Anda di halaman 1dari 7

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI UNIT PELAKSANA TEKNISPELAYANAN

SOSIAL LANJUT USIA


KECAMATAN SELOSARIKABUPATEN MAGETAN
Liana Tulizah (peneliti)*, Cholik Harun R (pembimbing 1)**, Priyoto (pembimbing 2)***
ABSTRAK
Latar Belakang : Angka kejadian depresi di Indonesia cukup tinggi. Lansia adalah golongan yang banyak mengalami
depresi akibat perubahan fisik dan keadaan sosial lingkungan sehingga berdampak pada masalah kesehatan, salah satunya
adalah hipertensi. Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan depresi dan kejadian hipertensi pada lansia di Unit
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Kecamatan Selosari Kabupaten Magetan pada bulan Januari-Juni Tahun 2016.
Metode : Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional dengan metode simple random sampling. Penelitian
menggunakan kuisioner Geriatric Depression Scale 15 (GDS 15) dan data tekanan darah diperoleh dari hasil pengukuran
langsung dengan menggunakan tensimeter(spygmomanometer). Dari 63 jumlah total lansia di tempat penelitian didapatkan
sampel 46 lansia yang akan obyek penelitian. Hasil : Hasil penelitian dari 46 lansia didapatkan 30 lansia yang mengalami
depresi 80% lansia mengalami peningkatan tekanan darah / hipertensi, sedangkan dari 16 lansia yang tidak depresi didapatkan
75% tidak mengalami hipertensi. Diperoleh hasil uji chi-square p= 0,001. Penelitian ini menunjukan terdapat hubungan antara
depresi dengan kejadian hipertensi pada lansia dengan keeratan hubungan antar variabel pada tingkat sedang sebesar 0,473.
Keeratan hubungan pada tingkat sedang karena pada penelitian ini menunjukan banyak faktor penyebab lain yang
mempengaruhi keadaan hipertensi pada lansia. Kesimpulan :Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lansia yang mengalami
depresi lebih berisiko terjadi peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
Kata Kunci : Depresi, Hipertensi, Lansia
ABSTRACT
Background : The incidence of depression in Indonesia is quite high. Many elderly are the ones who experience
depression due to changes in the physical and social conditions of the environment that result in health problems, one of which is
hypertension. Purpose : This study aims to determine the relationship of depression and hypertension in the elderly in the
Technical Implementation Unit of Elderly Social Services District of Selosari Magetan in January-June 2016. Methods : In this
analytical study with cross sectional approach with simple random sampling. The study used questionnaires 15 Geriatric
Depression Scale (GDS 15) and blood pressure data obtained from direct measurement using a sphygmomanometer
(spygmomanometer). Of the 63 total number of elderly in the study obtained samples of 46 seniors who will be the object of
research. Result : The results of the 46 seniors earned 30 elderly people who are depressed to 80% of elderly increased blood
pressure / hypertension, while 16 elderly people who are not depressed obtained 75% did not have hypertension. Obtained
results of chi-square test p = 0.001. This study shows there is a relationship between depression and hypertension in the elderly
with the closeness of the relationship between variables at a medium level of 0.473. The relationship at a moderate level
because in this study show the many other factors that affect the state of hypertension in the elderly. Conclusion : These results
indicate that the elderly who experience depression are more at risk an increase in blood pressure or hypertension.
Keywords: Depression, Hypertension, Elderly
*Dosen Pengajar Jurusan S1 Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
** Dosen Pengajar Jurusan S1 Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
*** Mahasiswa Jurusan S1 Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
PENDAHULUAN
fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut akan
mengalami penurunan. Lansia lebih rentan terkena berbagai
Masalah depresi pada lanjut usia cukup tinggi dan
macam penyakit karena semakin bertambahnya usia maka
muncul seiring dengan bertambahnya usia, lansia termasuk
akan mengalami penurunan fungsi organ. Penurunan
golongan yang banyak mengalami depresi akibat
kondisi inilah yang berpengaruh pada kondisi mental dan
perubahan fisik dan keadaan sosial lingkungan sehingga
psikososial pada lansia. Masalah mental yang sering
berdampak pada masalah kesehatan. Secara umum kondisi

