses
kepariwisataan pada suatu daerah, semakin besar pula bahaya pencemarannya.
Salah satu bentuk pencemaran adalah limbah padat berupa sampah yang
dihasilkan oleh kegiatan wisatawan maupun limbah padat dan cair dari hotelhotel.
5.
Zona
Dalam pembangunan kepariwisataan timbul berbagai konflik berkaitan dengan
tata ruang. Pada satu sisi ingin hal yang bersifat alami, tetapi sisi yang lain
menghendaki membangun fasilitas atau hotel dekat pantai. Wisatawan tertarik
dengan pantai yang indah, tetapi jumlah wisatawan yang banyak justru dapat
menyebabkan kawasan pantai menjadi rusak. Konflik kepentingan dapat
dikurangi atau diatasi dengan perencaan tata ruang yang disesuaikan dengan
potensi sumberdaya yang ada. Hal ini kemudian akan menghasilkan permintaan
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 8
3.2.1 Latar Belakang dan Definisi Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade
Zone/FTZ)
Kawasan perdagangan bebas (free trade zone/FTZ) adalah salah satu zona ekonomi
(economic zone) yang mengandalkan sistem perdagangan internasional yang
dibebaskan dari hambatan terkait peraturan pemerintah suatu negara, baik yang
disebabkan oleh pengenaan tarif (tariff bariers) maupun pengenaan bukan tarif (non
tariff bariers) (Arafat, 2010).
Kawasan perdagangan bebas (free trade zone) dapat berupa zona dengan kantongkantong industri kecil untuk industry berbasis ekspor, dan terpisah dengan ekonomi
domestik negara tuan rumah. Didalam kantong-kantong industri kecil, perusahaanperusahaan yang dimiliki oleh PMA mendapatkan kemudahan seperti perlakuan
khusus untuk impor barang dan bahan baku, tanah dan bangunan bersubsidi,
infrastruktur yang disediakan pemerintah lokal, serta insentif terkait sektor keuangan
dan kepabean.
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 9
Definisi free trade zone (FTZ) dijelaskan oleh Charles W. Thurston sebagai berikut; An
Free Trade Zone is in essence, a tax free enclave and not considers part of the country
as far as import regulations are concerned. When an item leaves an free trade zone
and if officially imported into the host country of the Free Trade Zone, all duties and
regulation are imposed.
Karakteristik utama Free Trade Zone yang dirumuskan oleh United Nation (ESCAP)
diuraikan sebagai berikut:
1. Merupakan kawasan industri yang meng-khususkan diri di bidang manufaktur
untuk ekspor dan menawarkan perusahaan pada kondisi perdagangan bebas
dan lingkungan peraturan yang liberal (World Bank, 1992),
2. Merupakan zona industri dengan insentif khusus yang dibentuk untuk menarik
investor asing, dimana bahan impor mengalami beberapa tingkat proses
sebelum di ekspor kembali (ILO, 1998),
3. Merupakan area yang jelas dibatasi dan tertutup wilayah pabean nasional,
sering terletak pada lokasi geografis yang menguntungkan (Madani, 1999).
Dengan infrastruktur yang sesuai dengan pelaksanaan perdagangan dan
operasional industri serta serta tunduk prinsip bea cukai dan fiscal aggregations.
4. Suatu kawasan industri yang jelas digambarkan sebagai kantong perdagangan
bebas dalam pabean dan rezim perdagangan yang ditetapkan oleh suatu negara,
dimana perusahaan maufaktur asing, terutama yang melakukan produksi
industri berorientasi ekspor, mendapat keuntungan dari sejumlah insentif fiskal
dan keuangan (Kusago dan Tzannatos, 1998).
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 10
Sementara itu, menurut Simon Dalby, dimensi keamanan dalam studi Hubungan
Internasional telah mengalami pergeseran dari perspektif tradisional yang terbatas
pada perang dan damai menuju perspektif nontradisional yang lebih mengedepankan
human security dan mengandung lebih banyak aspek. Keamanan tidak lagi terfokus
pada interstate relations, tetapi juga pada keamanan untuk masyarakat (Dalby,
2003:102-103).
