Anda di halaman 1dari 173
poe © Bunce Ranpas Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa - Prof. Achir Yani S. Hamid, MN, DNSc EGC 1632 BUNGA RAMPAIASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Oleh: Prof. Achir Yani S. Hamid, MN, DNSc Editor: Monica Ester & Onny Anastasia Tampubolon Copy editor: Sri Kartini Karolina Pardede Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Buku Kedokteran EGC © 2008 Penerbit Buku Kedokteran EGC P.O. Box 4276/Jakarta 10042 Telepon: 6530 6283 Anggota IKAPI Desain kulit muka: Yohanes Duta Kurnia Utama Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Cetakan I: 2009 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Achir Yani S. Hamid Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa / Achir Yani S. Hamid ; editor, Monica Ester, Onny Anastasia Tampubolon — Jakarta : EGC, 2008. vii, 201 him. ; 14x 21 em. ISBN 978-979-448-95 1-2 1. Perawat dan perawatan. I. Judul. II. Monica Ester. Ill. Onny Anastasia Tampubolon. 610.73 {si di luar tanggung jawab percetakan ASPEK SPIRITUAL DALAM KEPERAWATAN Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosiokultural dan spiritual yang berespons secara holistik dan unik terhadap perubahan kesehatan atau pada keadaan krisis. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari interaksi perawat dengan Klien. Perawat berupaya untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual Klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama. Dalam buku ajar ini dijelaskan pengertian tentang spiritualitas, keyakinan, dan agama; karakteristik spiritualitas; perkembangan spiritual; keterkaitan antara spiritualitas, kesehatan dan sakit; faktor- faktor yang memengaruhi spiritualitas; manifestasi_perubahan fungsi spiritual, perawat sebagai contoh peran; proses keperawatan dan contoh kasus. Spiritualitas, keyakinan, dan agama merupakan hal yang terpisah, walaupun sering kali diartikan sama. Pemahaman tentang, perbedaan antara tiga istilah yang akan sering dibahas dalam buku ajar ini, sangat penting bagi perawat untuk menghindarkan salah 1 pengertian yang akan memengaruhi pendekatan yang digunakan perawat. : SPIRITUALITAS ATAU KEYAKINAN SPIRITUAL Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Menurut Burkhardt (1993), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut. : 1. Berhubungandengansesuatu yang tidak diketahui atau ketidak- pastian dalam kehidupan. Menemukan arti dan tujuan hidup. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri. 4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi. . Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik, atau kematian. Kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia (Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995; Murray & Zentner, 1993). Mickley et al (1992) menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa. Selanjutnya, Stoll (1989) menguraikan bahwa spiritualitas sebagai konsep dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan 2 Bunga Rampai seseorang. Dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus-menerus antara dua dimensi tersebut. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan - (Carson, 1989). Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan spiritual meru- pakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, dan kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan maaf. Kepercayaan (faith). Mempunyai kepercayaan atau keyakinan berarti memercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Secara umum, agama atau keyakinan spiritual merupakan upaya seseorang untuk memahami tempat seseorang di dalam kehidupan, yaitu bagaimana seseorang melihat dirinya dalam hubungannya dengan lingkungan secara menyeluruh. Agama merupakan suatu sistem ibadah yang terorganisasi atau teratur. Agama mempunyai keyakinan sentral, ritual, dan praktik yang, biasanya berhubungan dengan kematian, perkawinan, dan keselamatan/penyelamatan (salvation). Agama mempunyai aturan- aturan tertentu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari yang memberi kepuasan bagi yang menjalankannya. Perkembangan keagamaan individu merujuk pada penerimaan keyakinan, nilai, aturan, dan ritual tertentu. KARAKTERISTIK SPIRITUALITAS Dalam upaya memudahkan pemberian asuhan keperawatan dengan memerhatikan kebutuhan spiritual penerima pelayanan keperawatan, perawat mutlak perlu memiliki kemampuan meng- Aspek Spiritual dalam Keperawatan 3 identifikasi atau mengenal karakteristik spiritualitas yang disajikan sebagai berikut. ds Hubungan dengan diri sendiri. Kekuatan dalam atau/dan self- reliance: a. pengetahuan diri (Siapa dirinya, apa yang dapat dilakukan- nya); b.. sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/ masa depan, ketenangan pikiran, harmoni/ keselarasan dengan diri sendiri). Hubungan dengan alam harmonis: a. mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, dan iklim; b. berkomunikasi dengan alam (bertanam dan berjalan kaki), mengabadikan, dan melindungi alam. Hubungan dengan orang lain harmonis/suportif: a. berbagi waktu, pengetahuan, dan sumber secara timbal balik; b. mengasuh anak, orang tua, dan orang sakit; ¢. _meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat, dan lain-lain). Bila tidak harmonis akan terjadi: * a. konflik dengan orang lain; b. resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi. Hubungan dengan ketuhanan. Agamis atau tidak agamis: a. sembahyang/berdoa/meditasi; b. _perlengkapan keagamaan; c. bersatu dengan alam. Secara ringkas, dapat dinyatakan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya jika mampu: 4 Bunga Rampai 1, _merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keber- adaannya di dunia/kehidupan; 2. mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan; 3. menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, Tasa percaya, dan cinta; 4, membina integritas personal dan merasa diri berharga; 5. merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan; 6. mengembangkan hubungan antar-manusia yang positif. PERKEMBANGAN SPIRITUAL Bayi dan Todler (0-2 Tahun) Tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya kepada yang mengasuh yang sejalan dengan perkembangan rasa aman dan dalam hubungan interpersonal, karena sejak awal kehidupan manusia mengenal dunia melalui hubungannya dengan lingkungan, khususnya orang tua. Bayi dan todler belum memiliki rasa salah dan benar, serta keyakinan spiritual. Mereka mulai meniru kegiatan ritual tanpa mengerti arti kegiatan tersebut serta ikut ke tempat ibadah yang memengaruhi citra diri mereka. Prasekolah Sikap orang tua tentang kode moral dan agama mengajarkan kepada anak tentang apa yang dianggap baik dan buruk. Anak prasekolah meniru apa yang mereka lihat bukan yang dikatakan orang lain. Permasalahan akan timbul apabila tidak ada kesesuaian atau bertolak belakang antara apa yang dilihat dan yang dikatakan kepada mereka. Anak prasekolah sering bertanya tentang morali- tas dan agama, seperti perkataan atau tindakan tertentu dianggap Aspek Spiritual dalam Keperawatan’ 5 salah. Juga bertanya “apa itu surga?” Mereka meyakini bahwa orang tua mereka seperti Tuhan. Menurut Kozier, Erb, Blais, dan Wilkinson (1995), pada usia ini metode pendidikan spiritual yang paling efektif adalah memberi indoktrinasi dan memberi kesempatan kepada mereka untuk memilih caranya. Agama merupakan bagian dari kehidupan sehari- hari. Mereka percaya bahwa Tuhan yang membuat hujan dan angin; hujan dianggap sebagai air mata Tuhan. Usia Sekolah Anak usia sekolah mengharapkan Tuhan menjawab doanya, yang salah akan dihukum dan yang baik akan diberi hadiah. Pada masa prapubertas, anak sering mengalami kekecewaan karena mereka mulai menyadari bahwa doanya tidak selalu dijawab menggunakan cara mereka dan mulai mencari alasan tanpa mau menerima keyakinan begitu saja. Pada usia ini, anak mulai mengambil keputusan akan melepaskan atau meneruskan agama yang dianutnya karena ketergantungannya kepada orang tua. Pada masa remaja, mereka membandingkan standar orang tua mereka dengan orang tua lain dan menetapkan standar apa yang akan diintegrasikan dalam perilakunya. Remaja juga membandingkan pandangan ilmiah dengan pandangan agama serta mencoba untuk menyatukannya. Pada masa ini, remaja yang mempunyai orang tua berbeda agama, akan memutuskan pilihan agama yang akan dianutnya atau tidak memilih satupun dari kedua agama orang tuanya. Dewasa Kelompok usia dewasa muda yang dihadapkan pada pertanyaan bersifat keagamaan dari anaknya akan menyadari apa yang, pernah 6 Bunga Rampai diajarkan kepadanya pada masa kanak-kanak dahulu, lebih dapat diterima pada masa dewasa daripada waktu remaja dan masukan dari orang tua tersebut dipakai untuk mendidik anaknya- Usia Pertengahan Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga, serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan. FAKTOR YANG MEMENGARUHI SPIRITUALITAS Menurut Taylor, Lillis & Le Mone (1997), dan Craven & Himle (1996), faktor penting yang dapat memengaruhi spiritualitas seseorang adalah pertimbangan tahap perkembangan, keluarga, latar belakang etnik dan budaya, pengalaman hidup sebelumnya, krisis, terpisah dari ikatan spiritual, isu moral terkait dengan terapi, serta asuhan keperawatan yang kurang tepat. Untuk lebih jelas, faktor-faktor penting tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Tahap perkembangan. Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat agama yang berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak. Tema utama yang diuraikan oleh semua anak tentang Tuhan, mencakup hal-hal berikut ini. Aspek Spiritual dalam Keperawatan 7 a. Gambaran tentang Tuhan yang bekerja melalui kede- katan dengan manusia dan saling keterikatan dengan kehidupan. b. Memercayai bahwa Tuhan terlibat dalam perubahan dan pertumbuhan diri serta transformasi yang membuat dunia tetap segar, penuh kehidupan, dan berarti. c. Meyakini Tuhan mempunyai kekuatan dan selanjutnya merasa takut menghadapi kekuasaan Tuhan. d. Gambaran cahaya/sinar. Keluarga. Peran orang tua sangat menentukan perkembangan spiritualitas anak. Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, dan diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam memersepsikan kehidupan di dunia, pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan saudaranya. Latar belakang etnik dan budaya. Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya, seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Perlu diperhatikan apa pun tradisi agama atau sistem keperca- yaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual adalah hal unik bagi tiap individu. Pengalaman hidup sebelumnya. Pengalaman hidup, baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat memengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya, juga dipengaruhi oleh Bunga Rampai bagaimanaseseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut. Sebagai contoh, jika dua orang wanita yang percaya bahwa Tuhan mencintai umatnya, kehilangan anak mereka karena kecelakaan. Salah satu dari mereka akan bereaksi dengan mempertanyakan keberadaan Tuhan dan tidak mau sembahyang lagi. Sebaliknya, wanita yang satu terus berdoa dan meminta Tuhan membantunya untuk mengerti dan menerima kehilangan anaknya. Begitu pula pengalaman hidup yang menyenangkan sekalipun, seperti pernikahan, pelantikan kelulusan, kenaikan pangkat atau jabatan dapat menimbulkan perasaan bersyukur kepada Tuhan, tetapi ada juga yang merasa tidak perlu mensyukurinya. Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji kekuatan imannya. Pada saat ini, kebutuhan spiritual akan meningkat yang memerlukan kedalaman ‘spiritual dan ke- mampuan koping untuk memenuhinya. Krisis dan perubahan. Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang (Toth, 1992) dan Craven & Hirnle (1996). Krisis sering dialami ketika seseorang mengha- dapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian, khususnya pada klien dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual selain juga pengalaman yang bersifat fisik dan emosional. Krisis dapat berhubungan dengan perubahan patofisiologi, terapi/pengobatan yang diperlukan, atau situasi yang meme- ngaruhi seseorang. Diagnosis penyakit atau penyakit terminal pada umumnya akan menimbulkan pertanyaan tentang sistem Aspek Spiritual dalam Keperawatan 9 kepercayaan seseorang. Jika klien dihadapkan pada kematian, keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang/berdoa lebih tinggi dibandingkan pasien yang berpenyakit bukan terminal. Sebagai catatan, pada bagian akhir bab ini dibahas aspek asuhan keperawatan pada kasus pasien kanker pada fase terminal. 6. Terpisah dari ikatan spiritual. Menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Klien yang dirawat merasa terisolasi dalam ruangan yang asing baginya dan merasa tidak aman. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain, tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang biasa memberi dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan spiritual dapat berisiko terjadinya perubahan fungsi spiritualnya. 7. Isu moral terkait dengan terapi. Pada kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan kebesarannya walaupun ada juga yang menolak intervensi pengobatan. Prosedur medik sering kali dapat dipengaruhi oleh pengajaran agama, misalnya sirkumsisi, transplantasi organ, pencegahan kehamilan, dan sterilisasi. Konflik antara jenis terapi dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga kesehatan. 8. Asuhan keperawatan yang kurang sesuai. Ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberi asuhan spiritual. Alasan tersebut, antara lain 10 = Bunga Rampai karena perawat merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang menganggap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab pemuka agama. Lima isu nilai yang mungkin timbul antara perawat dan klien adalah sebagai berikut. a.° Pluralisme: perawat dan klien menganut kepercayaan dan iman dengan spektrum yang luas. b. Fear: berhubungan dengan ketidakmampuan mengatasi situasi, melanggar privasi klien, atau merasa tidak pasti dengan sistem kepercayaan dan nilai diri sendiri. c. Kesadaran tentang pertanyaan spiritual: apa yang memberi arti dalam kehidupan, tujuan, harapan, dan merasakan cinta dalam kehidupan pribadi perawat. d. Bingung: bingung terjadi karena adanya perbedaan antara agama dan konsep spiritual. SPIRITUALITAS, KESEHATAN, DAN SAKIT Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat memengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku selfcare klien. Beberapa pengaruh dari keyakinan spiritual yang perlu dipahami adalah sebagai berikut. 1. Menuntun kebiasaan hidup sehari-hari. Praktik tertentu pada umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan mungkin mempunyai makna keagamaan bagi klien. Sebagai contoh, ada agama yang menetapkan makanan diet yang boleh dan tidakbolehdimakan. Begitu pulametode keluargaberencana Aspek Spiritual dalam Keperawatan 11 12 ada agama yang melarang cara tertentu untuk mencegah kehamilan, termasuk terapi medik atau pengobatan. Sumber dukungan. Pada saat mengalami stres, individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum pasti. Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci, dan praktik keagamaan lainnya sering membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh. Sumber kekuatan dan penyembuhan. Nilai dari keyakinan agama tidak dapat dengan mudah dievaluasi (Taylor, Lillis, & Le Mone, 1997). Walaupun demikian, pengaruh keyakinan tersebut dapat diamati oleh tenaga kesehatan dengan menge- tahui bahwa individu cenderung dapat menahan distres fisik yang luar biasa karena mempunyai keyakinan yang kuat. Keluarga klien akan mengikuti semua proses penyembuhan yang memerlukan upaya luar biasa karena keyakinan bahwa semua upaya tersebut akan berhasil. Sumber konflik. Pada situasi tertentu dapat terjadi konflik antara keyakinan agama dengan praktik kesehatan. Misalnya, ada orang yang memandang penyakit sebagai suatu bentuk hukuman karena pernah berdosa. Ada agama tertentu yang menganggap manusia sebagai makhluk yang tidak berdaya dalam mengendalikan lingkungannya sehingga penyakit diterima sebagai takdir, bukan sebagai sesuatu yang harus disembuhkan. Bunga Rampai PERUBAHAN FUNGSI SPIRITUAL Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien seharusnya diwaspadai oleh perawat, karena mungkin saja klien sedang mengalami masalah spiritual. Pada Tabel 1-1 dapat dilihat kategorisasi ekspresi kebutuhan spiritual yang adaptif dan maladaptif yang dapat membantu perawat dalam mengkaji potensial distres spiritual yang dimanifestasikan oleh klien atau yang mungkin juga dialami oleh keluarga klien. i Verbalisasi distres. Individu yang mengalami gangguan fungsi spiritual biasanya memverbalisasikan distres yang dialaminya atau mengekspresikan kebutuhan untuk mendapatkan bantu- an. Misalnya, seorang istri mengatakan, “Saya merasa bersalah karena saya seharusnya mengetahui lebih awal bahwa suami saya mengalami serangan jantung.” Biasanya klien meminta perawat untuk berdoa bagi kesembuhannya atau memberi tahu pemuka agama untuk mengunjunginya. Perawat juga perlu peka terhadap keluhan klien tentang kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti hidup. Kepekaan perawat sangat penting dalam menarik kesimpulan dari verbalisasi klien tentang distres yang dialami klien. Perubahan perilaku. Perubahan perilaku juga dapat merupakan manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distres spiritual. Ada yang bereaksi dengan perilaku mengintrospeksi diri dan mencari alasan terjadinya suatu situasi dan berupaya mencari fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut, tetapi ada yang bereaksi secara emosional dan mencari informasi serta dukungan dari keluarga atau teman. Aspek Spiritual dalam Keperawatan 13 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. Tanda Pola atau Perilaku Adaptif al yang Adaptif dan Maladapt Tanda Pola atau Perilaku Maladaptif Rasa percaya Kemauan memberi maaf Mencintai dan keterikatan Rasa percaya terhadap diri sendiri dan kesabaran. Menerima bahwa yang lain akan mampyu memenuhi kebutuhan. Rasa percaya terhadap kehidupan walaupun terasa berat. Keterbukaan terhadap Tuhan. Menerima diri sendiri dan orang lain dapat berbuat salah. Tidak mendakwa atau berprasangka buruk. Memandang penyakit sebagai sesuatu yang nyata. Memaafkan diri sendi ‘Memberi maaf orang lain. Menerima pengampunan Tuhan. Pandangan yang realistik terhadap masa lalu. Mengekspresikan perasaan dicintai oleh orang lain atau oleh Tuhan. Mampu menerima bantuan. Menerima diri sendiri. Merasa tidak nyaman dengan kesadaran diri. Mudab tertipu. Ketidakmampuan untuk terbuka terhadap orang lain. Merasa bahwa hanya orang tertentu dan tempat tertentu yang aman. ‘Mengharapkan orang tidak berbuat baik dan tidak tergantung. Ingin kebutuhan dipenuhi segera, tidak dapat menunggu. Tidak terbuka kepada Tuhan. Takut terhadap maksud Tuhan. Merasakan penyakit sebagai suatu hukuman. ‘Merasa Tuhan sebagai Penghukum. Merasa bawa maaf hanya diberikan berdasarkan perilaku. Tidak mampu menerima diri ‘sendiri. Menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain. Takut untuk bergantung pada ‘orang lain. Menolak bekerja sama dengan tenaga kesehatan. ‘Cemas berpisah dengan keluarga. (berlanjut) Aspek Spiritual dalam Keperawatan 15 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. Perilaku self-care: Gali nilai dan keyakinan pribadi dan orang lain. Gali praktik yang dapat mendukung secara spiritual. Hargai sistem kepercayaan orang lain. * PP Praktikkan hubungan yang dilandasi perasaan cinta terhadap diri sendiri dan orang lain. 5. Cari bantuan spiritual untuk mengatasi masalah stres, krisis, dan kehilangan. PROSES KEPERAWATAN Sebagaimana yang telah dipelajari sebelumnya, proses keperawatan sebagai suatu metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah kepe- rawatan dalam pemberian asuhan keperawatan, dilakukan secara sistematis diawali dengan pengkajian data, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting, yaitu sebaiknya dilakukan setelah pengkajian aspek psikososial klien. Selanjutnya, jika klien menanyakan tentang aspek psikososial ini, perawat langsung dapat menjelaskan bahwa keyakinan spiritual seseorang juga merupakan bagian penting untuk memelihara kese- hatan. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan data objektif. Dalam buku ajar ini akan digunakan proses keperawatan menurut Craven & Hirnle (1996), dilengkapi dengan tulisan Kozier, Blais & Wilkinson (1995), serta Taylor, Lillis, dan Le Mone (1997). Pada dasarnya, informasi awal yang perlu digali secara umum adalah sebagai berikut. Aspek Spiritual dalam Keperawatan 19 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. e. Lingkungan . 1) Apakah klien membawa kitab suci atau perlengkapan sembahyang lainnya? 2) Apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan? Pada umumnya karakteristik klien yang berpotensi mengalami distres spiritual adalah sebagai berikut. 1. 2: 3% 7. 8. 9 10. 11. 12, 13. 14. Klien yang tampak kesepian dan sedikit pengunjung. Klien yang mengekspresikan rasa takut dan cemas. Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem keper- cayaan/ agama. : Klien yang mengekspresikan rasa takut terhadap kematian. Klien yang akan dioperasi. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan agama. Mengubah gaya hidup. Preokupasi tentang hubungan agama dan kesehatan. Tidak dapat dikunjungi oleh pemuka agama. Tidak mampu atau menolak melakukan ritual spiritual. Memverbalisasikan bahwa penyakit yang dideritanya meru- pakan hukuman dari Tuhan. Mengekspresikan kemarahannya terhadap Tuhan. Mempertanyakan rencana terapi karena bertentangan dengan keyakinan agama. Sedang menghadapi sakratulmaut (dying). Untuk lebih lengkap, dapat dilihat panduan pengkajian terfokus pada Tabel 1-3. Setelah data subjektif dan objektif dianalisis, selanjutnya perawat menetapkan diagnosis keperawatan. Beberapa diagnosis yang terkait dengan masalah/kebutuhan spiritual akan diuraikan pada subtopik diagnosis keperawatan berikut ini. Aspek Spiritual dalam Keperawatan 23 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. 3. mengembangkan praktik spiritual yang memupuk komunikasi dengan diri sendiri, dengan Tuhan, dan dengan dunia luar; 4. mengekspresikan kepuasan dengan keharmonisan antara keyakinan spiritual dengan kehidupan sehari-hari. Hasil yang diperkirakan pada Klien dengan distres spiritual harus bersifat individual dan meliputi kriteria, klien akan: 1. _menggali akar keyakinan dan praktik spiritual; 2. mengidentifikasi faktor dalam kehidupan yang menantang keyakinan spiritual; 3. menggali alternatif: mengingkari, memodifikasi, atau menguat- kan keyakinan (mengembangkan keyakinan baru); 4, mengidentifikasi dukungan spiritual (membaca kitab suci, kelompok pengajian, dsb.); 5. melaporkan atau mendemonstrasikan berkurangnya distres spiritual setelah keberhasilan intervensi. Pada dasarnya, perencanaan pada klien dengan distres spiritual dirancang untuk memenuhi kebutuhan spiritual klien dengan: 1. membantu klien memenuhi kewajiban agamanya; 2. membantu klien menggunakan sumber dari dalam dirinya dengan cara lebih efektif untuk mengatasi situasi yang sedang dialaminya; 3. membantu klien mempertahankan atau membina hubungan personal yang dinamik dengan Maha Pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang kurang menyenangkan; 4. membantu klien mencari arti keberadaannya dan situasi yang sedang dihadapinya; 5. _meningkatkan perasaan penuh harapan; 6. _memberi sumber spiritual atau cara lain yang relevan. Aspek Spiritual dalam Keperawatan 27 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. dengan klien yang dirawat, perawat diharapkan bersedia menjadi pendengar aktif, memberi dukungan, dan membantu memvalidasi perasaan dan pengalaman klien yang selanjutnya akan memfasilitasi penggalian pengalaman arti kehidupan dan kematian bagi klien. Pada saat bersamaan, perawat juga perlu tetap menjalin hubungan dengan keluarga klien karena hu- bungan ini juga akan memberi arti tertentu dalam kehidupan klien. Selama masa usia tengah baya, klien lebih peduli pada pandangan yang lebih luas dan lebih peduli pada perbedaan pandangan yang memungkinkan mereka lebih terbuka pada perbedaan spiritualitas. Dalam hal ini, perawat membantu klien untuk lebih membuka diri dan bukan membuat klien merasa terancam karena terdapat perbedaan pandangan tersebut. Pada klien lanjut usia, perawat perlu mendengarkan dan memberi dukungan kepada klien yang sedang