dialami oleh lansia lebih banyak dipengaruhi karena faktor


kesepian, ketergantungan, dan kurang percaya diri
sehingga menyebabkan lansia mengalami depresi,
kecemasan, dan stress (Maryam, 2011).
Selain masalah kejiwaan, lansia juga berisiko
mengalami penyakit kardiovaskular yang merupakan
penyebab kematian dan disabilitas pada usia lanjut,
penyakit kardiovaskular yang banyak diderita oleh lansia
adalah hipertensi yang juga merupakan salah satu penyakit
yang diakibatkan oleh depresi yang pada umumnya dialami
oleh para lanjut usia.
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun
2010 prevalensi keseluruhan gangguan depresi di kalangan
lansia di dunia bervariasi antara 10% hingga 20% yaitu
sekitar dari 7 juta dari 39 juta. Survey Kesehatan RI tahun
2011 menyatakan bahwa gangguan mental pada usia 55-64
tahun mencapai 7,9% sedangkan yang berusia diatas 65
tahun mencapai 12,3%. Pada tahun 2020 depresi akan
menduduki peringkat teratas penyakit yang dialami lanjut
usia di Negara berkembang termasuk Indonesia. Di Jawa
Timur prevalensi depresi lebih banyak ditemukan pada
lansia yang tinggal dipanti wreda 30% daripada lansia yang
tinggal di komunitas 15,5% (Kurniawati, 2013).
Sedangkan untuk prevalensi hipertensi pada tahun 2011,
WHO mencatat satu miliar orang di dunia menderita
hipertensi. Hipertensi penyebab kematian hampir 8 juta
orang setiap tahun diseluruh dunia dan hampir 1,5 juta
orang setiap tahun di Asia Tenggara. Sekitar sepertiga dari
populasi orang dewasa di daerah Asia Tenggara memiliki
tekanan darah tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar
Indonesia tahun 2013, menunjukan bahwa pola penyakit
pada lansia yang terbanyak adalah hipertensi sekitar %.
Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2010,
selama tiga tahun berturut-turut (2008-2010) hipertensi
selalu berada di urutan ketiga penyakit terbanyak di
puskesmas sentinel Jawa Timur. (Kemenkes RI, 2013)
Berdasarkan hasil survey pendahuluan di Unit
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia Magetan
diketahui bahwa persentase lansia yang menderita
hipertensi sebanyak 42,5%. Menurut data Poliklinik di UPT
PSLU Magetan dari 87 lansia ada 37 lansia yang menderita
hipertensi. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang
dilakukan peneliti pada tanggal 18 Januari 2016 terhadap
10 lansia di Panti Wreda Bahagia di lingkup UPT PSLU
Magetan didapatkan 2 lansia tidak depresi, dan 8 lansia
mengalami depresi. Serta 7 dari 10 lansia tersebut
mengalami hipertensi.
Terdapat mekanisme fisiologis yang mendasari
hubungan depresi dengan hipertensi yaitu terdapat
ketidakseimbangan neurotransmiter sebagai senyawa
penghantar, mengakibatkan peningkatan serotonin,
dopamine, dan norepinefrin yang berpengaruh terhadap
pengaturan tekanan darah, serta terjadi gangguan sistem
saraf simpatis yang mengakibatkan arteriol kontriksi

