Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Pendidikan Dokter

ISSN: 2460-657X

Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Tingkat Kejadian BBLR di Wilayah
Kerja Puskesmas Plered, Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2014

Rangga S Pamungkas, 2Dadi S. Argadireja, 3R. Kince Sakinah


1,2,3
Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung,
Jl. Hariangbangga No.20 Bandung 40116
e-mail: 1 rangga_pamungkas14@yahoo.com
Abstrak. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan sebagai berat saat lahir kurang dari 2.500 gram.
Angka kejadian BBLR di Jawa Barat adalah 18.997 kejadian, sedangkan angka kejadian di Kabupaten
Purwakarta 0,015% dari total kejadian di Kabupaten Purwakarta. Kejadian BBLR berkaitan dengan
kematian perinatal dan neonatal. Faktor internal penyebab BBLR adalah usia ibu hamil dan paritas.
Penelitian ini menggunakan metode observasional anatik dengan rancangan penelitian yang di gunakan
adalah cross sectional yang akan menilai hubungan usia ibu, dan jumlah paritas dengan tingkat kejadian
BBLR di Puskesmas Plered tahun 2014. Jumlah sampel penelitian adalah 109 orang ibu yang melahirkan
dan memenuhi kriteria inklusi yang diambil dari data kohort ibu dan anak di Puskesmas Plered.
Didapatkan data BBLR dari paritas primipara sebanyak 14 orang (56%) dari 25 orang ibu, Angka
kejadian BBLR pada multipara sebanyak 8 orang (10,1%) dari 79 orang. Sedangkan kejadian BBLR pada
grandepara sebanyak 1 orang (20%) dari 5 orang. Angka kejadian BBLR pada usia berisiko (<20)
sebanyak 11 orang (84,6%) dari 13 orang. Angka kejadian BBLR pada usia tidak berisiko (20-35)
sebanyak 8 orang (9,1%) dari 88 orang. Angka kejadian BBLR pada usia berisiko (>35) sebanyak 4 orang
(50%) dari 8 orang. Simpulan dari penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu,
paritas dengan kelahiran anak dengan BBLR
Kata Kunci : BBLR, Paritas, Puskesmas Plered, Usia

A. Pendahuluan
Latar Belakang
Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health Organization
(WHO) sebagai berat saat lahir kurang dari 2500 gram.1 Berdasarkan data dari WHO
dan United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun 2004, lebih dari 20 juta bayi di
seluruh dunia 15,5% tiap tahunnya dilahirkan BBLR dan 95,6% diantaranya lahir di
negara berkembang. Kejadian BBLR di negara berkembang adalah 16,5% atau dua kali
lebih besar dibandingkan dengan di negara maju 7%.1Berdasar data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013 rata-rata kejadian BBLR nasional 10,2% dan Jawa barat
kejadian BBLR-nya di atas rata-rata nasional yaitu 10,8%.2 Berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (BPS) yang bersumber dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
tahun 2012 menyebutkan bahwa jumlah BBLR di Jawa Barat adalah 18.997 kejadian,
dengan angka kejadian di Kabupaten Purwakarta 0,015%.3
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR bisa berasal dari faktor ibu
dan atau dari faktor janin. Faktor ibu yang berperan adalah usia ibu, berat badan ibu
sebelum hamil, kenaikan berat badan ibu selama hamil, riwayat paritas, penyakit kronis
pada ibu, sosio ekonomi yang rendah, kehamilan multipel, ras, aktifitas ibu, dan
merokok. Faktor janin yang berperan adalah jenis kelamin.1 Menurut data Laporan
Program Kesehatan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 20102012, jumlah kematian
neonatus yang dilaporkan di Jawa Barat mencapai angka 3.624 dan kematian bayi
mencapai 4.650.4
Kejadian BBLR tidak dapat dibiarkan karena berkaitan dengan kematian
perinatal dan neonatal. Menurut Departemen Kesehatan tahun 2004 bahwa sekitar 57%

989

990 |

Rangga S Pamungkas, et al.

kematian bayi tersebut terjadi pada bayi kurang dari satu bulan dan utamanya
disebabkan oleh gangguan selama perinatal dan BBLR. Bayi dengan berat lahir rendah
cenderung untuk mengalami perkembangan kognitif yang lambat, kelemahan saraf dan
mempunyai performance yang buruk pada proses pendidikannya. Berat bayi lahir
rendah mempunyai dampak yang kompleks sampai usia dewasa, antara lain
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, diabetes, gangguan metabolik dan
kekebalan tubuh serta ketahanan fisik yang hasilnya adalah beban ekonomi individu dan
masyarakat. Setiap tahun di Indonesia diperkirakan akan lahir 350.000 bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram, maka akan ada 350.000 calon penderita penyakit
degeneratif setiap tahunnya.5
Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat hubungan usia ibu dengan tingkat kejadian BBLR di wilayah
kerja Puskesmas Plered, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta tahun 2014
?
2. Apakah terdapat hubungan paritas dengan tingkat kejadian BBLR di wilayah
kerja Puskesmas Plered, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta tahun 2014
?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan usia ibu dengan tingkat kejadian BBLR di
wilayah kerja Puskesmas Plered, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta
tahun 2014.
2. Untuk mengetahui hubungan paritas dengan tingkat kejadian BBLR di wilayah
kerja Puskesmas Plered, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta tahun 2014.
B.

