Anda di halaman 1dari 33

3

LAPORAN
ANTARA
Penyusunan Kebijakan
dan Strategi Perwujudan
dan Pengelolaan
Kawasan Strategis
Nasional

2015

BAB 3

TINJAUAN TEORI

3.1 Tinjauan Teori Terkait Kawasan Danau Toba


Kawasan Danau Toba dan sekitarnya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Presiden Nomor 81 Tahun 2014 adalah Kawasan Strategis Nasional dari sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan yang meliputi Badan Danau, Daerah
Tangkapan Air, dan Cekungan Air Tanah yang terkait dengan perairan Danau Toba,
1.1

Latar Belakang

serta pusat kegiatan dan jaringan prasarana yang tidak berada di Badan Danau,
Daerah Tangkapan Air, dan Cekungan Air Tanah yang terkait dengan perairan Danau
Toba dan mendukung pengembangan perairan Danau Toba.
Adapun tujuan penataan ruang Kawasan Danau Toba adalah untuk mewujudkan:
1.

Pelestarian Kawasan Danau Toba sebagai air kehidupan (Aek Natio) masyarakat,
ekosistem, dan kawasan kampung masyarakat adat Batak; dan

2.

Pengembangan kawasan pariwisata berskala dunia yang terintegrasi dengan


pengendalian kawasan budi daya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup serta adaptif terhadap bencana alam.

Sesuai dengan tujuannya, maka pembahasan teori akan mencakup sebagaimana


pembahasan berikut ini.

3.1.1 Teori Daya Dukung Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan


Dalam perspektif pembangunan berkelanjutan, manusia dan segenap kiprah
pemabngunannya kini berada di persimpangan jalan. Di satu sisi, sekitar 2 miliar
penduduk dunia masih berkubang dalam kemiskinan, dan 1,2 miliar diantaranya
menderita kelaparan atau gizi buruk. situasi ini mendorong masyarakat dunia untuk
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang dapat menyediakan banyak lapangan kerja
dan mensejahterakan rakyat miskin. Konsekuensinya adalah konversi hutan dan

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 1

ekosistem alam lainnya menjadi kawasan pemukiman, pertanian, industri,


infrastruktur dan lainnya akan terus meningkat. Demikian pula halnya dengan laju
eksploitasi SDA dan pembuangan limbah ke lingkungan alam.

Di sisi lain, beragam jenis kerusakan lingkungan, mulai dari pencemaran,


penggundulan hutan, banjir, overfishing sampai ke pengikisan keanekaragaman hayati
(biodiversity loss) telah terjadi hampir di seluruh penjuru dunia. Kalau dampak negatip
dari berbagai kerusakan lingkungan tersebut pada umumnya bersifat lokal atau
regional. Tidak demikian halnya dengan pemanasan global (global warming), yang
dampaknya bisa menimpa seluruh manusia di permukaan bumi. Entah itu yang
bermukim di negara-negara maju maupun di negara-negara miskin. Implikasinya
adalah kita harus mengurangi laju alih fungsi hutan dan ekosistem alam lainnya
menjadi kawasan pembangunan. Kita pun mesti mengendorkan intensitas
pemanfaatan SDA dan pembuangan limbah. Ini berarti menurunkan tingkat
pertumbuhan ekonomi, yang pada gilirannya bisa mengakibatkan semakin
membludaknya pengangguran dan kemiskinan.

Pada dasarnya semua jenis kerusakan lingkungan berakar pada sebuah fakta, bahwa
permintaan total manusia terhadap SDA dan jasa-jasa lingkungan (seperti fungsi
ekosistem perairan sebagai penetralisir limbah, atmosfer sebagai asimilator CO2 dan
gas rumah kaca lain, dan sumber plasma nutfah) telah melampaui daya dukung
lingkungan suatu wilayah (desa, kabupaten/kota, provinsi, negara, atau bumi) untuk
menyediakannya dalam kurun waktu tertentu.

Menurut hasil pengkajian tim peneliti dari Universitas Harvard (2002) dalam (Dahuri,
2012), bahwa total permintaan umat manusia terhadap SDA dan jasa-jasa lingkungan
pertama kali melewati daya dukung lingkungan bumi terjadi pada 1980. Selanjutnya,
pada 1999 total permintaan manusia itu 20 persen lebih besar dari pada daya dukung
lingkungan bumi.

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan dalam rangka mewujudkan masa depan dunia
yang lebih baik, sejahtera, dan sustainable (berkelanjutan) sebagaimana diharapkan
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 2

dari Konferensi Lingkungan Sedunia keempat (Rio+20), menurut Dahuri (2012), secara
teknis dapat dilakukan dua prakarsa terobosan (breakthrough) secara simultan pada
tingkat negara dan global. Dua terobosan yang diusulkan adalah:

Menurunkan total permintaan manusia terhadap SDA dan jasa-jasa lingkungan,


dengan cara mengendalikan jumlah penduduk dan menurunkan laju konsumsi
(penggunaan) SDA serta pembuangan limbah per kapita.

Pembangunan keberlanjutan yang perlu dilakukan melalui pendekatan dayadukung lingkungan.

Adapun solusi permasalahan pembangunan keberlanjutan yang perlu dilakukan


melalui pendekatan daya-dukung lingkungan:

Memelihara dan meningkatkan daya dukung bumi agar mampu menyediakan


bahan pangan, energi, air, SDA lain, dan ruang serta kualitas lingkungan hidup
yang sehat, nyaman, dan berkecukupan secara lestari. Untuk itu, tata ruang
wilayah yang dapat memproteksi kawasan lindung (minimal 30% total luas
wilayah) dan menempatkan segenap sektor (kegiatan) pembangunan pada lokasi
yang secara biofisik sesuai, harus diimplementasikan dan ditegakkan. Laju
pemanfaatan SDA terbarukan (seperti hutan, perikanan, dan lahan pertanian)
harus tidak melebihi kemampuan pulih dari SDA tersebut.

Rehabilitasi semua ekosistem alam (seperti hutan, terumbu karang, padang


lamun, dan mangroves) yang mengalami kerusakan. Semua pembukaan lahan,
reklamasi, modifikasi bentang alam (land and sea scapes), design dan konstruksi
harus dikerjakan sesuai dengan struktur, karakteristik, dan dinamika alam
setempat.

Melakukan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim global,


tsunami, dan bencana alam lainnya.

Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengetahui


kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan
manusia/penduduk yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup (Lampiran
Permen LH No 17/2009). Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi
oleh keadaan dan karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 3

bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor
pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai.

Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas
penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative
capacity). Dalam Permen LH No 17/2009, telaahan daya dukung lingkungan hidup
terbatas pada kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan dengan
kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air dalam suatu
ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya alam tergantung pada
kemampuan, ketersediaan, dan

kebutuhan akan lahan dan air, penentuan daya

dukung lingkungan hidup dapat dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu:


a.

Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.

b. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.


c.

Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.

Ketiga pendekatan menjelaskan bahwa agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah


sesuai dengan kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya, maka alokasi
pemanfaatan

ruang

harus

mengindahkan

kemampuan

lahan.

Sementara

perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah
menentukan keadaan surplus atau defisit dari lahan dan air untuk mendukung
kegiatan pemanfaatan ruang.

Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam penyusunan
rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung lingkungan hidup tidak dapat
dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan rencana tata ruang harus
memperhatikan aspek keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan
ruang, serta dalam pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar daerah.

3.1.2 Penentuan Kemampuan Lahan Untuk Alokasi Pemanfaatan Ruang


Melalui metode penentuan kemampuan lahan dapat dijelaskan cara mengetahui
alokasi pemanfaatan ruang yang tepat berdasarkan kemampuan lahan untuk

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 4

pertanian yang dikategorikan dalam bentuk kelas, subkelas dan kemampuan lahan
pada tingkat unit pengelolaan.

