Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TETANUS

Bidang Studi : Keperawatan Medikal Bedah


Topik : Penyakit Tetanus
Sasaran : Keluarga Pasien
Tempat : Ruang Wijaya Kusama D RSUD dr.
Soedono Madiun
Hari/Tanggal : Kamis, 06 Oktober 2016
Waktu : 30 Menit

Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan, Keluarga Pasien diharapkan
mampu mengenal penyakit Tetanus dan dapat melakukan
perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita penyakit
Tetanus

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan, Keluarga Pasien diharapkan
mampu:
- Memahami pengertian Tetanus
- Menyebutkan penyebab Tetanus
- Menyebutkan tanda dan gejala Tetanus
- Menjelaskan akibat Tetanus
- Menjelaskan bagian tubuh yang rawan kena Tetanus
- Menyebutkan upaya untuk mencegah terkena Tetanus

Sasaran
Keluarga Pasien yang berada di ruang Wijaya Kusama D RSUD dr.
Soedono Madiun
Materi
Tetanus
Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
Media
Leaflet : Tetanus

Kriteria evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Keluarga pasien ikut dalam kegiatan penyuluhan
Penyelenggaran penyuluhan dilakukan di ruang Wijaya Kusama D
RSUD dr. Soedono Madiun
2. Evaluasi Proses
Keluarga pasien antusias terhadap materi penyuluhan
Keluarga pasien tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan
selesai
3. Evaluasi Hasil
Keluarga pasien mengerti tentang penyakit Tetanus, dapat
memahami pengertian, Menyebutkan penyebab, tanda dan
gejala, bagian tubuh yang rawan terkena, upaya untuk
mencegah terkena dan Menjelaskan akibat terkena Tetanus

VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN


N Wakt Kegiatan Penyuluhan Kegiatan
o u Peserta
1 3 Pembukaan:
meni Membuka salam dengan Menjawab salam
t mengucapkan salam Mendengarkan
Memperkenalkan diri Memperhatikan
Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan Memperhatikan
Menyebutkan materi yang akan
diberikan
2 15 Pelaksanaan / penyampaian
meni materi: - Menyimak dan
t Menjelaskan tentang pengertian memperhatikan
penyakit tetanus - Menyimak dan
Menjelaskan tentang penyebab memperhatikan
dan tanda serta gejala penyakit- Bertanya dan
Tetanus menjawab
Memberi kesempatan kepada pertanyaan
keluarga pasien/peserta untuk yang diajukan
bertanya - Menyimak dan
memperhatikan
Menjelaskan hal-hal yang
berhubungan dengan- Bertanya dan
pencegahan terjadinya Tetanus menjawab
Memberi kesempatan kepada pertanyaan
keluarga pasien/peserta untuk yang diajukan
bertanya
3 10 Evaluasi:
meni Memberi pertanyaan kepada - Menjawab
t peserta tentang materi yang pertanyaan
telah diberikan dan
reinforcement kepada keluarga
pasien/peserta yang dapat
menjawab pertanyaan
4 2 Penutup:
meni - Menyimpulkan materi yang telah Mendengarkan
t disampaikan
- Mengakhiri pertemuan dengan Peserta
mengucapkan terima kasih dan menjawab
salam salam

Pengorganisasian
Pembicara/fasilitator : Mahasiswa Profesi Ners
Supervisor /PA :
MATERI

A. Definisi
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa
disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium
tetani, tetapi akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman. Tetanus
adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani,
bermanifestasi sebagai kejang otot paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh
badan. Kekakuan tonus otot ini selalu tampak pada otot masseter dan otot-otot
rangka.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tetanus adalah penyakit
infeksi yang diakibatkan oleh toksin kuman Clostridium tetani,yang ditandai
dengan gejala kekakuan dan kejang otot.(Ritharwan,2004)
Tetanus berdasarkan bentuk klinis dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Tetanus local: biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul
rebiditas dan spasme pada bagian paroksimal luar. Gejala itu dapat
menetap dalam beberapa minggu dan menghilang.
2. Tetanus general: yang merupakan bentuk paling sering, biasanya timbul
mendadak dengan kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung daan
sakit kepala merupakan manifestasi awal. Dalam waktu singkat kontraksi
otot somatic meluas. Timbul kejang tetanik bermacam grup otot,
menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada
mulanya, spasme berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit dan
terpisah oleh periode relaksasi.
3. Tetanus segal: varian tetanus local yang jarang terjadi. Masa inkubasi 1-2
hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling
menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX, dan XI tersering saraf otak
VII diikuti tetanus umum.
Berdasarkan berat gejala dapat dibedakan menjadi 3 stadium, yaitu:
1. Trismus (3 cm) tanpa kejang torik umum meskipun dirangsang.
2. Trismus (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang torik umum bila
dirangsang.
3. Trismus (1 cm) dengan kejang torik umum spontan.
B. Etiologi
Penyakit tetanus disebabkan oleh toksin kuman Clostridium tetani yang
dapat masuk melalui luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar, luka operasi yang
tidak dirawat dan tidak dibersihkan dengan baik, caries gigi, pemotongan tali
pusat yang tidak steril, dan penjahitan luka robek yang tidak steril. Penginfeksian
kuman Clostridium tetani lebih mudah bila klien belum terimunisasi.