Dalam konteks sistem internasional maka keamanan adalah kemampuan negara dan
masyarakat untuk mempertahankan identitas kemerdekaan dan integritas fungsional
mereka. Untuk mencapai keamanan, kadang-kadang negara dan masyarakat berada
dalam kondisi harmoni atau sebaliknya. Dalam studi hubungan internasional dan
politik internasional, keamanan merupakan konsep penting yang selalu dipergunakan
dan dipandang sebagai ciri eksklusif yang konstan dari hubungan internasional
(Buzan,1991: 2,12). Karena konsepsi keamanan nasional ini senantiasa memiliki
hubungan erat dengan pengupayaan, pertahanan dan pengembangan kekuatan atau
kekuasaan sepanjang kaitannya dengan analis hubungan internasional dan politik luar
negeri, maka dalam pengaplikasiannya selalu menimbulkan perdebatan sehingga
langkah ke arah konseptualisasinya tidak selalu berjalan seiring. Power atau kekuasaan
itu sendiri secara simplistis merupakan kemampuan satu unit politik (negara) dalam
mencegah konflik dan mengatasi rintangan-rintangan (Deutsch dalam Rosenau, 1976
:157). Secara implisit hal ini menyimpulkan tentang terdapatnya faktor keamanan
sebagai unsur yang menstimulasi pengupayaan pencapaian dari power itu sendiri.
Penyimpulan Buzan menyebutkan bahwa aspek keamanan ini telah menjadi satu
pendekatan dalam Studi Hubungan Internasional dengan menunjuk kepada motif
utama
perilaku
suatu
negara,
yang
memiliki
perbedaannya
sendiri
Menurut Barry Buzan dalam bukunya yang berjudul : People State and Fear: An
Agenda for International Security Studies in Post Cold War Era, bahwa keamanan tidak
sebatas pada keamanan saja, tetapi mencakup keamanan militer, politik, ekonomi,
sosial dan lingkungan, seperti yang dipaparkan di bawah ini:
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 11
Keamanan militer, mencakup interaksi antar dua tingkat dan kekuatan yaitu
kemampuan defensif dan persepsi militer mengenai intensi masing-masing
pihak.
Keamanan politik, mencakup kesinambungan dan stabilitas organisasi suatu
negara atau sistem pemerintahan serta ideologi yang melegitimasi kedua hal
tadi.
Keamanan ekonomi, mencakup akses pada sumber daya finansial maupun pasar
yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan dan kekuatan
negara.
Keamanan sosial, mencakup kemampuan untuk mempertahankan dan
menghasilkan pola-pola tradisional dalam bidang bahasa, kultur, agama, dan
identitas nasional.
Keamanan lingkungan, mencakup pemeliharaan lingkungan lokal sebagai
pendukung utama kelangsungan hidup manusianya.
3.2.3 Perbatasan dan Pertahanan Negara
Pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap
bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. (UU No. 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara)
Pertahanan negara memiliki tujuan dan fungsi tersendiri. Tujuan pertahanan negara
adalah untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman. Sedangkan fungsi pertahanan negara adalah untuk mewujudkan dan
mempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu
kesatuan pertahanan.
Kawasan Perbatasan adalah bagian dari Wilayah Negara yang terletak pada sisi dalam
sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal Batas Wilayah
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 12
pertumbuhan
ekonomi
di
kawasan
perbatasan;
meletakkan
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 13
Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto, lingkungan hidup adalah jumlah semua benda
dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi
kehidupan kita.
Prof. Dr St. Munadjat Danusaputro, lingkungan hidup sebagai semua benda dan
kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perhuatannya, yang
terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta
kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.
Untuk mendukung kehidupan manusia beserta makhluk hidup lainnya, kita sebagai
penghuni harus menjaga atau melindungi dan mengelola lingkungan hidup tempat
manusia dan makhluk hidup lainnya tinggal. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup bertujuan:
a.
Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan
f.
g.
III | 14
budaya secara publik, seperti berbagai benda yang tersimpan di museum. Padahal
menurut Howard, tiap orang juga punya latar belakang kehidupan yang bisa jadi
warisan tersendiri.