Dengan metode ini dapat diketahui lahan yang sesuai untuk pertanian, lahan yang
harus dilindungi dan lahan yang dapat digunakan untuk pemanfaatan lainnya. Aspek
yang ditentukan alokasi pemanfaatan ruangnya adalah aspek fisik lahan, adapun aspek
lain seperti keanekaragaman hayati, dipertimbangkan dengan memperhatikan kriteria
kawasan lindung.

Kemampuan lahan merupakan karakteristik lahan yang mencakup sifat tanah (fisik dan
kimia), topografi, drainase, dan kondisi lingkungan hidup lain. Berdasarkan
karakteristik lahan tersebut, dapat dilakukan klasifikasi kemampuan lahan ke dalam
tingkat kelas, sub kelas, dan unit pengelolaan.

Pengelompokan kemampuan lahan dilakukan untuk membantu dalam penggunaan


dan interpretasi peta tanah. Kemampuan lahan sangat berkaitan dengan tingkat
bahaya kerusakan dan hambatan dalam mengelola lahan. Apabila tingkat
bahaya/risiko

kerusakan

dan

hambatan

penggunaan

meningkat,

spektrum

penggunaan lahan menurun. Artinya, bila makin tinggi tingkat ancaman/bahaya


kerusakan, maka pilihan/variasi penggunaan lahan akan berkurang. Sebaliknya bila
tingkat bahaya yang mungkin ditimbulkan dari suatu wilayah, maka makin banyak
pilihan penggunaan lahan yang dapat diadakan di sana.

3.1.3 Kawasan Lindung


Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, apabila luas
kawasan hutan di suatu daerah tidak mencapai 30%, maka penggunaan lahan hutan
harus dipertahankan. Ketentuan mengenai pemanfaatan hutan ini akan menjadi
pertimbangan dalam mewujudkan Danau Toba dan sekitarnya sebagai kawasan
strategis nasional.

Salah satu upaya mempertahankan luas kawasan hutan melalui penetapan kawasan
lindung yang diatur ketentuannya dalam Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 5

Pengelolaan Kawasan Lindung. Dalam ketentuan ini dan juga menurut Perpres No 81
Tahun 2014, yang dimaksud dengan kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan
dengan fungsi umum melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan.

3.1.4 Pariwisata
Pada dasarnya kegiatan pariwisata adalah kegiatan menjual lingkungan. Orang yang
bepergian dari suatu daerah ke daerah tujuan wisata adalah ingin menikmati
lingkungan, seperti pemandangan alam, atraksi budaya, arsitektur, makanan dan
minuman, benda seni, dan lainnya yang berbeda dengan lingkungan tempat
tinggalnya. Sehingga pariwisata adalah industri yang kelangsungan hidupnya sangat
ditentukan oleh baik buruknya lingkungan.
Sektor wisata sebagai industri jasa merupakan sektor yang sangat peka terhadap
lingkungan. Kerusakan lingkungan seperti pencemaran limbah domestik, kumuh,
adanya gangguan terhadap wisatawan, penduduk yang kurang/tidak bersahabat,
kesemerautan lalulintas, kriminalitas, dan lain-lain, akan dapat mengurangi jumlah
wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Oleh karena itu
pengembangan pariwisata harus menjaga kualitas lingkungan. Menurut Mihalic (2000)
dalam Hakim (2004), kualitas lingkungan meliputi kualitas bentang alam atau
pemandangan alamiah itu sendiri. Kualitas ini dapat menurun karena aktivitas
manusia. Menurut hukum permintaan wisata, kualitas lingkungan merupakan bagian
integral dari suguhan-suguhan alamiah. Dengan demikian, pemeliharaan terhadap
kualitas lingkungan menjadi syarat mutlak bagi daya tahan terhadap kompetisi
pemilihan tujuan wisata oleh wisatawan. Jika kualitas lingkungan suatu daerah tujuan
wisata menurun, maka tempat tersebut cenderung diabaikan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kepariwisataan,
berkaitan dengan aspek lingkungan, yaitu:
1. Daya dukung lingkungan
Setiap daerah tujuan wisata mempunyai kemampuan tertentu dalam menerima
jumlah wisatawan. Kemampuan ini yang disebut sebagai daya dukung
lingkungan. Daya dukung lingkungan dinyatakan dalam jumlah wisatawan per
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 6

satuan luas daerah tujuan wisata (lokasi) persatuan waktu. Daya dukung
lingkungan tersebut berbeda-beda, sesuai dengan faktor psikologis tujuan
kegiatan pariwisata. Misalnya orang yang pergi ke plaza, orang merasa senang
untuk berdesak-desakan, kalau tidak bersenggolan, sepertinya tidak merasa ke
plaza. Sebaliknya orang yang pergi ke museum atau pantai yang romantis, tidak
menginginkan jumlah orang yang banyak, ramai, dan bising. Antara plaza, pasar
malam, pantai dan museum, mempunyai tujuan yang terkait dengan faktor
psikologis, sehingga daya dukungnya berbeda.

Faktor lain yang menentukan daya dukung lingkungan yaitu kondisi biofisik
daerah tujuan wisata atau lokasi wisata. Lingkungan biofisik menentukan kuat
atau rapuhnya suatu ekosistem. Ekosistem yang kuat mempunyai daya dukung
lingkungan yang tinggi. Daya dukung lingkungan yang tinggi, lebih banyak dapat
menerima sejumlah wisatawan. Daya dukung lingkungan yang kuat, tidak mudah
rusak karena gangguan wisatawan, jikalaupun rusak, maka pengembalian atau
pulihnya cepat.
2.

Keanekaragaman
Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata dengan minat,
tujuan, umur, jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi, dan budaya yang
beranekaragam. Dalam pengembangan kepariwisataan harus diusahakan
adanya suatu keanekaragaman obyek sebagai daya tarik wisata serta faktor
penunjangnya. Usaha penganekragaman didasarkan pada faktor tujuan, umur,
dan mode wisatawan.

3.

Keindahan alam
Keindahan suatu bentang alam harus tetap dijaga keasliannya, sebab merupakan
aset kepariwisataan yang tinggi. Dalam pembangunan pariwisata sering diubah
bentang alam (natural landscape) dengan alasan untuk tujuan wisata. Contoh (1)
jalan berkelok di pegunungan dengan lembah yang indah, ditutup oleh papan
reklame yang sangat besar, warung-warung pinggir jalan yang tidak teratur dan
kumuh, (2) danau atau telaga yang alami pada bagian pinggirnya dibuat dalam
atau dibangun rumah peristirahatan, restoran dan hotel yang dekat ke danau,
sehingga danau berubah menjadi kolam besar (kolam raksasa). Di samping itu

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 7

badan perairan tersebut tercemar oleh limbah cair dari berbagai aktivitas dari
bangunan yang ada di sekitarnya.
4.

Pencemaran
Pencemaran merupakan musuh utama industri pariwisata. Pada sisi lain
kegiatan pariwisata merupakan pencemaran yang besar pula. Semakin sukses
kepariwisataan pada suatu daerah, semakin besar pula bahaya pencemarannya.
Salah satu bentuk pencemaran adalah limbah padat berupa sampah yang
dihasilkan oleh kegiatan wisatawan maupun limbah padat dan cair dari hotelhotel.

5.

Dampak Sosial Budaya


Adanya wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata, maka terjadi interaksi antara
wisatawan dengan penduduk setempat. Wisatawan yang datang mempunyai
latar belakang geografi, sosial, ekonomi, budaya yang berbeda dengan
penduduk setempat. Penduduk setempat akan menyerap budaya wisawatan,
sebaliknya wisatawan juga menyerap budaya lokal. Dampak interaksi tersebut
ada yang positif dan ada yang negatif.

Wisatawan terutama dari manca negara/internasional untuk kalangan


menengah dan atas, memerlukan fasilitas sesuai dengan standarnya. Hal ini
kemudian merupakan suatu enklave di tengah masyarakat yang masih
terbelakang dengan kondisi sosial ekonomi yang sangat berbeda.

Gejala-gejala demikian perlu diantisipasi dampak negatif yang ditimbulkan yang


akan merugikan kelangsungan pariwisata dan penduduk setempat/lokal.
6.