menghadapi situasi sehat-sakit dengan meninjau kembali pengalaman masa lalu lansia. Perawat memberi kesempatan kepada lansia untuk menggali pengalaman masa lalunya dan memahami pengalaman lansia tersebut. Apabila karena proses penuaan yang dialami lansia, tidak memungkinkan mereka untuk berhubungan atau berperan serta dalam kegiatan keagamaan, perawat perlu memfasilitasi hubungan klien lansia dengan individu atau kelompok yang ada di masyarakat. Kelangsungan hubungan lansia dengan lingkungan masyarakat memberi arti dan harapan bagi mereka. Lansia juga perlu tetap difasilitasi untuk menjalin hubungan dengan generasi yang lebih muda, apalagi jika pasangan hidupnya dan teman seusianya sudah meninggal dunia. Bahkan, perawat perlu membantu klien lansia untuk menghadapi kematiannya sendiri. Aspek Spiritual dalam Keperawatan 31 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. Komunikasikan kepada klien pentingnya bagi manusia untuk menerima diri mereka sendiri dengan semua kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. ‘Anjurkan klien untuk membandingkan peran keyakinan spiritual dalam kehidupan sebelumnya, selama, dan sesudah dirawat di rumah sakit. Perawat dinas malam pada ‘awal jam dinasnya memeriksa klien untuk memastikan bahwa klien ‘merasa nyaman dan siap untuk tidur. Yakinkan klien untuk tidur. “Saya yakin, pada saat saya kembali lagi ke sini, Anda sudah tertidur.” Jika masih ada gangguan tidur cobalah untuk melakukan latihan relaksasi atau imajinasi terbimbing (guided imagery). Banyak orang mempunyai harapan yang tidak realistik, Garis besar peran keyakinan spiritual baik yang positif maupun negatif akan sangat menentukan. Ini dapat memotivasi klien untuk terus mencari ketika ia mengkaji pengalaman sekarang., Pengawasan perawat tehadap klien pada jam tidur untuk memastikan faktor lain yang mungkin mengganggu tidur klien. Saran yang menyakinkan mempunyai efek terapeutik terhadap intervensi lain. Dengan menurunnya ansietas spiritual, kemampuan untuk tidur akan meningkat.Jika tetap terganggu, perawat perlu menggali dan melakukan intervensi terhadap faktor lain. Tujuan tercapai. “Baik sekali mampu merasakan perasaan tenteram/damai tentang apapun yang akan terjadi kelak.” Saya merasa cemas pulang ke rumah menyadari banyak sekali yang ingin saya lakukan dengan bantuan Tuhan sepulang saya dari rumah sakit. Tujuan tercapai. Klien semalam tidur dari tengah malam hingga pukul 6, Aspek Spiritual dalam Keperawatan 35 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. 4. Memungkinkan pasien untuk mengalihkan peristiwa kehidup- an yang tragis ke arah kekuatan yang memberi harapan dan cinta. 5. Mengarahkan pada kepekaan spiritual dan aspirasi yang tinggi sehingga mudah menemukan hikmah yang terkandung dalam penderitaan. 6. Mengurangi rasa bersalah dan berduka dalam menghadapi saat-saat akhir kehidupan. : 7. Mengalihkan perhatian darikematian, tidak untuk mengingkari, tetapi dengan menempatkannya dalam perspektif yang lebih luas. Dimensi spiritual merupakan hal yang sangat penting diper- hatikan dalam masyarakat Indonesia, kendatipun sering kali hal ini terabaikan. Pengertian tentang pentingnya memahami kebutuhan spiritual klien yang dilandasi atas keyakinan beragama, nilai, dan pengalaman kehidupan klien sering tidak menjadi fokus perhatian tenaga kesehatan. Hal ini mungkin disebabkan oleh sulitnya menjelaskan secara ilmu aspek spiritual. Tiga kebutuhan spiritual utama menurut Randi (1984) adalah mencari arti kehidupan, meninggal secara wajar, dan kebutuhan untuk ditemani pada saat skaratulmaut. Mencari arti kehidupan. Kegagalan menemukan arti dapat menimbulkan keperihan spiritual yang dalam karena merasa kehidupannya tidak berarti. Klien perlu diberi kesempatan untuk merefleksikan kebutuhan personalnya dan membantu pasien untuk menemukan arti kehidupan baginya. Termasuk hal-hal yang telah dilakukan, peristiwa yang pernah disaksikan, atau kejadian yang pernah dialami. Keyakinan beragama menimbulkan perasaan bertujuan dan penuh maaf, baik terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain. Aspek Spiritual dalam Keperawatan 39 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. ASPEK PSIKOSEKSUAL DALAM KEPERAWATAN Ketidaksesuaian kognitif J Perasaan tidak nyaman ‘Menggunakan mekanisme pertahanan diri untuk mengindari konflik Pengkajian diri terhadap perasaan dan nilai Diri sendiri | Klien J Masyarakat J ‘Tindakan | Mencari data Menghargai nilai | Memilih nilai } GAMBAR 2-1 Tahap pertumbuhan perasaan dalam pengembangan kesadaran diri tentang seksualitas manusia. 50 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. kan proses mengubah perilaku melalui intervensi langsung tanpa perlu mengidentifikasi penyebab atau psikodinamikanya. FAKTOR YANG MEMENGARUHI SEKSUALITAS Menurut Craven & Hirnle (1996) dan Taylor, Lillis & Le Mone (1997), respons seksual manusia sangat beragam dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang memengaruhi seksualitas, antara lain, pertimbangan perkembangan, kebiasaan hidup sehat dan kondisi kesehatan, peran dan hubungan, kognitif dan persepsi, budaya, nilai dan keyakinan, konsep diri, koping dan toleransi ter- hadap stres, serta pengalaman sebelumnya. Walaupun tidak semua orang terlibat dalam hubungan seksual, tetapi mereka tetap makhluk seksual. Seksualitas atau pengalaman seksual individu dapat juga memengaruhi bagian tertentu dari kehidupannya. Banyak faktor yang memengaruhi seksualitas seseorang sehingga membedakan perasaan pribadi terhadap seksualitas yang diuraikan berikut. Pertimbangan Perkembangan Proses perkembangan manusia memengaruhi aspek psikososial, emosional, dan biologis kehidupan yang selanjutnya akan meme- ngaruhi seksualitas individu. Hanya aspek 12 seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi. Sejak lahir, gender atau seks memengaruhi perilaku individu sepanjang kehidupannya yang dapat dilihat pada Tabel 2-1 tentang perkembangan seksualitas sepanjang kehidupan manusia. Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan Tubuh, jiwa, dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat mencapai kepuasan seksual. Trauma atau stres dapat memengaruhi kemampuan individu untuk melakukan kegiatan 54 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. ngan hak cipta a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. seseorang yang dicintai dan dipercayainya. Pengalaman dalam berhubungan seksual sering kali ditentukan oleh individu yang dengannya ia berhubungan seksual. Oleh karena itu, perlu mengkaji dan memahami kualitas hubungan seseorang, khususnya hubungan seksualnya. Konsep Diri Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung terhadap seksualitas. Sebagai contoh, seseorang yang merasa harga dirinya rendah dan kurang percaya diri akan berdampak negatif terhadap fungsi seksualnya. Seorang laki- laki dewasa hanya akan mendapatkan kepuasan seksual jika berhubungan seksual dengan anak kecil. Budaya, Nilai, dan Keyakinan Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas dapat memengaruhi individu. Tiap budaya mempunyai norma- norma tertentu tentang identitas dan perilaku seksual. Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi seksual, dan hal lain yang terkait dengan kegiatan seksual. Pada kelompok etnis tertentu, wanita diharapkan bersikap pasif dalam berperilaku seksualnya. Sementara pada kelompok etnis yang lain, peran aktif wanita sangat dianjurkan. Agama Pandangan agama tertentu ternyata berpengaruh terhadap ekspresi seksualitas seseorang. Berbagai bentuk ekspresi seksual yang di luar kebiasaan, akan dianggap tidak wajar. Konsep tentang keperawanan dapat diartikan sebagai kesucian dan kegiatan seksual dianggap dosa untuk agama tertentu. 62 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari, dan fungsi sebelum sakit dapat dipakai untuk mulai membahas masalah seksual. Amati klien selama interaksi, dapat memberi informasi tentang masalah apa yang dibahas, begitu pula masalah apa yang dihindari klien. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan non- verbal yang belum jelas. Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti meng- hargai klien sebagai makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual. Menurut Ellis dan Nowlis (1994), area yang perlu diperhatikan ketika berinteraksi dengan klien meliputi: 1. 2. 3. Apakah klien memiliki hubungan intim yang berarti baginya? Apakah orang tersebut penuh perhatian? Apakah kondisi yang dialami klien mungkin dapat meme- ngaruhi seksualitasnya? Apakah obat yang digunakan klien dapat memengaruhi seksualitasnya? Apa pola penggunaan obat dan alkohol pada masa lalu dan sekarang? Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain, sebagai berikut. 1. Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan seksual. Denial (menyangkal), mungkin digunakan untuk tidak meng- akui adanya konflik atau ketidakpuasan seksual. Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pem- benaran atau penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan, dan dorongan seksual. 66 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. 11. 12. 13, 15. 16. 17. 18. Gangguan keinginan seksual hipoaktif. Defisit yang menetap/ berulang atau tidak terdapatnya fantasi seksual dan keinginan untuk melakukan kegiatan seksual. Gangguan keengganan seksual. Keengganan yang berlebihan dan menetap dan menghindari semua atau hampir semua kontak dengan pasangan seksual. Gangguan rangsangan seksual. Kegagalan yang menetap atau sebagian untuk mencapai atau mempertahankan respons fisiologis dari kegiatan seksual atau hilangnya kepuasan seksual selama kegiatan seksual dilakukan. . Hambatan orgasme, Keterlambatan yang menetap atau tidak adanya orgasme yang menyertai pada saat fase puncak hubungan seksual, walaupun menurut tenaga profesional terdapat intensitas, lama, dan fokus yang sesuai dengan usia individu, Ejakulasi dini. Terjadi ejakulasi yang menetap atau kambuh kembali dengan rangsangan seksual yang minimal, sebelum, selama, atau segera setelah penetrasi, walaupun tidak sesuai dengan keinginannya. Dispareunia. Terjadi rasa nyeri pada genital yang menetap maupun kambuhan kembali, sebelum, selama, atau sesudah hubungan seksual. Vaginismus. Spasme involunter otot vagina pada saat hubungan seksual yang terjadi secara menetap atau kambuh kembali. Gangguan seksual tanpa sindrom organik. Perasaan tidak adekuat yang berhubungan dengan keadaan tubuh, ukuran, dan bentuk organ seks, atau penampilan seksual. 70 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. TABEL 2-4 _Ringkasan Tindakan Keperawatan pada Respons Seksual Perawat Terhadap Klien. : Prinsip Rasional Tindakan Keperawatan Mengetahui Perawat perlumengetahui —_Terbuka terhadap perasaan Anda perasaan _perasaan seksualnya terhadap _sendiri. seksual pasien. Ingat bahwa perasaan Terima perasaan Anda sendiri. ‘Anda tidak dapat ditentukan Gali penyebab perasaan. sendiri. sebagai benar atau salah, tetapi perilaku dapat dievaluasi sebagai terapeutik atau tidak terapeutik terhadap klien. Memeriksa —_Jika bekerja dengan Jaga hubungan yang berfokus perilaku meningkatkan kesadaran pada Klien. Anda terhadap perasaan dan Jangan terlibat secara berlebihan tethadap _pikiran, perawat dapat dengan masalah klien (dapat Klien. ‘mengubah perilaku yang memengaruhi keputusan klinis). tidak terapeutik ke arah yang Jangan memberi informasi lebih terapeutik secara efektif.pribadi diri Anda dengan klien. Jangan membahas perasaan tertarik seksual dengan klien. Konsultasi. Setelah perawat menyadari__ Percayakan rahasianya terhadap perasaannya dan memeriksa perawat, sejawat, atau atasan perilakunya, konsultasi pada yang berpengalaman. perawat yang lebih ‘Minta bantuan untuk menggali berpengalaman mungkin isu tersebut agar dapat berguna untuk mengatasi meningkatan kesadaran tentang masalah dengan tepat dan faktor yang memengaruhi merasa lebih mampu dalam _perasaan Anda. pendekatannya dengan klien. 74 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. TABEL 2-6 Data Riwayat Keperawatan yang Dikumpulkan—Lanjutan. Data Pentingnya Data Pertanyaan Riwayat Keperawatan Perubahan _Ansietas dan gangguan fungsi__Bagaimana Anda mengharapkan persepsi seksual menimbulkan penyakit ini (atau peristiwa sebagai pria__perasaan terancam hingga kehidupan) memengaruhi atau wanita identitas gender. bagaimana Anda melihat diri yang sendiri sebagai pria atau wanita? berhubung- an dengan penyakit atau peristiwa kehidupan Gangguan —_Masalah yang timbul Apakah pernah atau Anda fungsi (gangguan fungsi seksual) mengharapkan untuk mengalami seksual atau perubahan fungsi seksual potensial (kehidupan seks) karena penyakit atau peristiwa kehidupan? Uraikan. Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh perawat untuk membantu klien mengatasi masalah seksual dan seksualitas serta peka terhadap aspek seksual dalam memberi asuhan keperawatan adalah sebagai berikut. 1. Membina hubungan penuh rasa percaya antara perawat dan klien. Tidakmungkinbagiperawatmembantumasalahseksuali- tas klien apabila tidak ada rasa percaya antara perawat dengan klien. Perawat perlu bersikap objektif, tidak menghukum, dan menjamin kerahasiaan klien. Antisipasi terhadap apa yang menjadi kebutuhan dan kepedulian klien melalui kesadaran terhadap perilaku verbal dan nonverbal juga membantu klien untuk dapat memercayai perawat. Perawat perlu membina 88 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. Prinsip tumbuh-kembang yang perlu dipahami agar dapat menjalankan perannya dengan baik terutama bagi anak dan remaja yang menjadi fokus dalam buku ini adalah sebagai berikut. 1. Tumbuh-kembang terjadi secara teratur dan berurutan. Proses maturasi dapat diramalkan dan mengikuti urutan perubahan yang universal. Pertumbuhan yang sangat pesat terjadi selama satu tahun pertama, kemudian menjadi lebih lambat selama pertengahan danakhir masa kanak-kanak, gigi menjadi ompong pada pertengahan masa kanak-kanak, dan karakteristik seks sekunder berkembang lebih pesat pada awal masa remaja. Walaupun mulainya lama dan pengaruh setiap fase berbeda bagi setiap anak, tetapi urutan perkembangan pada dasarnya sama pada semua anak. Tumbuh-kembang dipengaruhi oleh lingkungan sosioekonomi. Keluarga, teman sebaya, dan masyarakat menciptakan sua- sana sosial dan emosional bagi anak. Struktur keluarga dan masyarakat berbeda pada satu tempat dan tempat lain. Begitu pula adat istiadat, peraturan, institusi, ekonomi, nilai, harapan, dan sumber. Perilaku yang dipelajari oleh anak berbeda karena perbedaan norma sosial dari satu tempat ke tempat lain. Kecepatan — tumbuh-kembang __spesifik. Walaupun — tumbuh- kembang berlangsung secara berkesinambungan, tetapi tidak terjadi secara bersamaan. Tiap sistem tubuh mempunyai ketentuan waktu untuk penambahan ukuran, berat, dan fungsi maturitas. Misalnya, sistem saraf dan kardiovaskular berkembang lebih awal daripada sistem reproduktif atau kekebalan tubuh. Begitu pula perubahan pada penampilan, perilaku, dan keterampilan tidak sama pada setiap individu. Oleh karena kecepatan tumbuh-kembang tiap individu bersifat unik, kita perlu memerhatikan perilakunya secara menyeluruh 98 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. Sangat penting memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan keterampilan motorik seperti mencoba untuk minum dari gelas atau menggunakan sendok untuk makan yang diperlukan untuk mendukung kemandirian anak. . Perkembangan aspek sosial dan emosional ditekankan pada pengembangan pola otonomi versus malu dan ragu-ragu. Todler meniru perilaku orang dewasa yang menjadi contoh perannya. Sebagai orang tua, kita harus cukup fleksibel dan rasa percaya diri untuk memberi kebebasan dalam batasan yang aman bagi anak untuk mengeksplor dan mengujicobakan perilaku yang diperlukan untuk meningkatkan kemandirian anak. Todler juga belajar menoleransi frustrasi sampai batas tertentu, dan biasanya masih mengalami kesulitan untuk menentukan pilihan kegiatan. Mereka juga sudah dapat mengidentifikasi dirinya sebagai anak aki atau wanita dan meniru perilaku orang tua sejenis. Perkembangan kognitif ditunjukkan melalui rasa ingin tahu tentang diri mereka sendiri. Kebiasaan dan rutinitas menimbulkan rasa aman bagi anak, kemampuan berbahasa juga menjadi lebih baik dan mulai mengerti konsep waktu dan berespons jika disuruh menunggu. Anak mulai mengerti baik