Kajian Pustaka
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Titik Hidayati menunjukkan bahwa secara
multivariat ada hubungan yang signifikan antara usia, paritas, tinggi badan, jarak
kelahiran, terutama Kekurangan Energi Kronis (KEK), status anemia dan frekuensi
kunjungan pemeriksaan kehamilan dengan kejadian BBLR.
C.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasional anatik dengan rancangan
penelitian yang di gunakan adalah cross sectional yang akan menilai hubungan usia ibu,
dan jumlah paritas dengan tingkat kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Plered,
Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta dari 1 Januari sampai 31 Desember 2014.
Jumlah sampel ditentukan dengan rumus statistik yaitu Uji Hipotesis Beda
Proporsi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling pada
Puskesmas yang dituju, kemudian sampel dipilih yang memenuhi kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi sampai memenuhi jumlah sampel yang telah ditentukan.
Kriteria inklusi yang digunakan pada penelitian ini adalah Ibu yang melahirkan
anak dengan BBLR di Kecamatan Plered pada tahun 2014. Kriteria eksklusi yang
digunakan pada penelitian ini adalah Ibu yang melahirkan bayi normal dan bayi over
weight di Kecamatan Plered pada tahun 2014 dan ibu yang data cohort nya tidak
lengkap/tidak sesuai dengan data yang di butuhkan peneliti. Penelitian ini dilakukan

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

Hubungan Usia Ibu Dan Paritas Dengan Tingkat Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas... | 991

denganpengambilan bahan data tersimpan yaitu kohort ibu dan anak selama tahun 2014
yang terdapat di puskesmas.
D.

Hasil Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional
untuk mengetahui hubungan usia ibu dan paritas dengan tingkat kejadian BBLR. Data
yang diambil adalah data sekunder dari kohort ibu dan anak periode bulan Januari
sampai Desember tahun 2014 yang telah dilakukan di Puskesmas Plered Kecamatan
Plered Kabupaten Purwakarta. Subjek penelitian adalah semua bayi yang lahir periode
Januari sampai Desember tahun 2014 yaitu sebanyak 109 anak yang telah memenuhi
kriteria inklusi. Analisis data dalam penelitian disajikan dalam bentuk analisis univariat
dan analisis bivariat.
Tabel 4. Hubungan Antara Usia Ibu dengan BBLR Di Puskesmas Plered Tahun
2014
Kelompok
Usia
Usia berisiko
(<20)
Usia tidak
berisiko (2035)
Usia Berisiko
(>35)
Jumlah

BBLR
Non BBLR
jumlah
jumlah persen jumlah persen

persen

11

84,6

15,4

13

100

9,1

80

90,9

88

100

50

50

100

23

21,1

86

78,9

109

100

Nilai p

0,00

Tabel 5. Hubungan Antara Jumlah Paritas dengan BBLR Di Puskesmas Plered


Tahun 2014
Paritas
primipara
multipara
grandepara
Jumlah

BBLR
Non BBLR
jumlah
jumlah persen jumlah persen
14
56
11
44
25
8
10,1
71
89,9
79
1
20
4
80
5
23
21,1
86
78,9
109

persen

Nilai p

22,9
72,5
4,6
100

0,00

Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

992 |

Rangga S Pamungkas, et al.

E.