sehingga tubuh melakukan kompensasi dengan


peningkatan aliran darah. (Hartini, 2015)
Dampak yang ditimbulkan oleh depresi pada lansia
adalah gangguan pada sistem kardiovaskuler, yaitu
hipertensi. Jika lansia mengalami depresi maka pembuluh
darah otak ini terganggu risiko terjadinya gangguan fungsi
otak meningkat dan mempengaruhi seluruh sistem aliran
darah termasuk pembuluh darah yang menuju otak.
Penyakit kardiovaskular akibat hipertensi dapat
menyebabkan masalah pada kualitas hidup lanjut usia,
sehingga kualitas hidup para lanjut usia akan terganggu dan
angka harapan hidup lansia juga akan menurun. (Yusup,
2010).
Tugas pekerja sosial (perawat) dalam panti adalah
membantu klien memahami realitas apa yang
sesungguhnya dialami, sehingga klien bisa keluar dari
kondisi yang membuatnya depresi. Perawat dalam proses
pertolongan agar sangat berhati-hati jangan sampai timbul
proses pemberian nasehat yang justru menimbulkan kesan
menghakimi. Sikap yang terkesan menasehati ataupun
dengan sengaja mensehati akan memperbesar depresi
klien. Nasehat yang terlalu dini atau dominan serta tidak
pada tempatnya tidak akan berdampak pada penyembuhan,
sebab sebelum klien butuh nasehat sebagai salah satu
ramuan obat, maka klien perlu mengeluarkan segala bentuk
tekanan emosionalnya. Bercerita, berkeluh kesah,
mendesah, mengadu, curhat, ataupun menangis bahkan
berontak adalah merupakan cara alamiah untuk
mengembalikan keseimbangan dan kestabilan emosional
klien serta akan melepaskan energi-energi negatif yang
menggantung dan menyesakkan jiwanya (Syamsuddin,
2006).
Dengan olahraga yang cukup juga dapat menurunkan
kecemasan, stress, dan menurunkan tingkat depresi pada
lansia. Penurunan tersebut akan menstimulasi kerja sistem
saraf perifer terutama parasimpatis yang menyebabkan
vasodilatasi penampang pembuluh darah akan
mengakibatkan terjadinya penurunan tekanan darah baik
sistolik maupun diastolik (Damajanty, 2012).
METODE PENELITIAN
Desain penelitian adalah korelasional dengan
pendekatan cross sectional design. Sampel terdiri dari 46
orang, Teknik sampling yang digunakan adalah simple
random sampling. Penelitian ini dilakukan di UPT PSLU
Magetan.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Depresi pada Lansia di UPT PSLU Magetan

Dari data Depresi yang di dapat melalui pengisian


kuisioner terhadap 46 lansia dapat digambarkan dengan
diagram pie sebagai berikut :

Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lansia Kecamatan


Selosari Kabupaten Magetan dengan nilai koefisien
kontingensi sebesar 0,473 yang diintepretasikan bahwa
kekuatan hubungan antar variabel pada tingkat sedang.

Depresi sebanyak 30
(65,2%)
Tidak Depresi
sebanyak 16 (34,8%)

PEMBAHASAN
Depresi pada Lansia di Unit Pelaksana Teknis
Pelayanan Sosial Lansia Kecamatan Selosari
Kabupaten Magetan 2016.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar
lansia di UPT PSLU Magetan mengalami depresi. Depresi
pada lansia ditandai dengan kehilangan minat dan
kegembiraan, berkurangnya energi, berkurangnya
konsentrasi dan perhatian, kehilangan kepercayaan diri,
rasa bersalah, tak berguna, dan pesimistik. Depresi pada
lansia perlu diatasi untuk membantu rehabilitasi fisik,
memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati
dan emosi serta agar tidak memberikan dampak pada
gangguan kesehatan lansia. Hal ini didukung pendapat dari
Mangoenprasodjo (2012) yang menyebutkan prevalensi
depresi meningkat menjadi 30-50% pada lansia yang
menderita penyakit kronis dengan perawatan yang lama.

Gambar 5.4 distribusi frekuensi depresi pada lansia


Berdasarkan diagram diatas menunjukan frekuensi
kejadian depresi lansia di UPT PSLU Magetan , sebagian
besar depresi sebanyak 30 orang (65,2%).
Gambaran Kejadian Hipertensi pada Lansia di UPT
PSLU Magetan
Dari data Kejadian Hipertensi yang di dapat melalui
pengukuran terhadap 46 lansia dapat digambarkan dengan
diagram pie sebagai berikut :