Zona
Dalam pembangunan kepariwisataan timbul berbagai konflik berkaitan dengan
tata ruang. Pada satu sisi ingin hal yang bersifat alami, tetapi sisi yang lain
menghendaki membangun fasilitas atau hotel dekat pantai. Wisatawan tertarik
dengan pantai yang indah, tetapi jumlah wisatawan yang banyak justru dapat
menyebabkan kawasan pantai menjadi rusak. Konflik kepentingan dapat
dikurangi atau diatasi dengan perencaan tata ruang yang disesuaikan dengan
potensi sumberdaya yang ada. Hal ini kemudian akan menghasilkan permintaan

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 8

dalam keruangan (Zonasi). Masing-masing zona diarahkan peruntukannya


berdasarkan potensi geografis, sehingga fungsi utama obyek wisata dan
penunjangnya tidak tumpang tindih dan berbagai kepentingan umum tidak
terganggu atau dikorbankan hanya semata-mata untuk kepentingan pariwisata
saja.

3.2 Tinjauan Teori Terkait Kawasan Batam-Bintan-Karimun


Kawasan Batam-Bintan-Karimun sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden
Nomor 87 Tahun 2011 memiliki tujuan yaitu meningkatkan fungsi perekonomian,
meningkatkan fungsi pertahanan dan keamanan negara, serta meningkatkan fungsi
pelestarian dan perlindungan lingkungan hidup.

Sesuai dengan tujuannya, maka pembahasan teori akan mencakup sebagaimana


pembahasan berikut ini.

3.2.1 Latar Belakang dan Definisi Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade
Zone/FTZ)
Kawasan perdagangan bebas (free trade zone/FTZ) adalah salah satu zona ekonomi
(economic zone) yang mengandalkan sistem perdagangan internasional yang
dibebaskan dari hambatan terkait peraturan pemerintah suatu negara, baik yang
disebabkan oleh pengenaan tarif (tariff bariers) maupun pengenaan bukan tarif (non
tariff bariers) (Arafat, 2010).

Kawasan perdagangan bebas (free trade zone) dapat berupa zona dengan kantongkantong industri kecil untuk industry berbasis ekspor, dan terpisah dengan ekonomi
domestik negara tuan rumah. Didalam kantong-kantong industri kecil, perusahaanperusahaan yang dimiliki oleh PMA mendapatkan kemudahan seperti perlakuan
khusus untuk impor barang dan bahan baku, tanah dan bangunan bersubsidi,
infrastruktur yang disediakan pemerintah lokal, serta insentif terkait sektor keuangan
dan kepabean.

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 9

Definisi free trade zone (FTZ) dijelaskan oleh Charles W. Thurston sebagai berikut; An
Free Trade Zone is in essence, a tax free enclave and not considers part of the country
as far as import regulations are concerned. When an item leaves an free trade zone
and if officially imported into the host country of the Free Trade Zone, all duties and
regulation are imposed.

Karakteristik utama Free Trade Zone yang dirumuskan oleh United Nation (ESCAP)
diuraikan sebagai berikut:
1. Merupakan kawasan industri yang meng-khususkan diri di bidang manufaktur
untuk ekspor dan menawarkan perusahaan pada kondisi perdagangan bebas
dan lingkungan peraturan yang liberal (World Bank, 1992),
2. Merupakan zona industri dengan insentif khusus yang dibentuk untuk menarik
investor asing, dimana bahan impor mengalami beberapa tingkat proses
sebelum di ekspor kembali (ILO, 1998),
3. Merupakan area yang jelas dibatasi dan tertutup wilayah pabean nasional,
sering terletak pada lokasi geografis yang menguntungkan (Madani, 1999).
Dengan infrastruktur yang sesuai dengan pelaksanaan perdagangan dan
operasional industri serta serta tunduk prinsip bea cukai dan fiscal aggregations.
4. Suatu kawasan industri yang jelas digambarkan sebagai kantong perdagangan
bebas dalam pabean dan rezim perdagangan yang ditetapkan oleh suatu negara,
dimana perusahaan maufaktur asing, terutama yang melakukan produksi
industri berorientasi ekspor, mendapat keuntungan dari sejumlah insentif fiskal
dan keuangan (Kusago dan Tzannatos, 1998).

3.2.2 Pertahanan dan Keamanan Negara


Keamanan merupakan ketiadaan ancaman dari nilai-nilai yang dibutuhkan manusia
dalam menjalani kehidupannya. Definisi yang paling sering digunakan oleh penstudi HI
adalah definisi dari Barry Buzan yang dalam bukunya People, States, and
Fear mengatakan bahwa: security, in any objective sense, measures the absence of
threat to acquired values, in a subjective sense, the absence of fear that such values
will be attacked (Buzan, 1991:4).

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 10

Sementara itu, menurut Simon Dalby, dimensi keamanan dalam studi Hubungan
Internasional telah mengalami pergeseran dari perspektif tradisional yang terbatas
pada perang dan damai menuju perspektif nontradisional yang lebih mengedepankan
human security dan mengandung lebih banyak aspek. Keamanan tidak lagi terfokus
pada interstate relations, tetapi juga pada keamanan untuk masyarakat (Dalby,
2003:102-103).

Dalam konteks sistem internasional maka keamanan adalah kemampuan negara dan
masyarakat untuk mempertahankan identitas kemerdekaan dan integritas fungsional
mereka. Untuk mencapai keamanan, kadang-kadang negara dan masyarakat berada
dalam kondisi harmoni atau sebaliknya. Dalam studi hubungan internasional dan
politik internasional, keamanan merupakan konsep penting yang selalu dipergunakan
dan dipandang sebagai ciri eksklusif yang konstan dari hubungan internasional
(Buzan,1991: 2,12). Karena konsepsi keamanan nasional ini senantiasa memiliki
hubungan erat dengan pengupayaan, pertahanan dan pengembangan kekuatan atau
kekuasaan sepanjang kaitannya dengan analis hubungan internasional dan politik luar
negeri, maka dalam pengaplikasiannya selalu menimbulkan perdebatan sehingga
langkah ke arah konseptualisasinya tidak selalu berjalan seiring. Power atau kekuasaan
itu sendiri secara simplistis merupakan kemampuan satu unit politik (negara) dalam
mencegah konflik dan mengatasi rintangan-rintangan (Deutsch dalam Rosenau, 1976
:157). Secara implisit hal ini menyimpulkan tentang terdapatnya faktor keamanan
sebagai unsur yang menstimulasi pengupayaan pencapaian dari power itu sendiri.
Penyimpulan Buzan menyebutkan bahwa aspek keamanan ini telah menjadi satu
pendekatan dalam Studi Hubungan Internasional dengan menunjuk kepada motif
utama

perilaku

suatu

negara,

yang

memiliki

perbedaannya

sendiri

dengan power sebagai kondisi yang dibutuhkan untuk terciptanya perdamaian


(Buzan,1991: 2).

Menurut Barry Buzan dalam bukunya yang berjudul : People State and Fear: An
Agenda for International Security Studies in Post Cold War Era, bahwa keamanan tidak
sebatas pada keamanan saja, tetapi mencakup keamanan militer, politik, ekonomi,
sosial dan lingkungan, seperti yang dipaparkan di bawah ini:
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 11

Keamanan militer, mencakup interaksi antar dua tingkat dan kekuatan yaitu
kemampuan defensif dan persepsi militer mengenai intensi masing-masing
pihak.
Keamanan politik, mencakup kesinambungan dan stabilitas organisasi suatu
negara atau sistem pemerintahan serta ideologi yang melegitimasi kedua hal
tadi.
Keamanan ekonomi, mencakup akses pada sumber daya finansial maupun pasar
yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat kesejahteraan dan kekuatan
negara.
Keamanan sosial, mencakup kemampuan untuk mempertahankan dan
menghasilkan pola-pola tradisional dalam bidang bahasa, kultur, agama, dan
identitas nasional.
Keamanan lingkungan, mencakup pemeliharaan lingkungan lokal sebagai
pendukung utama kelangsungan hidup manusianya.
3.2.3 Perbatasan dan Pertahanan Negara
Pertahanan negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap
bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. (UU No. 3
Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara)

Pertahanan negara memiliki tujuan dan fungsi tersendiri. Tujuan pertahanan negara
adalah untuk menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman. Sedangkan fungsi pertahanan negara adalah untuk mewujudkan dan
mempertahankan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu
kesatuan pertahanan.

