Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHOPNEUMONIA

A.

PENGERTIAN
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan
meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Bronchopneu monia disebut juga
pneumonia lobularis, yaitu radang paru- paru yang di sebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan
lain- lain. (Smeltzer & Suzanne C, 2010 : 572)
Bronchopneumonia/ pneumonia lobaris merupakan radang paru yang menyebabkana
bronkhioli terminal. Bronkhioli terminal tersumbat oleh eksudat yang berbentuk bercakbercak., kemudian menjadi bagian yang terkonsulidasi atau membentuk gabungan dan
meluas ke parenkim paru.
Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada
anak. (Suriadi Yuliani, 2010)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2011)

B.

ETIOLOGI
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut.
Bakteri= streptococcus, straphylococcus, influenmza
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar

melalui

transmisi

droplet.

Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta
kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti
pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2011)
5. Aspirasi makanan, sekresi oropharing/isi lambung ke dalam paru
C. TANDA DAN GEJALA

Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas. Penyakit ini


umumnya timbul mendadak, suhu meningkat 39-40o C disertai menggigil, napas sesak
dan cepat, batuk-batuk yang non produktif napas bunyi pemeriksaan paru saat perkusi
redup, saat auskultasi suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring.
Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai
dengan infeksi saluran bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot,
anoreksia dan kesulitan menelan.
Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia adalah:
1.
Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2.

Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi


a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
c. Gerakan dada tidak simetris

3.
4.
5.
6.
7.

Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C, delirium


Diafoesis
Anoreksia
Malaise
Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi

kemerahan atau berkarat


8.
Gelisah
9.
Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
10. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas. (Martin tucker, Susan. 2010_247).
D. KLASIFIKASI
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan
bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan
terapi yang lebih relevan.Pembagian secara anatomis :
1.
Pneumonia lobaris
2.
Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
3.
Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)
4.
Pembagian secara etiologi :
a. Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus
pneumonia, Haemofilus influenzae.

b. Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus, Adenovirus


c. Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis, Coccidiomycosis,
Blastomycosis, Cryptoccosis.
d. Corpus alienum
e. Aspirasi
f. Pneumonia hipostatik

E. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar penyebab bronkopneumonia adalah mikroorganisme (jamur, bakter, virus)
dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin dan
sejenisnya). Serta aspirasi ( masuknya isi lambung ke dalam saluran napas). Awalnmya
mikroorganisme akan masuk melalui percikan ludah ( droplet) infasi ini akan masuk ke saluran
pernapasan atas dan menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan
peradangan, dimana saat terjadi peradangan ini tubuh akan menyesuaikan diri sehingga timbulah
gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini akan menimbulkan secret. Semakin lama secret semakin menumpuk di
bronkus sehingga aliran bronkus menjadi semakin sempit dan pasien akan merasa sesak. Selain
terkumpul di bronkus, lama kelamaan secret akan sampai ke alveolus paru dan mengganggu
system pertukaran gas di paru.
Selain menginfeksi saluran napas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna saat ia
terbawa oleh darah. Bakteri ini akan membuat flora normal dalam usus menjadi agen pathogen
sehingga timbul masalah GI tract. (Reeves, 2011)

WOC / WEB OF COUTION

F. PENATALAKSANAAN
1. Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.
2. Terapi oksigen (O2)
3.
Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian bronkodilator.
4.
Istirahat yang cukup
5.
Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500 mg/ hari
atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari

G.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan Laboratorium
Leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3
Laju endap darah meningkat 100mm
ASTO meningkat pada infeksi streptococcus.
GDA menunjukkan hipoksemia tanpa hiperkapnea atau retensi CO2
Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albumin urin ringan karena

a.
b.
c.
d.
e.

peningkatan suhu tubuh.


2.

Pemeriksaan Radiologi
a. Terlihat bercak- bercak pada bronkus hingga lobus.

H. KOMPLIKASI
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
3.
4.
5.
6.

terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.


Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
Infeksi sistemik
Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

I. PENCEGAHAN PADA ANAK


1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat keramaian yang
berpotensi terjadinya penularan.
2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA
3. Membiasakan melakukan pemberian ASI
4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, dan pilek, terlebih disertai suara sesak dan
sesak pada anak.
5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadapa hameophilus influenza.

J. ASUHAN KEPERAWATAN.
1.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas.
b. Riwayat Keperawatan.
1) Keluhan utama.
Biasanya anak sangat gelisah, terjadi dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai
adanya pernapasan cuping hidupng, serta sianosis disekitar hidung & mulut. Kadang
disertai muntah serta diare, tinja berdarah dengan atau tanpa adanya lendir, dan anoreksia
2) Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia umumnya didahului oleh infeksi saluran pernapasan pada bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh bisa saja meningkat sangat mendadak mencapai 3940oC dan kadang pula disertai adanya kejang akibat demam yang tinggi.
3) Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan menurunnya sistem imun
4) Riwayat kesehatan keluarga.
Apabila ada anggota keluarga yg menderita penyakit ispa mka keluarga lain dapat
tertular.