Lansia yang mengalami depresi dipanti disebabkan


karena kurangnya dukungan sosial yang mereka dapatkan
dan jarangnya mereka mengikuti kegiatan harian. Beberapa
diantara mereka sudah tidak mampu secara fisik untuk
mengikuti kegiatan harian dan susah untuk berkomunikasi
dengan yang lain. Dari hasil mewawancarai dan
mengobservasi lansia yang berada dipanti masalah lansia
disana diantaranya adalah sebagian lansia dalam rasa
bosan dengan hidupnya, selain itu lansia juga menyatakan
perasaan takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi
pada dirinya, merasa tidak bahagia dengan hidupnya,
merasa tidak berdaya dan tidak berharga, dan mengeluhkan
tidak bisa tidur dengan nyenyak serta kurangnya dukungan
keluarga yang selalu mereka harapkan.

Hipertensi
sebanyak 28
(60,9%)
Gambar 5.5 distribusi frekuensi kejadian hipertensi pada
lansia
Berdasarkan diagram diatas menunjukan frekuensi
kejadian hipertensi lansia di UPT PSLU Magetan , sebagian
besar adalah hipertensi sebanyak 28 orang (60,9%).
No

Depresi

Kejadian Hipertensi

Jumlah

pada
Analisis Hubungan Depresi dengan Kejadian Hipertensi
pada Lansia

Tabel 5.6 hasil analisis depresi dengan kejadian hipertensi


pada lansia
Analisis menggunaka Chi square. Didapatkan X2
hitung 11,044 > X2 tabel 3,481, dan nilai p 0,001 < (0,05).
Sehingga secara statistik H0 di tolak yang berarti ada
hubungan antara depresi dengan kejadian hipertensi di Unit

Lansia

Hiper

Tidak

tensi

Hipert
20

30

100

1.

Depresi

24

80%

ensi
6

2.

Tidak

25%

12

%
75

16

100

28

60,9

18

%
39,

46

100

Depresi
Jumlah
p = 0,001
CC = 0,473

%
X hitung = 11,044
2

df =1

1%
X2 tabel = 3,841

Kejadian Hipertensi pada Lansia di Unit Pelaksana


Teknis Pelayanan Sosial Lansia Kecamatan Selosari
Kabupaten Magetan 2016.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian
besar lansia mengalami hipertensi. Data di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Magetan menunjukkan bahwa penyakit
hipertensi pada lansia menempati urutan tertinggi ke-2
setelah penyakit tertinggi ke-1 rheumatoid arthritis. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Purnama, Prihartono (2013) tentang
prevalensi hipertensi dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi pada lansia, hasil penelitian
mendapatkan proporsi lansia yang mengalami hipertensi
adalah sebesar 62,7%. Tekanan sistolik tertinggi adalah 240
mmHg, sedangkan tekanan diastolik tertinggi adalah 150
mmHg. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi dalam penelitian ini adalah riwayat hipertensi
keluarga dan riwayat penyakit Diabetes Melitus.
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistole
140 dan diastole > 90. Hipertensi lansia merupakan
keadaan yang membahayakan karena peningkatan tekanan
darah pada lansia berisiko terhadap terjadinya berbagai
komplikasi hipertensi. Hipertensi yang tidak berkendali
berisiko besar mengalami gangguan kardiovaskuler, gagal
ginjal, kelainan koroner dan miokard. Terjadinya hipertensi
disebabkan karena adanya berbagai faktor pemicu. Faktor
pemicu timbulnya penyakit hipertensi di antaranya adalah
faktor genetik, faktor usia, riwayat keluarga, jenis kelamin,
lingkungan, depresi / stres dan beban mental, konsumsi
makanan berlebihan, merokok, alkohol, garam, kebiasaan
minum kopi, serta kurang olahraga, serta perilaku hidup
yang tidak sehat dapat menjadi pemicu terjadinya
hipertensi.
Hipertensi pada lansia membutuhkan adanya
penanganan. Penanganan hipertensi dilakukan melalui
upaya pengobatan non farmakologik dan pengobatan
farmakologik. Pengobatan non farmakologik dilakukan
dengan modifikasi gaya hidup, diantaranya adalah kontrol
berat badan, olahraga, pembatasan asupan garam,
manajemen stress, pengaturan aktivitas fisik, tidak
mengkonsumsi alkohol dan rokok. Pada keadaan tertentu
dibutuhkan juga pengobatan menggunakan obat-obatan
penurun tekanan darah untuk menurunkan tekanan darah.
Hipertensi yang dialami lansia di UPT PSLU
Magetan berimplikasi bahwa perlu dilakukan penanganan
hipertensi untuk mencegah timbulnya komplikasi yang
berkembang dalam jangka panjang. Penanganan dapat
diupayakan dengan cara non farmakologik dengan
menerapkan perilaku hidup sehat pada lansia yang tinggal
di UPT PSLU Magetan. Hal yang dapat dilakukan yaitu
dengan mengatur pola makan lansia, kontrol konsumsi
garam, membiasakan olahraga, manajemen stress / depresi
dan pengaturan aktivitas fisik. Pengobatan farmakologik