Kawasan Perbatasan adalah bagian dari Wilayah Negara yang terletak pada sisi dalam
sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal Batas Wilayah

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 12

Negara di darat, Kawasan Perbatasan berada di kecamatan (Pasal 1 Angka 6 UU


Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara).

Sedangkan dalam UU No 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara menyebutkan bahwa


batas negara adalah garis batas yang merupakan pemisah kedaulatan suatu negara
yang didasarkan atas hokum internasional, sedangkan angka 6-nya, kawasan
perbatasan dimaknai sebagai bagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi dalam
sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain, dalam hal batas wilayah
negara di darat, kawasan perbatasan berada di kecamatan.

Strategi pembangunan kawasan perbatasan dilakukan dengan memperhatikan


pertumbuhan ekonomi pada sentra-sentra kawasan perbatasan yang potensial melalui
basis ekonomi kerakyatan dengan tersedianya infrastruktur yang memadai;
menciptakan stabilitas politik yang kondusif dan konstruktif guna mendukung
pelaksanaan

pertumbuhan

ekonomi

di

kawasan

perbatasan;

meletakkan

pemberdayaan masyarakat sebagai pendekatan utama dengan meningkatkan peran


dan partisipasi masyarakat di kawasan perbatasan secara nyata; dan meningkatkan
kinerja manajemen pembangunan melalui kualitas aparatur pemerintah, sehingga
mampu menjadi fasilisator pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan.

3.2.4 Lingkungan Hidup


Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain.

Pengertian lingkungan hidup menurut para ahli:


S.J. McNaughton dan Larry L. Wolf, lingkungan hidup adalah semua faktor
eksternal yang bersifat biologis dan fisika yang langsung mempengaruhi
kehidupan, pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi organisme.

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 13

Prof. Dr. Ir. Otto Soemarwoto, lingkungan hidup adalah jumlah semua benda
dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati yang mempengaruhi
kehidupan kita.
Prof. Dr St. Munadjat Danusaputro, lingkungan hidup sebagai semua benda dan
kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perhuatannya, yang
terdapat dalam ruang tempat manusia berada dan mempengaruhi hidup serta
kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya.

Untuk mendukung kehidupan manusia beserta makhluk hidup lainnya, kita sebagai
penghuni harus menjaga atau melindungi dan mengelola lingkungan hidup tempat
manusia dan makhluk hidup lainnya tinggal. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup bertujuan:
a.

Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia

b. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem


c.

Menjagaga kelestarian fungsi lingkungan hidup

d. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup


e.

Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan

f.

Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai


bagian dari hak asasi manusia

g.

Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana

h. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan


i.

Mengantisipasi isu lingkungan global

3.3 Tinjauan Teori Terkait Kawasan Borobudur


3.3.1 Pengertian Heritage
Dalam kamus Inggris-Indonesia susunan John M Echols dan Hassan Shadily, heritage
berarti warisan atau pusaka. Sedangkan dalam kamus Oxford, heritage ditulis sebagai
sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa atau negara selama
bertahun-tahun dan diangap sebagai bagian penting dari karakter mereka. Dalam
buku Heritage : Management, Interpretation, Identity, Peter Howard memaknakan
heritage sebagai segala sesuatu yang ingin diselamatkan orang, termasuk budaya
material maupun alam. Selama ini warisan budaya lebih ditujukan pada warisan
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 14

budaya secara publik, seperti berbagai benda yang tersimpan di museum. Padahal
menurut Howard, tiap orang juga punya latar belakang kehidupan yang bisa jadi
warisan tersendiri.

Khusus untuk gedung atau bangunan tua, yang bisa dikategorikan sebagai pusaka
kota, kita bisa mengacu pada UU No 5 Tahun 1992, tentang Cagar Budaya. Dalam UU
itu, kategori gedung atau bangunan yang berusia di atas 50 tahun bisa dimasukkan
sebagai cagar budaya yang keberadaannya harus dilindungi dan dilestarikan.

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar


Budaya Pasal 1 yang berkaitan dengan penyusunan kebijakan dan strategi perwujudan
dan pengelolaan KSN Borobudur yaitu:
1.

Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar
Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya,
dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan kebudayaan melalui proses penetapan.

2.

Benda Cagar Budaya adalah benda alam atau benda buatan manusia, baik
bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok dan bagianbagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan
dan sejarah perkembangan manusia.

3.

Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam
atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding atau
tidak berdinding dan beratap.

4.

Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam
atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang
menyatu dengan alam, sarana, dan prasarana untuk menampung kebutuhan
manusia.

5.

Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat atau di air yang
mengandung Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya atau Struktur Cagar
Budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 15

6.

Kawasan Cagar Budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua Situs
Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan memperlihatkan ciri tata
ruang yang khas.

7.

Cagar Budaya Nasional adalah Cagar Budaya peringkat nasional yang ditetapkan
Menteri sebagai prioritas nasional.

8.

Pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan


memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

9.

Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan Cagar


Budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan
memanfaatkannya.

10. Pelindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan,


kehancuran, atau kemusnahan dengan cara Penyelamatan, Pengamanan, Zonasi,
Pemeliharaan, dan Pemugaran Cagar Budaya.
11. Revitalisasi

adalah

kegiatan

pengembangan

yang

ditujukan

untuk

menumbuhkan kembali nilai-nilai penting Cagar Budaya dengan penyesuaian


fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai
budaya masyarakat.
12. Pemanfaatan adalah pendayagunaan Cagar Budaya untuk kepentingan sebesarbesarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya.

3.3.2 Pengertian Pariwisata dan Industri Pariwisata


Pengertian Pariwisata
Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
dijelaskan pengertian pariwisata yaitu berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah.
a.

Menurut Matheison dan Wall (dalam Fandeli, 2001), pariwisata atau tourism
adalah fenomena yang meliputi perpindahan ke dan tempat tujuan di luar
tempat tinggal sehari-hari.

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 16

b.

Menurut Yoeti (2000), pariwisata merupakan segala sesuatu yang berhubungan


dengan wisata terutama pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha
yang terkait dengan bidang tersebut.

c.

Menurut Prof. Hunziker dan Prof. Krapf (Bapak Ilmu Pariwisata), pariwisata
adalah sejumlah hubungan dan gejala yang dihasilkan dari tinggalnya orangorang asing, asalkan tinggalnya mereka itu tidak menyebabkan timbulnya
tempat tinggal serta usaha-usaha yang bersifat permanen sebagai usaha
mencari kerja penuh.

d.

Menurut Pendit (2006) Istilah pariwisata terlahir dari Sansekerta, yang


komponennya terdiri dari: pari yang berarti penuh, lengkap dan berkeliling
sedangkan wis-man yang berarti rumah, kampung dan komunitas serta ata yang
berarti pergi terus-menerus dan mengembara yang apabila dirangkai akan
menjadi satu kata pariwisata yang berarti: pergi secara lengkap meninggalkan
rumah (kampung) berkeliling terus-menerus.

Dari beberapa definisi pariwisata di atas, beberapa unsur pokok pariwisata adalah:
a.

Perjalanan pariwisata ke suatu tempat yang bukan tempat asalnya atau tempat
tinggalnya.

b. Perjalanan pariwisata ke suatu tempat bukan dengan tujuan untuk tinggal dan
bekerja secara permanen.
c.

Pariwisata membutuhkan pihak lain dalam penyediaan fasilitas-fasiltas yang


diperlukan oleh wisatawan yang datang berkunjung ke suatu tempat.

d. Perjalanan pariwisata harus memiliki unsur rekreasi atau bersenang-senang.


e.