dan buruk dan mencoba untuk mematuhi orang tua untuk mendapatkan persetujuan dan menghindari hukuman. Pra-sekolah (3-5 Tahun) Anak prasekolah telah menguasai keterampilan motorik kasar dan halus, serta sudah mengembangkan kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Selama tahap ini, anak terus menghaluskan keterampilannya dan belajar keterampilan lain dalam persiapannya agar dapat meluaskan dunianya ke ling- kungan tetangga dan sekolah. Anak pra-sekolah memfokuskan Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja_ 103 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. depan. Proses pengembangan identitas diri merupakan fenomena yang kompleks yang mencerminkan keturunan, nilai keluarga, pengalaman kehidupan masa lalu, keyakinan, dan harapan untuk masa depan, serta persepsi mereka tentang tuntutan dan harapan orang yang berarti dalam kehidupannya. Memberi kesempatan untuk berperilaku seperti orang dewasa, antara lain, mengasuh, berpacaran, atau meninggalkan rumah untuk sekolah di luar kota memungkinkan remaja untuk menelaah tanggung jawab dan peran orang dewasa. Pengarahan orang tua dalam menentukan alternatif dan membuat keputusan yang logis dalam menyelesaikan masalah, sangat penting bagi remaja. Orang tua perlu memahami konflik yang pada umumnya dialami remaja, yaitu konflik antara keinginan untuk menunjukkan identitas dirinya melalui kemandirian dengan perasaan masih bergantung pada orang tua. Dalam hal ini, komunikasi yang terbuka antara remaja dan orang tua menjadi sangat penting. Dalam perkembangan kognitifnya, remaja mampu berpikir tentang cara mengubah masa depan dan mampu mengantisipasi konsekuensi dari tiap perilaku mereka, serta dapat melihat hubungan abstrak antara diri mereka dan lingkungannya. Dari segi moral, remaja biasanya mulai menentang nilai-nilai tradisional dan mencoba mengkajinya secara logis. KEPERAWATAN JIWA ANAK SECARA UMUM Landasan Teoretis Perkembangan Jiwa Anak Keperawatan jiwa anak merupakan bagian spesialisasi dari kepera- watan psikiatrik. Intervensi keperawatan jiwa anak mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal anak yang berlandaskan pada teori perkembangan fisio-biologis, psikologis, kognitif, sosial, Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja_ 107 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. secara holistik tentang penyimpangan kesehatan jiwa pada anak termasuk landasan intervensi yang perlu dilakukan. Oleh karena itu, dalam keperawatan jiwa pada anak dapat digunakan suatu pendekatan yang berfokus pada keterampilan kompetensi ego anak. Menurut Stuart dan Sundeen (1995), pendekatan ini sangat efektif dan sensitif secara kultural dalam merencanakan dan mengimplementasikan intervensi keperawatan apapun diagnosis psikiatrik atau di mana pun tatanan pelayanan kesehatan jiwa diberikan. Sembilan keterampilan kompetensi ego yang perlu dimiliki oleh semua anak untuk menjadi seorang dewasa yang kom- peten menurut Strayhorn (1989) adalah: 1. menjalin hubungan dekat yang penuh rasa percaya; 2. mengatasi perpisahan dan membuat keputusan yang mandiri; 3. membuat keputusan dan mengatasi konflik interpersonal secara bersama; mengatasi frustrasi dan kejadian yang tidak menyenangkan; menyatakan perasaan senang dan merasakan kesenangan; mengatasi penundaan kepuasan; bersantai dan bermain; proses kognitif melalui kata-kata, simbol, dan citra (image); membina perasaan adaptif terhadap arah dan tujuan. Secara lebih terinci keterampilan kompetensi ego yang berkembang sejak awal kehidupan, yaitu pada masa kanak-kanak dapat dijelaskan sebagai berikut. ° 1. Menjalin hubungan dekat yang penuh rasa percaya. Keterampilan dasar untuk tumbuh-kembang yang positif adalah kemampuan membina hubungan dekat dan penuh rasa percaya dengan orang lain. Untuk mengetahui keterampilan anak, kita perlu menanyakan pertanyaan sebagai berikut. a, Apakah anak senang berteman atau bergaul? CS Ernagae Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja. 111 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. psikologis anak. Orang tua juga cenderung menganggap anaknya hiperaktif dan agresif. Proses Keperawatan Asuhan keperawatan pada keluarga yang melakukan kekerasan pada anak mereka perlu berlandaskan pada proses keperawatan yang diawali dengan pengkajian yang cermat. Rasa takut yang dialami perawat mungkin akan menghambat mereka untuk menggali kemungkinan tindak kekerasan dalam keluarga. Oleh karena itu, perawat perlu menghayati perasaannya sendiri terhadap penganiayaan dan penelantaran. Penghayatan akan sistem nilai dan norma yang dianut perawat sangat perlu untuk mencegah intervensi yang tidak terapeutik. Kekuatan yang dimiliki keluarga sangat perlu dipertimbangkan sebagai dasar asuhan keperawatan (Clunn, 1991). Pengkajian Wawaneara terpisah yang dilakukan pada saat pengkajian memerlu- kan ketenangan dan privasi. Jika telah terjadi penganiayaan, perawat kemungkinan besar ‘akan menghadapi orang tua yang resisten. Oleh karena itu, perawat perlu untuk tetap tegas dengan nada suara terkendali dan tidak bersikap mengancam. Kerja sama yang baik dengan orang tua akan sangat menguntungkan proses pemulihan anak. Perawat perlu mengantisipasi sikap orang tua yang bermusuhan, dan menyadari bagaimanapun juga anak akan tetap mencintai dan bergantung pada orang tuanya, walaupun ia telah dianiaya. Menurut Beck, Rawlins & Williams (1984), pengkajian meliputi dimensi fisik emosional, intelektual, sosial, dan spiritual, sebagai berikut. 126 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. kematangan anak. Hubungan ibu-anak yang terganggu dapat mengakibatkan anak menolak makanan sehingga kekurangan gizi pada anak mengakibatkan keterlambatan perkembangan kognitif anak. 4. Dimensi sosial. Perawat perlu mengamati dengan cermat interaksi antara orang tua dan anak. Perhatikan apakah orang tua tidak bersedia meninggalkan anaknya sendirian dengan perawat atau tenaga kesehatan lainnya? Apakah orang tua tampak terlalu melindungi anak? Apakah orang tua membiarkan anaknya menjawab langsung pertanyaan perawat. atau orang tua cenderung memotong pembicaraan dan selalu ingin menjawab pertanyaan? Orang tua mungkin saja takut anaknya akan menceritakan kejadian sebenarnya. Jika orang tua menuntut untuk selalu menjawab pertanyaan perawat dan selalu mendampingi anaknya, perawat perlu dengan tegas mengingatkan orang tua bahwa pertanyaan dan komentar yang diajukan adalah untuk mendapat jawaban langsung dari anak. Apakah anak tampak takut pada orang tuanya. Rasa takut dapat terlihat pada mata anak, dan ia mungkin cenderung menghindari pandangan mata orang tuanya. Pada umumnya, anak yang teraniaya tidak diperkenankan orang tuanya untuk membina hubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, kapasitas untuk memercayai orang lain pun sangat rendah akibat interaksi sosial yang sangat terbatas. 5. Dimensi spiritual. Pada awalnya, anak belajar tentang nilai dari orang tua atau pengasuhnya. Jika anak telah belajar mengenai konsep Yang Maha Kuasa, mungkin ia akan mengalami kesulitan untuk mengintegrasikan penganiayaan dengan konsep ter- sebut. Berbeda dengan anak yang lebih tua, ia mungkin mempertanyakan mengapa Yang Maha Kuasa membiarkan 130 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. menjadi penyebab prenatal utama terjadinya tunagrahita. Penyebab perinatal dan postnatal utama adalah ensefalopati sebagai akibat dari luka pada fetus yang menyebabkan abnormalitas neurologis, yang selanjutnya menimbulkan masalah perkembangan. Penyebab lain seperti hipoksia pada saat persalinan dan herpes simpleks ensefalitis juga dapat menimbulkan kerusakan sistem saraf karena sistem saraf pusat sangat mudah terinfeksi pada awal kehidupan. TABEL 3-2 Ftiologi Tunagrahita. Prenatal Perinatal Postnatal Abnormalitas kromosom —_Asfiksia Perdarahan intraventrikular Hidrosefalus kongenital Hipoksia Kernikterus. Gangguan endokrin Iskemia Malnutrisi Radiasi dosis tinggi Infeksi Meningitis Malnutrisi Prematur Kejang neonatal Infeksi maternal Kebutuhan emosional yang terabaikan Gangguan metabolisme Defek tuba neural Hiperbilirubinemia berat TORCH Peran Perawat dalam Pencegahan Tunagrahita Prevensi Primer