dianjurkan bila hipertensi sudah berat dan tidak dapat


diatasi menggunakan pengobatan non farmakologik.
Hubungan Depresi dengan Kejadian Hipertensi pada
Lansia di Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial
Lansia Kecamatan Selosari Kabupaten Magetan 2016.
Terdapatnya hubungan antara depresi dengan
kejadian hipertensi karena terdapat mekanisme fisiologis
yang mendasari hubungan depresi dengan hipertensi yaitu
terdapat ketidakseimbangan neurotransmiter sebagai
senyawa penghantar, mengakibatkan peningkatan
serotonin, dopamine, dan norepinefrin yang berpengaruh
terhadap pengaturan tekanan darah, serta terjadi gangguan
sistem saraf simpatis yang mengakibatkan arteriol kontriksi
sehingga tubuh melakukan kompensasi dengan
peningkatan aliran darah. Hubungan depresi dengan
hipertensi adalah melalui aktivitas saraf simpatis. Saraf
simpatis merupakan saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas. Peningkatan saraf simpatis dapat meningkatan
tekanan darah secara tidak menentu. Apabila stress
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa seseorang
yang depresi terutama yang mengalami depresi / stress
yang cukup tinggi maka seseorang tersebut dapat
dipastikan mengalami peningkatan tekanan darah /
hipertensi.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Kejadian Depresi pada lansia di Unit
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lansia
Kecamatan Selosari Kabupaten Magetan
sebagian besar mengalami Depresi sebesar
65,2%
2. Kejadian hipertensi pada lansia di Unit
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lansia
Kecamatan Selosari Kabupaten Magetan
sebagian besar mengalami hipertensi sebesar
60,9%.
3. Terdapat hubungan antara depresi dengan
kejadian hipertensi pada lansia di Unit
Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lansia
Kecamatan Selosari Kabupaten Magetan
dengan Dari hasil uji statistic menggunakan
Chi Square. Didapatkan X2 hitung 11,044 > X2
tabel 3,481, dan nilai p 0,001 < (0,05), dan
kekuatan hubungan antar variabel pada
tingkat sedang 0,473 dan nilai koefisien
determinasi sebesar 22,37% Jadi kontribusi
depresi terhadap hipertensi pada lansia
sebesar 22,37 %.
Saran