Orang yang melakukan perjalanan itu harus sebagai konsumen.

Pengertian Industri Pariwisata


Pengertian kata industri di sini bukanlah suatu tempat untuk mengubah bahan
mentah menjadi barang jadi. Namun pengertian kata industri di sini lebih cenderung
memberikan pengertian industri pariwisata yang artinya kumpulan dari berbagai
macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa (Goods
and Services) yang dibutuhkan wisatawan khususnya dan travel pada umumnya.

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 17

a.

Menurut Soekadijo (2000:29), Industri pariwisata adalah industri yang kompleks,


yang meliputi industri-industri lain. Dalam kompleks industri pariwisata terdapat
industri perhotelan, industri rumah makan, industri kerajinan/cendera mata,
industri perjalanan dan sebagainya. Konsumen dari industri pariwisata disebut
wisatawan.

b.

Menurut Prof. Dr. Hunzieker (dalam Yoeti, 1996:154), Industri pariwisata adalah
Tourism Enterprise are always business entities which by combining various
means of production provide goods and service of specially tourists nature .
Maksudnya industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari
bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang diperlukan para
wisatawan.

c.

Menurut R. S. Damarjati ( dalam Yoeti, 1996:153), Industri pariwisata adalah


rangkumkan

dari berbagai

bidang usaha yang secara

bersama-sama

menghasilkan produk maupun jasa yang nantinya secara langsung akan


dibutuhkan oleh wisatawan selama perlawatannya.
d.

Menurut GA. Schmoll dalam bukunya Tourism Promotion (dalam Yoeti,


1985:143) Industri pariwisata lebih cenderung berorientasi dengan menganalisis
cara-cara melakukan pemasaran dan promosi hasil produk industri pariwisata.
Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan
suatu industri yang terdiri dari srangkain perusahaan yang menghasilkan jasajasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini tidak
hanya dalam jasa yang dihasilkan tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi
atau tempat kedudukan, letak secara geografis, fungsi, bentuk organisasi yang
mengelola dan metode permasalahannya.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa industri pariwisata adalah


kumpulan perusahaan, baik perusahaan swasta maupun pemerintah yang secara
bersama-sama menghasilkan dan memasarkan barang dan jasa yang dibutuhkan
wisatawan pada khususnya dan travellers pada umumnya selama perjalanannya, dan
yang termasuk sebagai industri pariwisata adalah:

Perusahaan pengangkutan;

Tour Operator / Travel Agent;

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 18

Akomodasi;

Bar, Restaurant, Catering Trade;

Souvenir Shop and Handicraft Industry;

Money Changer;

Entertaiment.

3.3.3 Jenis-jenis Pariwisata


Pendit (1999:42-48) memperinci penggolongan pariwisata menjadi beberapa jenis
yaitu:
a.

Wisata Budaya, adalah perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk


memperluas pandangan seseorang dengan mengadakan kunjungan atau
peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat,
kebiasaan dan adat istiadat mereka.

b.

Wisata Pilgrim adalah wisata yang berkaitkan dengan agama, sejarah, adatistiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat ini banyak
dilakukan rombongan atau perorangan ke tempat-tempat suci, ke makammakam orang besar, bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat
pemakaman tokoh atau pemimpin yang dianggap legenda. Contoh makam Bung
Karno di Blitar, makam Wali Songo, tempat ibadah seperti Candi Borobudur,
Pura Besakihdi Bali, Sendang Solodi Jawa Tengah dan sebagainya.

c.

Wisata Kesehatan, adalah perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk


menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi
kepentingan

beristirahat

baginya

dalam

arti

jasmani

dan

rohani

denganmengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung


mineral yang dapat menyembuhkan, tempat yang memiliki iklim udara
menyehatkan atau tempat yang memiliki fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.
d.

Wisata Olahraga, adalah wisata yang dilakukan dengan tujuan berolahraga atau
memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif sebagai peserta olahraga di
satu tempat atau negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber
Cup dan lain-lain. Bisa juga olahraga seperti memancing, berburu, berenang.

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 19

e.

Wisata Komersial, yakni perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan


pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang
dan sebagainya.

f.

Wisata Industri, yakni perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau
mahasiswa atau orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah
perindustrian dimana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan
maksud tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian, misalnya,
rombongan pelajar yang mengunjungi industri tekstil.

g. Wisata Politik, yakni perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau

mengambil bagian aktif dalam peristiwa kegiatan politik, misalnya, ulang tahun
17 Agustus di Jakarta, perayaan 10 Oktober di Moskow, penobatan Ratu Inggris,
perayaan kemerdekaan, kongres atau konvensi politik disertai dengan
darwawisata.
h. Wisata Konvensi, yaitu perjalanan yang dilakukan untuk kegiatan konvensi atau

konferensi. Misalnya APEC, KTT non Blok.


i.

Wisata Sosial merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah


untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk
mengadakan perjalanan seperti kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa,
petani dan sebagainya.

j.

Wisata Pertanian merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke


proyek-proyek pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya
dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan
untuk tujuan studi maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya
tanaman beraneka ragam warna dan suburnya pembibitan di tempat yang
dikunjunginya.

k. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari adalah wisata yang dikaitkan dengan

kegiatan olahraga di air, lebih-lebih danau, bengawan, teluk atau laut, seperti
memancing, berlayar, menyelam, berselancar, balapan mendayungdan lainnya.
l.

Wisata Cagar Alam adalah wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau
biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur
wisata ke tempat atau daerah cagar alam, tanaman lindung, hutan daerah
pegunungan dan sebagainya.

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 20

m. Wisata Buru adalah wisata untuk berburu di tempat atau hutan yang telah

ditetapkan pemerintah negara yang bersangkutan sebagai daerah perburuan


seperti di Baluran, Jawa Timur untuk menembak babi hutan atau banteng.
n. Wisata Bulan Madu adalah suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-

pasangan, penganti baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas


khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka.

3.3.4 Keterkaitan Pelestarian Cagar Budaya dan Pariwisata


Penataan ruang Kawasan Borobudur bertujuan Mewujudkan tata ruang Kawasan
Borobudur yang berkualitas dalam rangka menjamin terciptanya pelestarian Kawasan
Borobudur sebagai Kawasan Cagar Budaya nasional dan warisan budaya dunia.

Pelestarian cagar budaya merupakan salah satu rangkaian dalam pengelolaan benda
cagar budaya disamping unsur-unsur penelitian, pemanfaatan dan pembinaan.
Kegiatan pelestarian terkandung unsur perlindungan, pemugaran, pemeliharaan,
pendokumentasian dan publikasi. Sedangkan kegiatan pemanfaatan seperti dalam
Undang-undang Benda Cagar Budaya No. 5 tahun 1992 salah satunya adalah
pemanfaatan untuk pariwisata.

Di seluruh dunia peninggalan sejarah dan pariwisata mempunyai hubungan yang


tidak terpisahkan. Pariwisata digunakan sebagai alasan ekonomi untuk pelestarian
warisan juga membantu pelestarian benda-benda artefak dan kehidupan rakyat di
mata wisatawan (Hewison dalam Hall. 1999).

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 21

PELESTARIAN

PEMANFAATAN

PENGELOLAAN
BENDA CAGAR
BUDAYA

PENELITIAN

Pariwisata
Agama

PEMBINAAN

Ilmu
Pengetahuan
dll
Gambar 3.1
Diagram Alir Pengelolaan Benda Cagar BudayaUndang-undang Benda Cagar

Budaya No. 5 tahun 1992

3.4 Tinjauan Teori Terkait Kawasan Perbatasan Nusa Tenggara Timur


3.4.1 Pengertian Perbatasan
Pasal 1 Montevideo Convention on The Right and Duty of The States tahun 1993
menetapkan bahwa sebagai suatu kesatuan negara harus memiliki empat kualifikasi
yaitu memiliki penduduk yang tetap, wilayah dengan batas-batas yang jelas,
pemerintahan yang efektif dan kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan
negara lain. Muatan produk hukum tersebut diatas dapat diletakkan pada perspektif
kedaulatan sebuah negara, dimana penegasan batas wilayah negara merupakan
manifestasi dari kedaulatan sebuah negara. Dalam batas-batas tersebut sebuah negara
memiliki complete and exclusive souvereignty (hak berdaulat yang dilaksanakan secara
penuh) dalam upaya mewujudkan visi dan tujuannya. Hal inilah yang menjadikan
suatu perbatasan menjadi sangat penting bagi masingmasing negara.

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 22

Pengertian perbatasan secara umum adalah sebuah garis demarkasi antara dua
negara yang berdaulat1. Menurut pakar perbatasan Guo, bahwa kata border atau
perbatasan mengandung pengertian sebagai pembatasan suatu wilayah politik dan
wilayah pergerakan. Sedangkan wilayah perbatasan, mengandung pengertian sebagai
suatu area yang memegang peranan penting dalam kompetisi politik antar dua negara
yang berbeda. Maka demikian, wilayah perbatasan sebenarnya tidak hanya terbatas
pada dua atau lebih negara yang berbeda, namun dapat pula ditemui dalam suatu
negara, seperti kota atau desa yang berada di bawah dua yurisdiksi yang berbeda.
Intinya, wilayah perbatasan merupakan area (baik kota atau wilayah) yang
membatasi antara dua kepentingan yurisdiksi yang berbeda2.

Perbatasan secara politik dapat terbentuk dimana saja, baik dalam negeri manapun
dengan negeri lain. Oleh karena itu, wilayah perbatasan dapat digambarkan sebagai
suatu faktor pemisahan karena adanya halangan dua sistem kekuasaan politik,
sehingga pemerintahan di masing-masing wilayah politik yang berbeda tersebut
dapat mengatur dirinya sendiri, seperti terkait dengan ekspor dan impor, apakah
yang digunakan instrumen tarif atau non tarif, serta terkait dengan penggunaan visa
atau izin imigrasi bagi orang yang ingin memasuki suatu wilayah di perbatasan3.

Secara historis, perbatasan sebuah negara atau states border, dikenal dengan
bersamaan lahirnya negara. Negara dalam pengertian modern sudah mulai dikenal
sejak abad ke-1 8 di Eropa. Perbatasan negara merupakan sebuah ruang geografis
yang sejak semula merupakan wilayah perebutan kekuasaan antarnegara, yang
terutama ditandai oleh adanya pertarungan untuk memperluas batas-batas
antarnegara. Sebagai bagian dari sejarah dan eksistensi negara, riwayat daerah
perbatasan tidak mungkin dilepaskan dari sejarah kelahiran dan berakhirnya
sebagai negara. Suatu perbatasan seringkali didefinisikan sebagai garis imajiner di
atas permukaan bumi, yang memisahkan wilayah suatu negara dari negara lain.
Rizal Darmaputra. 2009. Manajemen Perbatasan dan Reformasi Sektor Keamanan. Jakarta: IDSPS
Press. Hlm. 3
2
J. G. Starke. 2007. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: PT. Sinar Grafika
3
Irwan Lahnisafitra. 2005. Kajian Pengembangan Wilayah pada Kawasan Perbatasan Kalimantan
Barat-Serawak. Thesis pada program Pasca Sarjana Teknik Sipil ITB Bandung.
1

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 23

Namun menurut pakar perbatasan lainnya yaitu Jones, bahwa suatu perbatasan bukan
semata-mata sebuah garis pada suatu tanah perbatasan4.

Menurut pendapat ahli geografi politik, pengertian perbatasan dapat dibedakan


menjadi dua, yaitu boundaries dan frontier. Kedua defenisi ini mempunyai arti dan
makna yang berbeda meskipun keduanya saling melengkapi dan mempunyai nilai yang
strategis bagi kedaulatan wilayah negara. Perbatasan disebut frontier karena posisinya
yang terletak di depan (front) atau dibelakang (hinterland) dari suatu negara. Oleh
karena itu, frontier dapat juga disebut dengan istilah foreland, borderland ataupun
march. Sedangkan istilah boundary digunakan karena fungsinya yang mengikat atau
membatasi (bound or limit) suatu unit politik, dalam hal ini adalah negara. Semua yang
terdapat di dalamnya terikat menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh serta saling
terintegrasi satu dengan yang lain. Boundary paling tepat dipakai apabila suatu negara
dipandang sebagai unit spasial yang berdaulat5.
Beberapa pendapat para ahli geopilitik tentang boundaries dan frontier antara lain
sebagai berikut:
Menurut A. E. Moodie:
Dalam bahasa Inggris, perbatasan memiliki dua istilah, yaitu boundaries dan frontier.
Dalam bahasa sehari-hari, kedua istilah tersebut tidak ada bedanya. Tetapi, dalam
perspektif geografi politik, kedua istilah tersebut mempunyai perbedaan makna.
Menurut

A.

E.

Moodie,

boundaries

diartikan

sebagai

garisgaris

yang

mendemarkasikan batas-batas terluar dari wilayah suatu negara. Sementara frontier


merupakan zona (jalur) dengan lebar yang berbeda yang berfungsi sebagai pemisah
dua wilayah yang berlainan negaranya6.

Menurut Hans Weiger dalam bukunya yang berjudul Principles of Political


Geography, yaitu:
Boundaries dapat dibedakan menjadi boundaries zone dan boundaries line.
J.G.Starke.Op.Cit
Suryo Sakti Hadiwijoyo. 2008. Batas Wilayah Negara Indonesia. Yogyakarta: Gava Media. Hlm.
37
6
A. E. Moodie. 1963. Geography Behind Politics. London: Chinsoun University Library
4

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 24

Boundaries line adalah garis yang mendemarkasikan batas terluar, sedangkan


boundaries zone mempunyai pengertian yang tidak jauh berbeda dengan frontier.
Boundarise zone diwujudkan dalam bentuk kenampakan ruang yang terletak
antara dua wilayah. Ruang tersebut menjadi pemisah kedua wilayah negara dan
merupakan wilayah yang bebas. Boundary line diwujudkan dalam bentuk garis,
wooden barrier, a grassy path between field (jalan setapak rumput yang
memisahkan dua atau lebih lapangan), jalan setapak di tengah hutan, dan lainlain7.

Selanjutnya melengkapi pendapat Weiger dan Moodie, Kristof seorang ahli


geografi politik dalam tulisannya yang berjudul The Nature of Frontiers and Boundarie
(1982) membedakan boundaries dan frontier sebagai berikut:
Frontier mempunyai orientasi keluar, sedangkan boundaries lebih berorientasi ke
dalam. Frontier merupakan sebuah manifestasi dari kekuatan sentrifugal,
sedangkan boundaries merupakan manifestasi kekuatan sentripetal. Perbedaan ini
bersumber pada perbedaan orientasi antara frontier dan boundaries. Frontier
merupakan suatu faktor integrasi antara negara-negara tersebut di satu pihak,
sedangkan boundaries merupakan suatu faktor pemisah. Boundaries berupa suatu
zone transisi antara suasana kehidupan yang berlainan, yang juga mencerminkan
kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan dari negara yang saling berbatasan.
Sedangkan frontier masih memungkinkan terjadinya saling interpenetrasi
pengaruh antar dua negara yang berbatasan/bertetangga8.

Sedangkan menurut D. Whittersley:


Boundary adalah batas wilayah negara atau perbatasan di mana secara demarkasi
letak negara dalam rotasi dunia yang telah ditentukan, dan mengikat secara
bersama-sama atas rakyatnya di bawah suatu hukum dan pemerintah yang
berdaulat. Frontier adalah daerah perbatasan dalam suatu negara yang mempunyai
ruang gerak terbatas akan tetapi karena lokasinya berdekatan dengan negara lain,
sehingga pengaruh luar dapat masuk ke negara tersebut yang berakibat munculnya
7
8

Hans Weiger. 1957. Principlles of Pilitical Geography. New York: Appleton Century
Kristof. 1982. The Nature of Frontier and Boundaries

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 25

masalah pada sektor ekonomi, politik, dan sosial budaya setempat yang kemudian
berpengaruh pula terhadap kestabilan dan keamanan serta integritas suatu
negara9.