Perawat sangat berperan dalam usaha pencegahan primer melalui program imunisasi dan program anak sehat, yang merupakan cara yang paling efektif untuk mencegah tunagrahita. Sering kali program ini tidak mencapai seluruh target populasi. Misalnya, wanita hamil yang sangat rentan terhadap campak maupun pengaruh alkohol yang diminum oleh ibu hamil. Kegiatan prevensi primer lainnya, yaitu pencegahan pada remaja putri terhadap kehamilan pada usia yang sangat muda, 136 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. remaja. Teori Sigmund Freud, Erik Erikson, dan Sullivan memberi penghayatan kepada kita tentang perjuangan remaja dalam mencapai kedewasaan. Proses perkembanganidentitas diri remajamemerlukancitradiri juga hubungan antarperan yang akan datang dengan pengalaman masa lalu. Untuk mendapatkan kesamaan dan kesinambungan, pada umumnya remaja harus mengulangi penyelesaian krisis masa lalu dengan mengintegrasikan elemen masa lalu dan membina identitas akhir. Periode krisis yang perlu ditinjau kembali adalah rasa percaya, rasa otonomi, rasa inisiatif, dan rasa industri. Pada tahap pertama, remaja perlu mencari ide dan objek untuk tempat melimpahkan rasa percaya (sense of trust). Konflik yang tidak terselesaikan pada tahap pertama ini membuat remaja merasa ditinggalkan. Biasanya, dimanifestasikan melalui perilaku makan yang berlebihan serta ucapan kasar dan bermusuhan. Tahap kedua adalah rasa otonomi, remaja belajar bertindak dan membuat keputusan secara mandiri. Konflik masa lalu yang tidak terselesaikan membuat remaja takut mengikuti kegiatan yang akan membuat ia ragu akan kemampuannya. Tahap ketiga adalah rasa inisiatif, ketika anak tidak lagi mementingkan bagaimana berjalan, tetapi apa yang dapat dilakukan dengan kemampuan tersebut. Pada tahapan ini, mereka mengujicoba apa yang mungkin dilakukan dan bukan apa yang dapat dilakukan. Konflik masa ini akan terbawa pada saat remaja, yaitu ketidakmampuan untuk mengambil inisiatif. Tahap keempat adalah rasa industri, yang menuntut remaja untuk me- milih karier yang tidak saja menjamin secara finansial, tetapi juga memberi kepuasan karena penampilan kerja yang baik. 146 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. Bahan dengan hak cipta a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. impuls agresif. Teori ini konsisten dengan “menyerang atau menghindar” (fight atau flight) yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap stres. Pengaruh Genetik Komponen berbagai genetik yang berhubungan dengan perilaku agresif sudah banyak diteliti. Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan keterkaitan dengan’ genetik termasuk genetik karyotype XYY, yang pada umumnya dimiliki oleh penghuni penjara pelaku tindak kriminal. Gangguan Otak Sindrom otak organik berhubungan dengan berbagai gangguan serebral telah terbukti dari hasil beberapa penelitian sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan perubahan pada serebral; dan penyakit seperti ensefalitis dan epilepsi, khususnya epilepsi lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan. Teori Psikologi Teori Psikoanalitik Penemu teori psikoanalitik menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Pakar psikoanalitik yang lain, bahkan mendukung hipotesis bahwa perilaku agresif dan 158 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. Dalam bekerja, perawat perlu memahami landasan teoretis dari suatu fenomena yang menjadi bidang kajian, dalam hal ini terkait dengan fenomena penganiayaan pada anak. Landasan teoretis tersebut digunakan sebagai kerangka kerja keperawatan tentang anak teraniaya dan terlantar yang merupakan fenomena multifaktor yang melibatkan orang tua, keluarga, budaya, anak, dan stres dalam rentang mulai dari perilaku normal dan penuh kasih sayang sampai tindak penganiayaan dan penelantaran (Milor, 2001). Korban penganiayaan biasanya mempunyai_ karakteristik yang sama, walaupun usia dan jenis kelamin berbeda. Korban biasanya sangat bergantung dan tidak berdaya. Tindak kekerasan ini umumnya diteruskan dari generasi sebelumnya ke generasi berikutnya. Anak-anak yang pernah mengalami penganiayaan atau menyaksikan penganiayaan terhadap ibunya, cenderung akan bertindak kejam pada usia dewasa, Sebagaimana yang dilaporkan oleh Schneider, Pollock, dan Helfer (1972) bahwa orang tua penganiaya pada masa kecilnya pernah mengalami hukuman fisik yang berat, mengalami ansietas yang lebih tinggi dalam mengatasi permasalahan anak mereka, dan lebih peka terhadap kritik dan isolasi sosial, begitu pula mempunyai harapan yang tinggi terhadap anak mereka. Biasanya, anak mempersepsikan dirinya sebagai anak yang, nakal dan menimbulkan kesulitan. Hal ini mungkin disebabkan oleh sikap negatif orang tua terhadap anaknya, atau juga karena pengetahuan tentang perkembangan anak yang sangat terbatas sehingga orang tua mempunyai harapan yang tidak realistis terhadap perkembangan bahasa, motorik, perilaku, dan kebutuhan psikologis anak. Orang tua juga cenderung menganggap anaknya hiperaktif dan agresif. 162 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. PROSES ADAPTASI Proses adaptasi untuk mengembalikan keseimbangan dengan mem- bebaskan diri dari perasaan takut dan perasaan tidak berdaya, biasanya disebut dengan sindrom trauma tindak kekerasan. Sindrom trauma tindak kekerasan terdiri atas 2 tahap, yaitu tahap akut atau disorganisasi dan tahap jangka atau reorganisasi. Adaptasi Tahap Akut atau Disorganisasi Tahap disorganisasi meliputi reaksi pertama yang diekspresikan atau reaksi yang ditahan/dikendalikan, reaksi fisik, dan reaksi emosional terhadap situasi yang mengancam kehidupan korban. Pada tahap akut ini, wanita yang mengalami tindak kekerasan biasanya merasa cemas, marah, merasa bersalah, merasa terhina, mengingkari, syok, tidak percaya, atau merasa takut mati, bahkan merasa ingin membalas dendam. Perasaan yang dialami korban tindak kekerasan dapat bersifat ekspresif dengan membicarakan perasaan yang dialaminya, atau sebaliknya berupaya untuk mengendalikan perasaannya dengan tetap tampak tenang. Ketenangan ini tidak berarti bahwa korban tersebut tidak menderita dan merasa takut, tetapi hanya cara mengatasi traumanya saja yang berbeda. Reaksi fisik pada tahap akut bergantung pada cedera tubuh yang dialami. Merasa sakit pada bagian tertentu yang terkena serangan atau bersifat umum, seperti merasakan otot yang tegang. Biasanya juga terdapat gangguan pola tidur dan makan. Pada tahap disorganisasi, reaksi emosional akibat tindak kekerasan adalah perasaan takut, takut membahayakan tubuh, takut mati, atau mutilasi, disertai perasaan lain, seperti marah, terhina, dan menyalahkan diri sendiri. Sering kali korban mengalami reaksi emosional yang kuat dan bereaksi secara berlebihan terhadap situasi lain yang tidak berhubungan dengan tindak kekerasan. Misalnya, Asuhan Keperawatan Korban Tindak Kekerasan 173 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. penting dari tubuh korban. Pengkajian dilakukan dengan kepekaan bahwa pemeriksaan fisik dilakukan pada korban tindak kekerasan yang tidak hanya sedang mengalami trauma fisik, tetapi juga trauma pada aspek lain dari kehidupannya. Pada bagian kepala korban, periksa apakah ada tanda-tanda trauma, bekas biru pada wajah, fraktur (patah tulang) wajah, mata bengkak, biru, dan perdarahan. Selanjutnya, periksa permukaan kulit apakah ada bekas biru, trauma genital, dan rektal termasuk rasa nyeri dan bengkak pada vagina atau rektal, bahkan terjadi luka terbuka pada dinding vagina atau rektal akibat pemaksaan. Tenggorok korban mungkin juga mengalami trauma karena hubungan seks oral apabila tindak kekerasan diikuti dengan tindak perkosaan yang dilakukan secara paksa. Perhatikan juga kondisi otot dan tulang, kemungkinan terjadi patah tulang iga, lengan dan tungkai, terkilir pada persendian atau mobilitas korban terganggu. Pada bagian perut (abdomen) lihat kemungkinan adanya bekas biru atau luka serta tanda- tanda cedera bagian dalam tubuh. Korban juga mungkin dipukuli, ditusuk dengan benda tajam, atau bahkan ditembak sehingga perdarahan dan cedera pada bagian tubuh lainnya bisa terjadi. Selain trauma fisik yang secara langsung diderita korban, dampak fisik jangka panjang juga mungkin terjadi, seperti gangguan pola tidur (insomnia), kehilangan nafsu makan (anoreksia), merasa sangat lelah, sakit kepala dan nyeri, bahkan korban mungkin mengalami masalah fisik lain. Korban juga dapat mengalami psikosomatik karena rasa cemas dan takut yang luar biasa. Apabila tindak kekerasan diikuti dengan tindak kekerasan, menurut Wilson & Kneisl (1995), fungsi seksual korban juga Asuhan Keperawatan Korban Tindak Kekerasan 177 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. 