Anda di halaman 1dari 5

2.

4 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Melalui Penerapan Kewaspadaan Universal di


Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan untuk masyarakat umum adalah tempat untuk memelihara kesehatan
dan masyarakat akan mempercayakan sepenuhnya kesehatan dirinya di tangan petugas
kesehatan. Pelaksanaan kewaspadaan universal merupakaan langkah yang penting dalam
menjaga sarana kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Dll) sebagai tempat penyembuhan dan
bukan sebagai tempat penularan infeksi dari pasien ke petugas ataupun sebaliknya. Menurut Data
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional berprilaku dalam
mencuci tangan adalah 23,2%.
2.4.1 Kebijakan Departemen Kesehatan Indonesia
Departemen Kesehatan Indonesia telah mengembangkan upaya pengendalian infeksi di
tempat pelayanan kesejatan sejak tahun 1980 yaitu dengan penerapan kewaspadaan universal
melalui program di Sub Direktorat Isolasi dibawah Direktoran Epidemiologi dan Imunisasi
Ditjen P3M. Saat ini kewaspadaan universal menjadi tolak ukur akreditasi Rumah sakit.5

2.4.2Kewaspadaan Universal Sebagai Bagian dari Upaya Pengendalian Infeksi di


Puskesmas
Penerapan kewaspadaan universal merupakan bagian dari pencegahan dan pengendalian
infeksi yang tidak terlepas oleh peran masing-masing pihak, yaitu :9
1. Pimpinan
a. Perlindungan terhadap tenaga kesehatan
b. Penyusunan kebijakan mengenai kewaspadaan universal

c. Bertanggung jawab untuk penganggaran dan ketersediaan sarana untuk menunjang


pelaksanaan kewaspadaan universal
2. Tenaga kesehatan
a. Bertanggung jawab melaksanakan dan menjaga keselamatan kerja dilingkungannya
dan mematuhi intruksi
b. Pengetahui kebijakan dan menerapkan prosedur kerja dan pencegahan infeksi
c. Bagi tenaga yang terkena HIV berkewajiban membritahu hasil serologi bila dalan
pelaksanaan pekerjaan terdapat risiko.
3. Pasien dan keluarga
a. Memberikan informasi jika sedang mengidap suatu penyakit yang menular jika
mengetahui secara pasti penyakitnya
b. Keluarga wajib melindungi diri dari infeksi
Penerapan Kewaspadaan universal diharapkan dapat menurunkan risiko penularan
patogen melalui darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui maupun yang tidak
diketahui. Penerapan ini merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin
dilaksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan.9 Survei yang
dilakukan tentang upaya untuk pencegahan infeksi di puskesmas menunjukan masih
ditemukannya beberapa tindakan petugas yang potensial meningkatkan penularan penyakit,
yaitu:5
1. Cuci tangan yang tidak benar
2. Penggunaan sarung tangan yang tidak tepat
3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman
4. Teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan tidak tepat

5. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai


Menurut hasil survey Bachroen tahun 2000 mengenai pencegahan infeksi di puskesmas,
ditemukan beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penularan penyakit pada petugas yang
dapat meningkatkan penularan penyakit pada diri petugas tersebut, pasien yang sedang dilayani
dan masyarakat luas, diantaranya yaitu cuci tangan yang dilakukan tidak benar, penggunaan
sarung tangan yang tidak tepat, penutupan jarum suntik yang tidak aman, pembuangan peralatan
tajam yang tidak aman, tidak tepat cara dekontaminasi dan sterilisasi peralatan, dan kebersihan
ruangan yang belum memadai.18 Kebersihan tangan merupakan komponen terpenting dari
kewaspadaan universal dan merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam mencegah
penularan patogen yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Selain kebersihan tangan,
pemilihan APD akan dipakai harus didahului dengan penilaian risiko pajanan dan sejauh mana
antisipasi kontak dengan patogen dalam darah dan cairan tubuh. Untuk mendukung praktik yang
dilaksanakan oleh petugas kesehatan saat memberikan pelayanan perawatan, semua individu
(termasuk pasien dan pengunjung) harus mematuhi program pencegahan dan pengendalian
infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan.9
Berdasarkan penelitian Fergina tahun 2012 di Puskesmas Paniki Bawah, ditemukan
bahwa terdapat 6,67% petugas kesehatan yang tidak mencuci tangan sebelum berkontak dengan
pasien, 3,33% petugas kesehatan yang tidak memakai sarung tangan saat melakukan kontak
dengan darah/ cairan tubuh pasien, dan 10% petugas kesehatan yang tidak menggunakan masker
saat menangani pasien terduga tuberculosis atau penyakit lainnya yang penularannya melalui
udara.18 Berdasarkan penelitian Chenko tahun 2012 di Puskesmas Tanawangko, ditemukan
bahwa 45,45% petugas kesehatan tidak menggunakan masker saat menangani pasien, dan

terdapat 13,64% petugas kesehatan yang tidak menggunakan sarung tangan saat membersihkan
alat kesehatan yang kemungkinan terkontaminasi pathogen penyakit.19
Pengendalian penyebaran patogen dari sumber yang infeksius merupakan kunci program
pengendalian sumber penularan infeksi. Salah satu langkah pengendalian sumber penularan
infeksi adalah kebersihan pernapasan dan etika batuk yang dikembangkan saat munculnya severe
acute respiratory syndrome (SARS), kini termasuk dalam kewaspadaan universal. Peningkatan
penerapan Kewaspadaan Standar ini di seluruh dunia akan secara signifikan menurunkan risiko
yang tidak perlu dalam pelayanan kesehatan. Peningkatan lingkungan kerja yang aman sesuai
dengan langkah yang dianjurkan dapat menurunkan risiko transmisi. Dibutuhkan kebijakan dan
dukungan pimpinan untuk pengadaan sarana, pelatihan untuk petugas kesehatan, dan penyuluhan
untuk pasien serta pengunjung. Hal tersebut penting dalam meningkatkan lingkungan kerja yang
aman di tempat pelayanan kesehatan.9

Daftar Pustaka
18. Stefany, F. Gambaran Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Puskesmas Paniki Bawah
Kecamatan Mapangat. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, 2013; 1: 102 106.
19. Rayndi C. Gambaran Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Puskesmas Tanawangko.
Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, 2013; 1: 96 101.

Anda mungkin juga menyukai