Menurut pendapat Suryo Sakti Hadiwijoyo, perbatasan adalah wilayah geografis yang
berhadapan dengan negara tetangga, yang mana penduduk yang bermukim di wilayah
tersebut disatukan melalui hubungan sosial ekonomi dan sosial budaya setelah ada
kesepakatan antarnegara yang berbatasan.
Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara
mendefenisikan kawasan perbatasan negara adalah bagian dari wilayah negara yang
terletak pada sisi dalam batas wilayah Indonesia dengan negara lain. Dalam hal batas
wilayah negara di darat, kawasan perbatasan berada di kecamatan yang berhadapan
langsung dengan negara tetangga.

Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
perbatasan adalah suatu kawasan yang berbatasan dengan wilayah negara lain
sebagaimana sebelumnya telah

ditetapkan garis batasnya melalui sebuah

kesepakatan/perjanjian antar dua atau lebih negara yang bertetangga, dimana


kawasan perbatasan tersebut merupakan tanda berakhirnya kedaulatan suatu negara
terhadap wilayah yang dikuasainya.

Pada hakikatnya, perbatasan Indonesia adalah batas berakhirnya kedaulatan penuh


dari Pemerintah Indonesia terhadap wilayahnya berikut segala isi di atas, permukaan
dan di bawahnya. Ini mengandung arti bahwa secara hukum (nasional dan
internasional) kedaulatan penuh Pemerintah Indonesia hanya sampai di kawasankawasan perbatasan NKRI yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam menjalankan
kedaulatannya ini, Pemerintah Indonesia berhak melakukan apa saja (to govern itself)
terhadap isi dan ruang kawasan perbatasannya sesuai dengan cita dan tujuan negara
Indonesia serta arah pembangunan negara Indonesia sebagaiamana telah digariskan
melalui rencana-rencana pembangunan jangka pendek, jangka menengah dan jangka

D. Whittersley. 1982. Political Geography: a contemporary perspective. New Delhi. Hlm. 101.

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 26

panjang. Di samping itu, dalam melaksanakan kedaulatan penuhnya di kawasan


perbatasan, Pemerintah Indonesia berhak menolak segala campur tangan/intervensi
dari pihak atau negara lain. Demikian juga sebaliknya, Pemerintah Indonesia tidak
dapat melakukan intervensi terhadap kawasan yang bukan dibawah yursdiksi
kedaulatannya. Intervensi terhadap kawasan perbatasan diperbolehkan sepanjang ada
kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dengan pihak atau negara lain10.

Terdapat beberapa nilai-nilai yang terkandung di kawasan perbatasan Indonesia yaitu


nilai kedaulatan, integritas, kesetaraan, kesepakatan dan hormat-menghormati,
pembangunan

negara

dan

kerjasama,

kepastian

hukum,

ideologi,

politis,

ekonomis/kesejahteraan, sosial dan budaya, pertahanan keamanan, geografis dan


spasial serta teknologi. Sedangkan asas/prinsip yang terkandung dalam kawasan
perbatasan Indonesia adalah asas transnasional, persamaan kedaulatan (principle of
the sovereign equality), pengakuan (non-recognition principle), pertahanan dan
keamanan (self defence principle), kerjasama, keberlanjutan (sustainability principle),
desentralisasi, dekonsentrasi, pembantuan, keadilan, kemanfaatan, kepastian hukum,
penggunaan teknologi dan negara kepulauan11.

3.4.2 Fungsi Kawasan Perbatasan


Berdasarkan pengertian perbatasan diatas, bahwasannya dapat disimpulkan bahwa
perbatasan mempunyai beberapa fungsi. Fungsi perbatasan juga mengalami
perkembangan zaman. Pada zaman dahulu fungsi perbatasan umumnya sebagai
berikut:
a.

Garis pertahanan
Garis pertahanan digunakan untuk mengetahui batas yurisdiksi setiap masingmasing negara. Sehingga negara yang satu dengan negara yang lain tidak
mengambil alih atas yurisdiksi suatu wilayah yang bukan merupakan bagian
wilayahnya.

b. Batas wilayah kekuasaan negara

10

Mahendra Putra Kurnia. 2011. Hukum Kewilayahan Indonesia. Malang: Universitas Brawijaya Press.
Hlm. 83
11
Mahendra Putra Kurnia. Ibid. Hlm. 84
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 27

Perbatasan sebagai batas wilayah kekuasaan negara agar suatu pemerintahan


negara mengetahui sampai dimana kedaulatan wilayahnya dan kewenangannya
untuk mengelola wilayahnya.
c.

Untuk melindungi industri di dalam wilayah


Hal ini dilakukan agar pemerintah suatu negara dapat mengadakan pajak-pajak
tarif tertentu, seperti tarif lintas batas. Hal yang demikian akan mempengaruhi
pemasaran bagi hasil-hasil produksi industri tersebut. Jadi perbatasan disini
mempunyai fungsi perdagangan.

d. Fungsi legal (hukum)


Perbatasan merupakan batas berlakunya hukum suatu negara. Penduduk yang
tinggal di wilayah perbatasan, hendaknya mematuhi hukum-hukum yang berlaku
bagi negara di mana mereka tinggal walaupun penduduk tersebut mungkin
mempunyai adat istiadat yang sama dengan adat-istiadat penduduk di seberang
garis perbatasan negaranya. Akan tetapi dengan timbulnya supranasionalisme
yang didasarkan atas kepentingan ekonomi dan kebudayaan, beberapa negara
mau melepaskan sebagian dari kekuasaannya untuk kepentingan bersama
mereka12.

Fungsi perbatasan menurut hukum internasional oleh Jean Marc F. Blanchard dalam
bukunya Linking Border Disputes and War: An Instutional Statist Theory menyatakan
bahwa perbatasan memiliki 7 fungsi yaitu:
a.

Fungsi militer strategis


Dalam konteks ini perbatasan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan militer
strategis suatu negara, terutama pembangunan sistem pertahanan laut, darat
dan udara untuk menjaga diri dari ancaman eksternal.

b. Fungsi Ekonomis
Perbatasan berfungsi sebagai penetapan wilayah tertentu dimana suatu negara
melakukan kontrol terhadap arus modal, perdagangan antarnegara, investasi
asing, pergerakan barang antarnegara. Fungsi ekonomis perbatasan juga

12

Konsep
Dasar Perbatasan.
Sebagaimana
yang
dimuat dalam
https://filsufgaul.wordpress.com/2012/03/14/perbatasan-sebuah-konsep-mendasar/.Diakses
tanggal 14 januari 2015.
Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 28

memberikan patokan bagi suatu negara untuk melakukan eksplorasi sumbersumber alam secara legal pada wilayah tertentu.
c.

Fungsi Konstitutif
Berdasarkan konsep hukum international modern suatu negara berdaulat wajib
memiliki wilayah perbatasan yang terdefinisikan dengan j elas. Artinya,
perbatasan menetapkan posisi konstitutif negara tertentu di dalam komunitas
international. Suatu negara memiliki kedaulatan penuh atas wilayah yang
merupakan teritorialnya sebagaimana ditetapkan oleh perbatasan yang ada.

d. Fungsi identitas nasional


Sebagai pembawa identitas nasional, perbatasan memiliki fungsi pengikat secara
emosional terhadap komunitas yang ada dalam teritori tertentu. Kesamaan
pengalaman dan sejarah, secara langsung maupun tidak langsung telah
mengikat masyarakat secara emosional untuk mengklaim identitas dan wilayah
tertentu.
e.

Fungsi persatuan nasional


Melalui pembentukan identitas nasional perbatasan ikut menjaga persatuan
nasional. Untuk menjaga persatuan dan kesatuan nasional, para pemimpin
negara biasanya mengombinasikan simbol dan jargon dengan konsep teritori
dan perbatasan. Konsep-konsep seperti kekuatan maritim dan kekuatan darat
biasanya dipakai untuk mendorong warga agar menjadi persatuan dan kesatuan
nasional.

f.

Fungsi pembangunan negara bangsa


Perbatasan sangat membantu dalam pembangunan dan pengembangan negara
bangsa karena memberikan kekuatan bagi negara untuk menentukan bagaimana
sejarah bangsa dibentuk, menentukan simbol-simbol apa yang dapat
diterimasecara luas, dan menentukan identitas bersama secara normatif
maupun kultural.

g.

Fungsi pencapaian kepentingan domestik


Perbatasan berfungsi untuk memberikan batas geografis bagi upaya negara
untuk mencapai kepentingan nasional di bidang politik, sosial, ekonomi,
pendidikan, pembangunan infrastruktur, konservasi energi, dan sebagainya.

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 29

Perbatasan juga menetapkan sampai sebatas mana negara dapat melakukan


segala upayanya untuk mencapai kepentingan nasionalnya13.

Berkaitan dengan fungsi-fungsi perbatasan tersebut, maka setiap negara perlu untuk
melakukan tindakan yang dapat menjamin keamanan di wilayah perbatasan. Karena
kawasan perbatasan identik dengan kebijakan politik yang berbeda-beda pada dua
atau lebih wilayah yang saling berbatasan tersebut, sehingga hal ini sangat penting
karena kemampuan negara untuk menjaga keamanan perbatasannya dapat menjamin
kelangsungan hidup negara tersebut untuk kedepannya.

3.4.3 Tipe Perbatasan


Berdasarkan pengertian dan fungsi perbatasan, maka O.J. Martinez, mengelompokkan
perbatasan kedalam berbagai tipe, yaitu:
a.

Alinated borderland
Yaitu suatu wilayah perbatasan yang tidak terjadi aktivitas lintas batas, sebagai
akibat berkecamuknya perang, konflik, dominasi nasionalisme, kebencian
ideologis, permusuhan agama, perbedaan kebudayaan, serta persaingan etnik.

b. Coexistent borderland
Yaitu suatu wilayah perbatasan dimana konflik lintas batas bisa ditekan sampai
ke tingkat yang bisa dikendalikan meskipun masih muncul persoalan yang
penyelesaiaannya berkaitan dengan masalah kepemilikan sumber daya alam
yang strategis di perbatasan.
c.

Interdependent borderland
Yaitu suatu wilayah perbatasan yang kedua sisinya secara simbolik dihubungkan
oleh hubungan internasional yang relatif stabil. Penduduk di kedua bagian
daerah perbatasan, juga di kedua negara terlibat dalam berbagai kegiatan
perekonomian yang saling menguntungkan dan kurang lebih dalam tingkat yang
setara, misalnya salah satu pihak mempunyai fasilitas produksi sementara yang
lain memiliki tenaga kerja yang murah.

Ganewati Wuryandari. 2009. Keamanan di Perbatasan Indonesia-Timor Leste. Jakarta: Pustaka


Pelajar. Hlm 37
13

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 30

d. Integrated borderland
Yaitu suatu wilayah perbatasan yang kegiatan ekonominya merupakan sebuah
kesatuan, nasionalisme jauh menyurut pada kedua negara dan keduanya
tergabung dalam sebuah persekutuan yang erat. Hal ini terjadi di kawasan
perbatasan antara Amerika Serikat dan Kanada14.

Mengacu kepada tipologi Martinez diatas, Riwanto Tirtosudarmo mengkategorikan


wilayah perbatasan Indonesia dengan Timor Leste termasuk di antara tipe kedua dan
ketiga yaitu coexistent dan interdependent borderland.

Jika dilihat dari tipologi kawasan perbatasan, pemikiran Wu (2001:21-24) ini pada
dasarnya adalah sebuah klasifikasi karakteristik dari pengembangan kawasan
perbatasan sehingga setiap tahapan pengembangan dapat diidentifikasi. Klasifikasi
bertujuan meningkatkan studi komparatif dengan mengelompokkan karakteristik
proses timbulnya pengembangan kawasan perbatasan dan menggambarkan proses
pengembangan ke tahap selanjutnya. Klasifikasi juga memfokuskan perhatian pada
faktor kontribusi bagi pengembangan kawasan perbatasan. Tabel 2.1 menunjukkan
sebuah tipologi pengembangan kawasan perbatasan dengan menyoroti beberapa
hubungan ekonomi dan institusi, jaringan infrastruktur, biaya tenaga kerja, dan faktor
migrasi.

Selanjutnya menurut Wu (2001:22), rencana pengembangan kawasan perbatasan


Tumen River Development Zone menggambarkan perbedaan sangat mendasar antara
Hongkong dan Shenzhen. Pengembangan kawasan perbatasan berbasis sektor
informal antara Polandia dan Jerman dan antara Thailand dan tetangganya berbeda
dengan euro region (Uni Eropa). Kawasan China-Hongkong- Macau, atau Uni Eropa
(EU) mempunyai konsep enterprise network (jejaring perusahaan). Untuk kebutuhan
pembanding, maka tipologi ini dapat menjelaskan berbagai macam dinamika
pengembangan wilayah kawasan dimaksud.

Suryo Sakti Hadiwijoyo. Op. Cit. Hlm. 52

14

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

III | 31

Untuk mengambarkan implikasi kebijakan ini, akan dijelaskan beberapa kasus


pegembangan kawasan perbatasan. Pendekatan ini dikelompokkan menjadi 3(tiga)
macam,

yaitu

pertama,

perencanaan

dengan

mendahulukan

membangun

infrastruktur (infrastructure led) sebagai investasi sebelum aktifitas ekonomi dimulai.


Kedua, mendahulukan investasi sektor swasta (investment led), dan ketiga,
mendahulukan program-program dan kebijakan (policy led) yang bertujuan untuk
memfasilitasi pembangunan kawasan perbatasan. Terdapat perbedaan-perbedaan
yang signifikan dalam kategori ini, yang menunjukkan karakteristik dominan yang ada.
Sehingga pendekatan ini hanya membatasi dengan 3 (tiga) pendekatan (Wu, 2001: 2833), yaitu

Tabel 3.1
Tipologi pengembangan Kawasan Perbatasan
Tipe
Wilayah
Perbatasan
Wilayah
Border

Hubungan
Ekonomi

Kecil dan
Kontrol
Ketat

Wilayah
Cross

Wilayah
TransBorder

Hubungan
Terikat

Simbiosis

Kerangka
Instistusi/
pemerintah
Kecil

terjadi
hanya
pada satu
sisi

Terjadi
mekanisme
konsultatif

Kerjasama
institusi

Tipe
Perusahaan

Jaringan
Infrastruktur

Perorangan
atau
perusahaan
kecil
berkembang
dengan
spontan
atau
alamiah

Bottleneck
akibat
ketatnya
kontrol dan
inefisien
berkembang
dengan
spontan atau
alamiah

Perusahaan
besar dan
kecil

Consultatif
planningkontrol
perbatasan
masih penting

Jaringan
perusahaan:
tranfer
teknologi
Sharing
network

Perencanaan
jaringan
infrastruktur
bersama

Migrasi
Kontrol
ketat

berkembang
dengan
spontan
atau
alamiah
Migrasi
terkontrol
(pedagang
komuter),
mahasiswa
komuter
Prosedur
sederhana
dan
pergerakan
relatif bebas

Penyusunan Kebijakan dan Strategi Perwujudan dan Pengelolaan Kawasan Strategis Nasional

Perbedaan
Upah
Buruh
Sangat
besar

Contoh
Kasus
Rusia-ChinaKorut
(Tumen)

besar

Thailand_Chi
na-BurmaLaos

Besar

PolandiaJerman

berkurang

HongkongShenzhen

Kecil
bahkan nol

Uni Eropa

III | 32

Anda mungkin juga menyukai