Khusus untuk gedung atau bangunan tua, yang bisa dikategorikan sebagai pusaka
kota, kita bisa mengacu pada UU No 5 Tahun 1992, tentang Cagar Budaya. Dalam UU
itu, kategori gedung atau bangunan yang berusia di atas 50 tahun bisa dimasukkan
sebagai cagar budaya yang keberadaannya harus dilindungi dan dilestarikan.
Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya,
dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan kebudayaan melalui proses penetapan.
2.
Benda Cagar Budaya adalah benda alam atau benda buatan manusia, baik
bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok dan bagianbagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan
dan sejarah perkembangan manusia.
3.
Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam
atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding atau
tidak berdinding dan beratap.
4.
Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam
atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang
menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan
manusia.
5.
Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat atau di air yang
mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar
Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 15
6.
Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs
Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan memperlihatkan ciri tata
ruang yang khas.
7.
Cagar Budaya Nasional adalah Cagar Budaya peringkat nasional yang ditetapkan
Menteri sebagai prioritas nasional.
8.
9.
adalah
kegiatan
pengembangan
yang
ditujukan
untuk
Menurut Matheison dan Wall (dalam Fandeli, 2001), pariwisata atau tourism
adalah fenomena yang meliputi perpindahan ke dan tempat tujuan di luar
tempat tinggal sehari-hari.
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 16
b.
c.
Menurut Prof. Hunziker dan Prof. Krapf (Bapak Ilmu Pariwisata), pariwisata
adalah sejumlah hubungan dan gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orangorang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan timbulnya
tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat permanen sebagai usaha
mencari kerja penuh.
d.
Dari beberapa definisi pariwisata di atas, beberapa unsur pokok pariwisata adalah:
a.
Perjalanan pariwisata ke suatu tempat yang bukan tempat asalnya atau tempat
tinggalnya.
b. Perjalanan pariwisata ke suatu tempat bukan dengan tujuan untuk tinggal dan
bekerja secara permanen.
c.
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 17
a.
b.
Menurut Prof. Dr. Hunzieker (dalam Yoeti, 1996:154), Industri pariwisata adalah
Tourism Enterprise are always business entities which by combining various
means of production provide goods and service of specially tourists nature .
Maksudnya industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari
bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang diperlukan para
wisatawan.
c.
dari berbagai
bersama-sama
Perusahaan pengangkutan;
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 18
Akomodasi;
Money Changer;
Entertaiment.
b.
Wisata Pilgrim adalah wisata yang berkaitkan dengan agama, sejarah, adatistiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat ini banyak
dilakukan rombongan atau perorangan ke tempat-tempat suci, ke makammakam orang besar, bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat
pemakaman tokoh atau pemimpin yang dianggap legenda. Contoh makam Bung
Karno di Blitar, makam Wali Songo, tempat ibadah seperti Candi Borobudur,
Pura Besakihdi Bali, Sendang Solodi Jawa Tengah dan sebagainya.
c.
beristirahat
baginya
dalam
arti
jasmani
dan
rohani
Wisata Olahraga, adalah wisata yang dilakukan dengan tujuan berolahraga atau
memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif sebagai peserta olahraga di
satu tempat atau negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber
Cup dan lain-lain. Bisa juga olahraga seperti memancing, berburu, berenang.
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 19
e.
f.
Wisata Industri, yakni perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau
mahasiswa atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah
perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan
maksud tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian, misalnya,
rombongan pelajar yang mengunjungi industri tekstil.
mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik, misalnya, ulang tahun
17 Agustus di Jakarta, perayaan 10 Oktober di Moskow, penobatan Ratu Inggris,
perayaan kemerdekaan, kongres atau konvensi politik disertai dengan
darwawisata.
h. Wisata Konvensi, yaitu perjalanan yang dilakukan untuk kegiatan konvensi atau
j.
k. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari adalah wisata yang dikaitkan dengan
kegiatan olahraga di air, lebih-lebih danau, bengawan, teluk atau laut, seperti
memancing, berlayar, menyelam, berselancar, balapan mendayungdan lainnya.
l.