Bagi Lansia di Panti


1. Lansia diharapkan dapat berpartisipasi aktif
dalam kegiatan yang telah dijadwalkan oleh
panti. Hal ini untuk meminimalisir lansia
kekurangan dukungan sosial dan isolasi sosial.
2. Lansia yang mengalami depresi diharapkan
segera mencari pertolongan kepada petugas
kesehatan yang ada dipanti.
Bagi Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lansia
Kecamatan Selosari Kabupaten Magetan.
1. Instansi terkait yang menaungi Panti Sosial
sebaiknya melakukan peningkatan mutu bagi
kesehatan lansia terutama kesehatan jiwa.
2. Penambahan tenaga medis dipanti terutama
perawat, dokter, dan psikiater agar lansia yang
mengalami masalah psikiatri segera tertangani
dengan cepat.
3. Instansi terkait diharapkan dapat memberikan
edukasi tentang masalah kesehatan jiwa pada
lansia untuk meningkatkan pengetahuan lansia
akan bahaya depresi atau masalah psikologis
lainnya yang menyertai masa tua.
4. Instansi terkait diharapkan dapat membuat
jadwal kegiatan yang berubah-ubah setiap tiga
bulan sekali atau satu bulan sekali agar lansia
terhindar dari kebosanan jadwal aktivitas.
5. Pemberian aktivitas seperti membuat
ketrampilan diharapkan dapat membuat lansia
yang sekarang sudah berhenti bekerja agar
tetap produktif dan selain itu dapat
meningkatkan harga diri lansia.
6. Instansi terkait diharapkan dapat memberikan
suatu lingkungan yang kondusif yang sesuai
untuk lansia agar terhindar dari terjadinya
depresi pada lansia.
Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai
bahan kajian dan sumbangan pemikiran untuk
kegiatan penelitian selanjutnya.
Bagi Peneliti lainnya
Hasil penelitian ini belum sempurna karena
keterbatasan peneliti, diharapkan peneliti lain
mampu mengembangkan penelitian lain mengenai
hipertensi pada lansia dari segi faktor yang
penyebab
yang
berbeda
agar
dapat
mengembangkan penelitian seperti ini di masa
yang akan datang, seperti bagaimana dukungan
keluarga pada lansia yang mengalami depresi.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, N. 2007. Depresi: Aspek Neurobiology, Diagnosis,


dan Tata Laksana.Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
Ariani. 2009. Hubungan Harga Diri Dengan Depresi pada
Penderita
hipertensi.
Skripsi.
Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Arikunto, S.2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
Azizah, Lilik Marifatul, 2011. Keperawatan lanjut usia.
Edisi pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Corwin, Elizabeth J.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta :
EGC.
Damajanty, H.C. Pangemanan. 2012. Pengaruh Senam
Lansia Terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi di BPLU Senja Cerah Paniki Bawah
Jurnal e-Biomedik (Ebm).
Darmojo, Boedhi.2011.Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut).Edisi ke empat. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Depkes, RI.2013.INFODATIN.Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.Jakarta.
Depkes.(2013). Data Riskesdas tahun 2013, Jakarta
Elvira, S.D. & Hadisukanto, G (Editor). 2010. Buku Ajar
Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FK UI.
Friedman, MM, Bowden, V.R, & Jones, E.G. 2010.Buku
Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan
Praktik. alih bahasa, Akhir Yani S.Hamid dkk; Ed
5.Jakarta : EGC.
Hartini, Reni Sari. 2015. Pengaruh Depresi terhadap
Tingkat Depresi Pada Lansia. Pendidikan dokter,
fakultas kedokteran , Universitas Islam Bandung.
Hawari, Dadang.2011.Manajemen Stress Cemas dan
Depress.Edisi ke dua.Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Hidayat, Aziz Alimul.2012.Metode Penelitian Keperawatan
dan Teknik Analisis Data.Jakarta: Salemba Medika.
Holzel et al. 2011. Risk Factors for Cronic Depression- a
Systematic Review. Journal of affective disorders,
129, 1-13.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb, J.A.(2010).Sinopsis
Psikiatri :Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis.Jilid Satu.Editor : Dr. I. Made Wiguna
S.Jakarta : Bina Rupa Aksara.

KemenKes RI.(2013).Sistem Kesehatan Nasional.Jakarta :


Departemen Kesehatan.
Kurniawati. (2013). Kejadian dan Tingkat Depresi pada
Lanjut Usia: Studi Perbandingan di Panti
Werdha Pemerintah dan Panti Werdha
Swasta.
Skripsi
http://eprints.undip.ac.id/44194/3/VettyKurnia
wati_G2A009145_BAB2KTI.pdf.
Diakses
tanggal 5 Januari 2016.
Lumongga,
Namora.(2009).Depresi
Tinjauan
Psikologis.Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Maas, et all.2011.Asuhan Keperawatan Geriatrik.Jakarta :
EGC.
Mangoenprasodjo, A. 2005. Mengisi Hari Tua dengan
Bahagia. Yogyakarta : Pradipta Publishing.
Maria. H. 2008 Gambaran Skala Depresi pada Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha. Skripsi, Fakultas
Kedokteran. Jember.
Maryam.
R.
Siti.2011.Mengenal
Usia
Perawatannya.Jakarta : Salemba Medika.