Pembahasan
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada usia ibu yang termasuk ke dalam
kategori usia tidak berisiko (25-35) merupakan kelompok yang melahirkan anak yang
tidak BBLR sebanyak 80 orang (90,9%) dari total 88 orang. Sedangkan pada usia yang
berisiko (<20) sebanyak 13 orang, Ibu dengan usia berisiko (<20) sebanyak 13 orang
melahirkan anak dengan BBLR sebanyak 11 orang (84,6%) dan yang non BBLR
sebanyak 2 orang (15,4%). Usia berisiko (>35) sebanyak 8 orang, melahirkan anak
dengan BBLR sebanyak 4 orang (50%) dan non BBLR sebanyak 4 orang (50%).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Titik Hidayati menunjukkan bahwa secara
multivariat terdapat hubungan yang signifikan antara umur, paritas, tinggi badan, jarak
kelahiran, terutama kekurangan energi kronis (KEK), status anemia dan frekuensi
kunjungan pemeriksaan kehamilan dengan kejadian BBLR. Kehamilan dibawah umur
20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi. Pada umur yang masih muda,
perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu
emosi dan kejiwaannya belum cukup matang sehingga pada saat kehamilan ibu tersebut
belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan sering terjadi komplikasi.
Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka anak yang dilahirkan akan semakin
ringan. Kehamilan diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan, mengingat mulai usia ini
sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor jinak peranakan, atau penyakit
degeneratif pada persendian tulang belakang dan panggul. Dalam proses persalinan
sendiri, kehamilan di usia lebih ini akan menghadapi kesulitan akibat lemahnya
kontraksi rahim serta sering timbul kelainan pada tulang panggul tengah.7
Hasil dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa banyaknya paritas
seseorang sangat berpengaruh dengan kelahiran anak dengan BBLR terbukti pada
kelompok primipara merupakan kelompok paling banyak melahirkan anak dengan
BBLR sebanyak 14 orang (56%) dari total 20 orang yang lahir dengan BBLR,
sedangkan kelompok ibu yang termasuk kedalam multipara merupakan kelompok
paling banyak melahirkan anak tidak BBLR.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Titik Hidayati menunjukkan bahwa secara
multivariat terdapat hubungan yang signifikan antara umur, paritas, tinggi badan, jarak
kelahiran, terutama kekurangan energi kronis (KEK), status anemia dan frekuensi
kunjungan pemeriksaan kehamilan dengan kejadian BBLR. Hasil penelitiannya
menunjukkan terdapat hubungan antara karakteristik ibu hamil berdasarkan umur 35
tahun, paritas 1 dan 5, jarak kehamilan > 2 tahun dan ante natal care (ANC) < 4 kali
dengan kejadian BBLR.6
F.

Kesimpulan dan Saran


Terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu, paritas dengan kelahiran anak
dengan BBLR. Terutama terjadi pada ibu hamil dengan usia kurang dari dua puluh
tahun dan pada wanita paritas awal atau primipara.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan usia ibu dan
paritas dengan kejadian BBLR dengan variabel yang lebih banyak dengan metode yang
lain seperti kasus control.
Usia ibu terutama paritas primipara memiliki hubungan yang signifikan terhadap
kejadian BBLR, oleh karena itu seorang wanita harus bisa merencanakan terlebih
dahulu pada usia berapa akan akan hamil. Hal tersebut bertujuan untuk menurunkan
angka kejadian BBLR.

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

Hubungan Usia Ibu Dan Paritas Dengan Tingkat Kejadian BBLR Di Wilayah Kerja Puskesmas... | 993

Daftar Pustaka
UNICEF. 2004. Low birth weight country, regional and global estimates. Switzerland
Pramono MS. 2013. Pola kejadian bayi berat lahir rendah di indonesia dan faktor yang
mempengaruhinya. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Badan Pusat Statistik. Jawa Barat dalam angka. Jawa barat penyumbang terbesar angka
kematian bayi di Indonesia. 2013
Pramono MS, Putro G. 2009. Risiko terjadinya berat bayi lahir rendah menurut
determinan sosial, ekonomi dan demografi di Indonesia. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan
Hidayati T. 2014. Risiko bayi berat lahir rendah pada ibu hamil kurang energi kronis di
Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Universitas Gajah Mada
Manuaba IAC, Manuaba IBGF, Manuaba IBG. 2010. Ilmu kebidanan, penyakit
kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta : EGC
Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. 2007. Prematurity and
intrauterine growth retardation. Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia:
Saunders Elsevier
Djaja S, Soemantri S. 2001. Penyebab kematian bayi baru lahir (neonatal) dan sistem
pelayanan kesehatan yang berkaitan di Indonesia survei kesehatan rumah tangga
(SKRT) 2001. Buletin Penelitian Kesehatan
Prawirohardjo S.2010. Masalah janin dan bayi baru lahir. ilmu kebidanan. Jakarta : PT.
Bina Pustaka Sarwon Prawirohardjo
Thureen P, Hay W. 2006. Neonatal nutrition and metabolisme. United state of America:
Cambridge
Mutianingsih R. 2014. Hubungan antara bayi berat lahir rendah dengan kejadian ikterus,
hipoglikemi dan infeksi neonatorum di RSUP NTB tahun 2012. Universitas
Brawijaya Malang

Sumber Lain :
Laporan keterangan pertanggung
penyelenggaraan
urusan
http://purwakartakab.go.id

jawaban bupati
pemerintahan

Purwakarta
daerah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir, 2013,


Kesehatan, http://www.rshappyland.com , Juni 2013

tahun 2012,
Purwakarta,

Suparyanto,

Artikel

Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015

994 |

Rangga S Pamungkas, et al.

Hubungan umur dan paritas ibu dengan berat bayi lahirdi Rumah Bersalin Citra Insani
Semarangtahun, 2012, Endriana SD, Indrawati ND, Rahmawati A,
http://jurnal.unimus.ac.id
UNSOED, Bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Artikel Kesehatan, http://kesmasunsoed.com
Palimbo A, Rusiva E. 2011. Hubungan paritas dengan kejadian ruptur perineum di VK
bersalin RSUD. http://kopertis11.net

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

Anda mungkin juga menyukai