Wisata Cagar Alam adalah wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau
biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur
wisata ke tempat atau daerah cagar alam, tanaman lindung, hutan daerah
pegunungan dan sebagainya.
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 20
m. Wisata Buru adalah wisata untuk berburu di tempat atau hutan yang telah
Pelestarian cagar budaya merupakan salah satu rangkaian dalam pengelolaan benda
cagar budaya disamping unsur-unsur penelitian, pemanfaatan dan pembinaan.
Kegiatan pelestarian terkandung unsur perlindungan, pemugaran, pemeliharaan,
pendokumentasian dan publikasi. Sedangkan kegiatan pemanfaatan seperti dalam
Undang-undang Benda Cagar Budaya No. 5 tahun 1992 salah satunya adalah
pemanfaatan untuk pariwisata.
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 21
PELESTARIAN
PEMANFAATAN
PENGELOLAAN
BENDA CAGAR
BUDAYA
PENELITIAN
Pariwisata
Agama
PEMBINAAN
Ilmu
Pengetahuan
dll
Gambar 3.1
Diagram Alir Pengelolaan Benda Cagar BudayaUndang-undang Benda Cagar
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 22
Pengertian perbatasan secara umum adalah sebuah garis demarkasi antara dua
negara yang berdaulat1. Menurut pakar perbatasan Guo, bahwa kata border atau
perbatasan mengandung pengertian sebagai pembatasan suatu wilayah politik dan
wilayah pergerakan. Sedangkan wilayah perbatasan, mengandung pengertian sebagai
suatu area yang memegang peranan penting dalam kompetisi politik antar dua negara
yang berbeda. Maka demikian, wilayah perbatasan sebenarnya tidak hanya terbatas
pada dua atau lebih negara yang berbeda, namun dapat pula ditemui dalam suatu
negara, seperti kota atau desa yang berada di bawah dua yurisdiksi yang berbeda.
Intinya, wilayah perbatasan merupakan area (baik kota atau wilayah) yang
membatasi antara dua kepentingan yurisdiksi yang berbeda2.
Perbatasan secara politik dapat terbentuk dimana saja, baik dalam negeri manapun
dengan negeri lain. Oleh karena itu, wilayah perbatasan dapat digambarkan sebagai
suatu faktor pemisahan karena adanya halangan dua sistem kekuasaan politik,
sehingga pemerintahan di masing-masing wilayah politik yang berbeda tersebut
dapat mengatur dirinya sendiri, seperti terkait dengan ekspor dan impor, apakah
yang digunakan instrumen tarif atau non tarif, serta terkait dengan penggunaan visa
atau izin imigrasi bagi orang yang ingin memasuki suatu wilayah di perbatasan3.
Secara historis, perbatasan sebuah negara atau states border, dikenal dengan
bersamaan lahirnya negara. Negara dalam pengertian modern sudah mulai dikenal
sejak abad ke-1 8 di Eropa. Perbatasan negara merupakan sebuah ruang geografis
yang sejak semula merupakan wilayah perebutan kekuasaan antarnegara, yang
terutama ditandai oleh adanya pertarungan untuk memperluas batas-batas
antarnegara. Sebagai bagian dari sejarah dan eksistensi negara, riwayat daerah
perbatasan tidak mungkin dilepaskan dari sejarah kelahiran dan berakhirnya
sebagai negara. Suatu perbatasan seringkali didefinisikan sebagai garis imajiner di
atas permukaan bumi, yang memisahkan wilayah suatu negara dari negara lain.
Rizal Darmaputra. 2009. Manajemen Perbatasan dan Reformasi Sektor Keamanan. Jakarta: IDSPS
Press. Hlm. 3
2
J. G. Starke. 2007. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: PT. Sinar Grafika
3
Irwan Lahnisafitra. 2005. Kajian Pengembangan Wilayah pada Kawasan Perbatasan Kalimantan
Barat-Serawak. Thesis pada program Pasca Sarjana Teknik Sipil ITB Bandung.