Lanjut

Prodjosudjadi, 2012, Clinical Practice Guideline for the


Evaluation and Management of Chronic Kidney
Disease. Semarang, Badan Penerbit : Universitas
Diponegoro.
Purnama, Prihartono, 2013, Prevalensi Hipertensi dan
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi pada Lansia. Jakarta. Departemen
Epidemiologi. Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI.
Purnomo, Yeremia D., 2014. Tingkat Depresi Pasien
Diabetes Mellitus di Poli Endokrin Rumah Sakit
Saiful Anwar Malang. Tugas Akhir. Tidak
Diterbitkan. Universitas Brawijaya, Malang.
Rizky, Lukman, 2014, Gambaran Tingkat Depresi pada
Lansia. Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa
Barat.
Santoso H, Ismail A.2009.Memahami Krisis Lanjut
Usia.Jakarta: Gunung Mulia.
Saputri, 2010. Hubungan Stress dengan Hipertensi pada
Penduduk Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data
Riskesdas 2007), Tesis. Program Pascasarjana.
Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat ,
Universitas Indonesia.

Moa, L.D. 2009. Hubungan antara Tingkat Depresi dengan


Tingkat Kemampuan dalam Aktivitas Dasar Seharihari pada Lansia di PSTW Abiyoso Yogyakarta.
Skripsi. PSIK FK UGM .Yogyakarta.

Soep.(2009).Pengaruh Intervensi Psikoedukasi dalam


Mengatasi Depresi Postpartum di RSU Dr.
Pringandi Medan. Tesis (tidak diterbitkan).Sekolah
Pasca Sarjana. Universitas Sumatra Utara Medan.

Muttaqin, Arif.2009.Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Sistem Kardiovaskular.Jakarta :
Salemba Medika.

Sugiyono.(2011).Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D.Bandung: ALFABETA

Nazir, Moh. (2011). Metode Penelitian.Cetakan 6.Bogor :


Ghalia Indonesia.
Notoadmodjo.
Soekidjo.2012.Metodologi
Penelitian
Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Jakarta.
Nugroho, W. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan
Gerontik. Jakarta: EGC
Nursalam.2013.Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Pendekatan Praktis Edisi 3. Jakarta : Salemba
Medika.
Poerwati.2010.Perencanaan Menu untuk Penderita
Tekanan Darah Tinggi.Jakarta: PT Panebar
Swadaya.
Priyoto,2015.NIC (Nursing Intervention Classification)
Dalam Keperawatan Gerontik,. Jakarta : Salemba
Medika.

Syamsuddin.(2006).Psikologi Lanjut Usia.Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.
Syarniah. (2010). Pengaruh terapi kelompok reminiscence
terhadap depresi pada lansia dipanti sosial tresna
werdha budi sejahtera provinsi Kalimantan selatan.
Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Tidak dipublikasikan.
Udjianti.

Wajan
Juni.2010.Keperawatan
Kardiovaskular.Jakarta : Salemba Medika.

WHO dalam Soenarta Ann Arieska.(2013).Konsensus


Pengobatan Hipertensi.Jakarta: Perhimpunan
Hipertensi Indonesia (Perhi).
World Health Organization. Global recommendations on
physical activity for health. Geneva World Heal
Organ (Internet). 2010;60. Tersedia dari:
http://medcontent,metapress.com/index/A65RM03P
4874243N.pdf\nhttp://scholar.google.com/scholar?

hl=en&btnG=Search&q=intitle:Global+Recomendati
ons+on+physical+activity+for+health#0
Yusup.

L.(2010).Rahasia
Tetap
Muda
Lansia.Jakarta: Gramedia Pustaka.

Hingga

Telah disetujui oleh,


Pembimbing I

Cholik Harun R, M.Kes


NIS. 20050006

Anda mungkin juga menyukai