C. Patofisiologi
Tetanus disebabkan oleh toksin kuman Clostridium tetani yang masuk
melalui luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar, luka operasi yang tida dirawat
dan tidak dibersihkan dengan baik, caries gigi, pemotongan tali pusat yang tidak
steril, dan penjahitan luka robek yang tidak steril yang lebih beresiko bagi orang-
orang yang belum terimunisasi.
Toksin kuman C. tetani berbentuk spora. Bentuk spora dalam suasana
anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatif yang menghasilkan eksotoksin.
Toksin ini menjalar intrakasonal sampai ganglin/simpul saraf dan menyebabkan
hilangnya keseimbanngan tonus otot sehingga terjadi kekakuan otot baik lokal
maupun mnyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot bergaris, otot polos dan saraf
otak juga terpengaruh.

D. Manifestasi Klinis
Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang
makin bertambah terutama pada rahang dan leher. Dalam waktu 48 jam penyakit
ini menjadi nyata dengan gejala umum:
1. Trismus (kesukaran membuka mulut) karena spasme otot-otot mastikatoris
2. Kaku kuduk sampai epistotonus karena ketegangan otot-otot erector trunki
3. Ketegangan otot dinding perut
4. Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin terdapat di kornu
anterior
5. Risus sardonikus karena spasme otot muka (alias tertarik ke atas), sudut
mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi
6. Kesukaran menelan, gelisah, mudah terangsang, nyeri anggota badan
(sering merupakan gejala dini)
7. Spasme yang khas, yaitu badan kaku dengan epistotonus, ekstremitas
inferior dala keadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat.
Keadaan tetap sadar, spasme mula-mula intermitten diselingi periode
relaksasi, kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai rasa
nyeri. Kadang-kadang terjadi perdarahan intramuscular karena kontraksi
yang kuat.
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan
laring. Retensi urine dapat terjadi karena spasme otot uretral. Fraktur
kolumna vertebralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat
kuat.
9. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir.
10. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang peninggian
tekanan cairan otak.

E. Penatalaksanaan Tetanus
Penatalaksanaan pada klien dengan tetanus ada 2 macam yaitu farmakologi dan
non-farmakologi.
1. Farmakologi
a. Antitoksin: antitoksin 20.000 1u/ 1.M/5 hari. pemberian baru diberikan
setelah dipastikan tidak ada reaksi hipersensitivitas.
b. Anti kejang (antikonvulsan)
Fenobarbital (luminal): 3 x 100 mg/1.M. Untuk anak diberikan
mula-mula 60-100 mg/1.M lalu dilanjutkan 6x30 mg/hari (max.
200mg/hari).
Klorpromasin: 3x25 mg/1.M/hari. Untuk anak-anak mula-mula 4-6
mg/kg BB.
Diazepam: 0,5-10 mg/kg BB/1.M/4 jam, dll.
c. Antibiotic: penizilin procain 1juta 1u/hari atau tetrasifilin 1gr/hari/1.V.
Dapat memusnahkan tetani tetapi tidak mempengaruhi proses
neurologiknya.
2. Non-farmakologi
a. Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya,
b. Diet TKTP. Pemberian tergantung kemampuan menelan. Bila trismus,
diberikan lewat sonde parenteral.
c. Isolasi pada ruang yang tenang, bebas dari rangsangan luar.
d. Menjaga jalan nafas agar tetap efisien.
e. Mengatur cairan dan elektrolit.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan tetanus meliputi:
1. Darah
Glukosa darah: hipoglikemia merupakan predisposisi kejang.
BUN: peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan
indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
Elektrolit (K, Na): ketidakseimbangan elektroit merupakan predisposisi
kejang kalium (normal 3,80-5,00 meq/dl).
Skull Ray: untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya
lesi.
2. EEG: teknik untuk menekan aktifitas listrik otak melalui tengkorak yang
utuh untuk mengetahui focus aktifitas kejang, hasil biasanya normal.

G. Komplikasi pada klien Tetanus


1. Spasme otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saliva) di
rongga mulut. Hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat
terjadi pneumonia aspirasi.
2. Asfiksia.
3. Atelektasis karena obstruksi secret.

DAFTAR PUSTAKA
Farrar JJ, Yen LM, Cook T, Fairweather N, Binh N, Parry J, Parry CM. 2009.
Tetamus. J Neurol, Neurosurg, and Psychia 69 (3): 292301

Madigan MT, Martinko JM. 2006. Brock Biology of Microorganisms 11th ed.
New Jersey : Pearson Education.Hal. 233-245
(en) Schiavo G, Benfenati F, Poulain B, Rossetto O, Polverino DLP, DasGupta
BR, Montecucco C. 1992. Tetanus and botulinum-B neurotoxins block
neurotransmitter release by proteolytic cleavage of synaptobrevin. Nature 359
(6398): 8325

Anda mungkin juga menyukai