1
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 23
Namun menurut pakar perbatasan lainnya yaitu Jones, bahwa suatu perbatasan bukan
semata-mata sebuah garis pada suatu tanah perbatasan4.
A.
E.
Moodie,
boundaries
diartikan
sebagai
garisgaris
yang
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 24
Hans Weiger. 1957. Principlles of Pilitical Geography. New York: Appleton Century
Kristof. 1982. The Nature of Frontier and Boundaries
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 25
masalah pada sektor ekonomi, politik, dan sosial budaya setempat yang kemudian
berpengaruh pula terhadap kestabilan dan keamanan serta integritas suatu
negara9.
Menurut pendapat Suryo Sakti Hadiwijoyo, perbatasan adalah wilayah geografis yang
berhadapan dengan negara tetangga, yang mana penduduk yang bermukim di wilayah
tersebut disatukan melalui hubungan sosial ekonomi dan sosial budaya setelah ada
kesepakatan antarnegara yang berbatasan.
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara
mendefenisikan kawasan perbatasan negara adalah bagian dari wilayah negara yang
terletak pada sisi dalam batas wilayah Indonesia dengan negara lain. Dalam hal batas
wilayah negara di darat, kawasan perbatasan berada di kecamatan yang berhadapan
langsung dengan negara tetangga.
Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
perbatasan adalah suatu kawasan yang berbatasan dengan wilayah negara lain
sebagaimana sebelumnya telah
D. Whittersley. 1982. Political Geography: a contemporary perspective. New Delhi. Hlm. 101.
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 26
negara
dan
kerjasama,
kepastian
hukum,
ideologi,
politis,
Garis pertahanan
Garis pertahanan digunakan untuk mengetahui batas yurisdiksi setiap masingmasing negara. Sehingga negara yang satu dengan negara yang lain tidak
mengambil alih atas yurisdiksi suatu wilayah yang bukan merupakan bagian
wilayahnya.
10
Mahendra Putra Kurnia. 2011. Hukum Kewilayahan Indonesia. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Hlm. 83
11
Mahendra Putra Kurnia. Ibid. Hlm. 84
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 27
Fungsi perbatasan menurut hukum internasional oleh Jean Marc F. Blanchard dalam
bukunya Linking Border Disputes and War: An Instutional Statist Theory menyatakan
bahwa perbatasan memiliki 7 fungsi yaitu:
a.
b. Fungsi Ekonomis
Perbatasan berfungsi sebagai penetapan wilayah tertentu dimana suatu negara
melakukan kontrol terhadap arus modal, perdagangan antarnegara, investasi
asing, pergerakan barang antarnegara. Fungsi ekonomis perbatasan juga
12
Konsep
Dasar Perbatasan.
Sebagaimana
yang
dimuat dalam
https://filsufgaul.wordpress.com/2012/03/14/perbatasan-sebuah-konsep-mendasar/.Diakses
tanggal 14 januari 2015.
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 28
memberikan patokan bagi suatu negara untuk melakukan eksplorasi sumbersumber alam secara legal pada wilayah tertentu.
c.
Fungsi Konstitutif
Berdasarkan konsep hukum international modern suatu negara berdaulat wajib
memiliki wilayah perbatasan yang terdefinisikan dengan j elas. Artinya,
perbatasan menetapkan posisi konstitutif negara tertentu di dalam komunitas
international. Suatu negara memiliki kedaulatan penuh atas wilayah yang
merupakan teritorialnya sebagaimana ditetapkan oleh perbatasan yang ada.
f.
g.
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 29
Berkaitan dengan fungsi-fungsi perbatasan tersebut, maka setiap negara perlu untuk
melakukan tindakan yang dapat menjamin keamanan di wilayah perbatasan. Karena
kawasan perbatasan identik dengan kebijakan politik yang berbeda-beda pada dua
atau lebih wilayah yang saling berbatasan tersebut, sehingga hal ini sangat penting
karena kemampuan negara untuk menjaga keamanan perbatasannya dapat menjamin
kelangsungan hidup negara tersebut untuk kedepannya.