5) Riwayat kesehatan lingkungan.


Pneumonia umumnya sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu
pemeliharaan kesehatan & kebersihan lingkungan yg kurang juga dapat menyebabkan
anak menderita sakit.
6) Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap sangat beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit ispa atas atau bawah lantaran sistem pertahanan tubuh yang tidak cukup kuat
untuk dapat melawan infeksi sekunder.

d. Pemeriksaan persistem.
1) Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.
2) Sistem pernapasan.
Adanya sesak napas, retraksi dada, pernapasan cuping hidung, , takipnea, ronki,
wheezing, batuk produktif atau non produktif, pernapasan tidak teratur/ireguler,
pergerakan dada asimetris, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, terdapat
adanya sputum/sekret.
3) Sistem pencernaan.
Anak biasanya malas minum/makan, muntah, berat badan mengalami penurunan, lemah.
4) Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum bisa memahami
mengenai alasan anak menderita diare sampai terjadi adanya dehidrasi (ringan sampai
berat).
5) Sistem saraf.
Biasanya anak mengalami demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis
terus pada anak-anak atau malas minum.
6) Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
7) Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan atau masalah.
8) Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral hangat, kulit
kering.

9) Sistem penginderaan.
Tidak ada masalah attau kelainan.
K.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d akumulasi lendir di jalan napas, inflamasi
trakeabronkial, nyeri pleuritik, penurunan energi, kelemahan.
2. Gangguan pertukaran gas b/d obstruksi saluran pernapasan
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
5.

kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, mual dan muntah.
Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,

kelemahan umum, batuk berlebihan dan dispnea.


6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan evaporasi
tubuh, kurangnya intake cairan.
L.

INTERVENSI
DP 1: Ketidakefektifan Bersihan jalan napas b/d akumulasi lendir di jalan napas,inflamasi
trakeabronkial,nyeri pleuritik,penurunan energi,kelemahan.
HYD: -pasien menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas
-pasien menunjukkan jalan napas dengan bunyi napas bersih,tidak ada dispnea dan sianosis
Rencana tindakan :
1. Kaji atau pantau pernapasan klien
Rasionalnya: Mengetahui frekuensi pernapasan klien sebagai indikasi dasar gangguan
pernapasan.
2. Auskultasi bunyi napas tambahan (ronchi,wheezing)
Rasionalnya: adanya bunyi napas tambahan yang menandakan gangguan pernapasan.
3. Berikan posisi yang nyaman misalnya posisi semi fowler
Rasionalnya : posisi semi fowler memungkinkan ekspansi paru lebih maksimal
4. Terapi inhalasi dan latihan napas dalam dan batuk efektif
Rasionalnya : napas dalam memudahkan ekspirasi maksimum paru-paru/jalan napas
lebih kecil. Batuk adalah mekanisme membersihkan jalan napas alami, membantu silia
mempertahankan jalan napas paten.
5. Memberian cairan per oral/IV sesuai usia anak,tawarkan air hangat daripada dingin.
Rasionalnya : cairan khususnya yang hangat memobilisasi serta mengeluarkan lendir.

6. Kolaborasi dengan dokter dalam pengisapan lendir sesuai indikasi


Rasionalnya : merangsang batuk serta membersihkan jalan napas secara mekanik pada
pasien yang tidak mampu melakukan pernapasan karena batuk tidak efektif atau
penurunan kesadaran.
DP 2 : Gangguan pertukaran gas b/d obstruksi saluran pernapasan
HYD : pasien akan menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA
dalam rentang normal dan tidak ada gejala distress pernapasan.
Rencana tindakan :
1. Monitor / kaji tanda-tanda vital, kesulitan bernapas, retraksi stomal.
Rasionalnya : data dasar untuk pengkajian lebih lanjut.
2. Observasi warna kulit,membran mukoasa dan kuku,catat adanya sianosis
Rasionalnya : sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap
demam/menggigil namun sianosis daun telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar
mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
3. Kaji status mental
Rasionalnya : gelisah, mudah terangsang, bingung dan samnolens dapat menunjukkan
hipoksemia/penurunan oksigenasi serebral.
4. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi,napas dalam dan batuk efektif.
Rasionalnya :tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran
sekret untuk memperbaiki ventilasi.
5. Pertahankan istirahat tidur
Rasionalnya : mencegah kelelahan dan menurunkan kebutuhan oksigen untuk
kemudahan perbaikan infeksi.
DP 3 : Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
HYD : Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh
Rencana tindakan :
1. Pantau suhu pasien (perhatiakan menggigil/diaforesis)
Rasional : Suhu 38,9 41,10 C menunjukkan proses penyakit, infeksius akut. Pola
demam dapat membantu diagnosis.
2. Pantau suhu lingkungan, batasi aktivitas.
Rasional : suhu ruangan di ubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.