3. Pelayanan rehabilitasi. Peran perawat dalam pencegahan tersier termasuk memberikan terapi individu, terapi kelompok, dan terapi keluarga secara berkesinambungan. Perawat juga mengidentifikasi keluarga yang mengalami gangguan fungsi keluarga dan membantu mereka untuk mendapatkan penanganan, serta bertindak sebagai narasumber yang melakukan rujukan pada berbagai fasilitas dan bertindak sebagai perantara. Evaluasi Evaluasi yang harus dilakukan oleh perawat, yaitu memantau perkembangan koping dan keberhasilan intervensi yang dilakukan. Melalui proses evaluasi ini, perawat akan dapat menentukan apakah korban memerlukan bentuk terapi lain atau perlu dirujuk pada tenaga profesional lainnya. Perbedaan karakteristik kepribadian, keterampilan koping, dukungan sosial, serta bentuk dan intensitas tindak kekerasan akan memengaruhi perkembangan yang terlihat pada korban. Oleh karena itu, ketika melakukan evaluasi, perawat perlu mempertimbangkan keunikan tiap individu. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Anak Angka kejadian penganiayaan dan penelantaran anak di Indonesia belum diketahui secara jelas, tetapi dengan dimasukkannya permasalahan ini dalam Buku Pedoman Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja, berarti masalah penganiayaan dan penelantaran anak mendapat perhatian khusus dari Pemerintah. Penganiayaan terhadap anak tidak saja berupa penganiayaan fisik, tetapi juga penganiayaan dan penelantaran emosional, verbal, dan seksual. Campbell dan Humphreys (1984) mendefinisikan anak teraniaya sebagai berikut. 186 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. perawat harus mengerti proses perkembangan kognitif anak. Misalnya, pada usia berapa anak mampu berpikir secara abstrak. Tidak jarang ditemui keterbatasan perbendaharaan kata dan keterlambatan bicara pada anak-anak teraniaya. Penganiayaan dan penelantaran menghambat proses perkembangan dan kematangan anak. Hubungan ibu-anak yang terganggu dapat mengakibatkan anak menolak makanan sehingga kekurangan gizi pada anak mengakibatkan keterlambatan perkembangan kognitif anak. . 4, Aspek sosial. Perawat perlu mengamati dengan cermat interaksi antara orang tua dan anak. Perhatikan apakah orang tua tidak bersedia meninggalkan anaknya sendirian dengan perawat atau tenaga kesehatan lainnya? Apakah orang tua tampak terlalu melindungi anak? Apakah orang tua membiarkan anaknya menjawab langsung pertanyaan perawat atau orang tua cenderung memotong pembicaraan dan selalu ingin menjawab pertanyaan? Orang tua mungkin saja takut anaknya akan menceritakan kejadian sebenarnya. Apabila orang tua menuntut untuk selalu menjawab pertanyaan perawat dan selalu mendampingi anaknya, perawat perlu dengan tegas mengingatkan orang tua bahwa pertanyaan dan komentar yang diajukan adalah untuk mendapat jawaban langsung dari anak. Apakah anak tampak takut pada orang tuanya. Rasa takut dapat terlihat pada mata anak dania mungkin cenderung menghindari pandangan mata orang tuanya. Pada umumnya, anak yang teraniaya tidak diperkenankan orang tuanya untuk membina hubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, kapasitas untuk mempercayai orang lain pun sangat rendah akibat interaksi sosial yang:sangat terbatas. 190 Bunga Rampai a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. INDEKS A Agama, 3 . Ansietas, pada kesadaran diri seksual, 50 Asuhan keperawatan, 1 c Cedera medula spinalis, pengaruh pada seksualitas, 61 Citra tubuh, pada teori fisiobiologis, 108 D Denial, pada tahapan kematian, 37 Depresi, pada tahapan kematian, 37 Diabetes melitus, pengaruh pada seksualitas, 59 Dimensi agama, pada spiritualitas, 2 Dimensi eksistensial, pada spiritualitas, 2 Dispareunia, 20 Distres spiritual, 13 E Ejakulasi dini, 70 Eksibionisme, 68 F Fetisisme, 69 Fetisisme transvestik, 69 Frotterurisme, 69 G Gangguan jiwa, pengaruh pada seksualitas, 61 Gender, 48 Gangguan identitas, 68 H Hambatan orgasme, 70 Harga diri rendah, pada korban tindak kekerasan, 169 Hipertensi, pengaruh pada seksualitas, 60 I Identitas seksual, 48 Infark miokardial, pengaruh pada seksualitas, 60 K Kematian, tahapan dan skaratulmaut, 37 Keperawatan jiwa anak, dukungan terhadap keluarga, 144 secara umum, 107 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. pengaruh genetik, 158 pengaruh neurofisiologis, 157 proses adaptasi, 173 respons biologis korban, 169 respons fisik korban, 168 respons interpersonal korban, 172 respons perilaku korban, 172 respons psikologis korban, 169 teori pembelajaran, 159 teori psikoanalitik, 158 teori sosiokultural, 159 Transeksualitas, 68 Tumbuh kembang, 96 prinsip, 98 tahap bayi, 101 tahap neonatus, 100 tahap pra-sekolah, 103 tahap remaja, 106 tahap sekolah, 105 tahap todler, 102 Tunagrahita, etiologi, 136 evaluasi, 144 implementasi, 143 keperawatan jiwa anak, 134 pengkajian, 138 perencanaan, 142 prevensi primer, 136 prevensi sekunder, 137 promosi kesehatan, 137 tingkat keparahan, 134 Vv Vaginismus, 70 Voyeurisme, 69 Indeks 201 a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. a You have either reached 2 page thts unevalale fer vowing or reached your ievina tit for his book. ) Z Sunea Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Prof. Achir Yani S. Hamid, MN, DNSc Penulis lahir di Palembang, 23 Oktober 1954. Beliau adalah Guru Besar Tetap dalam llmu Keperawatan Jiwa, Fakultas llmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK U!). Riwayat pendidikan: mendapat gelar Master of Nursing (MN) in Mental Health- Psychiatric Nursing, University of the Philippines, Quezon City, Manila, Filipina (1983) dan Doctor of Nursing Science (DNSc) in Mental Health-Psychiatric Nursing, Catholic University of America, Washington DC, Amerika Serikat (1993). Saat ini, beliau menjabat sebagai Staf Pengajar Tetap untuk Program Magister Keperawatan FIK Ul, Pembimbing Tesis Program Magister Keperawatan FIK UI, dan Ketua Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa FIK UI, serta Anggota Senat Akademik FIK dan Senat Akademik Universitas Indonesia. Penulis juga aktif sebagai penyunting ahli beberapa jurnal kesehatan dan keperawatan. Selain itu, penulis terlibat dalam kegiatan organisasi di tingkat nasional dan internasional. Untuk tingkat nasional, beliau menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional indonesia (PP PPNI), Anggota Tim Pakar Keperawatan Komisi limu Kesehatan Indonesia (KIKI), dan Dewan Penasihat Himpunan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (HPKJI). Di tingkat internasional, beliau mengantarkan PPNI sebagai Anggota International Council of Nurses (ICN), Anggota Alliance of Asia Nurses Association (AANA), dan beliau sebagai WHO-HQ Expert Advisory Panel on Nursing, WHO-SEARO Multidisciplinary Advisory Member for Nursing and Midwifery Nursing Workforce Management, serta Anggota Sigma Theta Tau International Nursing Honor Society. Penulis sering diminta sebagai pembicara di tingkat nasional dan internasional, dan kegiatan penelitian serta pengabdian masyarakat bersama berbagai organisasi keperawatan dari beberapa negara, antara lain Japanese ‘Nursing Association (JNA), Canadian Nurses Association (CNA), Hyogo University tentang penanggulangan dampak, khususnya dampak psikososial akibat bencana gempa dan Tsunami yang terjadi. Selain sebagai Penasihat Partnership Project. PPNI-CNA bertema “Strengthening Nursing Association for Global Health & Equity” dan Konsultan Keperawatan Uni Eropa untuk Pengembangan Pendidikan Tinggi Keperawatan di Timor Leste, Penulis sangat aktif dalam menyukseskan pengesahan Undang-Undang Praktik Keperawatan di Indonesia. ISBN 978-979-448-951-2

Anda mungkin juga menyukai