Alinated borderland
Yaitu suatu wilayah perbatasan yang tidak terjadi aktivitas lintas batas, sebagai
akibat berkecamuknya perang, konflik, dominasi nasionalisme, kebencian
ideologis, permusuhan agama, perbedaan kebudayaan, serta persaingan etnik.
b. Coexistent borderland
Yaitu suatu wilayah perbatasan dimana konflik lintas batas bisa ditekan sampai
ke tingkat yang bisa dikendalikan meskipun masih muncul persoalan yang
penyelesaiaannya berkaitan dengan masalah kepemilikan sumber daya alam
yang strategis di perbatasan.
c.
Interdependent borderland
Yaitu suatu wilayah perbatasan yang kedua sisinya secara simbolik dihubungkan
oleh hubungan internasional yang relatif stabil. Penduduk di kedua bagian
daerah perbatasan, juga di kedua negara terlibat dalam berbagai kegiatan
perekonomian yang saling menguntungkan dan kurang lebih dalam tingkat yang
setara, misalnya salah satu pihak mempunyai fasilitas produksi sementara yang
lain memiliki tenaga kerja yang murah.
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 30
d. Integrated borderland
Yaitu suatu wilayah perbatasan yang kegiatan ekonominya merupakan sebuah
kesatuan, nasionalisme jauh menyurut pada kedua negara dan keduanya
tergabung dalam sebuah persekutuan yang erat. Hal ini terjadi di kawasan
perbatasan antara Amerika Serikat dan Kanada14.
Jika dilihat dari tipologi kawasan perbatasan, pemikiran Wu (2001:21-24) ini pada
dasarnya adalah sebuah klasifikasi karakteristik dari pengembangan kawasan
perbatasan sehingga setiap tahapan pengembangan dapat diidentifikasi. Klasifikasi
bertujuan meningkatkan studi komparatif dengan mengelompokkan karakteristik
proses timbulnya pengembangan kawasan perbatasan dan menggambarkan proses
pengembangan ke tahap selanjutnya. Klasifikasi juga memfokuskan perhatian pada
faktor kontribusi bagi pengembangan kawasan perbatasan. Tabel 2.1 menunjukkan
sebuah tipologi pengembangan kawasan perbatasan dengan menyoroti beberapa
hubungan ekonomi dan institusi, jaringan infrastruktur, biaya tenaga kerja, dan faktor
migrasi.
14
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
III | 31
yaitu
pertama,
perencanaan
dengan
mendahulukan
membangun
Tabel 3.1
Tipologi pengembangan Kawasan Perbatasan
Tipe
Wilayah
Perbatasan
Wilayah
Border
Hubungan
Ekonomi
Kecil dan
Kontrol
Ketat
Wilayah
Cross
Wilayah
TransBorder
Hubungan
Terikat
Simbiosis
Kerangka
Instistusi/
pemerintah
Kecil
terjadi
hanya
pada satu
sisi
Terjadi
mekanisme
konsultatif
Kerjasama
institusi
Tipe
Perusahaan
Jaringan
Infrastruktur
Perorangan
atau
perusahaan
kecil
berkembang
dengan
spontan
atau
alamiah
Bottleneck
akibat
ketatnya
kontrol dan
inefisien
berkembang
dengan
spontan atau
alamiah
Perusahaan
besar dan
kecil
Consultatif
planningkontrol
perbatasan
masih penting
Jaringan
perusahaan:
tranfer
teknologi
Sharing
network
Perencanaan
jaringan
infrastruktur
bersama
Migrasi
Kontrol
ketat
berkembang
dengan
spontan
atau
alamiah
Migrasi
terkontrol
(pedagang
komuter),
mahasiswa
komuter
Prosedur
sederhana
dan
pergerakan
relatif bebas
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional
Perbedaan
Upah
Buruh
Sangat
besar
Contoh
Kasus
Rusia-ChinaKorut
(Tumen)
besar
Thailand_Chi
na-BurmaLaos
Besar
PolandiaJerman
berkurang
HongkongShenzhen
Kecil
bahkan nol
Uni Eropa
III | 32