3. Berikan kompres hangat


Rasional : dapat membantu mengurangi demam. Penggunaan air dingin/ es kemungkinan
menyebabkan peningkatan suhu secara aktual.
4. Berikan antipiretik misalnya parasetamol
Rasional : mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, parasetamol
baik untuk anak karena parasetamol memiliki efek yg minimal terutama bagi anak
DP 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, mual dan muntah.
HYD : Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan dan mempertahankan berat badan
Rencana tindakan :
1. Indentifikasi factor yang menyebabkan kesulitan menelan (nyeri)
Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebaran masalah
2. Auskultasi bunyi usus , observasi / palpasi distensi abdomen
Rasional : Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi berat/memanjang.
3. Berikan makan porsi kecil tapi sering
Rasional : Tindakan ini dapat meningktkan masukan meskipun nafsu makan mungkin
lambat untuk kembali.
4. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Peningkatan berat badan secara bertahap menandakan adanya perbaikan status
nutrisi pasien
DP 5 : Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
kelemahan umum,batuk berlebihan dan dispnea.
HYD : pasien menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur
dengan tidak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan tanda vital normal.
Rencana tindakan :
1. Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat beraktivitas.
Rasionalnya : merencanakan intervensi yang tepat.
2. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas.
Rasionalnya : ADL-nya dapat terpenuhi.
3. Bantu pasien perawatan diri yang diperlukan
Rasionalnya: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan O2

4. Lakukan istirahat yang adekuat setelah beraktivitas.


Rasionalnya : membantu mengembalikan energi.
5. Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet.
Rasionalnya : metabolisme membutuhkan energi.
6. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan
Rasionalnya : tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolic,menghemat energi untuk penyembuhan.
DP 6 : Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan evaporasi
tubuh, kurangnya intake cairan.
HYD : kebutuhan cairan pasien terpenuhi dan adekuat, tanda vital (suhu) rentang normal.
Rencana tindakan :
1. Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan suhu/demam
Rasional : peningkatan suhu / demam meningkatkan laju metabolik Sn kehilangan cairan
melalui evaporasi .
2. Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah)
indikator langsung keadekuatan volume cairan , meskipun membran mukosa mulut
mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.
pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan.
3. Waspadai kehilangan yang tak tampak. Ukur BB sesuai indikasi.
Rasional : memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan
penggantian
4. Pertahankan pemasukan cairan yang adekuat.
Rasional : Pada anak volume cairan adalah 20-25 % dari BB anak.
5. Beri obat sesuai indikasi , misalnya antipiretik
Rasional : berguna menurunkan kehilangan cairan serta peningkatan suhu.
6. Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
Rasional : pada adanya penurunan masukan / banyak kehilangan penggunaan parenteral
dapat memperbaiki/ mencegah kekurangan.
M. DISCHARGE PLANNING
Hal-hal yang perlu disampaikan kepada keluarga dan pasien sebelum pulang adalah
1. Memberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk melanjutkan pengobatan di rumah
sesuai dosis dan instruksi dokter
2. Memberitahukan jadwal kontrol di dokter kepada pasien dan keluarga

3. Mengajarkan kepada keluarga seperti :


-minum air hangat
-istirahat secukupnya
-mencuci tangan dengan sering
-membersihkan mulut dengan sering
4. Memberitahukan keluarga pasien tentang pentingnya memberi ASI eksklusif dan nutrisi
pada anak untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh dan mempercepat proses
penyembuhannya.
5. Memberitahukan pada keluarga pasien tentang pentingnya menjaga kebersihan
lingkungan tempat tinggal ,hindari merokok,polusi udara,lingkungan berdebu karena
dapat menurunkan kesehatan dan melemahkan kondisi saluran napas anak.
6. Memberitahukan pentingnya pemberian imunisasi pada anak, karena dengan imunisasi
kekebalan tubuh semakin kuat dan mikroorganisme sulit masuk dalam tubuh.
7. Mengajarkan tindakkan sederhana yang dapat dilakukan bila anak sakit misalnya :
memberikan kompres hangat untuk menurunkan demam, memberikan minuman yang
cukup untuk mencegah dehidrasi, memberikan minuman hangat untuk membantu
mengencerkan sekret yang kental

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne.2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta : EGC
Zul Dahlan .2011.Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta : Balai penerbit FK UL
Rcevers,Chalene. J et all.2011.Keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto;2010
Martin tucker, Susan. 2010. Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan, Diagnosis,
Dan Evaluasi halaman 247. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai